Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Jinayah
Disusun Oleh
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami banyak nikmat diantaranya
nikmat iman, ihsan, dan nikmat sehat wal ‘afiat sehingga kami bisa menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa kami curahkan kepada baginda kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun dengan cara agar pembaca dapat memahami ilmu
tentang “Hudud : Khamar dan Minuman Keras” . Makalah ini disusun dengan kerja keras
dan semangat yang kuat sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga makalah yang kami berikan bermanfaat bagi pembaca. Kami yang
mempunyai keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca khususnya dari dosen pembimbing kami demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam melarang khamr (minuman keras), karena khamr dianggap sebagai induk keburukan
(ummul khabaits), disamping merusak akal, jiwa, kesehatan dan harta. Dari sejak semula, Islam telah
berusaha menjelaskan kepada umat manusia, bahwa manfaatnya tidak seimbang dengan bahaya yang
ditimbulkankannya. Dalam surah Al-Baqarah ayat 219 Allah berfirman:
Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.
Prinsip tentang larangan khamr ini dipegang teguh oleh negara-negara islam sampai abad ke-
18. Akan tetapi awal abad kedua puluh, negara-negara islam mulai berorientasi ke Barat dengan
menerapkan hukum positif dan meninggalkan hukum Islam. Maka jadilah khamr (minuman keras)
pada prinsipnya tidak dilarang dan orang yang meminumnya tidak diancam dengan hukuman, kecuali
apabila ia mabuk di muka umum.
Sementara negara-negara islam tenggelam dalam pengaruh barat karena menjadi jajahan
negara-negara Barat, negara-negara non islam sendiri mulai aktif menggiatkan kampanye anti
minuman keras, karena mereka telah menyadari bahaya dari minuman keras ini, baik dari kesehatan
maupun ketrtiban masyarakat.
Oleh karena itu, kami akan membahas lebih lanjut perihal pengertian khamr, dasar hukum,
unsur-unsur meminum khamr, hukum bagi peminum khamr, cara pembuktian peminum khamr dan
hal-hal yang menghalangi pelaksanaan hukuman.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum khamar ?
2. Apa unsur jarimah asy syurbul khamr ?
3. Apa sanksi yang diberikan ketika meminum khamar ?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian khamar.
2. Dapat mengetahui ruang lingkup khamar.
3. Dapat mengetahui sanksi dari meminum khamar.
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN KHAMR
Menurut kebanyakan ulama’ yang dimaksud khamr adalah segala jenis minuman yang
memabukkan dan menjadikan peminumnya hilang kesadarannya. Pendapat ini didasarkan
pada hadits nabi SAW :
Minum khamar termasuk dosa besar, karena menghilangkan akal, dengan hilangnya
akal akal orang akan berbuat tanpa kesadaran yang baik. Dan yang memabukkan hukumnya
haram, baik sedikit ataupun banyak, sabda nabi:
Menurut Nur Azizah khamr adalah segala jenis minuman yang memabukkan. Dan karena
mabuknya menjadi keharamannya untuk diminum, Apapun yang memabukkan sedikt atau
banyak maka tetap haram hukumnya, sabda nabi:
1 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta, Sinar Grafika, 2009), hlm.78
)ما اسكر كثيره فقليله حرام (روه النسائ وابو داود
Artinya: “apapun yang banyaknya menyebabkan mabuk, maka sedikitnya pun haram. (HR.
Nasa’i dan Abu daud).2
Orang yang minum khamar (atau minum-minuman yang lain yang sejenis dengn khamar
wiski, ciu, dan lain-lain) kena hukuman jilid, baik ia sampai mabuk atau tidak, di jilid 40 kali.
(dengan syarat orang islam yang baligh dan berakal serta mengerti haramnya khamar).3
Minuman Keras adalah minuman yang memabukan dan dapat membahayakan kaum
remaja dan harus dijauhi oleh remaja-remaja karena itu akan merusak masa depannya.
Sebelum datangnya Islam, masyarakat Arab sudah akrab dengan minuman beralkohol atau
disebut juga minuman keras (khamar dalam bahasa arab). Bahkan merurut Dr. Yusuf
Qaradhawi dalam kosakata Arab ada lebih dari 100 kata berbeda untuk menjelaskan
minuman beralkohol. Disamping itu, hampir semua syair/puisi Arab sebelum datangnya
Islam tidak lepas dari pemujaan terhadap minuman beralkohol. Ini menyiratkan betapa
akrabnya masyarakat tersebut dengan kebiasaan mabuk minuman beralkohol. Dalam banyak
kasus, keduanya (khamer dan alkohol) identik.
