Anda di halaman 1dari 13

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “Jarimah Minum
Minuman Keras”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi MUHAMMAD SAW, sebagai
contoh dan teladan yang baik.
Makalah ini secara khusus kami susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “FIQIH JINAYAH”.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu  kami dalam
menyelesaikan tugas ini. Dan kepada semua pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.
Terima kasih kami sampaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kami dan semua pihak.

Penulis

1|Page
Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Islam melarang khamr (minuman keras), karena khamr dinggap sebagai induk
keburukan (ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta. Dari
sejak semula, Islam telah berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa
manfaatnya tidak seimbang dengan bahaya yang ditimbulkankannya. Dalam surah Al-
Baqarah ayat 219 Allah berfirman:

‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما‬


ِ َّ‫ر قُلْ فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬Qِ ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬...
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya.

Ulama agama mengatakan bahwa hukum meminum khamar adalah haram karena
khamar menjadi induk segala kekejian dan kejahatan. Ahli kedokteran mengatakan
bahwa khamr merupakan bahaya paling besar yang dapat menghancurkan kehidupan
manusia. Khamar membuka jalan masuknya penyakit yang sangat kronis, yakni penyakit
TBC.
Di sisi lain, khamar juga dapat melemahkan dan mengurangi kekebalan tubuh,
dapat berefek buruk bagi seluruh anggota tubuh, khususnya hati, serta dapat menyerang
seluruh saraf. Karena itu, tidak mengherankan lagi bahwa khamar merupakan faktor
terbesar yang menjadi sebab adanya penyakit saraf, selain juga merupakan faktor terbesar
penyakit dan faktor terjadinya kesengsaraan dan kriminalitas.
Prinsip tentang larangan khamr ini dipegang teguh oleh negara-negara islam
sampai abad ke-18. Akan tetapi awal abad kedua puluh, negara-negara islam mulai
berorientasi ke Barat dengan menerapkan  hokum positif dan meninggalkan hokum
Islam. Maka jadilah khamr (minuman keras) pada prinsipnya tidak dilarang dan orang
yang meminumnya tidak diancam dengan hukuman, kecuali apabila ia mabuk di muka
umum.

2|Page
Sementara negara-negara islam tenggelam dalam pengaruh barat karena menjadi
jajahan negara-negara Barat, negara-negara non islam sendiri mulai aktif menggiatkan
kampanye anti minuman keras, karena mereka telh menyadari bahaya dari minuman
keras ini, baik dari kesehatan maupun ketrtiban masyarakat.
Oleh karena itu, saya akan membahas lebih lanjut perihal pengertian khamr, dasar
hokum, unsur-unsur meminum khamr, hukum bagi peminum khamr, cara pembuktian
peminum khamr dan hal-hal yang menghalangi pelaksanaan hukuman.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Syirbul Khamr
2. Dasar Hukum Meminum Khamr
3. Unsur-unsur Jarimah Minuman Khamr
4. Hukuman Bagi Peminum Khamr
5. Cara Pembuktiannya
6. Hal-hal yang Menghalangi Terlaksananya Hukuman.

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Syirbul Khamr
2. Mengetahui Unsur-unsur Dari Jarimah Minum Khamr
3. Mengetahui Hukuman Bagi Peminum Minuman Keras
4. Mengetahui Cara Pembuktiannya
5. Mengetahui Hal-hal yang Menghalangi Terlaksananya Hukuman

3|Page
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Syirbul Khamr


Ada beberapa nama yang diberikan para ulama berkenaan dengan jarimah ini. Al-
Bukhari memberikan nama syaribul khamr, Abu Dawud menamakannya al-haddu fil
khamr. Ibnu Majah menyebutnya dengan haddus sakran, Imam Syafi’I haddul khamr, dan
Imam Hanafi menamainya dengan hadus syurb.
Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud asyirbah atau
minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk, apapun asalnya.
Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad seperti dikutip H.A. Djazuli, berpendapat
bahwa yang dimaksud khamr adalah minuman yang memabukkan, baik disebut khamr
atau dengan nama lain. Adapun Abu Hanifah membedakan antara khamr dan mabuk.
Khamr diharamkan meminumnya, baik sedikit maupun banyak, dan keharamannya
terletak pada dzatnya. Minuman lain yang bukan khamr tetapi memabukkan,
keharamannya tidak terletak pada minuman itu sendiri (dzatnya), tetapi pada minuman
terakhir yang menyebabkan mabuk. Jadi, menurut Abu Hanifah, minum minuman
memabukkan selain khamr, sebelum minum terakhir tidak diharamkan. 1

