Anda di halaman 1dari 13

Makalah Sejarah Peradaban Islam

Tentang:
BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Disusun
O
L
E
H

Zuhra
(201912040)

Dosen Pembimbing: Abdullah. SHI. MA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta Alam yang Maha pengasih lagi Maha penyayang. Shalawat
serta salam mudah-mudahan selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Kepada
keluarga, sahabat, kerabat, serta pengikut beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillahirabbil alamin makalah mata kuliah “Sejarah Peradaban Islam” ini berhasil kami
buat walaupun dengan penuh kesadaran bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Namun, kami berharap kepada dosen pembimbing untuk bersedia menerima dan mengoreksi makalah ini
agar kiranya akan lebih baik lagi kedepannya dalam pembuatan makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini memberikan manfaat kepada siapa saja yang membacanya dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan.

Lhokseumawe, 16 Marer 2020

Zuhra.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………...………….…....…… 1
B. Rumusan Masalah……………………………....………………………….. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah……………….………………………...…….… 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah.......................................................... 3
B. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah. .. 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………..………..………………………..…….… 13
B. Saran……………………………………………………...…………….…. 13
DAFTAR BACAAN...........………………………………………………...….. 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah merupakan suatu hal yang telah terjadi di masa lalu yang dijadikan sebagai batu pijakan
dalam sebuah peradaban. Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para
sahabat dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak
terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju.
Maju mundurnya peradaban Islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat Islam itu sendiri.
Maka dari itu kita akan membahas sebuah peradaban besar yang sangat berpengaruh luas, yaitu masa
kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Dalam peradaban umat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah peradaban umat
Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan umat Islam yang memperoleh masa
kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu
dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan
semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa
keemasan yang melampaui  kesuksesan negara-negara Eropa.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah?
2. Bagaimana kemajuan peradaban Islam pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Agar para pembaca mengetahui sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah.
2. Agar para pembaca mengetahui kemajuan peradaban Islam pada masa pemerintahan Dinasti
Abbasiyah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Dinasti Abbasiyah


Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan Dinasti Bani Umayyah.
Dinamakan Daulah Abbasiyah karena pendiri dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman
Nabi Muhammad SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M, oleh Abul Abbas Ash-
Shafah.1
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan,
antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuk
menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW, Abbas bin Abdul Muthalib. Dari nama
Al-Abbas paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempa pusat kegiatan yaitu,
Humaimah, Kufah, dan Khurasan.
Dengan organisasi yang bertingkat dan mekanisme pembagian tugas di atas gerakan Abbasiyah
memutuskan bahwa Khurasan dijadikan sebagai pusat kegiatan gerakan Abbasiyah. Alasan pemilihan
Khurasan selain karena letak geografisnya yang jauh dari ibukota Dinasti Umayyah, Damaskus, juga
beberaoa faktor sosial yang menguntungkan yaitu masyarakat Khurasan yang berkebangsaaan Arab
mendukung gerakan ini. Sedangkan masyarakat Khurasan non-Arab mempunyai kekecewaan-
kekecewaan politik terhadap Bani Umayyah karena kebijakan dalam hal pajak yang dianggap
memberatkan rakyat.2
Di kota Humaimah bermukim keluarga Abbasiyah, salah seorang pimpinannya bernama Al-Imam
Muhammad bin Ali yang merupakan peletak dasar-dasar bagi berdirinya Dinasti Abbasiyah.3 Dia
mengemukakan bahwa pemindahan kekuasaan dari satu keluarga ke keluarga yang lain harus didahului
oleh persiapan jiwa. Bahwa perubahan yang mendadak akan menyebabkan kegoncangan dalam
masyarakat dan belum tentu berhasil, sehingga harus diatur strategi yang hati-hati dengan cara
menyebarkan para propagandis untuk mendukung keluarga Nabi saw. Ide dan pemikiran untuk
1
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 138
2
Armany Lubis dkk, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta, 2005), h. 107
3
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 139
mendirikan kekuasaan Abbasiyah diatur di Humaimah, dan disebarkan di Kufah sedang tempat
pergolakan dilakukan di Khurrasan yang jauh dari pengamatan pemerintahan pusat Umayyah di
Damaskus. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang di bawah para pemimpinnya yang
berjumlah 12 orang, dan puncak pemimpinnya adalah Muhammad bin Ali. Mereka mendakwahkan
kebaikan keluarga Bani Hasyim untuk mengambil hati dan dukungan dari kelompok Syi’ah. Langkah itu
berhasil menggaet pendukung kaum Syi’ah.4

Muhammad bin Ali meninggal pada tahun 125 H/742 M. Sebelum meninggal, ia menunjuk
putranya, Ibrahim sebagai penggantinya. Di masa Ibrahim bin Muhammad ini gerakan Abbasiyah mulai
menjadi gerakan terbuka dan pemberontakan terhadap Dinasti Umayyah pun mulai diproklamirkan.
Untuk tujuan itu Ibrahim mengutus Abu Muslim al-Khurrasani pergi ke Khurrasan menemui Sulaiman
bin Katsir al-Khuza’i dan berjuang bersamanya di daerah itu. 5 Akan tetapi, gerakan Ibrahim diketahui
oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap oleh
pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan
kepada adiknya yaitu Abul Abbas untuk pindah ke Kufah. Dan pemimpin propaganda dibebankan kepada
Abu Salamah.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan
diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali,
salah seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin
Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah ini terus menerus melarikan diri hingga
ke Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M dengan
demikian maka tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin
oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.6
Ditinjau dari proses pembentukannya, Dinasti Abbasiyah didirikan atas dasar-dasar sebagai
berikut.
1. Dasar kesatuan untuk menghadapi perpecahan yang timbuh dari dinasti sebelumnya.
2. Dasar universal (bersifat universal), tidak terlandaskan atas kesukuan.
3. Dasar politik dan administrasi menyeluruh, tidak diangkat atas dasar keningratan.
4. Dasar kesamaan hubungan dalam hukum bagi setiap masyarakat Islam.
5. Pemerintahan bersifat Muslim moderat, ras Arab hanyalah dipandang sebagai salah satu bagian
saja di antara ras-ras lain.
6. Hak memerintarah sebagai ahli waris nabi masih tetap di tangan mereka.7
4
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), h. 87-88
5
Armany Lubis dkk, Sejarah Peradaban Islam, h. 108
6
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 140
7
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 44
Adapun periode-periode pada pemerintahan Dinasti Abbasiyah dibagi menjadi tiga periode sebagai
berikut.
1) Periode Pertama (132- 232 H)
Pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah di seluruh kerjaan Islam kecuali di
Andalusia. Para khalifah di zaman tersebut merupakan pahlawan-pahlawan yang memimpin
angkaran tentara dan mengarungi peperangan. Kebanyakan mereka adalah ulama-ulama yang
mengeluarkan fatwa dan berijtihad, cinta akan ilmu pem keluargngetahuan, merapatkan hubungan
dengan kaum keluarga dan menyampaikan pidato yang berapi-api.
2) Periode Kedua (232-590 H)
Periode ini kekuasaan politik berpindah dari tangan khalifah kepada golongan berikut.
i. Kaum Turki (232-234 H) kecuali semasa timbul kesadaran puncak di tangan al-Muwaffaq semasa
saudaranya al-Mu’tamid menjadi khalifah (256-279 H), kemudian di tangan al-Mu’tahdid bin al-
Muwaffaq di masa khalifah al-Mu’tamid dan di masa al-Mu’tadhif sendiri menjadi khalifah (279-
289 H).
ii. Golongan Bani Buwaih (334-447 H).
iii. Golongan Bani Saljuq (447-590 H).

3) Periode Ketiga (590-656 H)


Apabila sultan-sultan Bani Saljuq memnjadi lemaha, kerjaan mereka mulai mengalami keruntuhan
dan pecah-belah, dan segala urusan pemerintahan diurus oleh sekelompok para pemerintah yang banyak,
diantaranya dikenali dengan gelar Syah dan Atabk. Setiap pemerintah itu menguasai perbatasan kerajaan
Bani Saljuq. Khalifah telah mengambil kesempatan ini untuk mengumumkan kedaulatannya di Baghada
dan kawasan sekitarnya. Khalifah dan putra-putranya terus menikmati kedaulatan dan kemerdekaan yang
penuh di kawasan kecil tersebut, sehingga kaum Tartar yang dipimpin oleh Hulaku datang menyerang
dan menakluk dunia Islam serta memusnahkan kota Baghdad, membunuh khalifaj dan menematkan
pemerintahan Abbasiyah pada tahun 656 H.8
Berikut adalah daftar nama-nama khalifah pemerintahan Abbasiyah.
i. Abu Abbas as-Saffah (132-137H/750-754M)
ii. Abu Ja’far al-Mansur (137-159H/754-775M)
iii. Abu Abdullah Muhammad al-Mahdi bin al-Manshur (159-169H/775-785M)
iv. Abu Musa al-Hadi (169-170H/785-786M)
v. Abu Ja’far Harun al-Rasyid (170-194H/786-809M)
vi. Abu Musa Muhammad al-Amin (194-198H/809-813M)
8
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudaayan Islam 3, (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2008) h. 19
vii. Abu Ja’far Abdullah al-Ma’mun (198-218H/813-833M)
viii. Abu Ishak Muhammad al-Mu’tashim (218-227H/883-842M)
ix. Abu Ja’far al-Watsiq (227-232H/842-847M)
x. Abul Fadhl Ja’far al-Mutawakkil (232-247H/847-861M)
xi. Abu Ja’far Muhammad al-Muntasir (247-248H/861-862M)
xii. Abul-Abbas Ahmad al-Musta’in (248-252H/862-866M)
xiii. Abu Abdullah Muhammad al-Mu’taz (252-256H/866-869M)
xiv. Abu Ishak Muhammad al-Muhtadi (256-257H/869-870M)
xv. Abul-Abbas Ahmad al-Mu’tamid (257-279H/870-892M)
xvi. Abul-Abbas Ahmad al-Mu’tadid (279-290H/892-902M)
xvii. Abu Muhammad Ali al-Muktafi (290-296H/902-908M)
xviii. Abu-Fadhl Ja’far al-Muqtadir (296-320H/908-932M)
xix. Abu Mansur Muhammad al-Qohir (320-323H/932-934M)
xx. Abul-Abbas Ahmad ar-Radi (323-329H/934-940M)
xxi. Abu Ishak Ibrahim al-Muttaqi (329-333H/940-944M)
xxii. Abul-Qasum Abdulah al-Mustakfi (333-335H/944-946M)
xxiii. Abul-Qasim al-Mufadhdhal al-Muthi’ (335-364H/946-974M)
xxiv. Abul-Fadhl Abdul Karim al-Tha’i (364-381H/974-991M)
xxv. Abul-Abbas Ahmad al-Qadir (381-423H/991-1031M)
xxvi. Abu Ja’far Abdullah al-Qa’ima (423-468H/1031-1075M)
xxvii. Abul-Qasim Abdullah al-Muqtadi (468-487H/1075-1094M)
xxviii. Abul-Abbas Ahmad al-Mustazhir (487-512H/1094-1118M)
xxix. Abu Mansur al-Fadhl al-Mustarshid (512-530/1118-1135)
xxx. Abu Ja’far al-Mansur ar-Rasyid (530-531H/1135-1136M)
xxxi. Abu Abdullah Muhammad al-Muqtafi (531-555H/1136-1160M)
xxxii. Abul-Muzhaffar al-Mustanjid (555-566H/1160-1170M)
xxxiii. Abu Muhammad al-Hasan al-Mustadhi’ (566-576H/1170-1180M)
xxxiv. Abul-Abbas Ahmad an-Nasir (576-622H/1180-1225M)
xxxv. Abu Nashr Muhammad az-Zahir (622-623H/1225-1226M)
xxxvi. Abu Ja’far al-Mansur al-Mustansir (623-640H/1226-1242M)
xxxvii. Abu Ahmad Abdullah al-Muta’shim (640-656H/1242-1258M)

B. Kemajuan Peradaban Islam pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah


Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis
khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan
berkembang bahkan mencapai kejayaannya pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Bani
Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada
perluasan wilayayh. Di sini letak perbedaan pokok antara Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan
Anaknya Al-Makmum (813-833 M). Ketika Ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur,
kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai
dari Afrika Utara hingga ke India.9

1. Lembaga dan Kegiatan Ilmu Pengetahuan


Kontribusi ilmu terlihat pada upaya Harun Al-Rasyid dan puteranya Al-Makmun ketika
mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pusat peneropong bintang, perpustakaan terbesar dan
dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan.
Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan Dunia Islam selalu bermuara pada masjid. Masjid
dijadikan centre of education. Pada Dinasti Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan
teknologi diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga ini kita kenal ada dua tingkatan yaitu sebagai berikut.
a) Maktab/kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal dasar-
dasar bacaan, menghitung, dan menulis serta anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama.
b) Tingkat pedalaman, para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi ke luar daerah atau ke
masjid-masjid bahkan ke rumah-rumah gurunya.10

Pada perkembangan selanjutnya mulailah dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori Nizhamul


Muluk yang memerintah pada tahun 456-486 H. lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa
Dinasti Abbasiyah. Madrasah ini dapat ditemukan di Bagdad, Balkan, Naishabur, Hara, Ishafan, Basrah,
Mausil dan kota-kota lainnya. Madrasah yang didirikan ini mulai dari tingkat rendah, menengah, serta
meliputi segala bidang ilmu pengetahuan.11

2. Corak Gerakan Keilmuan

9
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 144
10
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam, h. 50
11
A. Hasymy, Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), h. 212
Gerakan keilmuan pada Dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik. Kajian keilmuan yang
kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu kedokteran. Disamping kajian yang bersifat pada
Al-Quran dan Al-Hadis; sedang astronomi, mantik dan sastra baru dikembangkan dengan penerjemahan
dari Yunani.12

3. Kemajuan dalam Bidang Agama


Pada masa Dinasti Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode
penafsiran, yaitu tafsir bi al-ma’tsur dan tafsir bi al-ra’yi. Dalam bidang hadis, pada zamannya hanya
bersifat penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada zaman ini juga mulai
diklafikasikan secara sistematis dan kronologis. Pengklafikasian itu secara ketat dikualifikasikan sehingga
kita kenal dengan klasifikasi hadis shahih, dhaif dan maudhu. Bahkan dikemukakan pula kritik sanad dan
matan, sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwayatkan hadis tersebut. 13
Diantara para ahli
tafsir pada masa dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Jarir Ath-Thabari, Ibnu Athiyah Al-Andalusi, dan Ibnu
Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
Dalam bidang fiqhi, pada masa ini lahir fuqaha legendaris yang kita kenal, seperti imam Hanifah
(700-767 M), Imam Malik (735-795 M), Imam Syafei (767-820 M) dan Imam Ahmad Ibnu Hambal (780-
855 M). Sedangkan dalam bidang hadis, pada masa ini lahir ahli hadis seperti Imam Bukhari (194-256 H),
karyanya Shahih Al-Bukhari. Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim. Ibnu Majah, karyanya
Sunan Ibnu Majah. Abu Dawud, karyanya sunan Abu Dawud. Imam An-Nasai, karyanya sunan An-Nasai
dan Imam Baihaqi.14
Ilmu lughah tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa Arab yang semakin dewasa
memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh. Ilmu bahasa yang dimaksud adalah nahwu, sharaf,
ma’ni, bayan, badi, arudh dan insya.

4. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Sains dan Teknologi


Kemajuan ilmu teknologi (sains) sesungguhnya telah direkayasa oleh ilmuan Muslim. Kemajuan
tersebut adalah sebagai berikut.
a) Astronomi, ilmu ini melalui karya India Shindind diterjemahkan oleh Muhammad ibnu Ibrahim
Al-Farazi (777 M). Ia adalah astronom Muslim pertama yang membuatastrolabe, yaitu alat untuk
mengukur ketinggian bintang. Di samping itu, masih ada ilmuan-ilmuan Islam lainnya, seperti Ali
ibnu Isa Al-Asturlabi, Al-Farghani, Al-Battani, Umar Al-Khayyam dan Al-Tusi.15

12
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam, h. 51
13
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam, h. 51
14
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 148
b) Kedokteran, ilmu kedokteran pada masa daulah Abbasiyah berkembang pesat. Rumah-rumah sakit
besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan. Pada masa ini dokter yang pertama yang terkenal
adalah Ali ibnu Rabban Al-Tabari. Pada tahun 850 ia mengarang buku Firdaus al-Hikmah. Tokoh
lainnya adalah Al-Razi, Al-Tuqrai, dan Ibnu Sina.16
c) Sejarah dan Geografi. Pada masa Abbasiyah sejarawan ternama abad ke 3 H adalah Ahmad bin
Al-Yakubi, Abu Jafar Muhammad bin Al- Tabari. Dalam bidang geografi umat Islam sangat maju,
karena sejak semula bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasanya menempuh jarak
jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah umat Islam mengembara
ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan Islam. Di antara tokoh ahli geografi
yang terkenal adalah Abu Hasan Al-Mas’udi (w.345 H/956 M), seorang penjelajah yang
mengadakan perjalanan sampai Persia, India, Srilanka, Cina, dan penulis buku Muruj Az-Zahab
wa Ma’adin Al-jawahir.17
d) Ilmu Kimia, bapak kimia Islam adalah Jabir ibnu Hayyan (721-815 M). Sebenarnya banyak ahli
kimia Islam ternama lainnya seperti Al-Razi, Al-Tuqrai yang hidup pada abad ke 12 M.18
e) Farmasi, diantara ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang
terkenal adalah Al-Mughini (berisi tentang obat-obatan), Jami Al-Mufradat Al-Adawiyah (berisi
tentang obat-obatan dan makanan bergizi).19
f) Matematika, terjemahan dari buku-buku asing ke dalam bahasa Arab menghasilkan karya dalam
bidang matematika. Di antara ahli matematika Islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi. Al-
Khawarizmi adalah pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka
nol. Sedangkan angka lain: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 0 disebut angka Arab karena diambil dari Arab.
Sebelum dikenal angka Romawi I, II, III, IV, V dan seterusnya. Tokoh lain adalah Abu Al-Wafa
Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli matematika.20
g) Sastra, dalam bidang sastra, Baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh
sastra antara lain; Abu Nuwas, salah seorang penyair terkenal dengan karya cerita humornya. An-
Nasyasi, penulis buku Alfu Lailah wa Lailah yang merupaka buku cerita sastra Seribu Satu
Malam yang sangat terkenal dan diterjemahkan ke dalam hampir seluruh dunia.21

15
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam, h. 52
16
opcit
17
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 151
18
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan
Budaya Umat Islam, h. 52
19
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 151
20
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 151
21
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, h. 152
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan materi yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Daulah Bani Abbasiyah diambil dari nama Al-Abbas bin Abdul Mutholib, paman Nabi
Muhammad SAW. Pendirinya ialah Abdullah As-Saffah bin Ali bin Abdullah bin Al-Abbas, atau
lebih dikenal dengan sebutan Abul Abbas As-Saffah. Daulah Bani Abbasiyah berdiri antara tahun
132 – 656 H / 750 – 1258 M.
2. Adapun kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah dapat dilihat dari beberapa hal
yaitu munculnya lembaga dan kegiatan ilmu pengetahuan, corak gerakan keilmuan, kemajuan
dalam bidang agama, kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi, serta
perkembangan politik, ekonomi dan administrasi.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh ,karena itu penulis
senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah kedepannya.

DAFTAR BACAAN

Ali, K. 1997. Sejarah Islam Dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmai (Tarikh Modern). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Hasymy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Hitti, Philip K. 2006. History of The Arabs. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Lubis, Armany, dkk.2005. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Jakarta.
Mufrodi, Ali. 1997. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos.
Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Abbasiah I. Jakarta: Bulan Bintang.
Syalabi, A. 2008. Sejarah dan Kebudaayan Islam 3. Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru.
Thohir, Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah,
Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai