“ KHAMAR ”
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
DAFTAR ISI...................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN................................................................................................................................ 3
A. Khamr ( Minuman Keras ) Dalam Perspektif Islam..............................................3
B. Dasar hukum Meminum Khamr.................................................................................... 4
C. Unsur-unsur Jarimah Minuman Khamr.....................................................................5
D. Sanksi Hukuman Peminum Khamr.............................................................................. 7
BAB III............................................................................................................................................... 9
PENUTUP......................................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan............................................................................................................................. 9
B. Saran......................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Khamar sudah lazim dikenal dengan minuman keras, minuman
beralkohol, atau minuman yang memabukkan. Minuman ini sudah dikenal dan
dikonsumsi sejak sebelum Alquran diturunkan. Meskipun begitu, tidak ada
satu agamapun yang memberikan penjelasan kedudukan yang jelas tentang
khamar pada saat itu. hingga ada yang menggunakannya sebagai obat, sebagai
sebuah minuman adat/kebiasaan, sebagai minuman dalam sebuah pesta, juga
dalam ritual penyembahan.
Untuk lebih mengenal kata khamar, maka kata ini harus dikembalikan
kepada kata aslinya. Kata khamar ini adalah kata yang berasal dari bahasa
arab, al-khamru, yang artinya satrusy syai’/penutup sesuatu, sesuatu yang
bersifat menutup dan menghalangi. Dalam Islam dikenal sebuah istilah
khimar, yang berfungsi sebagai kain penutup bagian kepala wanita.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan khamar dalam pandangan imam mazhab?
2. Jelaskan Dasar hukum Khamr?
3. Jelaskan Unsur-unsur jarimah dari minuman khamar ?
4. Bagaimana sanksi hukuman bagi peminum Khamr ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pandangan imam mazhab dari Khamar
2. Untuk mengetahui dasar hukum pada khamr
3. Untuk mengetahui unsur- unsur yang ada pada khamar
4. Untuk mengetahui sanksi hukuman bagi peminuman keras.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Khamar ( Khamr ) atau arak berasal dari bahasa arab dalam Al-Qur’an
asal kata Khamr adalah tutup. Ada beberapa nama yang diberikan para ulama
berkenaan dengan jarimah ini. Al-Bukhari memberikan nama syaribul khamr,
Abu Dawud menamakannya al-haddu fil khamr. Ibnu Majah menyebutnya
dengan haddus sakran, Imam Syafi‟I haddul khamr, dan Imam Hanafi
menamainya dengan hadus syurb.
1
Rahmat Haklim, Hukum Pidana Islam ( Bandung : Pustaka Setia. 2000 ), hlm. 95
3
B. Dasar hukum Meminum Khamr
Meminum minuman khamr merupakan perbuatan yang dilarang. Para
peminum khamr dinilai sebagai perilaku setan. Dalil Hukum yang mengatur
tentang sabksi hukum peminum khamr diungkapkan oleh Allah dalam Al-
Qur’an secara bertahap tentang status hukum. Hal itu diungkapkan sebagai
berikut :
1. Ayat-Ayat Al-Qur’an
َ اس َوا ِْث ُم ُه َمٓا اَ ْك َب ُر مِنْ َّن ْفع ِِه َم ۗا َو َيسْ ٔـََٔلُ ْو َن
ك َما َذا ِ ۖ ك َع ِن ْال َخم ِْر َو ْال َميْسِ ۗ ِر قُ ْل فِي ِْه َمٓا ا ِْث ٌم َك ِب ْي ٌر َّو َم َنافِ ُع لِل َّن َ َيسْ ٔـََٔلُ ْو َن
ِ ك ُي َبيِّنُ هّٰللا ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي
ت لَ َعلَّ ُك ْم َت َت َف َّكر ُْو ۙ َن َ ُِي ْنفِقُ ْو َن ۗە قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل
1. Surat An-nisa: 43 :
الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َت ْق َربُوا الص َّٰلو َة َواَ ْن ُت ْم ُس َك ٰارى َح ٰ ّتى َتعْ لَم ُْوا َما َتقُ ْولُ ْو َن
2
Al-Qur’an, Diterbitkan Oleh CV. Duta Ilmu Kota Surabaya pada Tahun 2008, hlm.27
3
Al-Qur’an, Diterbitkan Oleh CV. Duta Ilmu Kota Surabaya pada Tahun 2008, hlm.67
4
Dari ayat Al-Qur‟an tersebut dapat diambil kesimpulan hukum bahwa
Khamr yang disebut orang kita tuak itu berasal dari perasan air anggur. Al-
hidayah menerangkan, khamr menurut ahli ilmu dan yang terkenal oleh
bahasa yaitu minuman yang berasal dari perasan air anggur. Menurut
keterangan lain, tiap-tiap minuman yang menutupi akal pikiran, dinamakan
khamr. Demikian menurut ahli bahasa seperti al-Jauhari, Abu Nashr
AlQusyairi, Al-Dinuri, pengarang kamus firuzaabadi. 4
4
M.K. Bakri, Hukum Pidana Dalam Islam ( Bandung : Ramadhani ), hlm. 60
5
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2007 ), hlm 94-95
5
a. Asy-Syurbu (meminum) Sesuai pengertian asy-syurbu (minuman)
sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Imam Malik, Imam Syafi‟I,
dan Imam Ahmad berpendapat bahwa unsur ini (Asy-Syurbu) terpenuhi
apabila pelaku meminum sesuatu yang memabukkan. Dalam hal ini
tidak diperhatikan nama dari minuman itu dan dari bahan apa
minuman itu diproduksi. Dengan demikian, tidak ada perbedaan apakah
yang diminum itu dibuat dari perasan buah anggur, gandum, kurma,
tebu, maupun bahan-bahan yang lainnya.
Demikian pula tidak diperhatikan kadar kekuatan
memabukkannya, baik sedikit maupun banyak, hukumannya tetap
haram. Dianggap meminum apabila barang yang diminumnya telah
sampai ke tenggorokan. Apabila minuman tersebut tidak sampai ke
tenggorokan maka tidak dianggap meminum, seperti berkumur-kumur.
Demikian pula termasuk kepada perbuatan meminum, apabila
meminum minuman khamr tersebut dimaksudkan untuk
menghilangkan haus, padahal ada air yang dapat diminumnya. Akan
tetapi, apabila hal itu dilakukan karena terpaksa (darurat) atau dipaksa,
pelaku tidak dikenai hukuman. Apabila seseorang meminum khamr
untuk obat maka para fuqaha berbeda pendapat mengenai status
hukumnya. Menurut pendapat yang rajah dalam madzhab Maliki,
Syafi‟I, dan Hanbali, berobat dengan meggunakan (minuman) khamr
merupakan perbuatan yang dilarang, dan peminumnya (pelaku) dapat
dikenai hukuman had. Alas an mereka adalah hadits Nabi Saw.
b. Ada Niat yang Melawan Hukum Unsur ini terpenuhi apabila seseorang
melakukan perbuatan minum minuman keras (khamr) padahal ia tahu
bahwa apa yang diminumnya itu adalah khamr atau muskir. Dengan
6
demikian, apabila seseorang minum minuman yang memabukkan,
tetapi ia menyangka bahwa apa yang diminumnya itu adalah minuman
biasa yang tidak memabukkan maka ia tidak diknai hukuman had,
karena tidak ada unsur melawan hukum. Apabila seseorang tidak tahu
bahwa minuman khamr itu dilarang, walaupun ia tahu bahwa barang
tersebut memabukkan maka dalam hal ini unsur melawan hukum
(qasad jina‟i) belum terpenuhi. Akan tetapi, sebagaimana telah
diuraikan dalam bab terdahulu, alasan TIdak tahu hukum tidak biasa
diterima dari orang- orang yang hidup dan berdomisili di negeri dan
lingkungan Islam. 6
A. Sanksi Hukum dari Aspek Hukum Islam Para ulama sepakat bahwa para
konsumen khamr ditetapkan sanksi hokum had, yaitu hukum dera
sesuai dengan berat ringannya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh
seseorang. Terhadap pelaku pidana yang mengonsumsi minuman
memabukkan dan/obat-obatan yang membahayakan, sampai batas
yang membuat gangguan kesadaran (teler), menurut pendapat Imam
Hanafi dan Maliki akan dijatuhkan hukuman cambuk sebanyak 80 kali.
Menurut Imam syafi‟I hukumannya hanya 40 kali. Namun ada riwayat
yang menegaskan bahwa jika pemakai setelah dikenai sanksi hukum
masih dan terus melakukan beberapa kali (empat kali) hukumannya
adalah hukuman mati. Sanksi tersebut dikenakan kepada para pemakai
yang telah mencapai usia dewasa dan berakal sehat, bukan atas
keterpaksaan, dan mengetahui kalau benda yang dikonsumsinya itu
6
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam. ( Jakarta : Sinar Grafika, 2005), hlm. 74-76
7
memabukkan. Dengan itu pendapat imam Syafi’i hukuman had-nya 40
kali dera lagi merupakan hukuman ta’zir. Dalam Islam selain ditetapkan
hukumnya minuman keras (khamr) juga ditetapkan hukumannya
terhadap seseorang yang mengonsumsinya. Menurut Imam Malik dan
Imam Abu Hanifah, hukuman untuk peminum Khamr adalah dera
delapan puluh kali.
B. Sanksi Hukum dari Aspek Peraturan Perundang-undangan Minuman
khamr dan obat-obatan terlarang lainnya sudah menjadi masalah
nasional yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan
masyarakat. Akhir-akhir ini minuman memabukkan dan atau obat-obat
terlarng lainnya tampak semakin marak dikonsumsi oleh orang tertentu
sehingga sudah meresahkan masyarakat dan menimbulkan gangguan
kesehatan. Untuk itu, upaya meningkatkan npengawasan pengamanan
terhadap minum-minuman memabukkan dalam masyarakta, pihak
pemerintah telahmengeluarkan peraturan Menteri Kesehatan No.
86/Men.Kes/IV/1997 tentang Minuman Memabukkan. Selain itu di
dalam KUHP memberikan sanksi atas pelaku (penggunaan khamr)
hanya jika sampai mabuk dan mengganggu ketertiban umum, yakni
kurungan paling lama tiga hari hingga paling lam tiga bulan (pasal 536).
KUHP juga memberikan sanksi atas orang yang menyiapkan atau
menjual khamr, sanksi hukuman kurungan dimaksud, paling lama tiga
minggu (pasal 537), apalagi jika yang diberi minuman adalah anak
dibawah umur 16 tahun (pasal 538 dan 539). 7
7
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2007) hlm. 101-102
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asyirbah adalah bentuk jama‟ dari kata syurbun. Yang dimaksud
asyirbah atau minum minuman keras adalah minuman yang bisa membuat
mabuk, apapun asalnya. Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Imam Ahmad seperti
dikutip H.A. Djazuli, berpendapat bahwa yang dimaksud khamr adalah
minuman yang memabukkan, baik disebut khamr atau dengan nama lain.
Adapun Abu Hanifah membedakan antara khamr dan mabuk. Khamr
9
diharamkan meminumnya, baik sedikit maupun banyak, dan keharamannya
terletak pada dzatnya. Minuman lain yang bukan khamr tetapi memabukkan,
keharamannya tidak terletak pada minuman itu sendiri (dzatnya), tetapi pada
minuman terakhir yang menyebabkan mabuk. Jadi, menurut Abu Hanifah,
minum minuman memabukkan selain khamr, sebelum minum terakhir tidak
diharamkan. Meminum minuman khamr merupakan perbuatan yang dilarang.
Para peminum khamr dinilai sebagai perilaku setan.
10
B. Saran
Adapun saran untuk kita pahami bersama bahwasanya hal hal yang
berkaitan dengan 'khamr' yang berarti mabuk atau memabukkan adalah suatu
hal yang sebaiknya dijauhi, memahami hal ini perlu adanya kesadaran bukan
sebatas teori saja dikarenakan hal yg seperti ini kembali kepada individu
masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
11
Muslich, Ahmad Wardi. 2005. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
12