B. Dasar Hukum Meminum Khamr


Meminum minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang. Para peminum khamr
dinilai sebagai perilaku setan. Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hukum
peminum khamr diungkapkan oleh Allah dalam Alquran secara bertahap tentang status
hukum. Hal itu diungkapkan sebagai berikut.
1. Ayat-ayat Al-quran
a. Surah Al-Baqarah ayat 219

1 Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia. Hlm 68

4|Page
‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما‬
ِ َّ‫ع لِلن‬Qُ ِ‫اف‬QQQQQQQQَ‫ي ٌر َو َمن‬QQQQQQQQِ‫ا إِ ْث ٌم َكب‬QQQQQQQQ‫لْ فِي ِه َم‬QQQQQQQQُ‫ ِر ق‬QQQQQQQQ‫ر َو ْال َمي ِْس‬QQQQQQQQ
ِ ‫ك َع ِن ْالخَ ْم‬
Qَ َ‫أَلُون‬QQQQQQQQ‫يَ ْس‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya..”

b. Surah An-nisa’ ayat 43

ْ ‫ارى َحتَّ َى تَ ْعلَ ُم‬


َ‫وا َما تَقُولُون‬ َ ‫صالَةَ َوأَنتُ ْم ُس َك‬ ْ ‫وا الَ تَ ْق َرب‬
َّ ‫ُوا ال‬ ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬...

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sholat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”.

c. Surah Al-Maidah ayat 90-91

ِ َ‫صابُ َواألَ ْزالَ ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط‬


ُ‫ان فَاجْ تَنِبُوه‬ َ ‫وا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواألَن‬
ْ ُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
ُ َ‫ضاء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬
‫ص َّد ُك ْم‬ َ ‫ان أَن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
ُ َ‫ إِنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيط‬. َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬
َ‫صالَ ِة فَهَلْ أَنتُم ُّمنتَهُون‬
َّ ‫عَن ِذ ْك ِر هّللا ِ َو َع ِن ال‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang. Apakah kamu tidak ingin
menghentikan.

5|Page
Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat diambil kesimpulan hukum sebagai berikut:
Khamr yang disebut orang kita tuak itu berasal dari perasan air anggur. Al- hidayah
menerangkan, khamr menurut ahli ilmu dan yang terkenal oleh bahasa yaitu minuman
yang berasal dari perasan air anggur. Menurut keterangan lain, tiap-tiap minuman yang
menutupi akal pikiran, dinamakan khamr. Demikian menurut ahli bahasa seperti al-
Jauhari, Abu Nashr Al-Qusyairi, Al-Dinuri, pengarang kamus firuzaabadi. 2

2. Hadits
Riwayat dari Ibnu Umar ra.
"Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Berkata: Umar telah berkhutbah di atas mimbar
Rasulullah Saw. Beliau mengucap syukur kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian dia
berkhutbah: Sesungguhnya arak telah diharamkan oleh Allah berdasarkan ayat Alquran.
Arak yang dimaksud, terdiri dari lima macam jenis, yaitu gandum, barli, tamar, zabib
dan madu. Arak ialah benda yang menyebabkan hilang akal yaitu mabuk”. 3

C. Unsur-unsur Jarimah Minum Khamr


Unsur-unsur Jarimah Minum Khamr ada dua macam, yaitu:
1. Asy-Syarbu ( meminum )
Sesuai pengertian asy-syurbu (minuman) sebagaimana yang telah dikemukakan di
atas, Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad berpendapat bahwa unsur ini (Asy-
Syurbu) terpenuhi apabila pelaku meminum sesuatu yang memabukkan. Dalam hal ini
tidak diperhatikan nama dari minuman itu dan dari bahan apa minuman itu diproduksi.
Dengan demikian, tidak ada perbedaan apakah yang diminum itu dibuat dari perasan
buah anggur, gandum, kurma, tebu, maupun bahan-bahan yang lainnya. Demikian pula
tidak diperhatikan kadar kekuatan memabukkannya, baik sedikit maupun banyak,
hukumannya tetap haram.
2 Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia. Hlm 70
3 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam ,(Jakrta: Sinar Grafika, 2007). Hlm 94-95.

6|Page
Dianggap meminum apabila barang yang diminumnya telah sampai ke
tenggorokan. Apabila minuman tersebut tidak sampai ke tenggorokan maka tidak
dianggap meminum, seperti berkumur-kumur. Demikian pula termasuk kepada perbuatan
meminum, apabila meminum minuman khamr tersebut dimaksudkan untuk
menghilangkan haus, padahal ada air yang dapat diminumnya. Akan tetapi, apabila hal
itu dilakukan karena terpaksa (darurat) atau dipaksa, pelaku tidak dikenai hukuman.
Apabila seseorang meminum khamr untuk obat maka para fuqaha berbeda
pendapat mengenai status hukumnya. Menurut pendapat yang rajah dalam madzhab
Maliki, Syafi’I, dan Hanbali, berobat dengan meggunakan (minuman) khamr merupakan
perbuatan yang dilarang, dan peminumnya (pelaku) dapat dikenai hukuman had. Alasan
mereka adalah hadits Nabi Saw.

