Anda di halaman 1dari 3

Kelompok II :

Yuli Damayanti (202014007)

Rina Afiza (202014005)

Jurusan : Ilmu Falak

Semester : III (tiga)

Pengertian Jarimah Syurb al-Khamr

Secara etimologi, Khamar (khamr) berasal dari kata khamara –yakhmuru atau yakhmiru yang
berarti tertutup, terhalang, atau tersembunyi.1

Sedangkan secara terminologi terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama fiqh. Menurut Imam
Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, khamr adalah minum minuman yang memabukkan baik
minuman tersebut dinamakan khamr maupun bukan khamr, baik berasal dari perasan anggur maupun
berasal dari bahan-bahan yang lain.2 Pengertian asy-syurbu menurut Imam Abu Hanifah adalah :

"Meminum menurut Abu Hanifah adalah meminum minuman khamr saja, baik yang diminum itu
banyak maupun sedikit."3

Dari definisi di atas Imam Abu Hanifah merumuskan khamr menjadi ke dalam tiga cairan:

a. Perasan anggur yang diendapkan hingga membuih dan menjadi zat yang memabukkan;
2/
b. Perahan anggur yang dimasak hingga menggelegak sampai 3 zat asli anggur hilang, dan akhirnya
menjadi zat yang memabukkan.

c. Perahan kurma dan anggur kering yang diendapkan hingga membuih dan menjadi zat yang
memabukkan.4

Pengertian khamr menurut Sayid Sabiq yaitu benda cair yang sudah dikenal pembuatannya dengan
cara fermentasi dari biji-bijian atau buah-buahan, yang mana kandungan gula yang ada padanya
berubah menjadi alkohol, melalui proses persenyawaan dengan zat tertentu yang harus dicampurkan
untuk terjadinya proses fermentasi tersebut.5 Sedangkan menurut Hasbi ash-Shiddieqy, khamr adalah
perasan anggur(dan sejenisnya) yang diproses menjadi minuman keras yang memabukkan, dan segala
sesuatu yang memabukkan adalah khamr.6

Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ulama di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa khamr adalah semua jenis minuman atau zat yang memabukkan baik yang terbuat dari anggur,
kurma, madu, gandum, atau bahan lainnya, baik diminum atau dikonsumsi sedikit maupun banyak.

1
Atabik Ali, dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Arab Indonesia,Yogyakarta: Multi Gaya Grafika, t.th, h.859.
2
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005, h.74.
3
Abd Al-Qadir Audah, at-Tasyri’ al-Jinaiy al-Islamiy, Juz II,Beirut: Dar al-Kitab al-„Arabi, t.th, h.498.
4
Mohd. Said Ishak,op.cit., h.10.
5
Sulaiman Ahmad Yahya al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayid Sabiq, Jakarta: Pustaka Pinang, 2009, h.558.
6
TM. Hasbi ash Shiddieqy, Hukum-Hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra,
2001, h.211.
Tahapan Pengharaman Khamar

Pertama, Allah menurunkan ayat tentang khamar yang bersifat informatif semata. Hal ini dilakukan
karena tradisi meminumnya sangat membudaya dimasyarakat. Ayat yang turun pertama kali adalah
sebagai berikut.

‫ون‬ َ ‫يل َوٱ أ َۡل أعنَ َٰ ِب تَتَّ ِخ ُذ‬


َ ُ‫ون ِم أن ُه َس َك ًرا َو ِر أزقًا َح َس نًا ۗ ا َّن ِِف َذَٰ ِ َِل َل َءاي َ ًة ِلقَ أو ٍم ي َ أع ِقل‬ ِ ‫َو ِمن ثَ َم َ َٰر ِت ٱلنَّ ِخ‬
ِ
"Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang memikirkan." (Q.S. an-Nahl/16 : 67)

Kedua, diturunkannya ayat yang sudah menyentuh mudarat dan manfaat dari khamar.

‫أِس ۖ قُ أل ِف ِهي َما ٓ ا أ ٌۡث َكبِريٌ َو َمنَ َٰ ِف ُع ِللنَّ ِاس َواثأ ُمهُ َما ٓ َٱ أك َ َُب ِمن ن َّ أف ِعهِ َما‬
ِ ِ ‫ي أَسـَلُون ََك َع ِن ٱلأ َخ أم ِر َوٱلأ َمي‬
ِ ِ
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar & judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat
dosa yang besar & beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfaatnya." (Qs. Al-Baqarah/2 : 219)7

Ketika diturunkannya ayat ini, tradisi meminum khamar masih tetap berlangsung; tidak hanya
dilakukan oleh orang-orang kafir, tetapi juga dilakukan oleh sahabat-sahabat Nabi. Mengenai hal ini,
Al-Suyuthi memaparkan bahwa Ali bin Abi Thalib menceritakan, "Abdurrahman bin Auf
mengundang kami untuk berpesta dan memberikan jamuan berupa khamr. Ketika itu, banyak diantara
kami yang meminum khamr. Selanjutnya, datanglah waktu shalat dan kami pun shalat. Salah seorang
diantara kami menjadi imam. Karena sang imam masih setengah mabuk, maka tiga ayat pertama
surah al-Kafirun dibaca seperti ini."

‫ وحنن نعبد ما تعبدون‬. ‫ ۡلٓٱعبد ماتعبدون‬. ‫قل يأيھا الكفرون‬


Wahai orang-orang kafir, saya tidak menyembah Tuhan yang kalian sembah, dan kami menyembah
Tuhan yang kalian sembah.

Ketiga, diturunkannya ayat yang menerangkan tentang proses pengharaman khamr.

‫ي َ َٰ ٓأَُّيه َا ٱ َّ َِّل َين َءا َمنُو ْا ََل تَ أق َربُو ْا ٱ َّلصلَ ٰو َة َو َٱ ُ أنُت ُس َك َٰ َر ٰى‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan
mabuk. (Qs. An-Nisa‟:43)8

Keempat, diturunkannya satu ayat terakhir yang mengharamkan khamr.

َ ‫اب َوٱ أ َۡل أزل َ َٰ ُم ِر أج ٌس ِم أن َ ََع ِل ٱ َّلش أي َط َٰ ِن فَأ أجتَ ِن ُبو ُه ل َ َعل َّ ُ أك تُ أف ِل ُح‬
‫ون‬ ُ ِ ‫ي َ َٰ ٓأَُّيه َا ٱ َّ َِّل َين َءا َمنُ ٓو ْا ان َّ َما ٱلأ َخ أم ُر َوٱلأ َمي‬
ُ ‫أِس َوٱ أ َۡل َنص‬
ِ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan." (Qs. Al-Maidah: 90)9

7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jawa Barat: Diponegoro, Cet. Ke-10, 2006, h.27.
8
Ibid,h.67.
9
Ibid,. h.97.
Hudud Peminum Minuman Khamar

Sanksi jarimah syurb al-khamr ada dua, yaitu empat puluh kali cambukan dan delapan puluh kali
cambukan. Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa sanksi bagi pelaku jarimah syurb al-khamr adalah
empat puluh kali cambukan.10 Alasan mereka diantaranya adalah hadis Anas bin Malik bahwa Nabi
saw. dan Abu Bakar melaksanakan sanksi cambuk sebanyak empat puluh kali. Adapun tambahan
empat puluh kali cambukan diluar itu sebagaimana yang dilakukan Umar bukanlah hudud, melainkan
ta’zir dan merupakan kebijakannya sendiri.

Syarat-Syarat Peminum Minuman Khamar

a. Berakal, peminumnya adalah seorang yang waras atau berakal. Sehingga orang gila bila
meminum minuman keras maka tidak boleh dihukum hudud.
b. Baligh, peminum itu orang yang sudah baligh, sehingga bila seeorang anak kecil dibawah umur
minum minuman keras, maka tidak boleh dihukum hudud.
c. Muslim, hanya orang yang beragama Islam saja yang bila minum minuman keras yang bisa
dihukum hudud.
d. Bisa memilih, peminum itu dalam kondisi bebas bisa memilih dan bukan dalam keadaan yang
dipaksa.
e. Tidak dalam kondisi darurat, bila dalam suatu kondisi darurat dimana seseorang bisa mati bila
tidak meminumnya, maka disaat itu berlaku hukum darurat. Sehingga pelakunya tidak bisa
dijatuhi hukuman hudud.
f. Tahu bahwa itu adalah khamar, bila seorang minum minuman yang dia tidak tahu bahwa itu
adalah khamar, maka dia tidak bisa dijatuhi hukuman hudud.11

Alat Untuk Menghukum Atau Menjiid

Alat yang digunakan untuk mencambuk diharuskan sebuah cambuk, kecuali dalam hadd bagi
peminum minuman keras. Sebagian pendapat ulama memperbolehkan menggunakan tangan, sandal,
baju. Adapun alasannya sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah “maka dari kita
ada yang memukul menggunakan tangan, ada juga yang menggunakan sandal bahkan dengan baju”,
pada dasarnya, Nabi memberlakukan ketentuan tersebut dalam rangka memulai aturan baru. Jika
melihat hadits Rasul yang lain yaitu” jika seseorang meminum minuman keras maka cambuklah dia”,
dari ketentuan tersebut dapat diambil kemaklumannya bahwa alat yang digunakan adalah cambuk
sebagaimana disyariatkan dalam hukuman cambuk bagi pezina. Sedangkan para Khulafaurrasyidin
dalam penerapannya menggunakan cambuk.

Cambuk yang dipergunakan haruslah yang biasa saja dan diusahakan lentur. Tidak terlalu pendek
atau sebaliknya terlalu panjang dan keras. Adapun tujuannya supaya tidak menyakitkan orang yang
dicambuk.12

Pasal 16 Qanun Aceh No.6 Tahun 2014

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi, menyimpan atau menimbun, menjual, atau
memasukkan khamar, masing-masing diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 60 kali
atau denda paling banyak 600 gram emas murni atau penjara paling lama 60 bulan.

10
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, jilid VII, hlm. 5488-5489.
11
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, jilid VI, hlm. 149.
12
Muhammad Ruwas Qal‟aji, op.cit., h.193

Anda mungkin juga menyukai