Disusun Oleh:
Keisha Thufailah
Anisa Aurel Putri A
Afifa Nur Syafia
A. Siti Aisyah
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata pelajaran Agama Islam, dengan
judul: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Masa Abbasiyah.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Rahma Haris S.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan kepada
pihak pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatas nya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan bahkan kritik yang
membangun dari beberapa pihak.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
Kesimpulan ............................................................................................. 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daulah Abbasiyah atau Bani Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam ketiga yang
berkuasa antara 750-1258. Selain menjadi kekhalifahan yang paling lama memerintah, yaitu
selama lima abad, Abbasiyah juga berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat
pengetahuan dunia. Dinasti Abbasiyah resmi berdiri setelah memenangkan revolusi atas
Kekhalifan Bani Umayyah pada tahun 750. Pendiri Dinasti Abbasiyah yang sekaligus menjadi
khalifah pertamanya adalah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau lebih
dikenal dengan Abdul Abbas As-Saffah.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan
pusat kegiatan, anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan peranya untuk menegakan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah, Abbas
bin Abdul Muthalib. Dari nama Al- Abbas paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan
pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah,dan khurasan.
1
dirampas hak turun-temurun yang mereka terima dari Rasul. Salah satu propagandis yang
terkenal ialah Abu Muslim al-Khurasany. Ia mula-mula berpropaganda dengan terang
terangan di negeri Maru. Disuruhnya seisi negeri berkumpul. Diadakannya pidato yang
mengkritik pemerintah sekarang. Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan
kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di
Parsi.
Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah
dan di usir ke Wasit.Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah di taklukan
pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abbul Abbas di perintahkan untuk
mengejar khaliffah Umayyah terakhir, marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang
melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di dataran rendah sungai Zab. Khlifah itu
melarikan diri hingga ke fustat di mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al- Fayyum,
tahun 132 H/750 M. Dan beririlah Dinasti Abbasiyah yang di pimpin oleh khalifah
pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash- Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mendeskripsikan tentang latar belakang sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyyah,
menjelaskan sistem Pemerintahan Abbasiyyah, memaparkan bagimana pertumbuhan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan pada masa Abbasiyyah, serta menjabarkan faktor faktor yang
menyebabkan keruntuhan Dinasti Daulah Abbasiyyah.
BAB II
2
PEMBAHASAN
a. Periode pertama (132-232 H/750-847 M), disebut periode pengaruh Arab dan
Persia pertama.
b. Periode kedua (232-334 H/847-945 M), disebut periode pengaruh Turki
pertama.
c. Periode ketiga (334-447 H/945-1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih
dalam pemerintahan Khilafah Abbasiyyah. Periode ini disebut juga masa
pengaruh Persia kedua.
d. Periode keempat (447-590 H/1055-1194 M), masa kekuasaan Daulah Bani
Selju dalam pemerintahan KhIlafah Abbasiyyah; biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua (dibawah kendali) kesultanan Seljuk Raya
(Salajiqah Al-Kubrah/Seljuk Agung).
e. Periode kelima (590-656 H/1194-1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain, tetapi kekuasaan nya hanya efektif disekitar kota Bagdad dan
diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Pada awalnya ibukota negara adalah Al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namu untuk lebih
memantapkan dan menjaga stabilitas negara baru berdiri itu, khalifah Al-Mansyur (khalifah
kedua) memindahkan ibukota negara ke kota yang baru yang dibangunnya, yakni Bagdad,
3
dekat bekas ibukota Persia, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinastin
Bani Abbas berada di tengah tengah bangsa Persia. Di ibukota yang baru ini Al-Mansyur
melakukan konselidasi dan penerbitan pemeritahannya, di antaranya dengan membuat
semacam lembaga eksekutif dan yudikatif.
Daulah Abbasiyyah mengalami masa keemasan pada masa diperintah oleh khalifah
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Harun Ar-Rasyid adalah
seorang khalifah yang adil dan memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi. Untuk meningkatkan
kesejahtraan dan layanan kesehatan, dia mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, dan farmasi. Pada masa pemerintahanan nya sudah terdapat paling tidak sekitar 800
orang dokter. Harun Ar-Rasyid juga membangun tempat-tempat untuk pemandian umum
untuk rakyatnya. Pada waktu itu kesejahteraan, sosial, dan kesejahteraan menjadi perhatian
serius pemerintah. Untuk mendukung terwujudnya kemajuan tersebut, pemerintah
mendorong tumbuhnya ilmu pengetahuan melalui sektor pendidikan.
4
terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional dengan
demikian, kekuatan militer Dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat. Walaupun demikian,
dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik
dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan gerakan itu seperti gerakan sisa
sisa Bani Umayyah dan kalangan internal Bani Abbas, revolusi Al-Khawarij di Afrika Utara,
gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi’ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran
keagamaan, semuanya dapat di padamkan.
a. Para khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya
diambil dari kaum mawalli.
b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa
saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting
dansesuatu yang harus dikembangkan. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi
manusia.
5
2. Sistem Sosial
Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa sebelumnya (Masa Dinasti
Umaiyah) Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan yang sangat mencolok,
yaitu:
a. Tampilnya kelompok ma!ali dalam pemerintahan sertamendapatkan tempat
yang sama dalam kedudukan sosial.
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa yang berbeda-
beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
c. c.Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran.
d. d.terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru.
Pada masa Bani Abbasiyah umat Islam mencapai puncak kejayaan di berbagai
bidang. Ini terjadi karena perhatian yang besar dari pemerintah terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan. Khalifah Al-Ma’mun melakukan penerjemahan buku-buku asing dan
mendirikan baitul hikmah yang menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Kemudian
muncul para ilmuwan yang memiliki akidah kuat dan menguasai ilmu agama dan sains.
Seperti Al-Khawarizmi menemukan angka nol, Al- Farazi penemu astrolabe, Imam Bukhari
dan Imam Muslim yang menyusun hadis shahih yang menjadi panduan umat islam hingga
saat ini.
6
b. Menggalang penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa
asing, Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dan mendanai penerjemahan
ilmu-ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke Bahasa Arab. Dengan
demikian, ilmu pengetahuan yang dimiliki umat Islam semakin luas dan
berkembang.
c. Menghidupkan kegiatan-kegiatan ilmiah, Kegiatan ilmiah menjadi salah
satu kebutuhan primer bagi penduduk Daulah Abbasiyah. Hampir di
setiap majelis hingga tempat-tempat umum seperti pasar, para ilmuwan
menyampaikan pengetahuan mereka miliki.
d. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan ilmu pengetahuan, Kekhalifahan
Abbasiyah gencar membangun Baitul Hikmah, atau pusat ilmu
pengetahuan yang sekaligus menjadi perpustakaan. Pada periode ini,
perpustakaan telah berfungsi layaknya sebuah universitas di masa
sekarang. Perkembangan lembaga pendidikan ini menjadi salah satu
cermin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa tersebut.
a. Kota Bagdad, merupakan ibukota negara kerajaan Abbasiyyah yang didirikan oleh
khalifah Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di
tepian sungai Tigris. Masa keemasan kota Bagdad terjadi pada pemerintahan
khalifah Harun ar-rasyid (786-809 M) dan anaknya Al-Ma’mun (813-833 M).
b. Kota Samarra, letaknya disebelah timur sungai Tigris yang berjarak kurang lebih 60
KM dari kota Bagdad. Dikota ini terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni
bagunan islam dikota kota lain.
7
Kemajuan yang dicapai tidak hanya mencakup kepentingan sosial saja, tetapi juga
peradaban di semua aspek kehidupan, seperti: administrasi pemerintahan dengan biro-
bironya, sistem organisasi militer, administrasi wilayah pemerintahan, pertanian,
perdagangan, dan industri, islamiasi pemerintahan, kajian dalam bidang kedokteran,
astronomi, matematika, geografi, historiografi, filsafat islam, teologi, hukum (fiqh), dan etika
islam, sastra, seni, dan penerjemahan serta pendidikan, kesenian, arsitektur, meliputi
pendidikan dasar (kuttab), menengah, dan perguruan tinggi, perpustakaan dan toko buku,
media tulis, seni rupa, seni musik, dan arsitek.