2. Ada Niat Melawan Hukum


Unsur ini terpenuhi apabila seseorang melakukan perbuatan minum minuman
keras (khamr) padahal ia tahu bahwa apa yang diminumnya itu adalah khamr atau
muskir. Dengan demikian, apabila seseorang minum minuman yang memabukkan, tetapi
ia menyangka bahwa apa yang diminumnya itu adalah minuman biasa yang tidak
memabukkan maka ia tidak diknai hukuman had, karena tidak ada unsur melawan
hukum.
Apabila seseorang tidak tahu bahwa minuman khamr itu dilarang, walaupun ia
tahu bahwa barang tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur melawan hukum
(qasad jina’i) belum terpenuhi. Akan tetapi, sebagaimana telah diuraikan dalam bab
terdahulu, alas an idak tahu hukum tidak bias diterima dari orang-orang yang hidup dan
berdomisili di negeri dan lingkungan islam. 4

D. Hukuman Bagi Peminum Khamr


1. Sanksi Hukum Dari Segi Aspek Hukum Islam
Para ulama sepakat bahwa para konsumen khamr ditetapkan sanksi hukum had,
yaitu hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang. Terhadap pelaku pidana yang mengonsumsi minuman memabukkan dan/obat-

4 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika,2005). Hlm 74-76.

7|Page
obatan yang membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan kesadaran (teler),
menurut pendapat Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.
Menurut syafi’I hukumannya hanya 40 kali. Namun ada riwayat yang menegaskan bahwa
jika pemakai setelah dikenai sanksi hukum masih dan terus melakukan beberapa kali
(empat kali) hukumannya adalah hukuman mati.
Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai usia dewasa
dan berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau benda yang
dikonsumsinya itu memabukkan.
Dalam islam selain ditetapkan hukumnya minuman keras (khamr) juga ditetapkan
hukumannya terhadap seseorang yang mengonsumsinya.

2. Sanksi Hukum Dari Segi Aspek Peraturan Perundang-undangan


Minuman khamr dan obat-obatan terlarang lainnya sudah menjadi masalah
nasional yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Akhir-
akhir ini minuman memabukkan dan atau obat-obat terlarng lainnya tampak semakin
marak dikonsumsi oleh orang tertentu sehingga sudah meresahkan masyarakat dan
menimbulkan gangguan kesehatan.
Untuk itu, upaya meningkatkan npengawasan pengamanan terhadap minum-
minuman memabukkan dalam masyarakta, pihak pemerintah telahmengeluarkan
peraturan Menteri Kesehatan No. 86/Men.Kes/IV/1997 tentang Minuman Memabukkan.
Selain itu di dalam KUHP memberikan sanksi atas pelaku (penggunaan khamr) hanya
jika sampai mabuk dan mengganggu ketertiban umum, yakni kurungan paling lama tiga
hari hingga paling lam tiga bulan (pasal 536). KUHP juga memberikan sanksi atas orang
yang menyiapkan atau menjual khamr, sanksi hukuman kurungan dimaksud, paling lama
tiga minggu (pasal 537), apalagi jika yang diberi minuman adalah anak dibawah umur 16
tahun (pasal 538 dan 539). 5

5 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam ,(Jakrta: Sinar Grafika, 2007). Hlm 101-102.

8|Page
E. Cara Pembuktian
Pembuktian untuk jarimah minuman keras dapat dilakukan dengan tiga macam
cara antara lain sebagai berikut:
1. Dengan Saksi
Jumlah minimal saksi yang diperlukan untuk membuktikan jarimah minum khamr
adalah dua orang yang memenuhi syarat-syarat persaksian, sebagaimana yang telah
diuraikan dalam jarimah zina dan qadzaf. Disamping itu, Imam Abu Hamka dan Imam
Abu Yusuf mensyaratkan masih terdapatnya bau minuman pada waktu dilaksanakannya
persaksian. Dengan demikian, kedua Imam ini mengaitkan persaksian dengan bau
minuman keras (khamr). Akan tetapi, Imam Muhammad Ibn Hasan tidak mensyaratkan
hal ini.
Lain yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya adalah
persaksian atau peristiwa minum khamrnya itu belum kadaluarsa. Batas kadaluarsa
menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf adalah hilangnya bau minuman.
Adapun menurut Muhammad Ibn Hasan batas kadaluarsanya adalah satu bulan. Adapun
menurut Imam-imam yang lain, tidak ada kadaluarsa dalam persaksian untuk
membuktikan jarimah minum khamr ini.