Dari pengertian khamr dan esensinya seperti yang dikemukakan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa makanan maupun minuman terolah atau tidak, selama mengganggu
akal pikiran maka ia adalah khamr dan haram hukumnya.
1. An-Nahl [16:67]
َب تَتَّ ِخ ُذوْ نَ ِم ْنهُ َس َكرًا َّو ِر ْزقًا> َح َسنً ۗا اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّ ْعقِلُوْ ن
ِ ت النَّ ِخ ْي ِل َوااْل َ ْعنَا
ِ َو ِم ْن ثَ َم ٰر
Artinya : Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang
memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
memikirkan.Kurma dan anggur adalah komoditas ekonomi jazirah arab, sejak
dahulu kala. Komoditi tersebut selain diperdagangkan secara natural (alami) juga
diolah menjadi minuman yang memabukkan. Seperti halnya buah aren bisa
diolah menjadi tuak yang memabukkan.
2 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap) , (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2006), hlm.439
3 Moh. Rifa’I dkk, Kifayatul Akhyar (Semarang:cv.toha putra, 1978), hlm.379-380
Disini Allah menyatakan secara tersirat bahwa dari kedua buah tersebut dapat
diolah menjadi rezeki yang baik (perdagangan alami) dan hal yang tidak baik
(minuman yang memabukkan).
2. Al-Baqarah [2:219]
‘Umar bin Khattab beserta para sahabat yang lain bertanya kepada Rasulullah SAW
perihal minuman yang memabukkan dan menghilangkan akal. Sahabat-sahabat
tersebut memang sudah biasa minum khamar. Dua orang sahabat Rasulullah SAW
yang semasa masih jahiliyah tidak pernah minum khamar adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq dan Utsman bin Affan.
Sehubungan dengan pertanyaan tentang khamar tersebut maka turunlah ayat yang
berbunyi :
َ َاس َواِ ْث ُمهُ َم>>ٓا اَ ْكبَ > ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم> ۗ>ا َويَسْٔـََٔ>لُوْ ن
ك ِ ۖ َّيَسْٔـََٔ>لُوْ نَكَ ع َِن ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ۗ> ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَافِ ُع لِلن
هّٰللا
ِ َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذلِكَ يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي
َت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُوْ ۙن
Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir, (QS. Al-Baqarah ayat
219)
Dalam masyarakat kita saat ini, bahkan bagi orang barat sekali pun kalau ditanya
secara jujur tentang manfaat dari miras dan judi, kita akan mendapatkan jawaban bahwa
bagaimana pun pada keduanya menimbulkan problem-problem sosial yang bersifat negatif
bahkan destruktif. Karena itu berbagai aturan dan undang-undang pemerintah di manapun,
ada pengaturan ttg kedua hal itu, meskipun dasar yang digunakan bukan dari Al-Quran..
Maka pertanyaan beberapa sahabat tsb juga menunjukkan munculnya kesadaran sosial
bhw didalam perkara miras dan judi ternyata menghasilkan hal-hal yang tidak baik dalam
masyarakat.
3. An-Nisa [4:43]
Setelah ayat kedua tentang khamar dan judi turun, pada suatu saat Abdurrahman bin
Auf mengundang teman-temannya untuk minum khamar sampai mabuk. Ketika
waktu shalat tiba, salah seorang yang menjadi imam membaca surat al-Kafirun secara
keliru disebabkan pengaruh khamar. Maka turunlah ayat ketiga yaitu An-Nisa [4:43]
ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم س ُٰك ٰرى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َما تَقُوْ لُوْ نَ َواَل ُجنُبً>ا اِاَّل عَ>ابِ ِريْ َس>بِ ْي ٍل
ض >ى> اَوْ ع َٰلى َس >فَ ٍر اَوْ َج> ۤ>ا َء اَ َح> ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕٕىِ> ِط اَوْ ٰل َم ْس >تُ ُم النِّ َس > ۤا َء فَلَ ْمٓ ٰ َْح ٰتّى تَ ْغت َِس >لُوْ ا َۗواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْ>م ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعفُ ًّوا َغفُوْ رًا َ >ت َِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, …..(QS. An-Nisa
Ayat 43)
Ayat ini belum mengharamkan minuman keras dan judi secara mutlak, maka sebagian
umat islam pada waktu itu masih meminumnya. Selain berkaitan dengan mabuk, ayat ini
berlaku umum bahwa orang yang mengerjakan shalat harus memahami/mengerti makna
bacaan shalatnya karena ada kaimat “sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”).
Kalimat ini menjadi penyebab keumuman ayat itu, karena kita pahami bahwa bagi orang
Arab dalam keadaan tidak mabuk tentu mereka mengerti apa yang diucapkan dalam
shalat. Berbeda halnya bagi orang non-Arab dimana bahasa Arab bukan bahasa sehari-hari.
Oleh sebab itu maka mengerti bahasa arab, minimal dalam bacaan sholat, menjadi kewajiban
bagi orang non-arab. Demikian ini agar tidak terkena makna daripada QS An-Nisa’ [4:43]
tersebut di atas karena objek sasaran ayat tersebut adalah bagaimana mengerti apa yang
diucapkan dalam sholat, bukan pada mabuknya. Sedangkan mabuk adalah salah satu
penyebab dari tidak memahami apa yang diucapkan dalam shalat.
4. Al-Maidah [5: 90-92]
اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَ>>اجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم >ُ ص َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن
ص َّد ُك ْم ع َْن ُ َض ۤا َء فِى ْالخَ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِ>ر َوي َ ) اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد90( َتُ ْفلِحُوْ ن
َ َاوةَ َو ْالبَ ْغ
هّٰللا هّٰللا
َ >َ) َواَ ِط ْيعُوا َ َواَ ِط ْيعُوا> ال َّرسُوْ َل َواحْ> َذرُوْ ا> ۚفَ>اِ ْن ت91( ِذ ْك ِر ِ َوع َِن الص َّٰلو ِة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم
>ولَّ ْيتُ ْم فَ>>ا ْعلَ ُم ْٓوا
)92( ُاَنَّ َما ع َٰلى َرسُوْ لِنَا> ْالبَ ٰل ُغ ْال ُمبِيْن
Artinya (90) : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan
keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. (91) Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar
dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (92) Dan taatlah kamu kepada
Allah dan taatlah kamu kepada Rasul (Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling,
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Dengan turunnya ayat ini maka hukum meminum khamar dan judi telah secara tegas
dan jelas dinyatakan sebagai perbuatan yang haram. Sebagai salah satu dari dosa besar (Al-
Baqarah [2:219].
Allah menyuruh menjauhi 4 perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan yaitu :
a. khamar
b. Berjudi
c. Berkorban untuk berhala/thagut/sesuatu yang bukan karena Allah
d. Mengundi nasib, dengan panah atau yang lainnya termasuk mengundi nasib
kepada tukang ramal.
Sedang khamar dan berjudi, Allah SWT nyatakan sebagai perbuatan setan yang akan
a. Permusuhan
b. Menimbulkan kebencian satu sama lain
c. Menghalangi dari mengingat Allah
d. Menghalangi dari sembahyang
Maka Allah SWT menegaskan َفَهَلْ أَ ْنتُ ْم ّمـ ُ ْنتَهُوْ ن berhenti, stop, jangan diulangi lagi.
Taatlah kepada Allah dan Rasul serta berhati-hatilah kalian. Kalau masih nekad, merasa berat
meninggalkannya maka kewajiban Rasulullah SAW hanyalah menyampaikan amanat Allah
SWT.
5. Rasulullah bersabda :
Artinya : “Siapa saja yang minur khamar, maka Allah tidak akan ridho kepadanya
selama empat puluh malam. Bila ia mati saat itu, maka matinya dalam keadaan kafir.
Dan bila ia bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya.Kemudian jika ia
mengulang kembali (meminum khamar), maka Allah memberinya minuman dari
“thinatil khabail” ,(Asma bertanya, “Ya Rasulullah, apakah thinatil khabali itu?.
(Rasulullah) menjawab, “Darah bercampur nanah ahli neraka. (HR Ahmad)
Pengarang kitab al-qamus berkata, bahwa teks nash hadits itu bersifat umum; karena
pada saat diharamkan, dimadinah hanya terdapat khamar dari air buah kurma. Ada yang
mengatakan minuman disebut khamar karena menutupi penghalang akal dari berfikir sehat.
Ada yang berpendapat karena bagian akal tertutupi olehnya, maka dikatakan memabukkan,
jika tertutupi khamar. Ada yang berpendapat karena dia bercampur baur dengan akal
peminumnya.
Unsur yang menjadikan perbuatan ini sebagai jarimah adalah minuman-minuan yang
memabukkan. Minuman yang menyebabkan akal sehatnya hilang sehingga tidak bisa
membedakan antara yang hak dan yang batil.
1) Asy-Syurbu (meminum)
Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad berpendapat bahwa unsur ini (Asy-
Syurbu) terpenuhi apabila pelaku meminum sesuatu yang memabukkan. Dalam hal ini tidak
diperhatikan nama dari minuman itu dan dari bahan apa minuman itu diproduksi. Dengan
demikian, tidak ada perbedaan apakah yang diminum itu dibuat dari perasan buah anggur,
gandum, kurma, tebu, maupun bahan-bahan yang lainnya. Demikian pula tidak diperhatikan
kadar kekuatan memabukkannya, baik sedikit maupun banyak, hukumannya tetap haram.
Unsur ini terpenuhi apabila seseorang melakukan perbuatan minum minuman keras
(khamr) padahal ia tahu bahwa apa yang diminumnya itu adalah khamr atau muskir. Dengan
demikian, apabila seseorang minum minuman yang memabukkan, tetapi ia menyangka
bahwa apa yang diminumnya itu adalah minuman biasa yang tidak memabukkan maka ia
tidak dikenai hukuman had, karena tidak ada unsur melawan hukum.
Apabila seseorang tidak tahu bahwa minuman khamr itu dilarang, walaupun ia tahu
bahwa barang tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur melawan hukum (qasad jina’i)
belum terpenuhi. Akan tetapi, sebagaimana telah diuraikan dalam bab terdahulu, alasan tidak
tahu hukum tidak bias diterima dari orang-orang yang hidup dan berdomisili di negeri dan
lingkungan islam.4
Sesuai Peraturan 17/2019, minuman beralkohol di Indonesia dapat dibedakan ke dalam tiga
kelas:
4 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, (Jakarata: Sinar Grafika, 2007), hlm 74-76
Kelas C: 20% – 55% ethyl-alcohol atau ethano
b. Persyaratan Bisnis dan Izin Usaha di Indonesia untuk Perusahaan Minuman Beralkohol
Ada dua syarat utama yang harus dipenuhi pemilik bisnis agar dapat menjalankan bisnis
minuman beralkohol di Indonesia.
Perusahaan minuman beralkohol harus mengajukan Izin Usaha Industri (IUI) melalui
sistem Online Single Submission (OSS).
Perusahaan minuman beralkohol harus memenuhi standar kualitas minuman
beralkohol.
c. Penerbitan Izin Usaha Industri
Daftar Negatif Investasi (DNI) di bawah Peraturan 44/2016: Sektor Bisnis yang
Tertutup dan Terbuka Sebagian untuk Investasi
Penerbitan IUI dilakukan melalui sistem OSS sesuai Peraturan 24/2018: Sistem
Perizinan Usaha Terintegrasi secara Elektronik
d. Perubahan Izin Usaha Industri
Perubahan IUI dapat dilakukan dengan menyampaikan aplikasi perubahan. Isu terkait
IUI yang dapat disampaikan untuk perubahan adalah sebagai berikut, termasuk kriterianya:
Menyerahkan aplikasi online via Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) dengan
NIB, IUI, dan NPPBKC
Melalui ulasan administratif oleh Kementerian Industri. Aplikasi rekomendasi akan
diserahkan ke Direktorat Jenderal begitu ulasan berhasil.
Melanjutkan dengan ulasan substantif oleh Direktorat Jenderal dalam 5 hari kerja.
Begitu disetujui, Direktorat Jenderal akan menerbitkan rekomendasi.
l. Pencabutan Izin Usaha Industri
Volume yang dihasilkan lebih besar dari kapasitas produksi built-in yang dinyatakan
dalam IUI
Kelas minuman beralkohol yang diproduksi tidak ada dalam IUI
Tak ada kegiatan produksi dalam tiga tahun berturut-turut
m. Standar Kualitas Minuman Beralkohol
Wajib bagi bisnis minuman beralkohol untuk memenuhi standar kualitas produk mereka:
Produksi
Kepatuhan akan kelas yang tercantum dalam IUI
Hanya alkohol food-grade dengan isi menthanol kurang dari 0,01% yang diizinkan
Implementasi Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB)
Kepatuhan akan ketentuan teknis seperti jenis dan kelas produk
Implementasi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk jenis minuman beralkohol
tertentu.
Para ulama sepakat bahwa para konsumen khamr ditetapkan sanksi hukum had, yaitu
hukum dera sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang. Terhadap pelaku pidana yang mengonsumsi minuman memabukkan dan/obat-
obatan yang membahayakan, sampai batas yang membuat gangguan kesadaran (teler),
menurut pendapat Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.
Menurut syafi’I hukumannya hanya 40 kali. Namun ada riwayat yang menegaskan bahwa
jika pemakai setelah dikenai sanksi hukum masih dan terus melakukan beberapa kali (empat
kali) hukumannya adalah hukuman mati.
Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai yang telah mencapai usia dewasa dan
berakal sehat, bukan atas keterpaksaan, dan mengetahui kalau benda yang dikonsumsinya itu
memabukkan.
Menurut Syafi’iyah, hukuman bagi peminum khamar hanya 40 kali cambuk. Ini
berdasarkan pada sunnah fi’liyah bahwa hukuman terhadap jarimah khamar adalah 40 kali
dera/cambuk. Kedua pendapat tersebut didasarkan atas hadits Nabi SAW :
َّ بكر أَرْ بَ ِع ْينَ وجلد عمر ثم>>انين وك>>ل س>>نة وه>>ذا أحب ال
ي ٍ جلد النبي صلى هللا عليه َو َسلَّ َم أربعين وجلد أبو
)(رواه مسلم
“Nabi saw. Telah mendera (peminum khamar) empat puluh kali, Abu Bakar menderanya
empat puluh kali dan Umar menderanya delapan puluh kali dan semua ini sunnah, sedangkan
yang paling aku sukai adalah delapan puluh kali dera.” (HR. Muslim).
أن النبي صلى هللا عليه وسلم أتي برجل ق>>د ش>>رب الخم>>ر فجل>>ده بجري>>دتين نح>>و.ع.عن أنس ابن مالك ر
أخ>>ف الح>>دود: فق>>ال عب>>د ال>>رحمن بن ع>>وف. وفعله أبو بكر فلما كان عم>>ر قدانتش>>ار الن>>اس:اربعين قال
ثمانون فأمر به عمر
“Dari Anas ra. Bahwa Nabi pernah didatangi laki-laki yang telah meminum khamar, maka
Nabi menderanya dengan dua pelaah kurma sebanyak empat puluh kali, hal ini juga
dilakukan oleh Abu Bakar. Akan tetapi, ‘Abdur Rahman bim ‘Auf mengatakan, paling
rendah hukuman itu adalah delapan puluh kali, maka Umar memerintahkan begitu. (HR.
Muttafaq ‘Alaih).5
Ketentuan hukuman ini dikeluarkan agar pelakunya menjadi jera dan umat Islam yang
tidak terjun dalam dunia khamar agar segera menjauhi, karena sebagaimana dikemukakan di
atas bahwa minuman khamar mengganggu kesehatan akal dan pikiran pminumnya. Dengan
demikian ketentuan hukum ini diterapkan dalam rangka menjaga kesehatan dan kestabilan
umat manusia sehingga bisa menggunakan akalnya dengan baik.6
Minuman khamr dan obat-obatan terlarang lainnya sudah menjadi masalah nasional
yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat. Akhir-akhir ini
minuman memabukkan dan atau obat-obat terlarng lainnya tampak semakin marak
dikonsumsi oleh orang tertentu sehingga sudah meresahkan masyarakat dan menimbulkan
gangguan kesehatan.
5 Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam ( Fiqh Jinayah), (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm.100
6 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1999), hlm.93
khamr, sanksi hukuman kurungan dimaksud, paling lama tiga minggu (pasal 537), apalagi
jika yang diberi minuman adalah anak dibawah umur 16 tahun (pasal 538 dan 539).7
Cara Pembuktian
Pembuktian untuk jarimah minuman khamr dapat dilakukan dengan tiga macam cara
sebagai berikut.
a) Dengan Saksi
Jumlah minimal saksi yang diperlukan untuk membuktikan jarimah minum khamr
adalah dua orang yang memenuhi syarat-syarat persaksian, sebagaimana yang telah diuraikan
dalam jarimah zina dan qadzaf. Disamping itu, Imam Abu Hamka dan Imam Abu Yusuf
mensyaratkan masih terdapatnya bau minuman pada waktu dilaksanakannya persaksian.
Dengan demikian, kedua Imam ini mengaitkan persaksian dengan bau minuman keras
(khamr). Akan tetapi, Imam Muhammad Ibn Hasan tidak mensyaratkan hal ini.
Lain yang dikemukakan oleh Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya adalah
persaksian atau peristiwa minum khamrnya itu belum kadaluarsa. Batas kadaluarsa menurut
Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf adalah hilangnya bau minuman. Adapun menurut
Muhammad Ibn Hasan batas kadaluarsanya adalah satu bulan. Adapun menurut Imam-imam
yang lain, tidak ada kadaluarsa dalam persaksian untuk membuktikan jarimah minum khamr
ini.
b) Dengan Pengakuan
Jarimah minum khamr dapat dibuktikan dengan adanya pengakuan dari pelaku.
Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu diulang-ulang sampai empat kali. Ketentuan-
ketentuan yang berlaku untuk pengakuan dalam jarimah zina juga berlaku untuk jarimah
minuman khamr ini.
Imam Abu Hnifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan tersebut belum
kadaluarsa. Akantetapi, imam-imam yang lain tidak mensyaratkannya.
c) Dengan Qarinah
Jarimah minuman khamr juga bisa dibuktikan dengan Qarinah atau tanda, qarinah
tersebut antara lain sebagai berikut.
Bau Minuman
7 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika., 2007), hlm 101-102
Imam malik berpendapat bahwa bau minuman keras dari mulut orang yang meminum
merupakan suatu bukti dilakukannya perbuatan minuman khamr, meskipun tidak ada saksi.
Akantetapi Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan pendapat yang rajah dari Imam Ahmad
berpendapat bau minuman semata-mata tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti, karena
mungkin saja ia sebenarnya tidak minum, melainkan hanya berkumur-kumur, atau ia
menyangka apa yang diminumnya itu adalah air bukan khamr.
Mabuk
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mabuknya seseorang sudah merupakan bukti
bahwa ia melakukan perbuatan meminum khamr. Apabila dua orang atau lebih menemukan
seseorang dalam keadaan mabuk dan dari mulutnya keluar bau minuman keras maka orang
yang mabuk itu harus dikenai hkuman had, yaitu dera 40 kali. Pendapat ini juga merupakan
pendapat Imam Malik. Akantetapi Imam Syafi’I dan salah satu pendapat Imam Ahmad tidak
menganggap mabuk semata-mata sebagai alat bukti tanpa ditunjang dengan bukti yang lain.
Sebabnya adalah adanya kemungkinan minumnya itu dipaksa atau karena kesalahan.
Muntah
Imam Malik berpendapat bahwa muntah merupakan alat bukti yang lebih kuat
daripada sekadar bau minuman, karena pelaku tidak akan muntah kecuali setelah meminum
minuman keras. Akantetapi Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad dalam slah
satu pendapatnya tidak menganggap muntah sebagai alat bukti, kecuali apabila ditunjang
dengan bukti-bukti yang lain, misalnya terdapatnya bau minuman keras dalam muntahnya.
PENUTUP
Kesimpulan
Meminum minuman khamr adalah perbuatan yang dilarang. Para peminum khamr
dinilai sebagai perilaku setan. Dalil hukum yang mengatur tentang sanksi hukum peminum
khamr diungkapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an secara bertahap tentang status hukum. Hal
itu dungkapkan sebagai berikut.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya”
Cara pembuktian
Pembuktian untuk jarimah minuman khamr dengan tiga cara
Saksi
Dengan pengakuan
Qarinah
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Pidana Islam (Fiqh Jinayah). Bandung: Pustaka Setia.
Muslich, Ahmad Wardi. 2005, Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
Rosyada, Dede. 1999. Hukum Islam dan Pranata Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo
Rasjid, Sulaiman. 2006. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Bandung: Sinar Baru Algesindo