1. Faktor Eksternal
a. Perang salib, Kekalahan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang dari
pasukan Alp Arselan yanag hanya berkekuatan 15.000 prajurit telah
menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang kristen terhadap
ummat Islam. Kebencian itu bertabah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai
Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat
menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu
pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II menyerukan kepada ummat kristen Eropa
untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau peride telah
banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilaya Islam. Setelah
melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 M mereka berhasil menguasai
Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre. Pengaruh Salib juga
terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan,
panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi
oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi
dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-
kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat
Islam, ikut memperbaiki Yerussalem.
8
agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi Khalifah tetap enggan
memberikan jawaban. Maka pada Januari 1258, asuakn Hulagu bergerang untuk
mengahncurkan tembok ibukota. Sementara itu Khalifah al-Mu’tashim langsung
menyerah dan berangkat ke base pasukan mongolia. Setelah itu para pemimpin
dan fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dibunuh. Hulagu
mengzinkan pasukannya untuk melakukan aa saja di Baghdad. Mereka
menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Pembunuhan berlangsung
selama 40 hari dengan jumlah korban sekitar dua juta orang.Perlu juga
disebutkan disini peran busuk yang dimainkan oleh seorang Syi’ah Rafidhah yaitu
Ibn ’Alqami, menteri al-Mu’tashim, yang bekerjasama dengan orang-orang
Mongolia dan membantu pekerjaan-pekerjaan mereka
2. Faktor Internal
9
tentara. Khalifah Al-Mu’tashim (218-227 H) yang memberi peluang besar kepada
bangsa Turki untuk masuk dalam pemerintahan. Mereka di diangkat menjadi
orang-orang penting di pemerintahan, diberi istana dan rumah dalam kota.
Merekapun menjadi dominan dan menguasai tempat yang mereka diami,
sehingga khalifah berikutnya menjadi boneka mereka. Setelah al-Mutawakkil
(232-247 H), seorang Khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki
semakin kuat, mereka dapat menentukan siapa yang diangkat jadi Khalifah. Sejak
itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di
tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa
Persia, pada periode ketiga (334-447), dan selanjutnya beralih kepada Dinasti
Seljuk, bangsa Turki pada periode keempat (447-590H).
10
2. Yang berbangsa Turki: Thuluniyah di Mesir (254-292 H), Ikhsyidiyah di
Turkistan (320-560 H), Ghaznawiyah di Afganistan (352-585 H), Dinasti
Seljuk dan cabang-cabangnya
3. Yang berbangsa Kurdi: al-Barzukani (348-406 H), Abu Ali (380-489 H),
Ayubiyah (564-648 H).
4. Yang berbangsa Arab: Idrisiyyah di Marokko (172-375 h), Aghlabiyyah di
Tunisia (18-289 H), Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H), Alawiyah di
Tabaristan (250-316 H), Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394
H), Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H), Ukailiyyah di Maushil (386-489
H), Mirdasiyyah di Aleppo 414-472 H).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah
keturunanal Abbas paman nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas
dari keamburadulan Dinasti sebelumnya, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera
adalah Al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga
setabilitas negara al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke Bagdad. Dengan demikian
pusat pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur
melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah
personal untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Puncak
perkembangan dinasti Abbasiyah tidak seluruhnya berawal dari kreatifitas penguasa Bani
Abbasiyah sendiri. Sebagian diantaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam
bidang pendidikan misalnya di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang.
Namun lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abas
dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Pada beberapa dekade terakhir, daulah
Abbasiyah mulai mengalami kemunduran, terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya
membawanya pada perpecahan yang menjadi akhir sejarah daulah abbasiyah.
B. Daftar Pustaka
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 8, Halaman 231-236, Muhammad
Ahsan dan Sumiati
https://www.academia.edu/29881214/Makalah_Dinasti_Abbasiyah
https://pendidikanmu.com/2022/02/dinasti-abbasiyah.html
https://alindrahaqeem.com/latar-belakang-berdirinya-dinasti-abbasiyah/
https://ariniulyatululfah.blogspot.com/2016/06/faktor-eksternal-dan-internal-
kejatuhan.html
12