2. Dengan Pengakuan
Jarimah minum khamr dapat dibuktikan dengan adanya pengakuan dari pelaku.
Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu diulang-ulang sampai empat kali.
Ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk pengakuan dalam jarimah zina juga berlaku
untuk jarimah minuman khamr ini.
Imam Abu Hnifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan tersebut belum
kadaluarsa. Akantetapi, imam-imam yang lain tidak mensyaratkannya.

3. Dengan Qarinah

9|Page
Jarimah minum minuman keras juga dapat dibuktikan dengan Qarinah atau tanda.
Qarinah tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Bau Minuman Keras


Imam Malik berpendapat bahwa bau minuman keras dari mulut orang
yang meminum merupakan suatu bukti dilakukannya perbuatan meminum khamr,
meskipun tidak ada saksi. Akantetapi, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan
pendapat yang rajah dari Imam Ahmad berpendapat bahwa bau minuman keras
tidak dapat semata-mata dijadikan alat bukti, karena mungkin saja ia sebenarnya
tidak minum, melainkan hanya berkumur-kumur, atau ia menyangka bahwa air
yang diminumnya itu adalah bukan khamr.

b. Mabuk
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mabuknya seseorang sudah
merupakan bukti bahwa ia melakukan perbuatan meminum khamr. Apabila dua
orang atau lebih menemukan seseorang dalam keadaan mabuk dan dari mulutnya
keluar bau minuman keras maka orang yang mabuk itu harus dikenai hkuman
had, yaitu dera 40 kali. Pendapat ini juga merupakan pendapat Imam Malik.
Akantetapi Imam Syafi’I dan salah satu pendapat Imam Ahmad tidak
menganggap mabuk semata-mata sebagai alat bukti tanpa ditunjang dengan bukti
yang lain. Sebebnya adalah adanya kemungkinan minumnya itu dipaksa atau
karena kesalahan.

c. Muntah
Imam Malik berpendapat bahwa muntah merupakan alat bukti yang lebih
kuat daripada sekadar bau minuman, karena pelaku tidak akan muntah kecuali
setelah meminum minuman keras. Akantetapi Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I,
dan Imam Ahmad dalam slah satu pendapatnya tidak menganggap muntah

10 | P a g e
sebagai alat bukti, kecuali apabila ditunjang dengan bukti-bukti yang lain,
misalnya terdapatnya bau minuman keras dalam muntahnya. 6

F. Hal-hal Yang Menghalangi Terjadinya Hukuman


Hukuman untuk pelaku yang meminum minuman kerasa ( Khamr ) tidak dapat
dilaksanakan apabila terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. Pelaku mencabut pengakuannya, sedangkan bukti lain tidak ada
b. Para saksi mencabut kesaksiannya, sedangkan bukti lain tidak ada
c. Para saksi kehilangan kecakapannya setelah adanya putusan hakim tetapi
sebelum pelaksanaan hukuman. Ini hanya pendapat Imam Abu Hanifah. 7

6 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. (Jakarta: Sinar Grafika,2005). Hlm 78-80.

7 Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayah). Bandung: Pustaka Setia. Hlm. 73

11 | P a g e
Bab III

Penutup

A. Kesimpulan
Asyirbah adalah bentuk jama’ dari kata syurbun. Yang dimaksud asyirbah atau
minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat mabuk, apapun asalnya.
Khamr berasal dari kata yang berarti menutupi. Di sebut sebagai khamr, karena
sifatnya bisa menutupi akal Sedangkan menurut pengertian urfi pada masa itu, khamr
adalah apa yang bisa menutupi akal yang terbuat dari perasan anggur. Sedangkan dalam
pengertian syara’, khamr tidak terbatas pada perasan anggur saja, tetapi semua minuman
yang memabukkan dan tidak terbatas dari perasan anggur saja.
Meminum-minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang. Para peminum khamr
dinilai sebagai perilaku setan. Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hokum
peminum khamr diungkapkan oleh Allah dalam Alquran secara bertahap tentang status
hukum. Hal itu diungkapkan sebagai berikut.
Ayat-ayat Alquran (Surah Al-Baqarah ayat 219)

‫اس َوإِ ْث ُمهُ َما‬


ِ َّ‫يَسْأَلُونَكَ ع َِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر قُلْ فِي ِه َما إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬...

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
besar dari manfaatnya..” (QS. Al-Baqarah: 219).
Cara Pembuktian
a. Dengan Saksi
b. Dengan Pengakuan

12 | P a g e
c. Dengan qarinah

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai