Anda di halaman 1dari 14

KETERPADUAN ISLAM DAN SAINS TEKNOLOGI

ALKOHOL DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Disusun Oleh :
Praditya Agung (13630020)
Muhammad Imaddudin (13630054)
Rizky Al-Ghofar (13630047)
Ghassani Alifah (13630041)

PROGAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN EKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2016

DAFTAR ISI
1

BAB I
Latar belakang 1
Rumusan masalah ..2
BAB II
Pengertian Khamar.3
Pengertian alkohol...5
Hubungan Alkohol dan Khamar 9
Penentuan kadar alkohol dalam islam....11
BAB III

BAB I
PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi seperti saat ini, permasalahan yang muncul di masyarakat sangatlah
kompleks. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang saat ini di dominasi oleh peradaban
barat membuat kebanyakan masyarakat tertarik untuk meniru-niru gaya hidup barat. Hal ini
berdampak pada perubahan sifat dan cara berfikir yang ada beberapa yang tidak sesuai dengan
kaedah dalam kehidupan masyarakat. Meniru-niru gaya hidup orang barat tanpa di barengi dengan
sikap yang kritis akan berdampak negative lebih-lebih krisis iman dan moral.
Seiring dangan perkembangan jaman yang terus maju, maka tugas manusia sebagai khalifah di
muka bumi ini dituntut untuk berfikir kritis dan selalu mengembangkan ilmu pengetahuan untuk
kesejahteraan manusia. Ilmu pengethuan tanpa di barengi pondasi agama yang kuat akan
menyebabkan pengikisan iman sehingga ketika terjadi masalah akan merasa mudah putus asa.
Sebagai khalifah di muka bumi, mengembangkan ilmu pengetahuan harus di barengi dengan nilainilai agama. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einsten bahwa Science without religion is blind.
Religion without science is lame, suatu ilmu pengetahuan tanpa dilandasi oleh nilai agama akan
buta, agama tanpa didukung ilmu pengetahuan akan lumpuh.
Ilmu pengetahuan yang perlu di kembangkan dan menjadi suatu masalah bagi kehidupan
masyarakat yaitu kehalalan suatu produk pangan. Mengkonsumsi produk halal menurut keyakinan
agama dan/atau demi kualitas hidup dan kehidupan, merupakan hak warga negara yang dijamin
Undang-Undang Dasar 1945, sesuai falsafah Pancasila, dan merupakan ibadah. Dengan demikian,
mengkonsumsi produk halal menjadi persoalan sosial di masyarakat sekaligus menjadi tanggung
jawab negara, yakni terjaminnya produk halal. Kejujuran produsen, kewaspadaan konsumen, serta
regulasi negara, merupakan kesatuan integral penegakan hukum mengenai produk halal.
Dalam prespektif agama islam, agama islam secara terang-terangan melarang makan dan minum
dari barang yang di haramkan seperti daging babi, bangkai, darah dan kohmr. Produk makanan dan
minuman yang perlu di perhatikan yaitu kandungan alcohol dalam makanan atau minuman itu
sendiri. Apakah kandungan alkohol yang tercantum dalam makanan atau minuman itu dapat
menyebabkan mabuk atau tidak. Seperti hadis Selain itu, Nabi SAW juga bersabda:

Setiap yang memabukkan adalah arak (khamr) dan setiap memabukkan adalah haram.
Barangsiapa yang meminum arak di dunia dan kemudiannya mati, dia tidak akan meminumnya di
akhirat. (Riwayat al-Tirmidhi).
Dewasa ini, masyarakat harus mengetahui atau mengenal lebih jauh tentang minuman atau
makanan yang di haramkan dalam hal ini lebih terfokus pada alcohol (etanol). Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk menganalisa kandungan alkohol (etanol) dalam prespektif islam
dan ilmu pengetahuan. Bagaimana hukum pandangan islam dalam pemakaianya dan berapa kadar
alkohol yang diperbolehkan serta pandangan alcohol dari berbagai ulama.
B.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Khamer ?
2. Apa itu Alkohol ?
3. Bagaimana hubungan antara Khamer dan Alkohol ?
4. Bagaimana penggunaan alcohol yang di perbolehkan dalam islam ?

BAB II
ISI

A.

PENGERTIAN KHAMR
Khomer secara bahasa, berasal dari kata khamar yang berarti menutup. Sedangkan menurut
istilah, terdapat beberapa pendapat, diantaranya:
Pertama, menurut Imam Abu Hanifah, khomer ialah Jenis minuman yang dibuat dari perasan
anggur sesudah dimasak sampai mendidih serta mengelurkan buih dan kemudian menjadi bersih
kembali. Unsur yang memabukkan yang terdapat dalam sari buah tersebutlah yang menjadikannya
haram. Kedua, jumhur ulama, termasuk Imam Malik, SyafiI dan banyak ulama Hanafi
mengartikan khomer dengan: Semua minuman yang mengandung unsur memabukkan, sekalipun
tidak terbuat dari perasan anggur. Dengan dalil:
.




Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkorban untuk) berhala
mengundi nasib (dengan anak panah), adalah pekerjaan yang keji dari pekerjaan setan, maka
jauhilah, agar kamu mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah : 90)
Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad dinyatakan:
( )
Setiap sesuatu yang memabukan banyaknya maka sedikitnya adalah haram(H.R Hamid).
Dalam hadits yang lain riwayat muslim dikatakan:
( )
Semua yang memabukkan adalah khamar, dan setiap yang memabukkan adalah haram. (H.R
Muslim)




()
5

Diriwayatkan dari Anas Bin Malik, sesungguhnya Nabi saw kedatangan seorang laki-laki yang
telah meminum khamar kemudian nabi menjilidnya dengan dua pelapah kurma sebanyak empat
puluh kali.Anas berkata: Dan Abu Bakar juga melakukannya (empat puluh kali jilid). Ketika Umar
menemui peminum khamr, maka Abdurrahman bin Auf berkata: seringan-ringannya hudud (batas
hukuman meminum khamar) adalah delapan puluh kali, kemudian Umar memerintahkan (had
meminum khamar)sebanyak delapan puluh kali. (H.R. Bukhari Muslim).
Dari sini ulama sepakat akan keharaman khomer, sedikit atau banyak. Maka timbul istilah baru
dari keterangan di atas, yaitu nabidz. Nabidz ialah semua yang memabukkan yang terbuat dari
selain perasaan anggur. Adapun hukumnya, terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama. Pertama,

Imam

Malik,

SyafiI,

dan

Ahmad

Ibnu

Hambal

dan

lainnya

mengharamkan nabidz tersebut baik sedikit maupun banyak, layaknya khomer. Kedua, menurut
Sufyan Ats-Tsauri, Imam Abu Hanifah, dan lainnya berpendapat bahwa nabidz halal sepanjang tidak
memabukkan dan bendanya tidaklah haram. Dengan dalil:
Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang
baik. (QS. An-Nahl [16]: 67).
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah berkata: Jika wadah (nabidz) ini
demikian keras, maka hilangkanlah kekerasannya dengan air. Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw
bersabda:
Diharamkan khomer karena zatnya dan diharamkan muskir (yang memabukkan selain khomer)
bukan karena zatnya.
Setiap yang memabukkan adalah haram. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ahmad Ibnu Hambal)
Sesuatu yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnya pun haram. (HR. At-Tirmidzi, Abu
Daud, dan Nasai) mereka berpendapat bahwa hadits di atas khusus untuk khomer saja, bukan
selainnya.
Beralih ke pengertian alkohol, alkohol diartikan sebagai cairan tanpa warna, yang memiliki
aroma yang khas, dapat menguap dan mudah terbakar, dan digunakan dalam industri, pengobatan
dan banyak minuman keras. Secara umum, hukum alkohol diperselisihkan antara ulama yang
mengkiaskan alkohol dengan khomer, maka hukum yang dihasilkan sama dengan hukum
menggunakan khomer, sedangkan yang mengkiaskannya dengan nibidz, menghukuminya boleh

sampai batas yang tidak memabukkan. Sebagai contoh, adanya makanan atau minuman yang
mengandung kadar alkohol namun dihukumi halal seperti tape dan lainnya.
Adapun lebih khususnya, Imam Syafii walaupun melarang alkohol, namun beliau tidak
sepenuhnya menyamakan kedua\ benda di atas, dengan menyatakan bahwa sanksi hukuman minum
alkohol tidak sampai didera atau gugur kesaksiannya, layaknya khomer, namun hanya
menghukuminya najis dan haram. Adapun ulama kontemporer, menyarankan agar sebaiknya
menghindari alkohol karena akan menimbulkan kecanduan dan sebagai upaya pencegahan (sad adzdzarai),.
B.

PENGERTIAN ALKOHOL
Alkohol adalah istilah umum yang diperkenalkan selepas zaman Rasulullah SAW. Perkataan
alkohol mula ditemui oleh saintis Islam, Jabir Ibn Hayyan (721-815M) dalam menghuraikan teknik
pendinginan yang telah diterapkan terhadap penyulingan alkohol. Seterusnya dikembangkan oleh
beberapa saintis Islam yang lain seperti al-Kindi (260H/873M), al-Farabi (265-339M) dan Ab alQasim al-Zahrawi (404H/1013M) (Hamidah, 2009).
Alkohol asalnya dari bahasa Arab yaitu alghaul atau al khuhul diartikan minuman yang
memabukkan (Shihab, M. Q., 2002). Keterangan dari kitab al-Mabahitsa al-Wafiyyah, pengertian

alkohol sebagaimana yang kami dapatkan dari pernyataan orang yang mengetahui hakekatnya serta
yang kami lihat dari peralatan industri pembuatannya adalah, merupakan unsur yang dapat menguap
yang terdapat pada minuman yang memabukkan. Keberadaannya akan mengakibatkan mabuk.
Alkohol ini juga terdapat pada selain minuman, seperti pada rendaman air bunga dan buah-buahan
dibuat untuk wangi- wangian dan lainnya, sebagaimana juga terdapat pada kayu-kayuan yang
diproses dengan mempergunakan peralatan khusus dari logam. Dan yang akhir terakhir ini
merupakan alkohol dengan kadar paling rendah, sedangkan yang terdapat pada perasan anggur
merupakan alkohol dengan kadar tertinggi (Miri,

D.M.dan Mahfudh, S. 2004).

Menurut Prof. dr.

Muhammad Said al-Suyuthi, alkohol merupakan istilah yang diarabkan dari sebuah kata berbahasa
Perancis, yaitu alcool,dengan kata cohol

(Yaqub, 2008).

Alkohol atau secara spesifiknya etanol adalah rantaian yang mempunyai kumpulan
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon (Linda, 2001). Penamaan alkohol adalah berbeza
7

mengikut jumlah atom karbon yang terikat dengan kumpulan hidroksil tersebut contohnya,
kumpulan hidroksil yang terikat dengan satu atom karbon dikenali sebagai metanol (CH3OH)
manakala kumpulan hidroksil yang terikat dengan dua atom karbon dalam rantaian dikenali sebagai
etanol (C2H5OH) (Carey, 2000).

Sumber: http://www.chem-is-try.org
Biasanya, etanol boleh didapati dalam penghasilan produk minuman dan bukan minuman
untuk tujuan luaran badan lain seperti minyak wangi, pembersih diri dan produk kosmetik.
Beberapa kegunaan etanol sebagai berikut :
a. Sebagai pelarut (solvent), misalnya pada parfum, perasa,pewarna makanan dan obat-obatan
b. Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk menghasilkan bahan kimia lain, seperti dalam
pembuatan asam asetat (sebagaimana terdapat pada cuka)
c. Sebagai bahan alternatif. Bahan bakar etanol telah banyak dikembangkan di negara Brasil
sejak mereka mengalami krisis energi. Brasil adalah negara yang memiliki industri etanol
terbesar untuk memproduksi bahan bakar.
d. Sebagai penangkal racun (antidote)
e. Sebagai antiseptik (penangkal infeksi)
f. Sebagai deodorant (penghilang bau tidak enak atau bau busuk)
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja. Etanol
merupakan sejenis yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar (flammable), tak berwarna
(colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Etanol dibuat melalui fermentasi molase yaitu residu yang didapat dari
pemurnian gula tebu. Pati dari padi-padian, kentang dan beras dan difermentasi dengan cara yang
sama menjadi etanol, sehingga hasilnya sering dinamakan alkohol padi-padian (grain alkohol).
Selain fermentasi, etanol juga dibuat melalui hidrasi etilena dengan katalis asam. Dengan
katalis asam sulfat atau katalis asam lainnya. Pertama-tama melibatkan konversi ezimatik pati

