Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU TAFSIR

“Hukum Minum Khamr di Dalam Al-Qur’an”

Disusun oleh :
Dicki Erlangga (19651005)
Eni Wahyuni (18651007)
Muhammad Waras Danku (19651012)
Suryana (19651018)
Wulan Septianingsih (18651018)

Dosen Pengampu:
Hardividzon, M. Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada
junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama memahami dan mendalami Keraharaman
Khamr dan Hukum Had nya. Kedua memenuhi tugas diskusi dan pembuatan makalah secara
kelompok. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai wahana pembelajaran maqashid
syari’ah  agar dapat dipelajari oleh seluruh mahasiswa/mahasiswa khususnya jurusan Hukum
Ekonomi Syari’ah.
Kami menyadari  bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, karena
itulah kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-teman sangat kami harapkan.

Curup, 29 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
 

Budaya minum minuman keras memang sudah ada sejak dulu, tidak hanya di Bali, di
Indonesia, bahkan di seluruh belahan dunia mengenal apa yang disebut dengan minuman keras.
Di belahan Eropa terdapat berbagai jenis minuman keras yang memiliki berbagai nama
tergantung dari bahan, kegunaan serta kadar alkohol dari minuman itu sendiri, seperti anggur,
wiski, tequila, bourbon dan lain-lain. Di daerah Amerika Latin dimana sebagian besar
penduduknya merupakan campuran antara keturunan Indian-Spanyol-Portugis, juga terdapat
minuman keras berupa jägermeister, dan chianti. Begitu pula dengan di Jepang terdapan
minuman keras yang khas yaitu sake.
Semakin lama hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan nilai terhadap minuman
keras di masyarakat, minuman keras yang secara hukum maupun agama dianggap hal yang tidak
baik menjadi sesuatu yang dianggap lumrah dan wajar untuk dilakukan. Akibat kebiasaan minum
tersebut maka timbulah dampak-dampak terutama yang bersifat negatif dalam hal sosial,
ekonomi dan terutama adalah kesehatan masyarakat di daerah tersebut. Dampak yang
ditimbulkan misalnya mulai dari meningkatnya kasus kriminal terutama perkelahian remaja,
sehingga meresahkan warga masyarakat sekitar, timbulnya kesenjangan antara kaum peminum
tua dan peminum remaja atau antara peminum daerah satu dengan yang lain, dan kemiskinan
yang semakin bertambah. Kebiasaan minum tersebut juga tentunya berdampak terhadap
kesehatan masyarakat di daerah tersebut, bahkan jika diperhatikan bentuk fisik dari para
peminum mulai berubah, perut mereka menjadi buncit dengan kantung mata hitam pertanda
sering minum miniman keras dan kurang tidur.
Allah mengutus nabi Muhammad SAW untuk membawa wahyu dari-Nya agar
disampaikan kepada seluruh manusia sebagai petunjuk kehidupan manusia. Kehidupan yang
ditunjukkan oleh Allah melalui wahyu tersebut adalah kehidupan yang mulia, dan untuk menjaga
kemuliaan manusia setelah diciptakan dalam keadaan sebaik-baiknya. Orang yang enggan
mengikuti petunjuk hidup Allah ini akan terjerumus ke dalam kehinaan yang sehina-hinanya,
“Telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, kemudian kami kembalikan kepada
tempat yang serendah-rendahnya” (Q.S. At-Thin : 5-6).

B. RUMUSAN MASALAH
1.  Apa Pengertian Khamr?

2. Apa  Hukuman Bagi Peminum Khamar?


                       
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khamr

Minuman keras dalam istilah agama disebut khamr. Khamr terambil dari


kata khamara artinya “menutup”. Maksudnya adalah menutupi akal. Karena itu makanan atau
minuman yang dapat menutupi akal secara bahasa juga disebut khamr.

Pada mulanya khamr adalah minuman keras yang terbuat dari kurma dan anggur. Tetapi
karena dilarangnya itu sebab memabukkan, maka minuman yang terbuat dari bahan apas aja
(walaupun bukan dari kurma atau anggur) asal itu memabukkan, maka hukumnya sama dengan
khamr, yaitu haram diminum.

