Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 4

Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Sejarah dan Peradaban Islam

Dosen: Fadiah Adlina, M. Pd. I

Disusun oleh:

Salis Ramadaniatuz Zahrah


1904110025
Yulia Rahma
1904110010
Lisa Andriani
1904110058
Rizska Silvi Triyana
1904110103

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

TAHUN 2019
i

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Segala puji hanya milik Allah SWT., Tuhan semesta alam. Shalawat serta
salam selalu tercurah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW., berkat
limpahan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata Sejarah Peradaban Islam.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen penulis meminta masukannya demi
perbaikan pembuatan makalah penulis di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga Allah SWT,
senantiasa memberkahi kehidupan kita dan mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk kita semua. Amiin ya rabbal’alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Palangka Raya, 2 Oktober 2019

Penulis,
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

D. Batasan Masalah.......................................................................................2

E. Metode Penulisan......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah......................................................3

B. Khalifah- khalifah yang terkenal dan kebijakan pemerintahnya..............4

C. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah..........................................7

D. Dinasti-dinasti yang memerdekakan Diri dari Baghdad.........................14

E. Hancurnya dinasti abbasiyah..................................................................18

BAB III PENUTUP........................................................................................20


A. Kesimpulan.............................................................................................20

B. Saran........................................................................................................21

DAFTAR PUSTKA........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang turun dari Allah SWT di daerah Arab. Yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Islam muncul pada awal abad ke 7.
Islam mulai berkembang di Mekah. Selanjutnya Islam mengalami
perkembangan dengan perluasan wilayah ke Madinah. Disanalah dibentuk
semacam pemerintahan yang berdasarkan konstitusi yang disebut piagam
Madinah.

Islam bukanlah sekedar agama yang membawa nilai-nilai religius. Tapi


Islam juga membawa sebuah peradaban. Dimulai dari masa Rasulullah
kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat
itulah Islam mulai memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah
sudah melakukan perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa
Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah dan Abbasiyah.

Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat saat kepemimpinan Bani


Abbasiyah. Sehigga peradaban Islam memberi pengaruh yang besar ke pada
dunia saat itu. Pada saat itu para Khalifah melakukan ekspansi besar-besaran
ke daerah Asia, Afrika sampai Eropa. Para sejarawan menyebut saat itu
dengan “The Golden Age”. Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat di
berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, sains
dan teknologi. Di makalah ini akan kami paparkan mengenai politik,
perkembangan peradaban, sains dan teknologi pada masa Bani Abbasiyah
serta kemunduranya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?

1
2

2. Siapa saja khalifah-khalifah yang terkenal dan apa saja kebijakan


pemerintahannya?

3. Bagaimana masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah?

4. Apa saja Dinasti-dinasti yang memerdekaan diri dari Bagdhad

5. Bagaimana masa kelemahaan sampai runtuhnya Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

2. Untuk mengetahui khalifah-khalifah yang terkenal dan kebijakan


pemerintahannya

3. Untuk mengetahui masa kejayaan peradaban Dinasti Abbasiyah

4. Untuk mengetahui Dinasti-dinasti yang memerdekaan diri dari Baghdad

5. Untuk mengetahui masa kelemahan sampai runtuhnya Abbasiyah

D. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya materi maupun hal-hal yang berhubungan
dengan rumusan masalah di atas, maka penulis membatasi masalah ini sesuai
yang terdapat dalam rumusan masalah. Mengenai hal lain yang tidak
memiliki hubungan dengan hal-hal yang tercantum pada rumusan masalah
diatas tidak penulis uraikan pada makalah ini.

E. Metode Penulisan
Adapun metode yang penulis pergunakan dalam penulisan makalah ini
yaitu dengan metode telaah kepustakaan sebagai bahan referensi yang
berkaitan dengan makalah yang penulis buat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Pemerintahan dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al- Abbas, paman
Rasulullah, sementara Khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah
Abdullah Ash- Sahffah bin Muhammad bin Ali Bin Abdulah bin Abbas bin
Abdul Muthalib.Pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul abbas Ash- saffah,dan
sekaligus sebagai khalifah pertama.Selama lima Abad dari tahun 132-656 H
(750 M- 1258 M). Kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh
Bani Hasyim (Alawiyun) setelah meninggalnya Rasulullah dengan
mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunana Rasulullah
dan anak-anaknya.

Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang


merupakan pusat kegiatan, anatara satu dengan yang lain memiliki kedudukan
tersendiri dalam memainkan peranya untuk menegakan kekuasaan keluarga
besar paman Rasulullah, Abbas bin Abdul Muthalib.Dari nama Al- Abbas
paman Rasulullah inilah nama ini di sandarkan pada tiga tempat pusat
kegiatan, yaitu Humaimah, Kufah,dan khurasan.

Di kota Mumaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang


pimpinannya bernama Al-imam Muhammad bin Ali yang merupakan peletak
dasar-dasar bagi berdirinya dinasti Abbasiyah.Para penerang Abbasiyah
berjumlah 150 orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah 12 orang
dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.

Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang


sebagai gerakan rahasia.Akan tetapi, imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah
yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui

3
4

oleh khalifah Ummayah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya


tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di haran sebelum
akhirnya diekskusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia akan terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah ke kufah. Sedangkan pemimpin propaganda
dibebankan kepada Abu Salamah.Segeralah Abul Abbas pindah dari
Humaimah ke kufah di iringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti
Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.

Penguasa Umayyah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan


oleh Abbasiyah dan di usir ke Wasit.Abu Salamah selanjutnya berkemah di
kufah yang telah di taklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah
seorang paman Abbul Abbas di perintahkan untuk mengejar khaliffah
Umayyah terakhir, marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang
melarikan diri, dimana akhirnya dapat di pukul di dataran rendah sungai Zab.
Khlifah itu melarikan diri hingga ke fustat di mesir, dan akhirnya terbunuh di
Busir, wilayah Al- Fayyum, tahun 132 H/750 M. Dan beririlah Dinasti
Abbasiyah yang di pimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abbul Abbas Ash-
Shaffah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.1

B. Khalifah- khalifah yang terkenal dan kebijakan pemerintahnya

1. Abu al- Abbas as- Saffah ( 133-137 H/750-754 M)


Abu al- abbas as- saffah dinobatkan sebagai khalifah pertama dinasti
abbasiyah oleh pengikutnya pada tahun 133 H/750 M. Pada sebuah masjid
dikufah dilanjutkan dengan penobatan secara massal pleh dirinya sendiri.
Tindakan pertama yang ditempuhnya dalah menyapu bersih anak turun dinasti
umayyah dari muka bumi. Atas perintah sang paman yang bernama Abdullah
1
Politik123, sejarah berdirinya dinasti abbasiyah
http://politik123.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-dinasti-abbasiyah.html?m=1 online
pada 2 oktober 2019 pukul 11.00 WIB
5

membantai keturunan dinasti Umayyah secara licik. Suatu kali ia mengundang


puluhan orang keturunan Umayyah dalam suatu upacara kenegaraan,
kemudian membunuh mereka dalam suatu ruang pertemuan. Agen- agen
rahasia Abu al- abbas tersebar di seluruh wilayah negeri untuk memburu
pelarian keturunan Umayyah. Yazid Ibn Hobaira, seorang pembantu gubernur
Marwan untuk wilayah Irak melarikan diri ke Wasit. Semula ia berusaha
pertahanan dari serangan Husain Ibn Kahtaba dan Abu Ja’far. Setelah ia
menyerah dalam mengakui keberadaan Abu al- abbas sebagai khalifah baru,
ia pun diberi ampunan massal(amnesti). Namun tidaj lama kemudian ia
dihukum mati beserta pasukannya. Salah seorang dari keturunan Umayyah
berhasil melarikan diri yakni Abdur Rahman, cucu Hisyam. Ia pada masa
belakangan berhasil mendirikan kekuasaan bani Umayyah di Spayol.
Pelakuan kejam Abu al- abbas tidak hanya terbatas bagi mereka yang baru
hidup saja, bahkan ia menodai makam-makam keturunan bani Umayyah. Ia
mengeluarkan jasad mereka dari kuburan dan membakarnya menjadi abu.
Dengan cara demikian ini abu al- abbas membuktikan gelar dirinya
sebagai al- saffah (si penumpah darah atau si haus darah) dan sekaligus
merealisasikan sumpahnya sewaktu penobatan sebagai khalifah, bahwa
keturunan Umayyah pantas mendapat balasan yang setimpal dengan
kesalahannya, dan ia bersumpah untuk menghukum mereka. Kekejaman ini
menimbulkan pengaruh besar abu al-abbas, sehingga otoritasnya sebagai
khalifah diakui sepanjang wilayah asia, mesir, dan afrikan utara.
Masa pemerintahan abu al-abbas tidak bejalan lama, hanya sekitar lima
tahun. Ia meninggal di istana Ambariyah pada tahun 133H/754M. Akibat
serangan penyakit cacar. Namun sebelum meninggal, telah menunjukan
saudara yang bernama Abu ja’far sebagai pengganti tahta kerajaan. Sekalipun
ian terkenal sangat kejam namun masa pemerintahannya dipandang sebagai
6

pemerintahan yang disiplin dan saleh. Ia di akui sebagai penguasa yang


bertanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
2. Abu Ja’far Al-Manshur ( 137-159 M/ 754-775M)
Pada saat wafat abul abbas, abu ja’far al- mashur sedang dalam bepergian
menunaikan ibadah haji ke mekkah. Maka penobatan dan penerimaan sumpah
setia diwakilkan kepada kemenakannnya yang bernama isa. Abu ja’far segera
kembali menuju ke kufah untuk menerima penyerahan jabatan khalifah dengan
gelar al- mashur( kemenangan). Al- mashur dan beberapa khalifah pertama
merupakan penguasa yang memiliki kemampuan dan kecakapan yang luar biasa
dalam mencurahkan segala waktu, tenaga dan pikirannya demi kemajuan dan
kesejahteraan bangsanya. Dalam hal ini amir ali menyatakan, “mereka ( yakin
beberapa penguasa 2pertama abbasiyyah berusaha keras membangun kota-kota
baru, membuka jalan mengali terusan dan sumber-sumber mata air, mendirikan
yayasan wakaf, dan lembaga pendidikan, danmemprakasai kemajuan
perdagangan, seni dan ilmu pengetahuan”. Itu adalah menjadi tugas khalifah al-
manshur untukmengkonsolidasi dinasti yang baru saja berdiri ini secara kokoh.
Ia tidak pernah tidak kejam terhadap musuh-musuh yang menyebabkan
kepentingan dinasti terancam bahaya. Tetrdapat beberapa penberontakan yang
cukup besar namun semuanya dapat ditaklukan dengan tangan besinya.
3. Al-Makmum ( 198-318 H/813-933 )
Dengan kemenangan dalam perang saudara, Al-Makmum menduduki tahta
kerajaan abbasiyyah. Namun ia tidak segara menjalani kehidupan istana di
bagdad, melainkan ia tepat menyibukan diri dalamkajian filsafatnya di Merv.
Karena ia menyerahkanurusan pemerintahnya kepada wakilnya yakni Fadl Ibn
Sahal.
Masa pemerintahan makmum diwarnai dengan gerakan pendidikan, baik
diwlayah timur maupun barat. Ia mendatangkan para ilmuan, penulis, pujangga,

2
K. Ali, Sejarah Islam( Tarikh Pramodern), Jakarta, h. 434
7

fisikawan, dan filosof untuk berkarya di istana Bagdad. Pada masa ini juga
berkembang kegiatanpengumpulan hadistt. Ahli hadist al- bukhari dan ahli
sejarah al- wakidi berkarya pada masa pemerintahan ini. Bahkam ilmuan-
ilmuan yahudi dan nasrani juga diperkenankan tinggal di istana karena
keilmuwan mereka, dan kemahiran mereka dalam bahasa arab, dan kecakapan
mereka mengenai literatur dan bahasa Yunani.3
4. Harun Al-Rasyid (170-194 H/ 786-809 M)
Sesuai dengan amanat Al- Mahdi, Harun Al- Rasyid segera menduduki
tahta kerajaan sepeninggal saudaranya yakni al-hadi. Ia dinobatkan sebagai
pemangku tahta kerajaan pada usia 25 tahun dan berkuasa selama 23 tahun.
Penobatan ini mengantarkan Dinasti Abbasiyyah pada masa kemajuan yang
gemilang. Harun tidak hanya disanjung di negeri-negeri juga menyanjungnya
kisah “Seribu Satu Malam” merupakan gambaran masa kejayaan bangsa arab
yang senantiasa dikaitkan dengan masa pemerintahan Harun.
Kebijakan pertama yang ditempuh khalifah Harun adalah melantik seoeang
penasihat pribadinya yang bernama Yahya Ibn Khalid Al- Barmaki sebagai
perdana menteri ( wazir), dan sekaligus mengankat dua putra yahya yang
bernama fadl dan ja’far sebagai pejabat tinggi harun.Pada tahun pertama, harun
melancarkan pembangunan kota-kota di wilayah mesopotamia dan
menjadikannya sebagai daerah istimewa yang disebut alwasim.

C. Masa Kejayaan Peradaban Dinasti Abasiyyah


Peradaban dan kebudayaan Islam tumbuh dan berkembang bahkan
mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyyah. Hal tersebut dikarenakan dinasti
Abbasiyyah pada periode awal lebih menekankan pembinaan dan kebudayaan
Islam dari pada perluasan wilayah, serta menyiapkan landasan bagi

3
Badri Yatim, Sejarah Peradapan islam, Jakarta, h. 51
8

perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Disini letak


perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah.

Puncak kejayaan dinasti Abbasiyyah terjadi pada masa khalifah Harun al-
Rasyid (786-809 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Ketika al-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin meski ada pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika utara
hingga ke India.

Di masanya berkembang ilmu pengetahuan agama seperti ilmu al-


Qur’an, Qiraat, Hadis, Fiqh, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Salah satu karya
sastra yang sangat fenomenal di masa itu adalah Alf Lailah Wa Lailah (seribu
satu malam). Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika,
matematika, astronomi, musik, kedokteran, al- jabar, aritmatika, geografi, dan
kimia. Karena kecintaannya terhadap ilmu, maka didirikanlah perpustakaan
sekaligus lembaga ilmu pengetahuan yang diberi nama Baitul Hikmah, di
dalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

Ilmu-ilmu umum masuk ke dalam Islam melalui terjemahan dari bahasa


Yunani, Persia dan India. Pada masa al-Makmun, beliau memerintahkan
supaya dibeli dan dikumpulkan untuknya buku-buku karya bangsa asing,
kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Arab, lalu dikumpulkan di Baitul
Hikmah. Di antara penerjemah yang masyhur adalah Hunain bin Ishak, seorang
Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani kedalam
bahasa Arab. Ia menerjemahkan kitab Republick dari Plato, dan
kitab Katagori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles. Lalu ada al-Hajaj
bin Yusuf bin Matr telah menerjemahkan untuk al-Makmun beberapa buah
buku karya Euclides dan buku Ptolemy. Sehingga pada zamannya itulah lahir
filosof Arab yang terkenal seperti al-Kindi dan ahli astronomi al-Khawarizmi
yang menyusun ringkasan astronomi berdasarkan ilmu Yunani dan India.
9

Kemajuan ilmu pengetahuan dan lembaga pendidikan di masa Dinasti


Abbasiyah paling tidak ditentukan oleh dua hal yaitu:

1. Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang


lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu filsafat dan sastra.
Bangsa India terlihat dalam bidang ilmu kedokteran, matematika, dan
astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-
terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama filsafat.

2. Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada


masa khalifah al-Manshur hingga Harun al-Rasyid. Buku-buku yang
banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan
mantiq. Fase kedua, pada masa al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-
buku dalam bidang filsafat dan kedokteran adalah yang paling banyak
diterjemahkan. Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama
setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu lainnya
yang diterjemahkan semakin meluas.

Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan pusatnya di Baghdad


sangat maju sebagai pusat peradaban dan pusat ilmu pengetahuan. Berikut
daftar beberapa kemajuan yang berhasil dicapai pada masa Dinasti
Abbasiyyah4:

1. Bidang Agama.

a. Fiqh:

Para tokoh bidang fiqih dan pendiri mazhab, antara lain:

1) Imam Abu Hanifah (700-767 M).

2) Imam Malik (713-795 M).

4
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:Amzah,2009, h. 148
10

3) Imam Syafi’i (767-820 M).

4) Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M).

b. Ilmu Tafsir:

Para tokoh bidang ilmu Tafsir, antara lain:

1) Ibnu Jarir Al-Tabari

2) Ibnu Atiyah al-Andalusi

3) Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani.

c. Ilmu Hadis:

Para tokoh ilmu Hadis, antara lain:

1) Imam Bukhari

2) Imam Muslim

3) Ibnu Majah

4) Abu Dawud

5) Imam al-Nasa’i

6) Imam Baihaqi.

d. Ilmu Kalam:

Para ahli ilmu kalam (teologi), antara lain:

1) Imam Abu Hasan al-Asy’ari (260 H/873 M - 324 H/935 M).

2) Imam Abu Mansur Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi (w. 333


H/944 M).

3) Zamakhsyari (w. 528 H), tokoh Mu’tazilah sekaligus pengarang kitab


Tafsir al-Kasysya

e. Ilmu Bahasa:
11

Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyyah


adalah ilmu Nahwu, ilmu Sharaf, ilmu Bayan, ilmu Badi’, dan ilmu Arudh.
BahasaArab dijadikan bahasa ilmu pengetahuan, di samping alat komunikasi
antar bangsa, tokohnya antara lain:

1) Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000
halaman.

2) Abu Zakaria al-Farra (w. 208 H), kitab Nahwunya terdiri dari 6.000
halaman lebih.

2. Bidang Umum.

a. Filsafat

Para filusuf Islam kala itu antara lain:

1) Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M), karyanya lebih dari 231 judul.

2) Abu Nasr al-Farabi (961 M), karyanya lebih dari 12 buku. Dijuluki al-
Mua’llimuts Tsani (the second teacher), guru kedua, sedang guru pertama
bidang filsafat adalah Aristoteles.

3) Ibnu Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M), menghidupkan kembali


filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato.

4) Ibnu Tufail (w. 581 H), penulis buku novel filsafatHayy bin Yaqzan.

5) Al-Gazali (1058-1111 M), dijuluki Hujjatul Islam. Karyanya antara lain:


Maqasid al-Falsafiyyah, Tahafut al-falsafiyyah, danIhya Ulumuddin.

6) Ibnu Rusyd dikenal dengan Averros (1126-1198 M), seorang filosof, dokter,
dan ulama. Karyanya antara lain: Mabadi al-Falsafiyyah, Tahafut al-Tahafut
al-Falsafiyyah, al-Kuliah fi al-Tib, dan Bidayah al-Mujtahid.

b. Ilmu Kedokteran.

Diantara ahli kedokteran ternama saat itu adlah:


12

1) Ibnu Sina (Avicenna), karyanya yang terkenal adalah al-Qanun fi al-


Tibtentang teori dan praktik ilmu kedokteran serta membahas pengaruh obat-
obatan. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa, Canon of Medicine.

2) Abu Bakar ar-Razi (Rhazez) (864-932 M) dikenal sebagai “Galien Arab”.


Tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles,
penulis buku mengenai kedokteran anak.

c. Matematika

Terjemahan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab, menghasilkan karya-


karya dalam bidang matematika. Di antara ahli matematika yang terkenal
adalah al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi adalah pengarang kitab al-Jabar wal
Muqabalah  (ilmu hitung), dan penemu angka nol. Sedangkan angka lain: 1, 2,
3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab karena diambil dari Arab. Sebelumnya
dikenal angka Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu
al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin al-Abbas (940-998)
terkenal sebagai ahli ilmu matematika.

d.  Farmasi

Di antara ahli farmasi pada masa dinasti Abbasiyah adalah ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), Jami
al-Mufradat al-Adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).

e. Ilmu Astronomi

Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu


astronomi dari berbagai bangsa seperti Yunani, India, Persia, Kaldan, dan
ilmu falak Jahiliah. Di antara ahli astronomi Islam adalah:

1) Abu Mansur al-Falaki (w. 272 H). Karyanya yang terkenal adalah Isbat al-
Ulum danHayat al-Falak.
13

2) Jabir al-Batani (w.319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong bintang


pertama. Karyanya yang terkenal adalah kitab Ma’rifat Mathiil Buruj Baina
Arbai al-Falak.

3) Raihan al-Biruni (w.440). Karyanya adalah al-Tafhim li awal as-Sina al-


Tanjim.

f. Geografi

Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak semula


bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh
untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umatIslam adalah
umat Islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal
kemunculan Islam.

Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah:

1) Abul Hasan al-Mas’udi (w.345 H/956 M), seorang penjelajah yang


mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis
buku Muruj al-Zahab wa Ma’adin al-Jawahir.

2) Ibnu Khurdazabah (820-913 M) berasal dari Persia yang dianggap sebagai


ahli geografiIslam tertua. Di antara karyanya adalah Masalik wa al-
Mamalik, tentang data-data penting mengenai sistem pemerintahan dan
peraturan keuangan.

3) Ahmad el-Yakubi, penjelajah yang pernah mengadakan perjalanan sampai ke


Armenia, Iran, Mesir, Maghribi, dan menulis bukual-Buldan.

4) Abu Muhammad al-hasan al-Hamadani (w.334 H/946 M), karyanya


berjudul Sifatu Jazirah al-Arab.

g. Sejarah

Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah. Beberapa


tokoh sejarah antara lain:
14

1) Ahmad bin Ya’kubi (w.895 M) karyanya adalah al-Buldan (negeri-


negeri), al-Tarikh(sejarah).

2) Ibnu Ishaq.

3) Abdullah bin Muslim al-Qurtubah (w.889 M), penulis buku al-Imamah wa al-


Siyasah, al-Ma’arif, Uyunul Ahbar, dan lain-lain.

4) Ibnu Hisyam.

5) Al-Tabhari (w.923 M), penulis buku kitab al-Umam wa al-Muluk.

6) Al-Maqrizi

7) Al-Baladzuri (w.892 M), penulis buku-buku sejarah.

h. Sastra

Dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan


sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:

1) Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya.

2) Al-Nasyasi, penulis buku alfu lailah wa lailah (the Arabian night), adalah


buku cerita sastra Seribu satu Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan
ke dalam hamper seluruh bahasa dunia.

D. Dinasti-dinasti yang memerdekakan Diri dari Baghdad


    Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir
zaman Bani Umayyah. Akan tetapi, berbicara tentang politik Islam dalam lintasan
sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan
pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal
berdirinya sampai masa Keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah
kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada
pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan Dinasti ini tidak pernah diakui Spanyol dan
seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan
15

bersifat nominal. Bahkan, dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai


khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-
gubernur provinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan
pembayaran upeti.

Menurut watt, sebenarnya kerentuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat


sejak awal abad ke-9. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya
pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di provinsi-provinsi tertentu
yang membuat mereka benar benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu
itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah
memperkerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara
Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan
anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya ternyata, menjadi
ancaman besar terhadap kekuatan khalifah. Apalagi, pada periode pertama
pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa
gerakan syu`ubiyah (kebangsaan/anti Arab). Gerakan inilah yang banyak
memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, di samping persoalan-persoalan
keagamaan. Tampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari
fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu.5

        Dinasti-dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada
masa Khilafah Abbasiyah, dia antaranya adalah:

1. Yang berbangsa Persia

a. Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).

b. Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).


5
Membangun semangat hidup, makalah peradaban islam pada masa abbasiyah

https://membangunsemangathidup.blogspot.com/2017/10/makalah-peradaban-
islam-pada-masa.html?m=1 online pada 02 oktober 2019 pukul 12.07 WIB
16

c. Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).

d. Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).

e. Buwaihiyah, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/932-1055 M).

2.  Yang berbangsa Turki

a. Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).

b. Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).

c. Ghaznawiyah di Afghanistan, (351-585 H/962-1189 M).

d. Dinasti seljuk dan cabang-cabangnya:

1) Seljuk besar atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn Al-Din Abu Thalib
Tuqhrul Bek Ibn Seljuk Ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan
memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522 H/1037-1127 M).

2) Seljuk Kirman di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).

3) Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).

4) Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).

5) Seljuk Rum atau Asia Kecil di Asia Kecil, (470-700 H/1077-1299 M).

3. Yang berbangsa Kurdi

a. Al-Barzuqani, (384-406 H/959-1015 M).

b. Abu Ali, (380-489 H/990-1095 M).

c. Ayubiyah (564-648 H/1167-1250 M).

4.  Yang berbangsa Arab

a. Idrisiyyah di Maroko, (172-375 H/788-985 M).

b. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).

c. Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).


17

d. Alwiyah di Tabaristan, (250-316 H/864-928 M).

e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929-1002 M).

f. Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H/1011-1150 M).

g. Ukailiyyah di Maushil, (250-489 H/996-1095 M).

h. Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).

5.  Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:

a. Umawiyah di spanyol

b. Fathimiyah di Mesir.

     Dari latar belakang dinasti-dinasti itu, nampak jelas adanya persainga antarbangsa,
terutama antara Arab, Persia, dan Turki. Di samping latar belakang kebangsaan,
dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi paham keagamaan, ada yang latar belakang
syi’ah, ada yang Sunni.

Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran bani abbas pada periode


ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:

1. Luasnya wilayah kekuasaan daulat Abbasiyah sementara komunikasi pusat


dengan daerah yang sulit dilakukan.bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya
dikalangan para pebuasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.

2. Dengan profesionailsasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifag kepada


mereka sangat tinggi.

3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangatbesar.Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup
memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.6

E. Hancurnya dinasti abbasiyah

6
Ibid.
18

Selama periode perang salib, panglima dan pasukan muslim telah menunjukan
sikap mereka yang sangat menawan dan bijaksana. Mereka penuh kesabaran dalam
berjuang dan gigih dalam pertahanan, pemaaf dan kesatria. Sementara itu
bersamaan dengan periode ini kekhalifahan Abbasiyah di baghad tengah dilanda
konflik politik internal. Bahkan ketika kekuasaannya terancam oleh serangan
pasukan salib, mereka sama sekali tidak mengambil sikap peduli. Mereka tenang
saja di istana baghad bermalas-malasan dan boros. Pola kehidupan sang khalifah
yang demikian ini berlangsung terus menerus sampai bagdad dan membunuh
khalifah abbasiyah yang terakhir, yakni Al-Mustasim. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1258 M. Yang menandai akhir masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Sebab-
sebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah yaitu:
1. Banyak mayoritas khalifah abbasiyah periode akhir lebih mementingkan
urusan-urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap
negara
2. Supremasi bangsa turki padaperiode akhir abbasiyah juga turut menyebabkan
jatuhnya dinasti abbasiyah. Bahwa sepeningal khalifah mutwakkil pengaruh
kekuatan turki berkembang semakin kuat, bahkan khalifah pengganti
mutawakkil tidak mampu menekannya. Akibatnya kelompok arab dan persia
menaruh kecemburuan atas ketinggian posisi mereka.
3. Sikap para khalifah yang mengabaikan urusan kemiliteran turut mendukung
kemunduran dinasti ini. Bahwa kelangsungan dan stabilitas suatu imprerium
sangat bergantung pada kekuatan militernya.
4. Hubungan antara wilayah-wilayah provinsi dengan pemerintahan pusat di
bagdad semakin merenggang.
5. Faktor ekonomi juga turut mendukung kemunduran kekuasaan dinasti
abbasiyah. Bahwa pendapatan utama negara adalah dari sektor pajak. Negera
menetapkan beban pajak yang tinggi untuk kepentingan kalangan atasan
istana.
19

Selain sebab-sebab internal yang terjadi yang telah disebutkan diatas, mestinya
dilengkapi dengan sebuah sebab eksternal yaitu penyerbuaan hulagu khan yang
menghancur leburkan kota Bagdad. Ia membunuh khalifah terakhir abbasiyah, dan
membantai keluarga istana. Hancurnya Bagdad oleh serangan hulagu khan menandai
berakhirnya kekuasaan bani abbasiyah. Inilah pertama kali dalam sejarah Islam
dimana ummat muslim hidup tanpa seorang khalifah.
20

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
         Dari beberapa uraian di atas, yang telah kami bahas. Maka kami mengambil
kesimpulan, yaitu:

Berdasarkan pada pembahasan sebelumnya, maka dapatlah ditarik


kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Dinasti Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah.


Dinamakan Abbasiyah, karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah
keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad saw.. Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn
al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari
tahun 132 H. (750 M.) s. d. 656 H. (1258 M.). Selama dinasti ini berkuasa,
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, sosial, dan budaya.

2. Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, Umat Islam banyak mengalami


kemajuan yang sangat pesat, di antaranya dalam bidang administrasi, agama,
sosial, ilmu pengetahuan, dan pemerintah.

3.   Kemunduran Dinasti Abbasiyah disebabkan oleh banyak faktor, baik yang


sifatnya internal maupun yang sifatnya eksternal.

B. Saran
Alhamdulillah kelompok kami telah menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi
pembaca.
21

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak


kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran yang dapat
membangun kami ke depannya agar lebih baik lagi.
22

DAFTAR PUSTKA
Munir, Amin. 2010.  Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Abdul, Karim. 2007. Sejarah Pemikiran Dan Peradaban Islam. Yogyakarta:


Pustaka Book Publisher.

Badri, Yatim. 1993. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

K. Ali, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta, h.

Politik123, Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah,


http://politik123.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinya-dinasti-
abbasiyah.html?m=1

Membangun hidup bangsa, makalah peradaban islam pada masa abbasiyah


https://membangunsemangathidup.blogspot.com/2017/10/makalah-peradaban-
islam-pada-masa.html?m=1

Iin Mayamai Risa, Dinasti-dinasti yang memerdekakan diri dari Baghdad


http://iinmayamairisa.blogspot.com/2017/12/dinasti-dinasti-yang-
memerdekakan-diri.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai