Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TAFSIR AYAT-AYAT HUKUM

TAFSIR AYAT-AYAT KHAMAR DALAM AL-QUR’AN

Dosen Pengampu :

Muhammad Yasir,S. Th..I, M.A

Disusun oleh :

Kelompok 7

Anjelina NIM: 12130224610

Dimas Try Sanjaya NIM: 12130211790

Ilhamuddin Nasution NIM: 12130212730

Khairunnisa MaharanI NIM: 12130222841

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabaarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin segala pujian dan rasa syukur atas kehadirat
Allah SWT karenarahmat, hidayah wal inayah-Nya yangtelah di karuniakan
kepada saeganap hambanya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusun
makalah ini. Adapun yang akan kami kaji dalam makalah ini yang berjudul
“Tafsir Ayat-ayat Khamar dalam Al-Qur’an”.

Penulis menyadari bahwa masi banyak kekurangan di dalam makalah ini,


oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Selanjutnya, saran dan kritk dari pembaca dan
pengguna sangat kami harapkan, karena kami sadar makalah ini belum sempurna.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PEKANBARU, 05 Maret 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah...........................................................................................2
BAB, II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Khamar.....................................................................................3
2.2 Ayat-ayat Mengenai Khamar dalam Al-Qur'an..........................................4
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
3.1 Kesimpulan...............................................................................................16
3.2 Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSAKA.............................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Khamar sudah lazim dikenal dengan minuman keras, minuman


beralkohol,atau minuman yang memabukkan. Minuman ini sudah dikenal dan
dikonsumsi sejak sebelum Alquran diturunkan. Meskipun begitu, tidak ada satu
agamapun yang memberikan penjelasan kedudukan yang jelas tentang khamar
pada saat itu. hingga ada yang menggunakannya sebagai obat, sebagai sebuah
minuman adat/kebiasaan, sebagai minuman dalam sebuah pesta, juga dalam ritual
penyembahan.

Untuk lebih mengenal kata khamar, maka kata ini harus dikembalikan
kepada kata aslinya. Kata khamar ini adalah kata yang berasal dari bahasa arab,
al-khamru, yang artinya satrusy syai’/penutup sesuatu, sesuatu yang bersifat
menutup dan menghalangi. Dalam Islam dikenal sebuah istilah khimar, yang
berfungsi sebagai kain penutup bagian kepala wanita.

Sedangkan secara istilah syariat khamar diartikan langsung oleh Rasulullah saw
dan juga sahabat seperti Umar bin Khattab, sebagai segala sesuatu yang
menghalangi atau menutupi akal atau istilah yang biasa dipakai dan dipahami
adalah yang memabukkan. Dalam riwayat Muslim dari Abdullah bin Umar bahwa
Rasulullah saw bersabda, “setiap yang memabukkan itu khamar, dan setiap
khamar itu haram, barang siapa yang meminumnya di dunia dan dia belum
bertaubat hingga mati dalam kebiasaan meminum khamar, maka ia tidak akan
meminumnya di akhirat”. Umar bin Khattab pernah menyampaikan dalam sebuah
khutbah, bahwa “khamar adalah semua yang menutupi akal dan pikiran.
Kemudian dikarenakan setiap buah atau biji-bijian yang diolah untuk menjadi
khamar pasti menghasilkan alkohol, maka khamar juga dikenal sebagai minuman
beralkohol.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Khamar?

2. Apa saja ayat-ayat mengenai Khamar dalam Al-Qur’an?

1.3 TUJUAN MASALAH

 1. Dapat mengetahui pengertian Khamar

2. Dapat mengetahui ayat-ayat mengenai Khamar dalam Al-Qur’an.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khamar

Khamar adalah cairan yang dihasilkan dari peragian, biji-bijian atau buah-
buahan dan mengubah saripatinya menjadi alkohol dengan menggunakan
katalisator (enzim). Yang mempunyai kemamuan untuk memisahkan unsur-unsur
tertentu yang berubah menjadi proses peragian.

Minuman sejenis ini dinamakan dengan khamar karena dia mengeruhkan


dan menyelubungi akal. Artinya menutupi dan merusak daya tangkapnya.
Beginilah pengertian khamar menurut kedokteran.

Dari semua minuman yang tersedia, hanya satu kelompok saja yang
diharamkan yaitu khamar. Yang dimaksud dengan khamar yaitu minuman yang
memabukkan sesuai dengan penjelasan Rasulullah saw berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Abdullah bin Umar: setiap yang
memabukkan adalah khamar (termasuk khamar) dan setiap khamar adalah
diharamkan. Dari penjelasan Rasulullah tersebut jelas bahwa batasan khamar
didasarkan atas sifatnya, bukan jenis bahannya, bahannya sendiri dapat apa saja.
Dalam hal ini ada perbedaan pendapat mengenai bahan yang diharamkan, ada
yang mengharamkan khamar yang berasal dari anggur saja.

Setiap sesuatu yang memabukkan termasuk khamar dan tidak menjadi soal
tentang apa asalnya. Oleh karena itu jenis minuman apapun sejauh memabukkan
adalah khamar, menurut pengertian syari’at. Dan hukum-hukum yang berlaku
terhadap khamar adalah juga berlaku terhadap minuman-minuman tersebut, baik
ia terbuat dari anggur, kurma, madu, gandum dan biji-bijian lain maupun dari
jenis-jenis lain. Semua termasuk khamar dan haram hukumnya. Sebab haramnya
ialah karena keburukan-keburukannya, baik yang bersifat khusus maupun yang
umum. Dan juga karena membuat lalai dari mengingat Allah SWT. dan dari

3
mengerjakan shalat serta meimbulkan permusuhan dan kebencian sesama
manusia.

2.2 Ayat-ayat mengenai Khamar dalam Al-Qur’an

Di dalam Kamus Ilmu Alquran disebutkan bahwa khamr artinya menutupi,


karena ia menutupi akal. Abu Hanifah memberikan pengertian khamr sebagai
nama untuk jenis minuman yang dibuat dari perasan anggur sesudah dimasak
sampai mendidih serta mengeluarkan buih dan kemudian menjadi bersih kembali,
sari buah itulah yang mengandung unsur memabukkan1. Ada pula yang memberi
pengertian khamr dengan lebih menonjolkan unsur yang memabukkan. Artinya
segala jenis minuman yang memabukkan disebut khamr. Kata khamr atau al-
khamr berasal dari bahasa Arab yang jika disebutkan dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan khamar. Jadi khamr dengan khamar adalah sinonim (sama).
Walaupun beda bahasa dan cara pengucapannya tetapi maknanya sama.

Ada beberapa istilah di dalam Alquran yang serupa dengan khamr (yang
memabukkan), terletak di dalam surat dan ayat yang berbeda, seperti lafal
sakaran, sukārā, sakra, dan khamrin lażżat atau syarābun lażīż (minuman yang
amat lezat).Ternyata ditemukan ada berapa ayat dalam Alquran yang berbicara
mengenai khamar, meskipun ditemukan ada kemiripan makna antara satu dengan
yang lainnya, ternyata juga ditemukan makna dan maksud yang sedikit agak
berbeda dengan yang lainnya.

Pengarang Kalimāt al-Qurān Tafsīr wa Bayān, mengatakan bahwa anggur


yang sengaja dibuat untuk memabukkan, lalu disuguhkan khusus untuk para raja
biasanya dinamai dengan khamar. Sedangkan menurut terminologis, khamar
adalah minuman keras yang memabukkan, seperti bir, anggur, arak, tuak, dan
lain-lain.

1 Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alquran (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008), h. 152

4
Pengarang kitab Ma’āni al-Qurān juga menyebutkan bahwa istilah al-
khamr masih bersifat global dalam Alquran. Menurut beliau definisi khamar ialah
segala perbuatan yang dapat menutupi, menghilangkan atau merusakkan akal.
Dinamai khamr karena segala hal yang memabukkan dapat menganggu dan
merusak akal manusia sehingga tidak bisa berfikir secara normal. Jadi, segala
sesuatu yang digunakan oleh manusia untuk menutupi dirinya baik itu
menggunakan pohon atau lainnya sudah dinamakan khamar2.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa definisi awal terhadap khamar secara
khusus ialah nama untuk jenis minuman yang terbuat dari perasaan anggur,
kurma, buah tin atau terbuat dari biji-bijian seperti gandum dan tepung atau
terbuat dari sari pati seperti madu atau terbuat dari susu yang difermentasikan
sesudah dimasak sampai mendidih serta mengeluarkan buih dan menjadi bersih
kembali yang ke semua itu jika dikonsumsi dapat memabukkan. Sedangkan
definisi khamar secara umum adalah segala sesuatu yang bisa memabukkan atau
tidak memabukkan (meski tidak ada bahan alkohol), apapun bahan mentah dan
jenisnya, baik itu berbentuk minuman, makanan maupun cairan dan benda padat
yang jika dikonsumsi (digunakan); dengan cara diminum atau dimakan oleh orang
yang normal dalam kadar sedikit ataupun banyak jumlahnya dapat menutupi,
menghilangkan, mengganggu atau merusakkan akal manusia sehingga tidak bisa
berfikir secara normal. Dengan kata lain, segala hal-apapun jenisnya- yang dapat
membuat akal / otak dan tubuh manusia menjadi ketagihan dan rusak sudah
dinamakan dengan al-khamr.

Salah satu cara untuk dapat memahami makna komprehensif tentang


khamar dalam Alquran adalah dengan cara menghimpun semua naṡ (teks) yang
berkaitan dengan khamar walaupun beragam surat dan ayat. Lalu menganalisanya
satu persatu. Di antara ayat-ayat yang ada relevansinya dengan khamar adalah QS.
Al-Maidah (5): 90 & 91. Kemudian QS. Al-Baqarah (2): 219, QS. Yusuf (12): 36

2 ‘Abd al-Jalīl ‘Abduh Syalabī, Ma’āni al-Qurān wa I’rābuhu liz Zujāj, 3. Juz, Juz. 3 (T.t.p: ‘Alim
alKutub, cet. 1, juz. 1, 1988 M /1408 H), h. 291.

5
& 41, serta QS. Muhammad (47): 15, QS. An-Nahl (16): 67, QS. AnNisa’ (4): 43,
QS. Al-Hijr (15): 72, QS. At-Thur (52): 23, dan QS. As-Shafat (37): 45, 46 & 47.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan khamar bisa penulis klasifikasikan menjadi 4
(empat) bagian, yaitu:

1. Bagian pertama adalah lafal sama serta mengandung arti dan maksud yang
sama dengan kata khamr Adapun lafal yang sepadan dengan tema di atas
walaupun beda baris serta ada tidaknya penyebutan (‫( ال‬alif-lamnya adalah kata
al-khamr (khamr), khamran dan khamrin lażżat. Kata khamr atau al-khamr
disebutkan dalam Alquran sebanyak 6 kali dalam surat dan ayat yang berbeda,
seperti disebutkan dalam QS. Al-Baqarah (2): 219, kemudian pada QS. Yusuf
(12): 36 dan 41, selanjutnya QS. Muhammad (47): 15, dan QS. Al-Maidah (5): 90
dan 91.12 Di antara ayat-ayat yang menggunakan lafal atau kata khamr itu ialah :

a. QS. Al-Baqarah (2): 219, yang berbunyi:

‫اس َواِ ْث ُمهُ َمٓا اَ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا‬


ِ ۖ َّ‫ع لِلن‬iُ ِ‫ك ع َِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ۗ ِر قُلْ فِ ْي ِه َمٓا اِ ْث ٌم َكبِ ْي ٌر َّو َمنَاف‬iَ َ‫يَ ْسـَٔلُوْ ن‬
‫هّٰللا‬ َ ِ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُوْ نَ ۗە قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل‬
َ‫ن‬ ِ ‫ك يُبَيِّنُ ُ لَ ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
ۙ ْ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُو‬ َ َ‫َويَ ْسـَٔلُوْ ن‬

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada


keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang
mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.

Dapat dilihat pada ayat di atas, Alquran menyatakan bahwa al-khamr itu
bisa memberikan manfaat, tetapi dosa yang ditimbulkannya itu jauh lebih besar
dari pada manfaatnya. Oleh karena itu, yang ingin kita telusuri adalah apa saja
manfaat dari khamar tersebut. Jika ditelisik terhadap ayat di atas, kata yang
digunakan untuk menunjukkan istilah khamar adalah kata al-khamri. Pada ayat
ini, kata al-khamri memiliki makna yang sangat luas.

b. Kemudian QS. Al-Maidah (5): 90 yang berbunyi:

6
ُ‫م ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ ه‬iُ ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل‬
َ ‫ر َوااْل َ ْن‬iُ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َمي ِْس‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.

Ayat di atas menjelaskan tentang salah satu perbuatan yang sangat disukai
oleh setan adalah khamar. Khamar itu adalah perbuatan keji karena khamar
merupakan induknya segala perbuatan jahat. Oleh karena itu umat Islam
dianjurkan untuk menjauhi khamar supaya mereka memperoleh kesuksesan atau
ketenangan dalam kehidupan. Pada ayat di atas, kata yang digunakan untuk
menunjukkan istilah khamar adalah kata al-khamru sama seperti ayat yang
pertama dalam QS. Al-Baqarah (2): 219.

c. Di antara ayat yang menjelaskan tentang al-khamr adalah QS. Al-Maidah (5):
91, yaitu:

‫م ع َْن ذ ْكر هّٰللا‬i ‫ص َّد ُك‬


ِ ِ ِ ْ ُ َ‫ر َوي‬iِ ‫ء فِى ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس‬iَ ‫ض ۤا‬ َ ‫اِنَّ َما ي ُِر ْي ُد ال َّشي ْٰطنُ اَ ْن يُّوْ قِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعد‬
َ ‫َاوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ‫َن الص َّٰلو ِة فَهَلْ اَ ْنتُ ْم ُّم ْنتَهُوْ ن‬ ِ ‫َوع‬

Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan


dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Ayat di atas menganjurkan kepada manusia supaya menjauhi dan


meninggalkan khamar, sebab khamar itu dapat menimbulkan kebencian dan
permusuhan serta menghalangi manusia dari mengingat Allah swt., yang dapat
merugikan mereka baik di dunia maupun di akhirat. Pada ayat di atas, kata yang
digunakan untuk menunjukkan istilah khamar adalah kata al-khamri sama seperti
QS. Al-Baqarah (2): 219 dan pada QS. Al-Maidah (5): 90.

7
d. Ayat berikutnya adalah QS. Muhammad (47): 15 yang berbunyi:

‫ر‬iٌ ‫َمثَ ُل ْال َجنَّ ِة الَّتِ ْي ُو ِع َد ْال ُمتَّقُوْ نَ ۗفِ ْيهَٓا اَ ْن ٰه ٌر ِّم ْن َّم ۤا ٍء َغي ِْر ٰا ِس ۚ ٍن َواَ ْن ٰه ٌر ِّم ْن لَّبَ ٍن لَّ ْم يَتَ َغيَّرْ طَ ْع ُمهٗ َۚواَ ْن ٰه‬
ِ ‫صفًّى ۗ َولَهُ ْم فِ ْيهَا ِم ْن ُكلِّ الثَّ َم ٰر‬
ۗ ‫ت َو َم ْغفِ َرةٌ ِّم ْن َّربِّ ِه ْم‬ َ ‫ِّم ْن خَ ْم ٍر لَّ َّذ ٍة لِّل ٰ ّش ِربِ ْينَ ەۚ َواَ ْن ٰه ٌر ِّم ْن َع َس ٍل ُّم‬
‫ار َو ُسقُوْ ا َم ۤا ًء َح ِم ْي ًما فَقَطَّ َع اَ ْم َع ۤا َءهُ ْم‬
ِ َّ‫َك َم ْن هُ َو خَالِ ٌد فِى الن‬

(Apakah) perumpamaan (penghuni) surga yang dijanjikan kepada orang-


orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada
berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya,
sungai-sungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan
sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya
segala macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang
yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga
memotong-motong ususnya?

Ayat di atas menjelaskan tentang kenikmatan-kenikmatan yang Allah


berikan kepada penghuni surga, salah satu bentuk kenikmatan itu adalah Allah
menyediakan kepada mereka berupa sungai-sungai yang terbuat dari khamar.
Walaupun di dunia khamar telah diharamkan, tetapi di akhirat khamar menjadi
salah satu minuman surga yang sangat lezat bagi peminumnya. Pada ayat tersebut,
kata yang digunakan untuk menunjukkan istilah khamar adalah kata khamrin,
meski tidak disebutkan (‫( ال‬alif dan lam tetapi maksudnya sama seperti ayat yang
tercantum dalam QS. Al-Baqarah (2):219 dan QS. Al-Maidah (5): 90 dan 91. Pada
ayat di atas dijelaskan bahwa khamrin merupakan minuman yang sangat amat
lezat.

e. Selanjutnya adalah QS. Yusuf (12): 36, yaitu:

‫ص ُر َخ ْمرًا ۚ َوقَا َل ااْل ٰ َخ ُر اِنِّ ْٓي اَ ٰرىنِ ْٓي اَحْ ِم ُل‬


ِ ‫َو َدخَ َل َم َعهُ السِّجْ نَ فَت َٰي ِن ۗقَا َل اَ َح ُدهُ َمٓا اِنِّ ْٓي اَ ٰرىنِ ْٓي اَ ْع‬
َ‫ك ِمنَ ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬َ ‫ق َرْأ ِس ْي ُخ ْب ًزا تَْأ ُك ُل الطَّ ْي ُر ِم ْنهُ ۗنَبِّْئنَا بِتَْأ ِو ْيلِ ٖه ۚاِنَّا ن َٰرى‬
iَ ْ‫فَو‬

Dan bersama dengan dia masuk pula kedalam penjara dua orang pemuda.
Berkatalah salah seorang di antara keduanya: "Sesungguhnya aku bermimpi,

8
bahwa aku memeras anggur." Dan yang lainnya berkata: "Sesungguhnya aku
bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebahagiannya dimakan
burung." Berikanlah kepada kami ta`birnya; sesungguhnya kami memandang
kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena`birkan mimpi).

Ayat di atas menjelaskan tentang pertanyaan salah seorang tahanan penjara


kepada Nabi Yusuf As, tentang arti mimpi, di mana -dalam mimpinya itu- ia
memeras anggur. Dia bertanya kepada Nabi Yusuf, karena beliau dianggap
sebagai orang yang pandai menakbirkan mimpi. Pada ayat di atas, kata yang
digunakan untuk menunjukkan istilah khamar adalah kata khamran yang memiliki
arti memeras anggur menjadi minuman yang memabukkan.

f. Di antara ayat berikutnya yang berkaitan dengan khamar ialah QS. Yusuf (12):
41, yaitu:

ۗ ‫ي السِّجْ ِن اَ َّمٓا اَ َح ُد ُك َما فَيَ ْسقِ ْي َربَّهٗ َخ ْمرًا ۗ َواَ َّما ااْل ٰ خَ ُر فَيُصْ لَبُ فَتَْأ ُك ُل الطَّ ْي ُر ِم ْن َّرْأ ِس ٖه‬iِ َ‫احب‬
ِ ‫ص‬َ ‫ٰي‬
‫ي ااْل َ ْم ُر الَّ ِذيْ فِ ْي ِه تَ ْستَ ْفتِ ٰي ۗ ِن‬ ِ ُ‫ق‬
iَ ‫ض‬

Hai kedua penghuni penjara, "Adapun salah seorang di antara kamu


berdua, akan memberi minum tuannya dengan khamar; adapun yang seorang lagi
maka ia akan disalib, lalu burung memakan sebagian dari kepalanya. Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya (kepadaku)."

Penyebutan kata khamran pada ayat di atas sama seperti QS. Yusuf (12):
36, di mana kata khamran dalam ayat di atas memiliki arti minuman yang
memabukkan.

2. Bagian kedua yaitu Lafal dan redaksi ayat berbeda, baik dari segi baris maupun
cara bacanya tetapi arti dan maksudnya sama dengan kata khamr.

Ayat-ayat yang secara lafalnya berbeda tetapi arti katanya memiliki


relevansi dengan kata khamr di atas, yaitu sakaran dan sukārā. Lafal sakaran

9
disebutkan dalam QS. An-Nahl (16): 67,3 sedangkan lafal sukārā disebutkan
dalam QS. An-Nisa (4) ayat 43.4 Di antaranya ialah:

a. Tercantum dalam QS. An-Nahl (16): 67 yaitu:

َ‫ َح َسنً ۗا اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ يَةً لِّقَوْ ٍم يَّ ْعقِلُوْ ن‬i‫ب تَتَّ ِخ ُذوْ نَ ِم ْنهُ َس َكرًا َّو ِر ْزقًا‬
ِ ‫ت النَّ ِخي ِْل َوااْل َ ْعنَا‬
ِ ‫َو ِم ْن ثَ َم ٰر‬

Dan dari buah korma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan
dan rezki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa anggur ada yang dijadikan sebagai rezeki
yang baik dan ada yang dijadikan sebagai minuman yang memabukkan. Pada ayat
di atas, kata yang digunakan untuk menunjukkan istilah khamar adalah kata
sakaran yang memiliki arti minuman yang memabukkan, hai ini memiliki
kesamaan arti seperti yang terdapat QS. Yusuf (12): 36 dan 41. Dalam ayat ini
disebutkan bahwa salah satu jenis khamar adalah terbuat dari anggur. Anggur
adalah rezeki yang baik dan memabukkan.

b. Kemudian QS. An-Nisa (4): 43 yaitu:

ْ‫ارى َح ٰتّى تَ ْعلَ ُموْ ا َما تَقُوْ لُوْ نَ َواَل ُجنُبًا اِاَّل عَابِ ِري‬ ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَ ْق َربُوا الص َّٰلوةَ َواَ ْنتُ ْم ُس َك‬
‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم‬ ٓ ٰ ْ‫َسبِي ٍْل َح ٰتّى تَ ْغتَ ِسلُوْ ا َۗواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
‫م ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ َعفُ ًّوا َغفُوْ رًا‬iْ ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك‬ َ ‫النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُموْ ا‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu


dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar
berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir

3 Muḣammad Adnan Salīm & Muḣammad Bassam Rusydī, Al-Mu’jam al-Mufahras li Ma’ānī al-
Qur’ān al-‘Adhīm (Beirut: Dar el-Fikr, 1990 M/ 1416 H), h. 405. Lihat juga, Mardani, Ayat-Ayat
Tematik Hukum Islam (Jakarta: Rajawali Pers, cet. 1, 2011), h. 210.

4 Al-Husni al-Muqaddasi, Fath ar-Rahman (Jakarta: Maktabah Dahlan, t.t), h. 216

10
atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah
yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pema`af lagi Maha Pengampun.

Pada ayat ini dijelaskan bahwa orang yang sedang mabuk dalam artian
tidak sadarkan diri atau kurang kesadarannya, maka tidak diperkenankan
menunaikan salat. Sebab salat tidak akan sah jika orang yang mengerjakannya
tidak paham dan tidak tahu tentang bacaan yang dibacanya, bahkan dikuatirkan
akan terbaca kata-kata yang tidak semestinya terucap ketika dalam proses
pelaksanaan salat. Pada ayat di atas, kata yang relevan untuk menunjukkan istilah
khamar adalah kata sukārā yang memiliki arti dalam kondisi mabuk.

3. Bagian ketiga yaitu Redaksi ayat berbeda tetapi maksudnya sama

Adapun redaksi ayat yang berbeda tetapi maksudnya sama dan sesuai
dengan kata khamr di atas tercantum dalam QS. At-Thur (52): 23, kemudian QS.
As-Safat (37): 45, 46, & 47 dan QS. Al-Insan (76): 17.5 Di antara ayat-ayatnya
ialah:

a. QS. At-Thur (52): 23, yaitu

‫يَتَنَا َز ُعوْ نَ فِ ْيهَا َكْأسًا اَّل لَ ْغ ٌو فِ ْيهَا َواَل تَْأثِ ْي ٌم‬

Di dalam surga mereka saling memperebutkan piala (gelas) yang isinya


tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan tiada pula perbuatan
dosa.

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa penghuni surga saling memperebutkan


gelas yang berisi air kenikmatan, salah satunya ialah kenikmatan boleh meneguk
air yang berisi khamar. Ketika mereka saling memperbutkan minuman tersebut,
mereka tidak saling mencemooh atau mengeluarkan kata-kata cacian, tidak mau
5 Muḣammad Adnan Salīm & Muḣammad Bassam Rusydī, Al-Mu’jam al-Mufahras li Ma’ānī al-
Qur’ān al-‘Adhīm (Beirut: Dar el-Fikr, 1990 M/ 1416 H), h. 405.

11
melakukan perbuatan atau tindakan yang dapat menyebabkan lahirnya dosa
nestapa.

b. Kemudian QS. As-Safat (37): 45, 46 dan 47, yaitu:

( َ‫)اَل فِيهَا َغوْ ٌل َواَل هُ ْم َع ْنهَا يُنزَ فُون‬٤٦( َ‫ضٓا َء لَ َّذ ٍة لِّل ٰ َّش ِربِين‬
َ ‫)بَ ْي‬٤٥(‫ين‬ ٍ ‫يُطَافُ َعلَ ْي ِهم بِ َكْأ‬
ٍ ۭ ‫س ِّمن َّم ِع‬
)٤٧

45. Diedarkan kepada mereka gelas yang berisi khamar dari sungai yang
mengalir. 46. (Warnanya) putih bersih, sedap rasanya bagi orang-orang yang
minum. 47. Tidak ada dalam khamar itu alkohol dan mereka tiada mabuk
karenanya.

Ayat di atas menyatakan bahwa penghuni surga akan diberikan gelas yang
berisi minuman khamar, karena di sana tersedia sungai khamar, airnya berwarna
putih bersih dan rasanya begitu sedap dan nikmat, bahkan yang meminumnya
tidak akan merasakan mabuk, sebab di dalamnya tidak terkandung alkohol. Jika
kita perhatikan ayat di atas, meski tidak disebutkan lafal khamar, tetapi makna dan
maksud ayat tersebut jelas berkaitan dengan kata khamar.

c. Di antara ayat berikutnya adalah QS. Al-Insan (76): 17 dan 21, yaitu:

)١٧( ‫َويُ ْسقَوْ نَ فِيهَا َكْأسًا َكانَ ِمزَا ُجهَا زَن َجبِياًل‬

Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang


campurannya adalah jahe

۟
)٢١(‫ض ٍة َو َسقَ ٰىهُ ْم َربُّهُ ْم َش َرابًا طَهُورًا‬ ِ ‫ق ۖ َوحُلُّ ٓوا َأ َس‬
َّ ِ‫او َر ِمن ف‬ ٍ ‫ٰ َعلِيَهُ ْم ثِيَابُ سُن ُد‬
iٌ ‫س ُخضْ ٌر َوِإ ْستَب َْر‬

Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan
dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan
kepada mereka minuman yang bersih.

Pada ayat ini, Allah menjelaskan bahwa penghuni surga akan diberikan
pakaian sutera tebal dan halus yang berwarna hijau, dipakaikan gelang yang

12
terbuat dari perak serta diberikan juga kepada mereka minuman yang bersih.
Salah satunya seperti minuman khamar dan ada juga minuman yang dicampur
dengan jahe. Ini merupakan kenikmatan terbesar sebagai balasan kepada mereka
karena telah melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan menjauhi segala
laranganNya.

4. Bagian keempat ialah arti kosa-katanya sama tetapi maksud dan penjelasan
ayatnya berbeda.

Walaupun dari segi arti katanya memiliki makna yang sama dengan kata
khamr di atas. Akan tetapi, maksud dan penjelasan ayatnya berbeda, dalam artian
tidak ada relevansinya dengan kata khamar. Adapun lafal yang sesuai dengan hal
ini adalah kata sakra dan sukārā. Kata sakra tercantum di dalam QS. Al-Hijr (15):
72,6 dan 15,7 sedangkan kata sukārā terdapat dalam QS. Al-Hajj (22): 2. Di
antaranya ialah:

a. QS. Al-Hijr (15): 15 yang berbunyi:

ْ ‫ࣖ لَقَالُ ْٓوا اِنَّ َما ُس ِّك َر‬


َ ‫ت اَ ْب‬
َ‫صا ُرنَا بَلْ نَحْ نُ قَوْ ٌم َّم ْسحُوْ رُوْ ن‬

Tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang


dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir".

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa kata-kata sukkirat mengandung arti


kabur atau tertutup, karena sama-sama tidak jelas. walaupun penafsiran dari ayat
di atas tidak menyinggung masalah khamr, tetapi jika kita kaji lebih dalam
terhadap arti kata dari sukkirat yang berati mabuk, agaknya lebih mirip dengan
kata al-khamr.

b. Kemudian QS. Al-Hajj (22): 2, yaitu:

6 Subḣi ‘Abdur Raūf, al-Mu’jam al-Mauḍū’ī li Âyāt al-Qur’ān al-Karīm (Cairo: Dar al-Fadhilah,
1990), h.596.

7 Al-Husni al-Muqaddasi, Fath ar-Rahman (Jakarta: Maktabah Dahlan, t.t), h. 216.

13
‫اس س ُٰك ٰرى‬
َ َّ‫ الن‬i‫ت َح ْم ٍل َح ْملَهَا َوت ََرى‬
ِ ‫ض ُع ُكلُّ َذا‬ ْ ‫ض َع‬
َ َ‫ت َوت‬ َ ْ‫ض َع ٍة َع َّمٓا اَر‬ ِ ْ‫ ت َْذهَ ُل ُكلُّ ُمر‬i‫يَوْ َم تَ َروْ نَهَا‬
‫اب هّٰللا ِ َش ِد ْي ٌد‬
َ ‫ َو ٰل ِك َّن َع َذ‬i‫َو َما هُ ْم بِس ُٰك ٰرى‬

(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua
wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah
kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan
mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
keras.

Pada ayat di atas disebutkan kata-kata sukārā yang berarti mabuk, di mana
kondisi manusia dalam keadaan mabuk/panik, tidak sempat memikirkan orang
lain saat terjadinya kegoncangan pada hari kiamat. Sebenarnya penafsiran dari
ayat di atas, juga tidak menyinggung masalah khamr, tapi jika kita telusuri lebih
dalam terhadap arti kata dari lafal sukārā, agaknya lebih mirip dan memiliki
relevansinya dengan lafal khamr, karena sama-sama memiliki arti memabukkan.
Ketika terjadinya hari kiamat, manusia dalam kondisi mabuk. Tetapi arti mabuk di
sini bermakna majāzī, bukan mabuk hakiki.

c. Ayat selanjutnya adalah QS. Al-Hijr (15): 72 yaitu:

َ‫م يَ ْع َمهُوْ ن‬iْ ‫لَ َع ْمرُكَ اِنَّهُ ْم لَفِ ْي َس ْك َرتِ ِه‬

(Allah berfirman): "Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka


terombangambing di dalam kemabukan (kesesatan)". Pada ayat ini dijelaskan
bahwa mabuk mengandung arti kesesatan. Sebab Kaum Nabi Luth terobang-
ambing dalam kesesatan karena melakukan perbuatan tercela yang dilarang oleh
Allah swt. Pada ayat di atas, kata yang relevan untuk menunjukkan istilah khamar
adalah kata sakra yang memiliki arti memabukkan. Dan kata memabukkan di sini
lebih tepat diartikan sebagai kesesatan. Sebenarnya penafsiran dari ayat di atas
juga tidak menyinggung masalah khamr, tetapi jika kita lihat arti ayat dari lafal
sakra yang memiliki makna memabukkan, agaknya lebih mirip dengan arti kata
al-khamr. Sebab ketika mabuk, orang-orang bisa dengan mudah melakukan hal-
hal yang tercela dan sesat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari makalah diatas kami telah mencoba memaparkan secara terperinci


mengenai khamar yang dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Setiap yang memabukkan itu adalah khamar meskipun itu terbuat dari kurma,
anggur, gandum dan sebagainya dan dikemas dalam bentuk apapun.

15
2. Yang namanya khamar hukumnya tetap haram, meskipun itu sebagai seobat
sekalipun. Sebab Rasulullah melarangnya.

Jadi, khamar diharamkan sebab memang mempunyai mudharat yang sangat besar
baik bagi diri sendiri, lingkungan, sosial, budaya atau bahkan bagi bangsa ini.

3.2 SARAN

Semoga dengan adanya makalah dapat menambah wawasan pembaca


terkait materi tentang “Khamar”. Kami mengetahui bahwa masih banyaknya
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima agar makalah ini dapat disempurnakan dengan
baik kedepannya.

DAFTAR PUSAKA

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1984.

-KH. Shaleh, A., Dahlan, Dahlan, MD, Asbabun Nuzul (Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an), Bandung:CV Diponogoro, 1987

Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Alquran (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2008)

‘Abd al-Jalīl ‘Abduh Syalabī, Ma’āni al-Qurān wa I’rābuhu liz Zujāj, 1988 M
/1408 H

16
Muḣammad Adnan Salīm & Muḣammad Bassam Rusydī, Al-Mu’jam al-
Mufahras li Ma’ānī al-Qur’ān al-‘Adhīm (Beirut: Dar el-Fikr, 1990 M/ 1416 H),

Al-Husni al-Muqaddasi, Fath ar-Rahman , Jakarta: Maktabah Dahlan

Subḣi ‘Abdur Raūf, al-Mu’jam al-Mauḍū’ī li Âyāt al-Qur’ān al-Karīm ,Cairo: Dar al-Fadhilah,
1990.

17

Anda mungkin juga menyukai