Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FIQH JINAYAH

SYIRB AL- KHAMR


Di susun oleh :

KELOMPOK 4
Zuhra (201912040 )
Raja hibatullah ( 201912030 )
Dosen pembimbing:

Andi Mardika, LC.,M.A.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE


FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH
TAHUN AKADEMIK 2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, sang maha pengasih, penyayang dan
pemurah, karena dengan rahmat dan pertolonganNya, penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul : “ syirb al- khamr” . Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad saw, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan
ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup
kita, baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis menyadari, tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak.Namun, kami berharap kepada dosen pembimbing untuk bersedia menerima dan
mengoreksi makalah ini agar kiranya akan lebih baik lagi kedepannya dalam pembuatan
makalah ini.Akhirnya, semoga makalah ini memberikan manfaat kepada siapa saja yang
membacanya dan menambah wawasan ilmu pengetahuan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1. KataPengantar..............................................................................................................4.
2. RumusanMasalah...........................................................................................................5
3. TujuanPenulisan.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A.    Pengertian Syirbul Khamr….......………….................................................................    3
B.       Dasar Hukum Meminum Khamr.............................................................................       3
C.       Unsur-unsur Jarimah Minuman Khamr ……………………....…........………......       5
D.      Hukuman Bagi Peminum Khamr ............………………….............……………....      6
E.       Hal-hal yang Menghalangi Terlaksananya Hukuman ….....…..........………….......     9 
BAB III PENUTUP...............................................................................................................15
A.Kesimpulan...........................................................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Islam melarang khamr (minuman keras), karena khamr dinggap sebagai induk
keburukan (ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta. Dari sejak
semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa manfaatnya tidak
seimbang dengan bahaya yang ditimbulkankannya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 219 Allah
berfirman:

‫اس َوِإ ْث ُمهُ َما‬


ِ َّ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِي ِه َما ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬...

Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa uanya lebih besar dari
manfaatnya.[1]

Ulama agama mengatakan bahwa hukum meminum khamar adalah haram karena
khamar menjadi induk segala kekejian dan kejahatan. Ahli kedokteran mengatakan bahwa
khamr merupakan bahaya paling besar yang dapat menghancurkan kehidupan manusia.
Khamar membuka jalan masuknya penyakit yang sangat kronis, yakni penyakit TBC.

Di sisi lain, khamar juga dapat melemahkan dan mengurangi kekebalan tubuh, dapat
berefek buruk bagi seluruh anggota tubuh, khususnya hati, serta dapat menyerang seluruh
saraf. Karena itu, tidak mengherankan lagi bahwa khamar merupakan faktor terbesar yang
menjadi sebab adanya penyakit saraf, selain juga merupakan faktor terbesar penyakit dan
faktor terjadinya kesengsaraan dan kriminalitas.

Prinsip tentang larangan khamr ini dipegang teguh oleh negara-negara islam sampai
abad ke-18. Akan tetapi awal abad kedua puluh, negara-negara islam mulai berorientasi ke

3
Barat dengan menerapkan  hokum positif dan meninggalkan hokum Islam. Maka jadilah
khamr (minuman keras) pada prinsipnya tidak dilarang dan orang yang meminumnya tidak

4
diancam dengan hukuman, kecuali apabila ia mabuk di muka umum.

Sementara negara-negara islam tenggelam dalam pengaruh barat karena menjadi


jajahan negara-negara Barat, negara-negara non islam sendiri mulai aktif menggiatkan
kampanye anti minuman keras, karena mereka telh menyadari bahaya dari minuman keras
ini, baik dari kesehatan maupun ketrtiban masyarakat.

Oleh karena itu, saya akan membahas lebih lanjut perihal pengertian khamr, dasar
hokum, unsur-unsur meminum khamr, hukum bagi peminum khamr, cara pembuktian
peminum khamr dan hal-hal yang menghalangi pelaksanaan hukuman.

B.     Rumusan Masalah

a.       Pengertian Syirbul Khamr

b.      Dasar Hukum Meminum Khamr

c.       Unsur-unsur Jarimah Minuman Khamr

d.      Hukuman Bagi Peminum Khamr

e.       Cara Pembuktiannya

f.       Hal-hal yang Menghalangi Terlaksananya Hukuman.

C.    Maksud dan Tujuan

a.       Untuk mengetahui pengertian dan hukum meminum khamr

b.      Mengetahui unsur-unsur dari jarimah minuman khamr

c.       Suapaya Mahasiswa mampu memahami pengertian dari jarimah minuman khamr dan cara
dari pembuktiannya.

d.      Dan yang terahir Mahasiswa mampu mengetahui apa sajakah yang bisa menghalangi
terlaksananya hukuman minuman khamr.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Syirbul Khamr

Ada beberapa nama yang diberikan para ulama berkenaan dengan jarimah ini. Al-
Bukhari memberikan nama syaribul khamr, Abu Dawud menamakannya al-haddu fil khamr.
Ibnu Majah menyebutnya dengan haddus sakran, Imam Syafi’I haddul khamr, dan Imam
Hanafi menamainya dengan hadus syurb.

Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud asyirbah atau
minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk, apapun asalnya. Imam
Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad seperti dikutip H.A. Djazuli, berpendapat bahwa yang
dimaksud khamr adalah minuman yang memabukkan, baik disebut khamr atau dengan nama
lain. Adapun Abu Hanifah membedakan antara khamr dan mabuk. Khamr diharamkan
meminumnya, baik sedikit maupun banyak, dan keharamannya terletak pada dzatnya.
Minuman lain yang bukan khamr tetapi memabukkan, keharamannya tidak terletak pada
minuman itu sendiri (dzatnya), tetapi pada minuman terakhir yang menyebabkan mabuk.
Jadi, menurut Abu Hanifah, minum minuman memabukkan selain khamr, sebelum minum
terakhir tidak diharamkan.[2]

B.     Dasar Hukum Meminum Khamr

Meminum minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang. Para peminum khamr
dinilai sebagai perilaku setan. Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hukum peminum
khamr diungkapkan oleh Allah dalam Alquran secara bertahap tentang status hukum. Hal itu
diungkapkan sebagai berikut.

1.        Ayat-ayat Al-quran

a.       Surah Al-Baqarah ayat 219

‫اس َوِإ ْث ُمهُ َما‬


ِ َّ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِي ِه َما ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬...
6
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya..”

b.      Surah An-nisa’ ayat 43

ْ ‫ارى َحتَّ َى تَ ْعلَ ُم‬


َ‫وا َما تَقُولُون‬ َ ‫صالَةَ َوَأنتُ ْم ُس َك‬ ْ ‫وا الَ تَ ْق َرب‬
َّ ‫ُوا ال‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬...

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”.

c.         Surah Al-Maidah ayat 90-91

‫ ِإنَّ َما ي ُِري ُد‬. َ‫نصابُ َواَأل ْزالَ ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ‫وا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأل‬ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ‫صالَ ِة فَهَلْ َأنتُم ُّمنتَهُون‬ َّ ‫ص َّد ُك ْم عَن ِذ ْك ِر هّللا ِ َو َع ِن ال‬ ُ َ‫ضاء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬ َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬َ ‫ال َّش ْيطَانُ َأن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak ingin menghentikan .[3]

Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat diambil kesimpulan hukum sebagai berikut:

Khamr yang disebut orang kita tuak itu berasal dari perasan air anggur. Al- hidayah
menerangkan, khamr menurut ahli ilmu dan yang terkenal oleh bahasa yaitu minuman yang
berasal dari perasan air anggur. Menurut keterangan lain, tiap-tiap minuman yang menutupi

7
akal pikiran, dinamakan khamr. Demikian menurut ahli bahasa seperti al-Jauhari, Abu Nashr
Al-Qusyairi, Al-Dinuri, pengarang kamus firuzaabadi.[4]

2.   Hadits

Riwayat dari Ibnu Umar ra.

"Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Berkata: Umar telah berkhutbah di atas mimbar Rasulullah
Saw. Beliau mengucap syukur kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian dia berkhutbah:
Sesungguhnya arak telah diharamkan oleh Allah berdasarkan ayat Alquran. Arak yang
dimaksud, terdiri dari lima macam jenis, yaitu gandum, barli, tamar, zabib dan madu. Arak
ialah benda yang menyebabkan hilang akal yaitu mabuk”.[5]

C.    Unsur-unsur Jarimah Minuman Khamr

Unsur-unsur jarimah minuman khamr ada dua macam, yaitu:

1.      Asy-Syurbu (meminum)

Sesuai pengertian asy-syurbu (minuman) sebagaimana yang telah dikemukakan di


atas, Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad berpendapat bahwa unsur ini (Asy-
Syurbu) terpenuhi apabila pelaku meminum sesuatu yang memabukkan. Dalam hal ini tidak
diperhatikan nama dari minuman itu dan dari bahan apa minuman itu diproduksi. Dengan
demikian, tidak ada perbedaan apakah yang diminum itu dibuat dari perasan buah anggur,
gandum, kurma, tebu, maupun bahan-bahan yang lainnya. Demikian pula tidak diperhatikan
kadar kekuatan memabukkannya, baik sedikit maupun banyak, hukumannya tetap haram.

dianggap meminum apabila barang yang diminumnya telah sampai ke tenggorokan.


Apabila minuman tersebut tidak sampai ke tenggorokan maka tidak dianggap meminum,
seperti berkumur-kumur. Demikian pula termasuk kepada perbuatan meminum, apabila
meminum minuman khamr tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan haus, padahal ada air
yang dapat diminumnya. Akan tetapi, apabila hal itu dilakukan karena terpaksa (darurat) atau
dipaksa, pelaku tidak dikenai hukuman.

Apabila seseorang meminum khamr untuk obat maka para fuqaha berbeda pendapat
mengenai status hukumnya. Menurut pendapat yang rajah dalam madzhab Maliki, Syafi’I,
dan Hanbali, berobat dengan meggunakan (minuman) khamr merupakan perbuatan yang

8
dilarang, dan peminumnya (pelaku) dapat dikenai hukuman had. Alas an mereka adalah
hadits Nabi Saw.

2.      Ada Niat yang Melawan Hukum

Unsur ini terpenuhi apabila seseorang melakukan perbuatan minum minuman keras
(khamr) padahal ia tahu bahwa apa yang diminumnya itu adalah khamr atau muskir. Dengan
demikian, apabila seseorang minum minuman yang memabukkan, tetapi ia menyangka
bahwa apa yang diminumnya itu adalah minuman biasa yang tidak memabukkan maka ia
tidak diknai hukuman had, karena tidak ada unsur melawan hukum.

Apabila seseorang tidak tahu bahwa minuman khamr itu dilarang, walaupun ia tahu
bahwa barang tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur melawan hukum (qasad jina’i)
belum terpenuhi. Akan tetapi, sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu, alas an idak
tahu hukum tidak bias diterima dari orang-orang yang hidup dan berdomisili di negeri dan
lingkungan islam.[6]

D.    Hukuman Bagi Peminum Khamr

1.      Sanksi Hukum dari Aspek Hukum Islam

Para ulama sepakat bahwa para konsumen khamr ditetapkan sanksi hokum had, yaitu
hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang. Terhadap pelaku pidana yang mengonsumsi minuman memabukkan dan/obat-
obatan yang membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan kesadaran (teler),
menurut pendapat Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.
Menurut syafi’I hukumannya hanya 40 kali. Namun ada riwayat yang menegaskan bahwa
jika pemakai setelah dikenai sanksi hukum masih dan terus melakukan beberapa kali (empat
kali) hukumannya adalah hukuman mati.

Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai usia dewasa dan
berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau benda yang dikonsumsinya itu
memabukkan.

Dalam islam selain ditetapkan hukumnya minuman keras (khamr) juga ditetapkan
hukumannya terhadap seseorang yang mengonsumsinya.

2.       Sanksi Hukum dari Aspek Peraturan Perundang-undangan

9
Minuman khamr dan obat-obatan terlarang lainnya sudah menjadi masalah nasional
yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Akhir-akhir ini
minuman memabukkan dan atau obat-obat terlarng lainnya tampak semakin marak
dikonsumsi oleh orang tertentu sehingga sudah meresahkan masyarakat dan menimbulkan
gangguan kesehatan.

Untuk itu, upaya meningkatkan npengawasan pengamanan terhadap minum-minuman


memabukkan dalam masyarakta, pihak pemerintah telahmengeluarkan peraturan Menteri
Kesehatan No. 86/Men.Kes/IV/1997 tentang Minuman Memabukkan. Selain itu di dalam
KUHP memberikan sanksi atas pelaku (penggunaan khamr) hanya jika sampai mabuk dan
mengganggu ketertiban umum, yakni kurungan paling lama tiga hari hingga paling lam tiga
bulan (pasal 536). KUHP juga memberikan sanksi atas orang yang menyiapkan atau menjual
khamr, sanksi hukuman kurungan dimaksud, paling lama tiga minggu (pasal 537), apalagi
jika yang diberi minuman adalah anak dibawah umur 16 tahun (pasal 538 dan 539).[7]

.     Cara Pembuktian

Pembuktian untuk jarimah minuman khamr dapat dilakukan dengan tiga macam cara
sebagai berikut.

1.      Dengan Saksi

Jumlah minimal saksi yang diperlukan untuk membuktikan jarimah minum khamr
adalah dua orang yang memenuhi syarat-syarat persaksian, sebagaimana yang telah diuraikan
dalam jarimah zina dan qadzaf. Disamping itu, Imam Abu Hamka dan Imam Abu
Yusuf  mensyaratkan masih terdapatnya bau minuman pada waktu dilaksanakannya
persaksian. Dengan demikian, kedua Imam ini mengaitkan persaksian dengan bau minuman
keras (khamr). Akan tetapi, Imam Muhammad Ibn Hasan tidak mensyaratkan hal ini.

 lain yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya adalah
persaksian atau peristiwa minum khamrnya itu belum kadaluarsa. Batas kadaluarsa menurut
Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf adalah hilangnya bau minuman. Adapun menurut
Muhammad Ibn Hasan batas kadaluarsanya adalah satu bulan. Adapun menurut Imam-imam
yang lain, tidak ada kadaluarsa dalam persaksian untuk membuktikan jarimah minum khamr
ini.

10
2.      Dengan Pengakuan

Jarimah minum khamr dapat dibuktikan dengan adanya pengakuan dari pelaku.
Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu diulang-ulang sampai empat kali. Ketentuan-
ketentuan yang berlaku untuk pengakuan dalam jarimah zina juga berlaku untuk jarimah
minuman khamr ini.

Imam Abu Hnifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan tersebut belum
kadaluarsa. Akantetapi, imam-imam yang lain tidak mensyaratkannya.

3.      Dengan Qarinah

Jarimah minuman khamr juga bisa dibuktikan dengan Qarinah atau tanda, qarinah
tersebut antara lain sebagai berikut.

a.       Bau Minuman

Imam malik berpendapat bahwa bau minuman keras dari mulut orang yang meminum
merupakan suatu bukti dilakukannya perbuatan minuman khamr, meskipun tidak ada saksi.
Akantetapi Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan pendapat yang rajah dari Imam Ahmad
berpendapat bau minuman semata-mata tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti, karena
mungkin saja ia sebenarnya tidak minum, melainkan hanya berkumur-kumur, atau ia
menyangka apa yang diminumnya itu adalah air bukan khamr.

b. Mabuk

   Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mabuknya seseorang sudah merupakan bukti
bahwa ia melakukan perbuatan meminum khamr. Apabila dua orang atau lebih menemukan
seseorang dalam keadaan mabuk dan dari mulutnya keluar bau minuman keras maka orang
yang mabuk itu harus dikenai hkuman had, yaitu dera 40 kali. Pendapat ini juga merupakan
pendapat Imam Malik. Akantetapi Imam Syafi’I dan salah satu pendapat Imam Ahmad tidak
menganggap mabuk semata-mata sebagai alat bukti tanpa ditunjang dengan bukti yang lain.
Sebebnya adalah adanya kemungkinan minumnya itu dipaksa atau karena kesalahan.

c.       Muntah

11
Imam Malik berpendapat bahwa muntah merupakan alat bukti yang lebih kuat daripada
sekadar bau minuman, karena pelaku tidak akan muntah kecuali setelah meminum minuman
keras. Akantetapi Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad dalam slah satu
pendapatnya tidak menganggap muntah sebagai alat bukti, kecuali apabila ditunjang dengan
bukti-bukti yang lain, misalnya terdapatnya bau minuman keras dalam muntahnya.

F.    Hal-hal yang Menghalangi Terlaksananya Hukuman.

Hukuman untuk pelaku minum-minuman keras (khamr) tidak bisa dilaksanakan


apabiala terdapat hal-hal sebagai berikut:

a.       Pelaku mencabut pengakuannya, sedangkan bukti lain tidak ada.

b.      Para saksi mencabut persaksiannya, sedangkan bukti lain tidak ada.

c.       Para saksi kehilangan kecakapannya setelah adanya putusan hakim tetapi sebelum
pelaksanaan hukuman. Ini hanya pendapat Imam Abu Hanifah.

12
BAB III

PENUTUP

            Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud asyirbah atau
minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk, apapun asalnya.

Khamr berasal dari kata yang berarti menutupi. Di sebut sebagai khamr, karena
sifatnya bisa menutupi akal Sedangkan menurut pengertian urfi pada masa itu, khamr adalah
apa yang bisa menutupi akal yang terbuat dari perasan anggur. Sedangkan dalam pengertian
syara’, khamr tidak terbatas pada perasan anggur saja, tetapi semua minuman yang
memabukkan dan tidak terbatas dari perasan anggur saja.

Meminum-minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang. Para peminum khamr


dinilai sebagai perilaku setan. Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hokum peminum
khamr diungkapkan oleh Allah dalam Alquran secara bertahap tentang status hukum. Hal itu
diungkapkan sebagai berikut.

Ayat-ayat Alquran (Surah Al-Baqarah ayat 219)

‫اس َوِإ ْث ُمهُ َما‬


ِ َّ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِي ِه َما ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬
َ َ‫يَ ْسَألُون‬...

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya..” (QS. Al-Baqarah: 219).

Cara Pembuktian

13
a.       Dengan Saksi

b.      Dengan Pengakuan

c.       Dengan qarinah

DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia.

Ali, Zainuddin. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2011. Koleksi Hadits-Hadits Hukum 4. Semarang:


Pustaka Rizki Putra.

Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.

 Rahmat Haklim. Hukum Pidana Islam. (Bandung: Pustaka Setia. 2000)

Zainuddin Ali,. Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika. 2007)..

 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika. 2005).

Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika. 2007).

14

Anda mungkin juga menyukai