Anda di halaman 1dari 27

KAJIAN AYAT DAN HADIST

TENTANG KHAMR DAN NARKOBA


(Dibuat untuk melaksanakan tugas presentasi mata kuliah Tafsir Ayat dan Hadist)

Dosen Pengampu:
Arif Fikri, M.Ag
NIP : 20140809 198708 0 12

Disusun Oleh:
(Kelompok 5)

Gilang Samudra Kusuma 2121020193


Bestia Oktasari 2121020156
Amanda Fadhila 2121020136
Muhamad Icha Saputra 2121020238

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATA NEGARA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1444 H / 2023 M
i

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr .Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Tafsir
Ayat Hadis Ahkam tentang Kajian Ayat dan Hadist tentang Khamr dan Narkoba.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Arif Fikri,
M.Ag Selaku Dosen Mata Kuliah Tafsir Ayat Hadist Ahkam atas dedikasinya
kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah.

Kami sebagai penulis makalah menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik dari para pembaca. Dan penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada penulis terutama dan juga pembaca sekalian
untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Amiin.

Jati Agung, 01 Maret 2022

Penulis
(Kelompok 5)
i

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

2.1 Definisi Khamr dan Narkoba ..................................................................... 3

2.2 Tahapan Dasar Hukum Pengharaman Khamr dan Narkoba ...................... 10

2.3 Analisis Aspek Maqashid Pada Ayat Pengharaman Narkoba ................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 22

3.2 Saran .......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSAKA ....................................................................................... 24


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Modernisasi yang dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman


telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa
pada abad ke20 ini. Modernisasi jugamembawa dampak perubahan yang
fundamental dalam berbagai bidang dan nilai kehidupan,yang tentunya
akan memberi konsekuensi dan pengaruh bagi manusia sebagai
komponendalam kehidupan.

Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial ekonomi baru ini
cukup nyata ditengah masyarakat kita adalah penyalahgunaan minuman
keras (Alkohol), Khamar dan narkobapada kalangan remaja. Bila keadaan
ini dibiasakan maka bencana yang akan terjadi. Remaja yang telah
keracunan alkohol atau minuman keras, adalah remaja yang tidak efektif
bagikehidupan sosialnya.

Minuman keras/ beralkohol adalah minuman yang mengandung


etanol. Etanol adalahbahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan
penurunan kesadaran. Minuman yangmengandung alkohol yang bila
dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapatmerugikan dan
membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan perilaku dan
caraberfikir kejiwaan sehingga akibat lebih lanjut akan mempengaruhi
kehidupan keluarga dan hubungan dengan masyarakat sekitar .

Maka dari itu, sudah seharusnya dan sewajarnya seorang muslim


mengetahui halal haramnya perbuatan yang dilakukannya dan digunakan
unutk kebutuhan hidupnya. termasukdalam hal ini, halal dan haramnya
makanan, minuman dan obat.Minuman Keras adalah minuman yang
memabukan dan begitupun dengan narkobakarena dapat membahayakan
kaum remaja dan harus dijauhi oleh remaja-remaja karena ituakan merusak
masa depannya.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik beberapa rumusan


masalah, sebagai berikut:

1. Pengertian khamr dan narkoba?

2. Bagaimana tahapan dasar hukum pengharaman khamr dan narkoba?

3. Menganalisis aspek maqashid pada ayat pengharaman khamr dan


narkoba?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Terkait rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah ini ialah,


sebagai berikut:

1. Mengerti pengertian khamr dan narkoba baik secara etimologi ataupun


terminologi menurut para ulama.

2. Mengetahui tahapan apa saja sehingga khamr dan narkoba menjadi


haram.

3. Mampu memahami hasil analisis dari aspek maqhasid pada ayat


pengharaman khamr dan narkoba.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Khamr dan Narkoba

Secara etimologi, khamr (‫ )خمر‬berasal dari kata khamara (‫ )خمر‬yang


artinya adalah penutup dan menutupi. Maksud penutup adalah bahwa
khamr dapat menutup akal fikiran dan logika seseorang bagi yang
meminumnya atau mengkonsumsinya. Sedangkan secara terminologi. al-
Isfihani menjelasakan khamr berarti minuman yang dapat menutup akal
atau memabukkan, baik orang yang meminumnya itu mabuk ataupun
tidak.1 Jadi minuman yang memabukkan itu disebut khamr karena ia dapat
menutup akal manusia. Inilah salah satu alasan yang kuat khamr
diharamkan dalam Islam disamping beberapa alasan lain.

Dampak buruk yang ditimbulkannya adalah akal sehatnya


terkontaminasi dan terhalang dengan khamr sehingga tidak jarang
peminum khamr normalitas akal sehatnya terganggu dan mengakibatkan
tidak sadar. Pendapat kedua menyatakan; dinamakan khamr, karena dapat
menutupi atau menghalangi akal, seperti lafaz ‫المراة خمير‬.2

Secara terminologi sebagaimana dijeaskan oleh Muhammad Syaltut


khamar adalah:3

1
Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Tafsir Tematik ayat-ayat Hukum, (Jakarta, Amzah 2011),
h. 171.
2
Ibrahim Anis, dkk, Muj‟ma‟ al-Wasith, (Qahirah: 1992), h. 255; Abu Walid Muhammad Ibn
Rusydal Adalusi, Bidayah al Mujtahid, (Beirut, Dar al Kutub al „Ilmiyah, 1996), h. 167.
3
Muhammad Syaltut, al-Fatawa Dirasa al-Musykilat al-Muslim al-Muassirah Fi Hayah Wa al-
Yaumiyah Wa al-„Ammah (Qahirah: dar al-Qalam, t.th), h. Cet Ke-iii, h. 369.
Artinya: khamar menurut pengertian syara‟ dan bahasa Arab adalah
sebutan untuk setiap yang menutup akal dan
menghilangkannya, khususnya zat yang dijadikan sebagai
bahan minuman keras, baik yang terbuat dari anggur maupun
yang dibuat dari lainnya

Syaltut dalam pandangannya seperti di atas menyamakan antara


khamar dalam Alqur‟andengan istilah yang digunakan oleh orang arab.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang dapat
mengganggu berfungsinya akal, apakah dia terbuat dari tanaman atau
bahan-bahan lain disebut dengan khamar.

Ibnu Taimiyah mendefenisikan khamar sebagai berikut:4

Artinya: khamar adalah sesuatu yang telah disebutkan dalam Alqur‟an


yang apabila dikonsumsi bisa membuat mabuk, baik yang
terbuat dari kurma maupun dari zat lainnya, dan tidak ada
batasan bahwa yang memabukkan hanya terbuat dari anggur
saja.

Tidak berbeda dengan Syaltut, Ibnu Taimiyah juga memnadang bahwa


khamar sesuatu yang dapat mengganggu berfungsinya akal baik yang
terbuat dari anggur, korma maupu lainnya baik sejenis menuman,
makanan ataupu lainnya yang apabila diknsumsi dapat menghilangkan
atau menutupi akal. Pandangan serupa juga disampaikan oleh Yusuf
Al-Qordhawi bahwa sesuatu yang dapat menutup kesadaran berfikir
seseorang disebut khamar.5

4
Ahmad Ibnu Taimiyah, Majmu‟ al-fatawa Ibnu Taimiyah (Beirut: dar al-„Arabiyah 1987), h. 34.
5
Yusuf al-Qardhawi, Hal dan haram Dalam islam (Surabaya: Bina Ilmu 1993), h. 91.
Wahbah al-Zuhaili mengutip Abu Hanifah (Hanafiyah) bahwa khamr
adalah suatu minuman tertentu yang terbuat dari sari buah anggur murni
atau kurma yang dimasak sampai mendidih dan keluar gelembung
busanya kemudian dibiarkan sampai bening dan hilang gelembung

busanya.6 sedangkan sesuatu yang memabukkan yang terbuat dari selain


buah kurma murni atau buah anggur murni tidak dinamakan khamr

tetapi dinamakan nabidz.7 Masih menurut pendapat mereka: bahwa


larangan mengkonsumsi nabidz dikarenakan faktor eksternal (faktor
Iuar), yaitu keharaman yang disebabkan dapat "memabukkan ", bukan
terletak pada benda/zatnya (nabidz) itu sendiri.8 Dasar argumentasi yang
menjadi landasan kelompok ini yaitu mengacu pada lughah (aspek
kebahasaan) serta sunnah Rasulullah Saw. Adapun lughah aspek
kebahasaan yang dijadikan dasar pijakan dalam menamakan selain
khamr itu dinamakun nabidz, yaitu

Ungkapan Abu Aswad al-Dawli yang merupakan seorang ahli bahasa :

Artinya: Tinggalkanlah khamr yang kau minum karena berbahaya.


Sesungguhnya aku melihat saudaranya merasa cukup dengan
tempat (yang ada) jika ia tidak seperti saudaranya atau
saudaranya tidak seperti dia, pada dasarnya dia adalah
saudara yang diberi penyusuan oleh ibunya.

Pada syair yang diucapkan oleh Abu al-Aswad al-Dawli di atas


terlihat bahwa sesuatu yang memabukkan yang terbuai dari selain buah
6
Wahbah al Zuhayli, Al Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, (Beirut: Dar al Fikr, 1998), Juz VI h.152.
7
Muhammad „Ali al Shabuni, Rowa‟i‟ al-bayan Fi tafsir Ayat AlQur‟an (Beirut: Dar al-Kutub
al-„Arabiyah, t.th) , h.277.
8
Abu al Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd al Andalusi, Bidayah al-Mujtahi,h. 168.
kurma murni atau buah Anggur murni tidak dinarnakan khamr. Jenis
minumnn ini(nabidz) merupakan saudara khamr. Hal ini diperkuat

ً َ‫ا‬
dengan ucapan (‫خا‬ ‫)لها‬ dan ditegaskanpula pada bait berikutnya.

Kalau nabidz itu termasuk kategori atau disebut khamr. maka nabidz
itu tidak akan dinamakan dengan sebutan "saudara khamr". Dilihat
dari defenisi di atas, salah satu sebab diharamkannya khamar
karena dapat memabukkan (menutup kesadaran berfikir). lantas apa
yang dimaksud dengan mabuk itu sendiri? Dan apa batasannya?
Kapan seseorang dianggap mabuk? Pengertian ini sangat dibutuhkan
mengingat bahwa, illat atau penyebab dari haramnya khamar karena
faktor memabukkan. Seandainya suatu makanan yang dianggap khamar,
ternyata justru setelah dimakan malah tidak memabukkan, tentu kita tidak
bisa menyebutnya sebagai makanan atau minuman memabukkan.

Dalam bahasa arab, makanan atau minuman yang memabukkan itu di

istilahkan dengan kata muskir (‫)مسكر‬. Kata muskir ini adalah isim fail

dari kara dasar sakara (‫س َكر‬


َ ), maknanya adalah kebalikan dari shahwu (
‫حو‬ZZ‫)الص‬, yang maknanya sadar atau jaga. Jadi sakr atau mabuk itu
bermakna tidak sadar atau dalam keadaan jaga.9

Adapun definisi atau batasan orang mabuk menurut para ulama


berbeda-beda, namun pada intinya tetap sama. Abu Hanifah dan Al-
Muzani dari kalangan mazhab Asy-yafi''iyah membuat definisi mabuk
sebagai:

Artinya: Mabuk adalah kondisi tidak sadar diri yang menghilangkan akal

9
Ahamad warson, kamus al-Munawwar (Beirut: Dar al-Kutub al-„Arabiyah, t.th), h. 245.
Orang yang mabuk itu tidak bisa membedakan antara langit dengan
bumi, juga tidak bisa membedakan antara laki-laki dan perempuan.
Namun menurut Ibnu Humam, definisi ini hanya terbatas untuk mabuk
yang mewajibkan hukum hudud, yaitu berupa cambuk 40 kali atau 80 kali.
Sedangkan definisi mabuk yang tidak mewajibkan hukum hudud menurut
umumnya ulama Al-Hanfiyah adalah :

Artinya : Racunya perkataan dan meracau

Imam Asy-Syafi‟i menyebutkan bahwa orang yang mabuk itu adalah :

Artinya: Orang mabuk adalah orang yang seharusnya perkataan


teratur menjadi rancu, dan terbukalah rahasia yang
disembunyikannya.

Definisi ini sesungguhnya bersumber dari perkataan Ali bin Abi


Thalib radhiallahuanhu.10

Artinya: ”Bila seseorang itu mabuk, maka dia meracau. Dan bila
meracau dia akan berhalusinasi.”

Berdasarkan pengertian tersebur maka khamr menurut al-hanafiyah


adalah makan dan minuman yang apabila dikonsumsi akan membuat
pelakunya kehilangan akaknya, sehingga tidak bias memahami sesuatu.
Dia tidak bias membadakan antara laki-laki dan perempuan, antara langit
dengan bumi antara istrinya, ibunya atau budaknya.11

10
Perkataan Ali bin Abi Thib ini berdasarkan keterangan dari Al-Imam Malik menyebutkan h ini
di dalam kitab Al-Muwaththa, lihat Malik Bin Ans, al-Muwathtaha‟,‟ jilid 2 (Beirut: Dar al-Fikr,
t.th), h. 842.
11
Wahbah az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), jilid 7
Secara umum dapat dikatakan bahwa mabuk adalah hilang akal atau
hilangnya kemapuan berfikir. Dengan begitu, seseorang yang mabuk tidak
bisa berpikir normal dengan akal sehatnya. Akalnya hilang berganti
halusinasi atau khayalan. Orang mabuk juga sulit membedakan mana yang
nyata mana yang tidak nyata.

Tauhid Nur Azhar menjelaskan bahwa Umar Bin Khattab pernah


mengatakan bahwa khamar terbuat dari salah satu lima jenis berikut, yaitu
anggur, kurma, madu, jangung dan gandum.namun seiring perkembangan
zaman makin beragam jenisnya, bahan yang menyebabkan mabuk pun
semakin banyak, mulai dari bahan tradisional hingga moderen, mulai
dari saripati anggur hingga narkotika dan bahan adiktif lainnya. Umar
Bin Khattab sewaktu menjadi khalifah memberi penekanan bahwa
khamar adalah setiap yang mengacaukan akal.12

Dengan demikian patokan yang di Buat oleh Umar Bin Khattab


jelas bahwa khamar adalah setiap yang memabukkan atau mengacaukan
akal apabila dikonsumsi baik dimakan, diminum, dihisap ataupun disuntik
meski dalam bentuk apapun.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap yang


bias membuat mabuk dan menutupi, mengganggu keberfungsian akal atau
menghilangkan akal pikiran termasuk dalam katagori khamar baik yang
terbuat dari anggur, kurma maupun bahan lainnya maka dalam hal ini
termasuk dalamnya narkoba.

Secara etimologi, narkotika diterjemahkan dalam bahasa arab dengan


kata al-mukhaddirat yang diambil dari kata khaddara, yuhaddiru takhdir
atau muhaddirat yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak
sadar,1 3 menutup,gelap dan mabuk.

12
Tauhid Nur Azhar, Mengapa Banyak Larangan: Himah dan Efek Pengharamannya dalam
Aqidah, Ibadah, Akhlak serta Makan-Minum (Jakara: Tinta Media, 2011), h. 276.
13
Ahamd Warson Muanwwir, kamus al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia (Yokyakarta: Pustaka
Progresif, 1984), h. 351.
Azat Husain menjelaskan bahwa narkotika secara terminologi:

Artinya: Narkotika adalah segala zat yang apabila dikonsumsi akan


merusak fisik dan akal, bahkan terkadang membuat orang
menjadi gila atau mabuk, hal tersebut dilarang oleh undang-
undang positif yang populer seperti ganja, opium, morpin,
heroin, kokain dan kat.14

Artinya : Sesungguhnya ganja itu haram, diberikan had/sanksi terhadap


orang yang menggunakannya sebagaimana diberikan had bagi
peminum khamar, ditinjau dari zatnya yang dapat merusak otak,
sehingga pengaruhnya bias menjadikan laki-laki tersebut seperti
banci dan pengaruh jelek lainnya. Ganja dapat menyebabkan
seseorang berpaling dari ,engingat Allah dan menunaikan
shalat. Dan ia termasuk kategori khamar yang secara lafadz dan
makna telah diharamkan Allah dan rasulnya.15

14
Azat Husain, al-Muskirat wa al-Mukhaddirat Baina al-Syari‟ah Wa al-Qanun (Riyad: 1984), h.
187.
15
Sabiq, Fiqh Sunnah (Beirut: dar al-fikr, 1981), h. 328.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa meskipun istilah
narkotika belum dikenal pada zaman Rasul, namun narkoba bisa
disamakan dengan khamar, sebab antara khamar dan narkotika sama-
sama menyebabkan tertutupnya atau hilang akal orang yang
mengkonsumsinya, bahkan narkotika lebih berbahaya, sehingga status
hukum narkotika disamakan dengan statys hukum khamr.

2.2 Tahapan Dasar Hukum Pengharaman Khamr dan Narkoba

Meskipun nash (Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw) tidak


menyebut narkoba secara eksplisit akan tetapi nash mengatur secara jelas
dan tegas prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikun acuan dalam
menemukan dalil pendukung berkaitan dengan permasalahan narkoba.
Dalam kajian ushul fiqh, bila sesuatu belum ditentukan status hukumnya,
maka bisa diselesaikan memalui metode qiyas atau metode lainnya. Khamr
telah diketahui umat muslim sebagai minuman yang haram untuk
dikomsumsi. Bahkan tdak hanya sebatas pengharaman, Allah melalui lisan
rasulnya juga memberikan sanksi di dunia bagi peminumnya, penjualnya,
dan pembuatnya. Kemudian islam dating sebagai agama yang
menyemurnakan kitab-kitab yang sebelumnya, masih tetap
mempertahankan hukum haram dari mengkonsumsi khamr. Tetapi islam
tidak serta merta mengharamkan khamr secara langsung, hukum
pengharaman khamr dating secara bertahap.

Firman Allah SWT yang pertama kali menyinggung


tentang khamr belum secara tegas mengharamkan khamr namun masih
berupa sebuah isyarat. Jika dilihat dari kacamata sejarah,
pembentukan tasyri' (hukum Islam) pada dasarnya tidak memberi hukum
haram pada khamr secara sekaligus. Setidaknya ada 4 tahap yang dapat
kita ketahui melalui pengkajian terhadap asbab An-Nuzul ayat-ayat yang
berkaitan dengan khamr. Menurut ‘Abdullah lbn Ahmad lbn Mahmud al-
Nasafi terdapat 4 ayat Al-Qur’an dalam beberapa surat yang berbeda
berkaitan dengan khamr. Pertama yaitu surah An-Naḥl ayat
67, kedua surah Al-Baqarah ayat 219, ketiga surah An-Nisā’ ayat 43
dan keempat dalam surah Al-Mā'idah pada ayat 90-91. Sedangkan
menurut pendapat ‘Abdullah lbnu Umar al-Syabi. Mujahid, Qatadah, Rabi'
lbnu Anas, dan Abdurrahman lbn Zaid Ibn Aslam, seperti yang disitir oleh
Muhammad Jamaluddin al-Qasirni; bahwa surah Al-Baqarah ayat 219
merupakan ayat pertama yang berkaitan dengan khamr. Lalu disusul
dengan An-Nisā’ayat 43, baru kemudian setelah itu turun surah Al-
Mā'idah pada ayat 90-91 yang menjadi klirnaks/pamungkas berkaitan
dengan khamr.

Khamr Masih Diperbolehkan (An-Naḥl : 67)

َّ‫ب َت َّتخ ُِذ ْو َن ِم ْن ُه َس َكرً ا َّو ِر ْز ًقا َح َس ًن ۗا اِن‬


ِ ‫ت ال َّن ِخي ِْل َوااْل َعْ َنا‬ ِ ‫َو ِمنْ َث َم ٰر‬
‫ِفيْ ٰذل َِك اَل ٰ َي ًة لِّ َق ْو ٍم يَّعْ ِقلُ ْو َن‬
Artinya: Dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang
memabukkan dan rezeki yang baik. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang mengerti.

Pada ayat di atas Allah sama sekali tidak menyinggung tentang dosa
dan juga keharaman bagi peminum khamr. Dengan kata lain pada saat
awal Islam khamr bukanlah minuman yang haram untuk dikonsumsi.
Dalam ayat ini Allah menyebut macam minuman yang dihasilkan oleh
buah-buahan seperti kurma dan anggur, yaitu yang kamu jadikan minuman
yang memabukkan dan juga dari kedua pohon itu terdapat rizki yang baik,
yakni dari buah-buahan yang sudah kering. Dan itulah terdapat tanda-
tanda kebesaran dan kekuasaan Allah. Ayat ini mengisyaratkan bahwa
minuman ada dua macam: memabukkan dan rezeki yang baik. Allah
belum bicara tentang hukum khamr. Namun baru sebatas mengakui bahwa
masyarakat Arab waktu itu memliki tradisi meminum khamr yang terbuat
dari kurma dan anggur. Pengakuan Al-Qur`an terhadap tradisi dan pola
perilaku mereka, jelas dimaksudkan agar masyarakat mulai menaruh
perhatian tentang khamr, yang bahkan oleh Al-Qur`an diakui merupakan
rezeki yang baik.

Kemudaratan Khamr Lebih Besar Dibanding Maslahatnya (Al-Baqarah :


219)

Umat Islam masih terus meminum khamr hingga Rasulullah hijrah


dari Makkah ke Madinah. Mereka bertanya-tanya tentang khamr karena
melihat kejahatan dan kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh
perbuatan itu.16 Maka dari itu, Allah menurunkan ayat di dalam Al-
Baqarah : 219

ِ ۖ ‫ك َع ِن ْال َخمْ ِر َو ْال َم ْيسِ ۗ ِر قُ ْل ِفي ِْه َمٓا ا ِْث ٌم َك ِب ْي ٌر وَّ َم َنا ِف ُع لِل َّن‬
 ‫اس‬ َ ‫َيسْ ـَٔلُ ْو َن‬
‫ك َما َذا ُي ْن ِفقُ ْو َن ەۗ قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذل َِك‬ َ ‫َوا ِْث ُم ُه َمٓا اَ ْك َب ُر ِمنْ َّن ْفع ِِه َم ۗا َو َيسْ ـَٔلُ ْو َن‬
ِ ‫ُي َبيِّنُ هّٰللا ُ َل ُك ُم ااْل ٰ ٰي‬
‫ت َل َعلَّ ُك ْم َت َت َف َّكر ُْو ۙ َن‬
Artinya: Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar
dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan
beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar
daripada manfaatnya.” Dan mereka menanyakan kepadamu
(tentang) apa yang (harus) mereka infakkan. Katakanlah,
“Kelebihan (dari apa yang diperlukan).” Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkan,

Mudjab Mahalli dalam bukunya Asbabun Nuzul (Studi Pendalaman


Al-Qur’an) menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah ayat pertama yang
menyinggung tentang khamr. Ayat diatas turun ketika Rasulullah SAW
pertama kali memasuki kota Madinah. Pada saat itu beliau mendapati
penduduk Madinah gemar meminum khamr (minuman yang
memabukkan) dan makan dari hasil perjudian. Kemudian mereka
menanyakan tentang kebiasaan tersebut. Sehubungan dengan hal itu Allah
16
Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 9 (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1995). Hal. 35.
menurunkan ayat ke-219 dari surah Al-Baqarah. Setelah mendapat
jawaban mereka berkata; tidak diharamkan kita meminum khamr, hanya
saja berdosa besar. Oleh sebab itu, mereka meneruskan kebiasaan tersebut.
Bunyi Al-Baqarah ayat 219 secara tekstual belum menjelaskan
keharaman khamr. Ayat tersebut masih sekedar menjelaskan bahwa di
dalam khamr terkadung madharat yang lebih besar dari manfaatnya.
Manfaat yang dimaksud bersifat material, misalnya ketergantungan bagi
penjual khamr dan kemungkinan memperoleh harta yang banyak tanpa
bersusah payah. Akan tetapi, madharat yang terkandung di dalamnya lebih
besar dari manfaatnya.

Dalam hal ini, Allah sengaja membuat perbandingan antara manfaat


dan madharat agar umat Islam menimbang-nimbang sendiri. Ini
disesuaikan dengan tradisi masyarakat Arab waktu itu yang merupakan
masyarakat pedagang, sehingga selalu mempertimbangkan untung dan
rugi dari segala sesuatu yang dilakukan.

Larangan Meminum Khamr Pada Waktu Tertentu (An-Nisā’ : 43)

Setelah ayat diatas, turun pula ayat yang mengharamkan khamr dalam


kaitannya dengan shalat terutama bagi mereka yang telah
kecanduan khamr dan telah menjadi bagian dari hidupnya.17

‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا اَل َت ْق َربُوا الص َّٰلو َة َواَ ْن ُت ْم ُس َك ٰارى َح ٰ ّتى َتعْ َلم ُْوا َما‬
‫ضى‬ٓ ٰ ْ‫َتقُ ْولُ ْو َن َواَل ُج ُنبًا ِااَّل َع ِابريْ َس ِبي ٍْل َح ٰ ّتى َت ْغ َتسِ لُ ْوا َۗو ِانْ ُك ْن ُت ْم مَّر‬
ِ
‫اَ ْو َع ٰلى َس َف ٍر اَ ْو َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم م َِّن ْال َغ ۤا ِٕىطِ اَ ْو ٰل َمسْ ُت ُم ال ِّن َس ۤا َء َف َل ْم‬
َّ‫ص ِع ْي ًدا َط ِّيبًا َفا ْم َسح ُْوا ِبوُ ج ُْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ۗ اِن‬ َ ‫َت ِج ُد ْوا َم ۤا ًء َف َت َي َّمم ُْوا‬
‫ان َعفُ ًّوا َغفُ ْورً ا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َ َك‬

17
Lutfi Fitriani Cahyaningrum, Skripsi "Pentahapan Pengharaman Khamr Sebagai Landasan
Dakwah Islamiyyah." (Kudus: IAIN Kudus, 2020). Hal. 44.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendekati salat,
sedangkan kamu dalam keadaan mabuk sampai kamu sadar
akan apa yang kamu ucapkan dan jangan (pula menghampiri
masjid ketika kamu) dalam keadaan junub, kecuali sekadar
berlalu (saja) sehingga kamu mandi (junub). Jika kamu sakit,
sedang dalam perjalanan, salah seorang di antara kamu
kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh
perempuan) sedangkan kamu tidak mendapati air, maka
bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci). Usaplah
wajah dan tanganmu (dengan debu itu). Sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Ayat diatas merupakan tahapan selanjutnya sebelum menghukumi


haram pada khamr. Imam Al-Qurtubi dalam kitab tafsirnya menyebutkan
bahwa ayat tersebut turun di latar belakangi suatu kejadian dimana ada
seorang laki-laki yang meminum khamr kemudian maju untuk mengimami
shalat. Karena khamr yang diminum menyebabkan ia mabuk, bacaan yang
dibacanya pun menjadi keliru.18 Dalam ayat ini Allah SWT melarang
hamba-Nya yang beriman untuk melakukan shalat dalam keadaan mabuk,
karena keadaan semacam itu tidak akan dapat membuahkan kekhusukan
dan kepatuhan dalam bermunajat kepada Allah, baik dalam membaca ayat-
ayat Al-Qur’an maupun berdzikir serta memanjatkan doa kepada-Nya.19

Khamr Diharamkan Secara Tegas (Al-Mā'idah : 90-91)

ٌ‫اب َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ س‬ Zُ ‫ص‬ َ ‫ين آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َمي ِْس ُر َواَأْل ْن‬َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ان َأ ْن‬
ُ َ‫ُون۞ِإنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيط‬ َ ‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬ِ َ‫ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيط‬

18
Lutfi Fitriani Cahyaningrum, Skripsi "Pentahapan Pengharaman Khamr Sebagai Landasan
Dakwah Islamiyyah." (Kudus: IAIN Kudus, 2020). Hal. 64.
19
Lutfi Fitriani Cahyaningrum, Skripsi "Pentahapan Pengharaman Khamr Sebagai Landasan
Dakwah Islamiyyah." (Kudus: IAIN Kudus, 2020). Hal. 64.
ُ َ‫ء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َمي ِْس ِر َوي‬Zَ ‫ضا‬
‫ص َّد ُك ْم َع ْن‬ َ ‫اوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ ‫يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َع َد‬
َ ‫صاَل ِة ۖ فَهَلْ َأ ْنتُ ْم ُم ْنتَه‬
‫ُون‬ َّ ‫ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن ال‬
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman
keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib
dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk
perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar
kamu beruntung۞ Sesungguhnya setan hanya bermaksud
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu melalui
minuman keras dan judi serta (bermaksud) menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan (melaksanakan) salat, maka tidakkah
kamu mau berhenti?

Abu Maisarah berkata; ayat ini turun sebab Umar bin Khattab.
Sesungguhnya ia menyampaikan kepada Rasulullah SAW kelemahan-
kelemahan khamr dan pengaruhnya terhadap manusia, maka ia pun berdo'a
kepada Allah SWT agar khamr diharamkan seraya berkata, “Ya Allah
jelaskan kepada kami mengenai hukum khamr dengan penjelasan yang
memuaskan” maka turunlah ayat-ayat tersebut.20 Ayat ini menegaskan
bahwa khamr merupakan perbuatan yang keji, kotor dan dapat merusak
akal. Kebiasaan minum khamr akan menimbulkan rentetan perbuatan
buruk lain yang sejenis, misalnya judi, mengundi nasib, malas dan ingin
memperoleh sesuatu secara instan. Abu Hayyan mengatakan bahwasanya
Allah menyebut terdapat dua kerusakan pada khamr dan judi, yaitu
kerusakan di dunia dan kerusakan di akhirat. Orang yang
meminum khamr akan melupakan kewajibannya sebagai seorang muslim
yaitu melaksanakan shalat lima waktu. Sedangkan gemar berjudi akan
senantiasa berjudi hingga hartanya habis.

20
Lutfi Fitriani Cahyaningrum, Skripsi "Pentahapan Pengharaman Khamr Sebagai Landasan
Dakwah Islamiyyah." (Kudus: IAIN, Kudus 2020). Hal. 68.
Adapun hadits-hadits tentang haramnya khamr diantaranya sebagai
berikut:

َ ‫ ُم ْد ِم ُن ْا‬:‫ال َرس ُْو ُل هللاِ ص‬


‫لخ ْم ِر َك َعابِ ِد‬ َ َ‫ ق‬:‫َع ْن اَبِى هُ َري َْرةَ رض قَا َل‬
‫ ابن ماجه‬.‫َوثَ ٍن‬
Dari Abu Hurairah RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Peminum
khamr itu bagaikan penyembah berhala”. [HR. Ibnu Majah]

  Segala Yang Memabukkan Hukumnya Haram

‫ت َو ْال َخ ْم ُر يَ ْو َمِئ ٍذ‬ َ ‫ اِ َّن ْا‬:‫س قَا َل‬


ْ ‫لخ ْم َر حُرِّ َم‬ ٍ َ‫َع ْن اَن‬
‫ احمد و البخارى و مسلم‬.ُ‫ْالبُ ْس ُر َو التَّ ْمر‬
Dari Anas, ia berkata, “Sesungguhnya khamr itu (telah) diharamkan, dan
pada saat itu khamr (dibuat dari) kurma segar dan kurma kering”. [HR.
Ahmad, Bukhari dan Muslim]

Dari Ibnu ‘Umar, bahwa ‘Umar RA berkata (berkhutbah) di mimbar Nabi


SAW, “Amma ba’du, hai manusia, sesungguhnya telah turun ketetapan
haramnya khamr, dan khamr itu (terdiri) dari lima macam, yaitu dari
anggur, kurma kering, madu gandum, sya’ir (gandum Belanda), dan
khamr itu suatu minuman yang menutupi akal”. [HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim]

Minum khamr walaupun sedikit, hukumnya tetap haram

ُ‫ َما اَ ْس َك َر َكثِ ْي ُرهُ فَقَلِ ْيلُه‬:‫ال‬


َ َ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر رض َع ِن النَّبِ ِّي ص ق‬
‫ احمد و ابن ماجه و الدارقطنى و صححه‬.‫َح َرا ٌم‬
Dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Minuman yang dalam
jumlah banyak memabukkan, maka sedikitpun juga haram”. [HR. Ahmad,
Ibnu Majah dan Daruquthni, dan dia menshahihkannya].
Ada segolongan orang yang merubah nama khamr dengan nama yang lain
sehingga mereka menganggap halal dan meminumnya.

ٌ‫ لَتَ ْستَ ِحلَّ َّن طَاِئفَة‬:‫ال َرس ُْو ُل هللاِ ص‬


َ َ‫ ق‬:‫ال‬
َ َ‫ت ق‬
ِ ‫َع ْن ُعبَا َدةَ ب ِْن الصَّا ِم‬
َ ‫ِم ْن اُ َّمتِى ْا‬
‫ احمد‬.ُ‫لخ ْم َر بِاس ٍْم يُ َس ُّم ْونَهَا اِيَّاه‬
Dari ‘Ubadah bin Shamit, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh akan ada segolongan dari ummatku yang menghalalkan khamr
dengan menggunakan nama lain”. [HR. Ahmad]

Khamr yang telah diharamkan oleh Allah tidak boleh dijual ataupun
dihadiahkan.

Dari Ibnu ‘Abbas ia berkata : Rasulullah SAW pernah mempunyai


seorang kawan dari Tsaqif dan Daus, lalu ia menemui beliau pada hari
penaklukan kota Makkah dengan membawa satu angkatan atau seguci
khamr untuk dihadiahkan kepada beliau, lalu Nabi SAW bersabda, “Ya
Fulan, apakah engkau tidak tahu bahwa Allah telah
mengharamkannya ?”. Lalu orang tersebut memandang pelayannya
sambil berkata, “Pergi dan juallah khamr itu”. Lalu Rasulullah SAW pun
bersabda, “Sesungguhnya minuman yang telah diharamkan meminumnya,
juga diharamkan menjualnya”. Lalu Rasulullah SAW menyuruh (agar ia
membuang)nya, lalu khamr itu pun dibuang dibathha’. [HR. Ahmad,
Muslim dan Nasai]

Khamr tidak boleh dijadikan cuka.

َ َ‫لخ ْم ِر يُتَّ َخ ُذ َخالًّ فَق‬


‫ احمد و‬.َ‫ ال‬:‫ال‬ َ ‫ي ص ُسِئ َل َع ِن ْا‬
َّ ِ‫س اَ َّن النَّب‬
ٍ َ‫َع ْن اَن‬
‫مسلم و ابو داود و الترمذى و صححه‬
Dari Anas, bahwa Nabi SAW ditanya tentang khamr yang dijadikan cuka,
lalu beliau menjawab, “Tidak boleh”. [HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud
dan Tirmidzi, dan ia menshahihkannya]
Boleh minum perasan kurma atau anggur selama tidak menjadi khamr 
(belum rusak).