menjadi gula, gula itu kemudian diubah menjadi etanol dan karbondioksida oleh kerja zimase, suatu
zimase yang dihasilkan oleh sel-sel ragi yang hidup.
Etanol dibuat kebanyakan dengan dua metode; pertama, peragian dari molase (tetes) dari tebu.
Kedua, adisi air kepada etilena dengan hadirnya suatu katalis asam. Maka dari itu, etanol adalah zat
yang suci, ada tiga point yang dibuat pertimbangan dari kesimpulan diatas :
a. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan zat lain adalah halal.
b. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram, jika ia menyatu dengan minuman yang haram
seperti miras.
c. Etanol ketika berada dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya dan bukan
etanolnya lagi.
Khamer itu mau diminum cuma setetes atau mau ditengak seember, sama-sama haram. Alkohol
tidak sama atau tidak identik dengan khamer. Karena orang tak akan sanggup meminum alkohol
dalam bentuk murni, karena akan menyebabkan kematian. Alkohol memang merupakan komponen
kimia terbesar setelah air yang terdapat pada minuman keras, akan tetap alkohol bukan satu-satunya
senyawa kimia yang dapat menyebabkan mabuk, karena banyak senyawa senyawa lain yang
terdapat pada minuman keras yang juga bersifat memabukkan jika diminum pada konsentrasi cukup
tinggi. Secara umum, golongan alkohol bersifat narcosis (memabukkan), demikian juga komponenkomponen lain yang terdapat pada minuman keras seperti aseton, beberapa ester.
Secara umum, senyawa-senyawa organik mikromolekul dalam bentuk murni juga bersifat
racun. Alkohol adalah senyawa kimia, sedangkan khamer adalah karakter suatu bahan makanan,
minuman atau benda yang dikonsumsi. Definisi khamer tidak terletak pada sub kimianya, tapi
definisinya terletak pada efek yang dihasilkannya, yaitu al-iskar (memabukkan). Maka benda
apapun yang kalau dimakan atau diminum akan memberikan efek mabuk, dikategorikan sebagai
khamer.
Menurut IUPAC penamaan alkohol sama seperti penamaan alkana dengan menambahkan
akhiran ol, yaitu;
a. Rantai terpanjang yang mengandung gugus hidroksil diberi nama dengan mengganti akhiran
na dengan ol
b. Penomoran rantai cabang dilakukan dengan memberi atom karbon yang mengandung gugus
hidroksil dengan nomor yang paling kecil

c. Jika terdapat banyak rantai pada rantai utama, penamaan rantai cabang berdasarkan alfabet.
Maka definisi khamer yang benar menurut para ulama adalah segala yang memberikan efek iskar
(memabukkan).
Jelas di sini bukanlah semua makanan yang mengandung alkohol itu haram. Sebab menurut
para ahli kesehatan, secara alami beberapa makanan seperti, singkong, duren, dan buah lainnya
malah mengandung alkohol. Tapi kenapa tidak pernah menyebut bahwa makanan itu haram karena
mengandung alkohol. Dan karena definisinya segala benda yang memberikan efek iskar, maka
ganja, opium, drug, mariyuana dan sejenisnya, tetap bisa dimasukkan sebagai khamer. Padahal
benda itu malah tidak mengandung alkohol, jika senyawa alkohol sendiri kalau kita minum, bukan
efek aliskar (mabuk) yang dihasilkan, melainkan efek mati. Kalau khamer itu pasti akan membuat
mabuk dan orang akan menikmatinya.
Alkohol (etanol) dan minuman beralkohol adalah dua hal yang berbeda. Minuman beralkohol
sudah pasti memabukkan dan diharamkan sedangkan alkohol (etanol) belum tentu demikian.
Alkohol (etanol) adalah sebagaimana hukum zat pada asalnya yaitu halal. Etanol bisa menjadi
haram jika memang menimbulkan dampak negatif.
C.

HUBUNGAN KHAMAR & ALKOHOL


Setelah dilakukan tahqiq al mannat (penelitian fakta) oleh para kimiawan diperoleh zat yang
memiliki sifat dapat memabukan dalam khamar adalah alkohol atau etanol. Zat inilah yang memiliki
khasiat memabukan. Minuman yang mengandung alkohol ini dikenal dengan termonologi
minuman berakohol. Walaupun bermacam-macam namanya dan jenisnya serta kadar alkohol
yang terkandung di dalamnya, semuanya termasuk kategori khamryang haram hukumnya. Sifatnya
memabukan ini terjadi oleh kadar alkohol dalam minuman atau makanan tersebut sangat tinggi.
Sehingga dapat berakibat fatal pada tubuh.
Alkohol memang merupakan komponen kimia yang terbesar (setelah air) yang terdapat pada
minuman keras, akan tetapi alkohol bukan satu-satunya senyawa kimia yang dapat menyebabkan
mabuk, karena banyak senyawa-senyawa lain yang terdapat pada minuman keras yang juga bersifat
memabukan jika di minum pada konsentrasi cukup tinggi.
Berdasarkan ilmu pengetahua, yang di maksud dengan sifat yang memabukan adalah suatu
sifat dari suatu bahan yang menyerang saraf yang mengakibatkan ingatan kita terganggu. Mengenai
10

sifat memabukan sendiri dijelaskan lebih rrinci oleh Umar Bin Khattab seperti yang di riwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim sebagai berikut :
Kemudian daripada itu, wahai manusia! Sesungguhnya telah di turunkan hokum mengenai
khamar. Ia berbuat dari salah satu lima unsur : unggur, kurma, madu, jagung dan gandum.
Pembahasan mengenai status halal dan haramnya alkohol selalu di kaitkan dengan istilah
khamar. Hal ini di karenakan istilah alkohol baru muncul pada abad setelah turunya Al-Quran. Di
zaman Nabi Muhammad SAW tidak ada yang namanya alkohol yang ada hanya khamar yang
sifatnya memabukan. Karena itu dalam setiap pembahasan hukum kehalalan dan keharaman
alkohol, selalu dikaitkan dengan khamar.
Berdasarkan Mukazarah Alkohol dalam Minuman di MUI pada tahun 1993, telah di
definisikan bahwa minuman berakohol (alcoholic beverage) adalah minuman yang mengandung
alkohol (etanol) yang di buat secara fermentasi dari jenis bahan baku nabati yang mengandung
karbohidrat, seperti biji-bijian, buah-buahan dan nira atau yang di buat secara destilasi hasil
fermentasi yang termasuk di dalamnya adalah minuman keras.
Oleh itu, secara prinsipnya bukan semua alkohol tersebut dikategorikan sebagai arak (khamr).
Walau bagaimanapun, setiap arak (khamr) pasti mengandungi alkohol. Arak (khamr) disebut dengan
jelas pengharamannya dalam al-Quran dan al-Sunnah. Di dalam al-Quran, khamr disebut sebanyak
tujuh kali di dalam beberapa tempat seperti surah al-Baqarah, ayat 219 serta surah al-Maidah, ayat
90 dan 91 yang menerangkan sifat dan hukum meminum khamr (Abd al-Baqi, 2001). Firman Allah
SWT:
Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) arak, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, bertenung nasib dengan panah adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud
hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) arak dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah SWT dan sembahyang. Maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (al-Maidah (5) : 90-91)
Selain al-Quran, Nabi SAW juga mengharamkan minuman arak di dalam beberapa sabda
baginda yang berbeza (Mawsuah al-Hadith, 2000). Daripada Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:
11

:
Khamr itu dihasilkan daripada dua jenis tumbuhan iaitu kurma dan anggur.(Riwayat al-Nasai)
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga bersabda :

Setiap yang memabukkan adalah arak (khamr) dan setiap memabukkan adalah haram.
Barangsiapa yang meminum arak di dunia dan kemudiannya mati, dia tidak akan meminumnya di
akhirat. (Riwayat al-Tirmidhi)
D.

PENENTUAN KADAR ALKOHOL DALAM ISLAM


Kehalalan dan keharaman alkohol tersebut dapat di lihat dari kadar yang terkandung dalam
makanan atau bahan lainya yang sengaja di buat dengan mencampurkan alkohol kedalamnya.
Batasan untuk kehalalan atau keharaman alkohol dapat merajuk kepada hasil ijtihad Jomisi Fatwa
MUI, bahwa jika kadar alkohol pada makanan, minuman, obat-obatan dan alat kecantikan I bawah
1% maka hukumnya halal. Sedangkan apabila kadarnya 1% atau lebih maka statusnya bias menjadi
haram. Hal ini merujuk pada keterangan hadist Rasulullah SAW riwayat Muslim dan Ahmad.
Dalam hadist disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang minuman air jus dan buah-buahan yang
sudah didiamkan lebih dari 2 (dua) hari. Dari segi kandungan alkoholnya, jus yang sudah didiamkan
selama lebih dari 2 hari akan menghasilkan alkohol sekitar 1% .
Dalam Islam, penentuan kadar alkohol yang dibenarkan dapat diteliti berdasarkan sebuah hadis
baginda Nabi SAW berkaitan pemeraman nabidh. Dalam hadis tersebut dijelaskan bahawa:

12

Daripada Yahya bin Ubaid. Abu Umar al-Bahrani, dia berkata: Aku mendengar Ibnu Abbas
berkata: "Biasanya Rasulullah SAW dibuatkan nabidh pada permulaan malam dan Baginda
meminumnya di waktu pagi, hari itu dan malamnya, pada pagi (esoknya) dan malam berikutnya,
serta keesokannya lagi sampailah Asar. Jika masih berbaki, maka Baginda berikan kepada khadam
(pelayan) atau Baginda suruh membuangnya.\(Riwayat Muslim)
Perkataan nabidh asalnya dari perkataan nabadha yang bermaksud air rendaman dari buah
kurma, kismis ataupun anggur. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Yahya bin Ubaid RA.,
nabidh yang diperam oleh Rasulullah SAW pada hari ketiga petang selepas asar akan dibuang atau
diberi kepada khadam Baginda SAW kerana didapati akan memabukkan dan memudaratkan
peminum (Sahih Muslim, 2012). Ini kerana, kandungan alkohol (etanol) yang terhasil pada hari
ketiga proses fermentasi telah mencapai tahap kandungan yang boleh memudaratkan peminum.
Berdasarkan kiraan jam, tempoh masa pemeraman tersebut adalah 72 jam.

13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, 2001. al-Mujam al-Mufahras li al-Faz al-Quran al-Karim, alKaherah:

Dar al-Hadis.

Hamidah, Adil Abd al-Qadir, 2009. Mawsuah al-Atimah fi al-Islam wa Ahkamiha Baina al-Ilmi wa
al-Iman, Iskandariyyah, al-Dar al- Alamiyyah lil Naysr wa al-Tauzi.
Linda Bisson, 2001. Section 3: the Alcoholic Fermentation, University of California at Davis,
University Extension., 1985.Mawsuah al-Hadith al-Syarif al-Kutub al-Sittah, 2000. cet. 3, Riyad:
Dar al-Salam.
Miri, D.M.dan Mahfudh, Sahal. 2004. Ahkamul Fuqaha Pengantar, Solusi Problematika Aktual
Hukum Islam, Keputusan Muktamar, Munas dan Konbes Nahdlatul Ulama).
Shihab, M. Q. 2002, Tafsir al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Jakarta; Lentera hati
Yaqub, Ali Mustapa. 2008. Kriteria Hala Haram Untuk Pangan, Obat, dan Kosmetika Menurut alQuran dan Hadits. Jakarta; PT. Pustaka Firdaus, hlm 121

14

Anda mungkin juga menyukai