Menurut sebagian ulama’ menyatakan bahwa yang disebut khamr adalah minuman yang
terbuat dari bahan anggur, kurma, gandum, dan sya’ir yang sudah keras, mendidih dan
berbuih.Menurut kebanyakan ulama’ yang dimaksud khamr adalah segala jenis minuman yang
memabukkan dan menjadikan peminumnya hilang kesadarannya. Pendapat ini didasarkan pada
hadits nabi SAW :

Minum khamar termasuk dosa besar, karena menghilangkan akal, dengan hilangnya akal
akal orang akan berbuat tanpa kesadaran yang baik. Dan yang memabukkan hukumnya haram,
baik sedikit ataupun banyak, sabda nabi:

) ‫كل مسكر حرام (رواه مسلم‬


Artinya: “semua yang memabukkan itu haram”(HR. Muslim).
Apapun yang memabukkan sedikt atau banyak maka tetap haram hukumnya, sabda nabi:
)‫ما اسكر كثيره فقليله حرام (روه النسائ وابو داود‬
Artinya: “apapun yang banyaknya menyebabkan mabuk, maka sedikitnya pun haram. (HR.
Nasa’i dan Abu daud).

B. Hukum Minum Khamr


a. Qur’an Surah An-Nahl ayat 67

َ Dِ‫نًا ۗ إِ َّن فِى ٰ َذل‬D‫ا َح َس‬DDً‫ َكرًا َو ِر ْزق‬D‫ب تَتَّ ِخ ُذونَ ِم ْنهُ َس‬
َ‫ون‬DDُ‫وْ ٍم يَ ْعقِل‬DDَ‫ةً لِّق‬Dَ‫ك َل َءاي‬ ِ َ‫ت ٱلنَّ ِخي ِل َوٱأْل َ ْع ٰن‬
ِ ‫َو ِمن ثَ َم ٰ َر‬

Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
orang yang memikirkan. (QS. An-Nahl:67)”
 Tafsir Ibnu Katsir
ِ َ‫ت ٱلنَّ ِخي ِل َوٱأْل َ ْع ٰن‬
‫ب تَتَّ ِخ ُذونَ ِم ْنهُ َس َكرًا‬ ِ ‫“( َو ِمن ثَ َم ٰ َر‬Dan dari buah kurma dan anggur, kalian buat
minuman yang memabukkan.”) Hal itu menunjukkan dibolehkannya minuman tersebut oleh
syari’at sebelum diharamkan. Juga menunjukkan kesamaan antara minuman yang memabukkan,
baik yang dibuat dari kurma maupun anggur, sebagaimana yang menjadi pendapat Imam Malik,
asy-Syafi’i, Ahmad, dan jumhurul ulama.
Demikian juga hukum seluruh minuman yang dibuat dari biji hinthah, biji gandum,
jagung, dan madu, sebagaimana Sunnah Nabawi datang dengan menjelaskan hal tersebut. Di sini
bukan tempatnya untuk membahas hal itu. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas,
mengenai firman-Nya: ‫سنًا‬ َ ‫ َس َكرًا َو ِر ْزقًا َح‬ (“Minuman memabukkan dan rizki yang baik,”) as-
sukar adalah apa’yang diharamkan dari kedua buah tersebut. Rizki yang baik adalah yang
dihalalkan dari kedua buah tersebut, yakni buah yang kering dari keduanya baik dari buah kurma
maupun anggur (kismis), dan segala yang sudah diolah dari kedua buah tersebut balk itu berupa
manisan, cuka, maupun minuman perasan, semuanya adalah halal diminum sebelum disalah
gunakan. Sebagaimana yang disebutkan di dalam Sunnah mengenai hal tersebut.
Inna fii dzaalika la-aayatal liqaumiy ya’qiluun (“Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda [kebesaran Allah] bagi orang yang memikirkan.”) Penyebutan akal di
sini karena ia merupakan bagian termulia pada tubuh manusia. Oleh karena itu, Allah Ta’ala
mengharamkan berbagai minuman memabukkan tersebut sebagai upaya melindungi akal mereka.

b. Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 219

َ َ‫لُون‬Dََٔ‫اس َوإِ ْث ُمهُ َمٓا أَ ْكبَ ُر ِمن نَّ ْف ِع ِه َما ۗ َويَسْٔـ‬ ٰ


‫ك‬ ِ َّ‫لُونَكَ ع َِن ْٱل َخ ْم ِر َو ْٱل َمي ِْس ِر ۖ قُلْ فِي ِه َمٓا إِ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَفِ ُع لِلن‬Dََٔ‫يَسْٔـ‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُون‬
ِ َ‫ك يُبَي ُِّن ٱهَّلل ُ لَ ُك ُم ٱلْ َءا ٰي‬َ ِ‫ ٰ َذل‬DDDDDDDDDD‫و ۗ َك‬DDDDDDDDDD
َ ‫ ِل ْٱل َع ْف‬DDDDDDDDDDُ‫ونَ ق‬DDDDDDDDDDُ‫ا َذا يُنفِق‬DDDDDDDDDD‫َم‬

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan Judi. Katakanlah: ‘Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebib besar dari
manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘Yang
lebih dari keperluan.’ Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir, (QS.Al-Baqarah: 219)

Tafsir Muyassar
Sahabat-sahabatmu -wahai Nabi- bertanya kepadamu tentang khamar (yaitu segala
sesuatu yang bisa menutupi dan menghilangkan akal sehat). Mereka bertanya kepadamu tentang
hukum meminum, menjual dan membelinya. Mereka juga bertanya kepadamu tentang hukum
berjudi (yaitu harta yang didapatkan melalui persaingan di mana kedua pihak yang bersaing
sama-sama mengeluarkan dana). Katakanlah untuk menjawab pertanyaan mereka, “Keduanya
(khamar dan judi) mengandung banyak sekali mudarat dan mafsadahnya, baik dalam lingkup
agama maupun dunia, seperti hilangnya akal (kesadaran) dan harta benda, terjerumus ke dalam
permusuhan dan kebencian. Namun keduanya juga memiliki sedikit manfaat, seperti keuntungan
materi. Akan tetapi dampak buruk dan dosa yang ditimbulkan keduanya lebih besar dari
manfaatnya. Dan sesuatu yang bahayanya lebih besar daripada manfaatnya akan dijauhi oleh
orang yang berakal sehat.” Penjelasan dari Allah ini merupakan persiapan bagi pengharaman
khamar. Dan sahabat-sahabatmu juga bertanya kepadamu -wahai Nabi- tentang jumlah harta
yang mereka infakkan secara sukarela (tidak wajib)? Katakanlah untuk menjawab pertanyaan
mereka, “Infakkanlah harta yang lebih dari kebutuhanmu.” Pada mulanya ketentuan inilah yang
berlaku. Setelah itu Allah mensyariatkan zakat yang wajib dalam jenis-jenis harta tertentu dan
dalam nisab tertentu. Dengan penjelasan yang sangat jelas seperti inilah Allah menjelaskan
hukum-hukum syariat agar kalian berfikir.

 Tafsir Ibnu Katsir


Imam Ahmad meriwayatkan, dari Umar bin Khaththab, ia menceritakan bahwa ketika
turun ayat pengharaman khamr, ia berdo’a, “Ya Allah terangkanlah kepada kami ihwal khamr
sejelas-jelasnya.” Maka turunlah ayat yang ada dalam Surat al-Bagarah ini: yas-aluunaka ‘anil
khamri wal maisiri qul fiiHimaa itsmun kabiirun (“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr
dan Judi. Katakanlah, pada keduanya itu terdapat dosa yang besar.”)Kemudian Umar dipanggil
dan dibacakan ayat itu kepadanya. Maka ia pun berdo’a lagi: “Ya Allah, terangkanlah kepada
kami mengenai masalah khamr ini sejelas-jelasnya.” Maka turunlah ayat yang terdapat dalam
surat an-Nisaa’ [yang artinya]: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang
kamu dalam keadaan mabuk. ” (QS. An-Nisaa’: 43).

Dan seorang muadzin Rasulullah jika mengumandangkan iqamah shalat, ia


mengucapkan: “Jangan sekali-kali orang yang dalam keadaan mabuk mendekati shalat.”
Kemudian Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, maka ia pun berdo’a pula: “Ya Allah,
terangkanlah kepada kami mengenai khamr ini sejelas-jelasnya.” Maka turunlah ayat yang
terdapat dalam surat al-Maidah [yang artinya]: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamr dan
berjudi, serta menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat. Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan perbuatan itu).” (QS. Al-Maidah: 91)

Lalu Umar dipanggil dan dibacakan ayat tersebut, dan ketika bacaan itu sampai pada
kalimat, “FaHal antum muntaHuun (“berhentilah kamu [dari mengerjakan perbuatan itu]”) Umar
berkata, “Kami berhenti, kami berhenti.”

Demikian pula hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa’i. Ali
bin al-Madini mengatakan, isnad hadits ini shaleh (bagus), shahih, dan dishahihkan oleh
Tirmidzi. Dan dalam riwayat Ibnu Abi Hatim, ia menambahkan setelah kalimat, “Kami berhenti,
kami berhenti,” yaitu kalimat, “Karena ia dapat menghilangkan harta benda dan menghilangkan
akal fikiran.”
Hadits ini juga akan diuraikan lebih lanjut bersamaan dengan hadits yang diriwayatkan
Imam Ahmad melalui jalan Abu Hurairah, pada pembahasan surat al-Maidah ayat 90 yang
artinya berbunyi: “Sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban untuk berhala, dan
mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan syaitan.Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maa-idah: 90)

Firman Allah: yas-aluunaka ‘anil khamri wal maisiri (“Mereka bertanya kepadamu
tentang khamr dan judi.”) Sebagaimana dikatakan oleh Umar bin Khaththab ra, kamr adalah
segala sesuatu yang dapat mengacaukan akal. Seperti yang akan diuraikan lebih lanjut dalam
pembahasan ayat dalam surat al-Maa-idah. Demikian juga dengan pengertian maisir yang berarti
al-qimar (Judi).
Firman-Nya selanjutnya: qul fiiHimaa itsmun kabiiruw wa manaafi’u lin naasi
(“Katakanlah, pada keduanya itu terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia.”)
Dosanya itu menyangkut masalah agama, sedangkan manfaatnya berhubungan dengan masalah
duniawi, yakni minuman itu bermanfaat bagi badan, membantu pencernaan makanan, dan
mengeluarkan sisa-sisa makanan, mempertajam sebagian pemikiran, kenikmatan dan daya
tariknya yang menyenangkan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Hassan bin Tsabit pada masa jahiliyahnya:
Kami meminumnya hingga kami terasa sebagai raja dan singa.
Yang pertemuan itu tidak menghentikan kami.
Demikian juga menjualnya dan memanfaatkan uang hasil dari penjualannya.Dan juga
keuntungan yang mereka dapatkan dari permainan judi, lalu mereka nafkahkan untuk diri dan
keluarganya.Tetapi faedah tersebut tidak sebanding dengan bahaya dan kerusakan yang
terkandung di dalamnya, karena berhubungan dengan akal dan agama. Untuk itu Allah Ta’ala
berfirman: wa itsmuHumaa akbaru min naf’iHimaa (“Tetapi dosa keduanya lebih besar daripada
manfaatnya.”)
Oleh karena itu, ayat ini diturunkan sebagai pendahulu untuk mengharamkan khamr
secara keseluruhan, tapi larangan itu masih dalam bentuk sindiran belum secara tegas.
Karenanya, ketika dibacakan ayat ini kepada Umar bin Khaththab berdo’a: “Ya Allah,
terangkanlah kepada kami mengenai khamr ini sejelas-jelasnya.” Maka turunlah ayat yang
terdapat dalam surat al-Maidah yang secara tegas mengharamkan khamr.
Ibnu Umar, asy-Sya’bi, Mujahid, Qatadah, Rabi’ bin Anas, Abdurrahman bin Zaid bin
Aslam mengatakan: “Ayat-ayat yang pertama kali turun berkenaan dengan khamr, yaitu firman-
Nya [yang artinya]: “Mereka bertanya kepadamu tentang minuman khamr dan judi. Katakanlah,
Pada keduanya itu terdapat dosa yang besar.”Ayat yang terdapat dalam surat an-Nisa’, kemudian
yang terdapat dalam surah al-Maidah, hingga akhirnya secara tegas khamr tersebut diharamkan.”

c. Qur’an Surah An-Nisa Ayat 43


‫ابِ ِرى‬DD‫ا إِاَّل َع‬DDً‫ونَ َواَل ُجنُب‬DDُ‫ا تَقُول‬DD‫وا َم‬D ۟ D‫ ٰ َك َر ٰى َحتَّ ٰى تَ ْعلَ ُم‬D‫لَ ٰوةَ َوأَنتُ ْم ُس‬D‫ٱلص‬ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
۟ ‫وا اَل تَ ْق َرب‬
َّ ‫ُوا‬ َ
ٰ
‫ٓا َء‬D‫تُ ُم ٱلنِّ َس‬D‫ض ٰ ٓى أَوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر أَوْ َجٓا َء أَ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ْٱلغَٓائِ ِط أَوْ لَ َم ْس‬ ۟
َ ْ‫يل َحتَّ ٰى تَ ْغت َِسلُوا ۚ َوإِن ُكنتُم َّمر‬
ٍ ِ‫َسب‬
۟ ‫ح‬D ‫ا فَٱ ْم َس‬DDً‫ ِعيدًا طَيِّب‬D ‫ص‬
‫ورًا‬DDُ‫ ًّوا َغف‬D ُ‫انَ َعف‬DD‫ ِدي ُك ْم ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ َك‬D ‫و ِه ُك ْم َوأَ ْي‬DD‫ُوا بِ ُو ُج‬ ۟ D‫ٓا ًء فَتَيَ َّم ُم‬DD‫وا م‬
۟
َ ‫وا‬D َ ‫ ُد‬D‫فَلَ ْم تَ ِج‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu
dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang
baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.”(Qs.An-Nisaayat43)

 Tafsir Ibnu Katsir


Allah melarang hamba-hamba-Nya yang beriman, mengerjakan shalat dalam keadaan
mabuk yang menyebabkan ia tidak tahu apa yang diucapkannya, serta melarang mendekati
tempat shalat, yaitu masjid bagi orang yang junub, kecuali sekedar melintas dari satu pintu ke
pintu lainnya, tanpa diam di dalamnya. Hal ini ada, sebelum diharamkannya khamr, sebagaimana
yang ditunjukkan oleh hadits yang telah kami sebutkan di dalam surat al-Baqarah: “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamr dan Judi.” (QS. Al1Bagarah: 219)

Sesungguhnya Rasulullah membacakan ayat ini (al-Baqarah: 219) kepada `Umar, yang
kemudian berdo’a: “Ya Allah, jelaskanlah kepada kami tentang khamr secara tuntas.” Maka
ketika turun ayat ini, beliau pun membacakannya kepada `Umar, lalu ia pun berdo’a: “Ya Allah,
jelaskanlah kepada kami tentang khamr secara tuntas.”

Di saat itu mereka tidak meminum khamr di waktu shalat, sehingga turun ayat, “Hai
orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkurban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maa-idah: 90)
sampai pada firman-Nya: “Apakah kamu berhenti?” (QS. Al-Maa-idah: 91).

Maka `Umar berkata: “Kami telah berhenti, kami telah berhenti.”

Ibnu Abi Syaibah dalam sebab turunnya ayat ini, menyebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim, dari Sa’ad, ia berkata: “Empat ayat turun berkenaan dengan saya: Seorang
Anshar membuat makanan, lalu ia memanggil orang-orang Muhajirin dan Anshar, kemudian
kami makan dan minum hingga mabuk, lalu kami berbangga-bangga, hingga ada laki-laki yang
mengangkat rahang unta menusuk hidung Sa’ad. Maka jadilah Sa’ad orang yang bolong
hidungnya. Kejadian itu sebelum diharamkannya khamr, lalu turun ayat: Yaa ayyuHal ladziina
aamanuu laa taqrabush shalaata wa antum sukaaraa (“Hai orang-ornag yang beriman, janganlah
kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk.”)

Hadits-nya secara panjang diriwayatkan oleh Muslim dan diriwayatkan pula oleh Ahlus
Sunan kecuali Ibnu Majah. (Sebab lain) Ibnu Abi Hatim mengatakan dari `Ali bin Abi Thalib, ia
berkata: `Abdurrahman bin `Auf membuat makanan untuk kami, lalu mengundang kami dan
menuangkan minuman khamr untuk kami, kemudian sebagian dari kami mulai mabuk dan waktu
shalat pun tiba. Maka mereka mempersilahkan seseorang menjadi imam, sehingga terdengar
bacaannya: qul yaa ayyuHal kaafiruun. Maa a’budu maa ta’buduun. Wa nahnu na’budu maa
ta’buduun (“Katakanlah: `Wahai orang-orang kafir, aku tidak menyembah apa yang kamu
sembah. Dan kami menyembah apa yang kamu sembah.'”)

Maka Allah menurunkan: Yaa ayyuHal ladziina aamanuu laa taqrabush shalaata wa
antum sukaaraa hattaa ta’lamuu maa taquuluun (“Hai orang-orang yangberiman, janganlah kamu
shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehinggakamu mengerti apa yang kamu ucapkan.”)
Demikianlah yang diriwayatkan olehat-Tirmidzi dan ia berkata: Hasan shahih.

Firman-Nya: hattaa ta’lamuu maa taquuluun (“Sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan”), ini ungkapan yang paling baik untuk batasan mabuk, yaitu tidak mengetahui apa yang
diucapkannya. Karena orang yang sedang mabuk di waktu shalat, akan mencampur adukkan
bacaan, tidak merenungkannya dan tidak khusyu’.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jika salah
seorang kalian mengantuk dalam keadaan shalat, maka hendaklah ia kembali dan tidur, hingga
mengetahui apa yang diucapkan.” Hadits ini hanya diriwayatkan oleh al-Bukhari, tanpa Muslim.

Adapun Muslim, ia meriwayatkannya bersama an-Nasa’i dari Ayyub dengan lafazh yang
sama, dan pada sebagian lafazh hadits disebutkan: “Boleh jadi ketika istighfar ternyata ia
mencaci dirinya sendiri.”

Firman Allah: walaa junuban illaa ‘aabirii sabiilin hattaa taghtasiluu (“[Jangan pula kamu
hampiri masjid] sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja.”)

d. Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 90-91

َ ‫ َواأْل َن‬  ‫ َو ْال َم ْي ِس ُر‬  ‫ ْال َخ ْم ُر‬  ‫إِنَّ َما‬  ‫ َءا َمنُ ٓو ۟ا‬   َ‫الَّ ِذين‬  ‫﴾ ٰيٓأَيُّهَا‬
٩۰﴿   َ‫تُ ْفلِحُون‬  ‫لَ َعلَّ ُك ْم‬  ُ‫فَاجْ تَنِبُوه‬  ‫ال َّشي ْٰط ِن‬  ‫ َع َم ِل‬  ‫ ِّم ْن‬   ٌ‫ ِرجْ س‬  ‫ َواأْل َ ْز ٰل ُم‬   ُ‫صاب‬

ٰ   ‫ذ ْكر‬  ‫عَن‬  ‫ص َّد ُكم‬


َ‫أ‬   ْ‫فَهَل‬   ۖ ‫صلَ ٰو ِة‬
َّ ‫ال‬  ‫ َو َع ِن‬  ‫اللّـ ِه‬ ِ ِ َ ‫ َو ْالبَ ْغ‬  َ‫ ْال َع ٰد َوة‬  ‫بَ ْينَ ُك ُم‬  ‫يُوقِ َع‬  ‫أَن‬   ُ‫ال َّشي ْٰطن‬  ‫ي ُِري ُد‬  ‫إِنَّ َما‬
ْ ُ َ‫ َوي‬  ‫ َو ْال َمي ِْس ِر‬  ‫ ْال َخ ْم ِر‬  ‫فِى‬  ‫ضآ َء‬
٩١:‫﴿المائدة‬   َ‫ ُّمنتَهُون‬  ‫﴾نتُم‬

“Hai orang – orang yang beriman, sesungguhnya (mengkonsumsi) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji, termasuk
perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan – perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan. Sesungguhnya setan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian diantara kamu lantaran minum khamar dan berjudi itu, dan menghalangi
kamu dari mengingat Allah dan shalat maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan
itu.” (QS. AL-MA’IDAH AYAT 90-91)
 Penafsiran Menurut Para Ahli Tafsir
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, Ibnu Abbas
dan Mujahid berkata, “Khamr adalah semua minuman yang memabukkan, dan maisir
adalah perjudian yang biasa dilakukan pada masa Jahiliyah. “(berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah,”al-anshab:berhala yang diletakkan pada dinding Ka‟bah
digunakan untuk beribadah dan mengundi nasib dengan panah. Ibnu Abbas dan Mujahid berkata,
“Al-Anshabadalah batu-batu tempat menyembelih korbannya, sedangkan al-azlam
adalahkayu-kayu untuk mengundi nasib.” “Adalah termasuk pernuatan setan.” Adalah kekejian,
kotoran dan kejahatan yang berasal dari bisikan setan. “Maka jauhilah perbuatan-perbuatan
itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Tinggalkanlah perbuatan itu dan jadilah kamu
pada sisi yang lain jauh dari kotoran itu supaya kamu beruntung mendapatkan pahala besar.

Hai orang – orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya khamr yang
kalian minum, judi yang kalian lakukan, binatang – binatang yang kalian kurbankan untuk
berhala, dan anak panah yang kalian gunakan untuk mengundi nasib, adalah perbuatan
dosa yang dimurkai dan dibenci Allah. Ia adalah perbuatan setan, dan dia
membaguskan perbuatan itu agar kalian melakukannya. Ia bukan perbuatan yang
disunatkan Tuhan kepada kalian, buka pula yang diridhai-nya. Tinggalkanlah dan jauhilah
perbuatan keji ini. Sambil berharap semoga kalian beruntung dengan apa yang diwajibkan
atas kalian , berupa pensucian jiwa, kesehatan badan dan saling mencintai di antara kalian.

Mayoritas ulama memahami dari pengharaman khamr dan penanamannya sebagai rijs/
keji serta perintah menghindarnya, sebagai bukti bahwa khamr adalah sesuatu yang najis.
Memang kata ini digunakan juga oleh bahasa arab dalam arti sesuatu yang kotor atau najis.

Fajtanibu “Maka jauhilah perbuatan – perbuatan ituyakni kekejian yang terkadang


di dalam perbuatan – perbuatan itu, jangan sampai kamumelakukannya.
Mengundang kewajiban menjauhinya dari segala aspek pemanfaatan. Bukan saja tidak
diminum, tetapi juga tidak boleh dijual dna tidak boleh dijadikan obat. Demikian
pendapat Al-Qurtubi. Thahir Ibn „Asyur mempunyai pandangan yang sedikit longgar.
Menurutnya, menjauhi hal – hal di atas adalah dalam konteks keburukan yang dikandung
sesuai dengan sifat masing – masing larangan itu. Menjauhi khamr adalah menjauhinya
dari segi meminumnya. Menjauhi perjudian adalah dari segi taruhannya. Menjauhi berhala dari
segi penyembelihan atas namanya. Menjauhi panah- panah dari segi menggunakannya
sebagai alat pilihandalam menentukan nasib.

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di


antara kamu lantaran (meminum) khamr dan berjudi itu,” dengan kotoran ini setan
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian antara sesama mukmin lantaran
mereka meminum khamr dan bermain judi. “Dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
sembahyang,” minum khamar dan berjudi dapat menghalangi kamu dari mengingat Allah,
sedangkan mengingat Allah adalah untuk kebaikan agamamu dan akhiratmu, dan dari
shalat yang merupakan tiang agamamu.

Abu Hayyan berkata, “Allah menyebut dalam khamar dan judi terdapat dua
kerusakan: Pertama, kerusakan di dunia, karena khamar dapat menimbulkan kekejian,
kedengkian dan dapat memutuskan hubungan silatusharrahim. Sedangkan judi, maka orang
yang berjudi akan senantiasa berjudi hingga harta bendanya habis. Kedua, kerusakan akhirat.
Orang yang mabuk merasa diri bahagia dan lupa daratan sehingga dapat mengakibatkan ia
lupamengingat Allah dan shalat. Sedangkan judi, baik ia kalah maupun menang maka akan tetap
melupakannya dari mengingat Allah dan shalat.”

Yang dimaksud dengan menghalangi kamu dari mengingat Allah di samping dapat
berarti melupakan zikir dengan hati dan lidah, juga dapat berarti mlupakan zikir atau
peringatan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW berupa al – quran dan sunnah, atau
melupakan zikir dari sisi rububiyyah (pemeliharaan) Allah kepada manusia, dan ini
mengantar kepada melupakan sisi „ubudiyah (ibadah) kepada-Nya dan terutama adalah
melaksanakan shalat. Melupakan sisi rububiyah Allah dapat mengantar seseorang hidup tanpa
arah dan pegangan.

“Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu),” Konteks berbentuk


pertanyaan namun bermakna perintah. Bermakna: Berhentilah kamu, karena itu Umar
berkata, “Kami telah berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu wahai Tuhan kami.” Dalam Al-
Bahr dikatakan, “Bentuk kalimat tanya ini adalah termasuk perintah serius untuk berhenti
melakukan sesuatu, seolah-olah diucapkan, “Sungguh telah dibacakan kepadanya bahwa di
dalam khamar dan judi terdapat beberapa kerusakan yang diharuskan berhenti darinya,
apakah kamu berhenti dari mengerjakan itu atau tetap mengerjakannya. “Dan taatlah kamu
kepada Allah dan taatlah kamu kepaa Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah,” taatlah kamu kepada
perintah Allah dan perintah Rasul-Nya, dan berhati-hatilah melanggar perintah keduanya. “Jika
kamu berpaling,” jika kamuberpaling dan tidak melaksanakan perintah Allah dan
Rasul-Nya.

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah


menyampaikan (amanat Allah) dengan terang,”tugas Rasul Kami (Muhammad) bukanlah
memberi hidayah kepadamu, akan tetapi tugasnya hanya menyampaikan risalah kepadamu,
sedangkan yang membalas kamu adalah Kami. Ath-Thabari berkata, “Ini adalah ancaman
dari Allah bagi orang yang berpaling dari perintah-Nya dan larangan-Nya. Seolah-olah Allah
berfirman, “Jika kamu berpaling dari perintah-Ku dan larangan-Ku, maka rasakanlah siksa-Ku,
dan berhati-hatilah akan murka-Ku.” Abu Hayyan berkata, “Ini adalah ancaman nyata yang tidak
ada keraguan di dalamnya, karena yang mengurusi siksamu adalah Allah (Dzat yang mengutus)
bukan Rasul (orang yang diutus).”
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang shaleh
karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu,”Ibnu Abbas berkata, “Ketika
turun ayat tentang keharaman khamr, bertanya-tanyalah segolongan umat tentang yang
telah meninggal sedang ia meminum khamar dan memakan uang hasil judi, maka turunlah
ayat ini untuk memberitahukan bahwa dosa dan hukuman itu berkaitan dengan pekerjaan
maksiat, sedangkan orang yang telah mati sebelum diharamkannya khamar dan judi maka
bukanlah termasuk orang-orang yang maksiat. “Apabila mereka bertakwa serta beriman,
dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh,”tidak ada dosa bagi mereka terhadap apa yang
telah mereka makan dan minum selagi mereka takut kepada hal-hal yang diharamkan serta
imamnya tetap, dan mengerjakan amal saleh. “Kemudian mereka tetap bertakwa dan
beriman,” mereka tetap menjauhi perkara-perkara yang diharamkan dan beriman dengan
keharamannya. Bermakna: menjauhi apa yang diharamkan Allah dan mengerjakan amal
shalih dengan keyakinan atas keharamannya. “Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan
berbuat kebajikan,” kemudian mereka terus-menerus takwa kepada Allah dan menjauhi apa
yang diharamkan-Nya dan mengerjakan amal kebajikan yang dapat mendekatkannya
kepada Allah. “Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”Allah menyukai
orang-orang yang memperdekatkan diri kepada-Nya dengan mengerjakan amalan-amalan
saleh.

Dalam At-Tashil dikatakan, “Kata takwa diulang untuk melebih-lebihkan.”Menurut


pendapat lain, “Takwa memiliki beberapa tingkatan. Pertama, menjauhi kemusyrikan. Kedua,
menjauhi maksiat. Ketiga, menghindari perkara yang sejatinya diperbolehkan, untuk berhati-hati
agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang tidak diperbolehkan."

Kemudian pada ayat berikut ini khamar baru diharamkan secara tegas.
Pengharaman ini terjadi setelah perang Ahzab, tahun keempat atau kelima hijriyah.
Namun, menurut Ibnu Ishak pengharaman ini terjadi pada saat perang di Bani Nadhir tahun
keempat hijriyah. Riwayat lain mengatakan pengharaman ini terjadi sewaktu perjanjian
hudaibiyah pada tahun keenam hijriyah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari keseluruhan penjelasan diatas kita dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis minuman yang memabukan,
sehingga dengan meminumnya menjadi hilang kesadaran bagi yang meminumnya.
2. Hukum minum minuman keras atau khamar ialah haram, dan bagi orang yang
menkonsumsinya, penjual, pengedar yang masi dalam golongan minuman keras adalah
termasuk pelaku dosa besar.
3. Bagi orang yang suka meminum atau mengkonsumsi minuman keras maka akan
mendapatkan had atau hukuman yaitu di jilid atau didera sebanyak 40 sampai 80 kali

B. SARAN
Kita sebagai genari penerus marilah kita cegah dari Minum minuman keras karena
dampak negatif yang ditimbulkannya, baik itu kemiskinan, kebodohan dan penyakit yang
ditimbulkan. Sayangi tubuh Anda dengan menjaganya dari  pengaruh negatif zat-zat aditif.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/alquranmulia.wordpress.com2015/09/18/tafsir-ibnu-katsir-surah-
an-nahl-ayat-66-67/amp/
https://www.google.com/amp/s/alquranmulia.wordpress.com/2015/04/13/tafsir-ibnu-katsir-surat-
al-baqarah-ayat-219=220/amp/
http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-nisa-ayat-43.html
M quraish Shihab, tafsir al – misbah,pesan kesan dan keserasian Al- quran ( Jakarta : Lentera
hati,2002)hal. 195
Ahmad Musthafa Al- Maragi Tafsir Al Maragi, ( Semarang :PT Karya Toha Putra, 1992)juz VII
hal 36
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni Shafwatut tafasir;tafsir-tafsir pilihan,(Jakarta; pustaka al-
kautsar, 2011) jilid 2 hal.97

Anda mungkin juga menyukai