‫هللا ص فِى َسقَا ٍء فَنَْأ ُخ ُذ‬


ِ ‫ ُكنَّا نَ ْنبُ ُذ لِ َرس ُْو ِل‬:‫ت‬
ْ َ‫َع ْن َعاِئ َشةَ رض قَال‬
ْ َ‫ب فَن‬
 ‫ ثُ َّم نَصُبُّ َعلَ ْي ِه‬،‫ط َر ُحهُ َما‬ ٍ ‫ْضةً ِم ْن َزبِ ْي‬
َ ‫ضةً ِم ْن تَ ْم ٍر َو قَب‬
َ ‫قَ ْب‬
‫ ابن‬.ً‫ْال َما َء فَنَ ْنبُ ُذهُ ُغ ْد َوةَ فَيَ ْش َربُهُ َع ِشيَّةً َو نَ ْنبُ ُذهُ َع ِشيَّةً فَيَ ْش َربُهُ ُغ ْد َوة‬
‫ماجه‬
Dari ‘Aisyah RA, ia berkata, “Kami pernah membuatkan minuman
Rasulullah SAW dalam suatu wadah, kami mengambil segenggam kurma
dan segenggam anggur lalu kami tuangkan air. Kami membuatnya pada
pagi hari kemudian diminum pada sore hari dan (jika) kami membuatnya
pada sore hari lalu diminum pada pagi hari. [HR. Ibnu Majah]

2.3 Analisis Aspek Maqashid Pada Ayat Pengharaman Narkoba

Tafsir maqashidi bertujuan menjawab persoalan zaman yang


berkembang. Karena bertambahnya umur zaman bertambah pula masalah
dan problematika yang ada pada kehidupan. Al-Qur’an dan Hadis sebagai
jawaban untuk semua problematika memang bersifat statis, tidak berubah
dan tidak pula bertambah tetapi adanya interpretasi ulang yang membuat
jawaban dari Al-Qur’an dan Hadis semakin jelas walau tanpa adanya
pembaharuan. Dalam hal ini, Abdul Mustaqim merumuskan kaidah Jalbu
al-maṣāliḥ wa dar’u al-mafāsid (merealisasikan kebaikan sekaligus
menghilangkan kerusakan). Kaidah ini digunakan sebagai basis maupun
pijakan pemahaman keberagamaan yang relevan di zaman
sekarang.21 Tidak terkecuali tafsir maqasidi juga merupakan sebuah usaha
merumuskan solusi atas isu-isu yang berkembang seperti narkoba.

Teori maqāṣhid al-syari’ah telah dikembangkan oleh Abdul


Mustaqim dengan lebih luas. Jika dilihat dahulu maqāṣhid al-
21
Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan (Teraju, 2004). Hal. 51.
syari’ah terdiri dari lima hal, maka Abdul Mustaqim membaginya menjadi
tujuh yakni hifẓ al-nafs (menjaga diri), hifẓ al-dīn (menjaga agama), hifẓ
al-aql (menjaga akal pikiran), hifẓ al-nasl (menjaga keturunan), dan hifẓ
al-māl (menjaga harta), kemudian ditambah hifẓ al-daulah (membela
negara/tanah air), dan hifẓ al-bī’ah (merawat lingkungan). Tidak berhenti
disitu, Abdul Mustaqim juga menambah new fundamental of
maqāṣhid yang meliputi lima nilai yaitu nilai al-‘adalah (keadilan), al-
musāwah (kesetaraan), al-wasaṭiyyah (moderat), al-ḥurriyyah ma'a al-
mas’ūliyyah (kebebasan beserta tanggung jawab) dan al-
insāniyyah (humanisme). Keseluruhan maqāṣhid al-syari’ah dan new
fundamental of maqāṣhid merupakan tujuan dan nilai yang ada dalam Al-
Qur`an, hal ini sekaligus menunjukkan bahwa Al-Qur’an tidak stagnan dan
berhenti dalam taraf narasi maupun informasi, namun juga menginspirasi.

1. Hifẓ al-Nafs (Menjaga Jiwa): Tidak Merusak Kesehatan Jiwa dan


Tubuh

Hifẓ al-Nafs merupakan tindakan menjaga diri dari kerusakan jiwa


secara keseluruhan. Dampak narkoba menyerang pada jiwa (perasaan)
pengguna narkoba. Saat mengonsumsi narkoba otak akan melepaskan
serotonin lebih banyak dari biasanya, sehingga simpanan alami dapat
berkurang dan menimbulkan depresi. Meskipun pada awalnya pengguna
narkoba merasakan peningkatan energi dan kreativitas secara cepat, hal itu
akan merusak mental dan menimbulkan sifat takut berlebihan, sensitif, dan
gelisah. Narkoba juga dapat melemahkan indera perasa, infeksi pada
tenggorokan dan lidah, serta infeksi bahkan bengkak jantung. Ayat ke-219
dalam surah Al-Baqarah menjelaskan “keduanya terdapat manfaat, tetapi
mudaratnya lebih besar”. Narkoba mempunyai manfaat sebagai
pengobatan medis, tetapi kerusakan yang disebabkan oleh narkoba lebih
besar. Oleh sebab itu, pengharaman narkoba adalah jalan yang diambil
untuk mengurangi kerusakan yang terjadi.
2. Hifẓ al-Dīn (Menjaga Agama): Beribadah dengan Sungguh-sungguh

Beribadah dengan sunggu-sungguh merupakan salah satu cara


menjaga agama. Kandungan dalam surah an-Nisa’ ayat 43 menunjukkan
tentang larangan beribadah saat mabuk. Asbabun nuzul ayat ini
dikarenakan adanya sahabat yang salah membaca ayat Al-Qur’an saat
shalat, sehingga membuat arti dalam kandungan ayat melenceng dari yang
dimaksudkan. Shalat ialah tiang agama Islam yang sudah seharusnya
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Orang dalam keadaan mabuk
tentunya kehilangan kontrol diri sehingga tidak dapat menghadirkan rasa
khusyuk ketika menghadap Allah. Narkoba tidak hanya menghilangkan
kontrol diri tetapi juga membuat otak dan syaraf penggunanya bekerja di
luar kemampuan dalam keadaan tidak wajar. Oleh sebab itu, penggunaan
narkoba jelas diharamkan karena kemudaratannya lebih dari khamr yang
memabukkan.

3. Hifẓ al-‘Aql wa Hifẓ al-Māl (Menjaga Akal dan Harta): Memanfaatkan


Akal dan Harta Secara Produktif

Akal atau otak manusia memiliki desain kompleks dan sangat


rumit. Organ pengontrol utama ini terdiri atas milaran sel yang disebut
dengan neuron. Neuron berfungsi menerima sinyal dari neuron lainya
melalui sebuah sirkuit, oleh sebab itu otak menjadi remote untuk seluruh
tubuh. Apabila remote rusak tentunya kontrol untuk tubuh juga rusak.
Orang yang mengonsumsi narkoba tidak dapat menggunakan akalnya
dengan semestinya, maka dengan tegas Islam mengharamkan narkoba
karena dapat merusak pikiran sehingga menyebabkan akal tidak mampu
membedakan hak dan batil. Pecandu narkoba termasuk orang yang
menghamburkan harta, karena membeli barang yang tidak bermanfaat dan
hanya membuat kerusakan. Narkoba juga menyebabkan kecanduan yang
membuat penggunanya ingin bahkan harus membeli terus menerus.
Walhasil, pecandu menghabiskan hartanya untuk memenuhi rasa
kecanduan itu.
4. Hifẓ an-Nasl, Hifẓ al-Daulah wa Hifẓ al-Bī’ah (Menjaga Keturunan,
Bela Negara/Tanah Air dan Merawat Lingkungan)

Dalam menjaga keturunan, seseorang harus menghindari hal-hal


buruk seperti mengonsumsi narkoba. Kemungkinan besar keturunan
seorang pecandu narkoba akan mengikuti jejak yang dilakukan orang
tuanya, karena orang tua merupakan guru pertama untuk anaknya. Hal ini
berkaitan dengan nasib suatu negara jika memiliki generasi yang tidak
produktif. Negara yang mempunyai masyarakat pecandu narkoba maupun
penghasil narkoba, tentunya negara tersebut akan hancur. Seorang pecandu
narkoba akan sulit dinasihati dan diarahkan. Rahasia negara bisa saja
terbongkar apabila pemimpin negara salam keadaan hilang akal secara
tidak sengaja menyebarkannya. Narkoba membuat seseorang tidak dapat
merawat lingkungannya. Padahal lingkungan yang hijau sangat dibutuhkan
guna memproduksi oksigen untuk manusia. Hutan yang merupakan
jantung bumi harus dirawat melalui penghijauan dan terhindar dari
sampah.

5. Nilai Fundamental al-Insāniyyah (Humanisme)

Lewat surah Al-Mā’idah ayat 90 dan 91 Allah menunjukkan


pentingnya menjaga kerukunan dan keharmonisan antar sesama manusia.
Mengonsumsi narkoba hanya akan menimbulkan kerusakan untuk diri
sendiri maupun sekitarnya. Allah menegaskan bahwa melakukan
perbuatan-perbuatan setan berpeluang besar menimbulkan permusuhan
dan kebencian di antara manusia. Merugikan diri sendiri dan orang lain
bukan termasuk ajaran Rasulullah, karena merupakan tindakan yang tidak
sejalan dengan sifat raḥmatan lil ‘ālamīn dari seorang Rasulullah. Dengan
tidak mengonsumsi narkoba terdapat upaya menunjukkan nilai al-
Insāniyyah (humanisme) dalam keragaman dan perbedaan khususnya
dalam ras, suku maupun wilayah tertentu. Sehingga kehidupan bersama
dapat berjalan secara harmonis yaitu menganggap setiap manusia sebagai
saudara dalam rasa kemanusiaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari kajian diatas penulis menyimpulkan bahwasannya secara
etimologi, khamr (‫ )خمر‬berasal dari kata khamara (‫ )خمر‬yang artinya
adalah penutup dan menutupi. Maksud penutup adalah bahwa khamr dapat
menutup akal fikiran dan logika seseorang bagi yang meminumnya atau
mengkonsumsinya. Sedangkan secara terminologi. al-Isfihani
menjelasakan khamr berarti minuman yang dapat menutup akal atau
memabukkan, baik orang yang meminumnya itu mabuk ataupun tidak.
Jadi minuman yang memabukkan itu disebut khamr karena ia dapat
menutup akal manusia. Inilah salah satu alasan yang kuat khamr
diharamkan dalam Islam disamping beberapa alasan lain. Dampak buruk
yang ditimbulkannya adalah akal sehatnya terkontaminasi dan terhalang
dengan khamr sehingga tidak jarang peminum khamr normalitas akal
sehatnya terganggu dan mengakibatkan tidak sadar. Pendapat kedua
menyatakan; dinamakan khamr, karena dapat menutupi atau menghalangi
akal, seperti lafaz ‫المراة خمير‬.

Meskipun nash (Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw) tidak


menyebut narkoba secara eksplisit akan tetapi nash mengatur secara jelas
dan tegas prinsip-prinsip dasar yang dapat dijadikun acuan dalam
menemukan dalil pendukung berkaitan dengan permasalahan narkoba.
Dalam kajian ushul fiqh, bila sesuatu belum ditentukan status hukumnya,
maka bisa diselesaikan memalui metode qiyas atau metode lainnya. Dari
uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa meskipun istilah narkotika
belum dikenal pada zaman Rasul, namun narkoba bisa disamakan
dengan khamar, sebab antara khamar dan narkotika sama-sama
menyebabkan tertutupnya atau hilang akal orang yang
mengkonsumsinya, bahkan narkotika lebih berbahaya, sehingga status
hukum narkotika disamakan dengan statys hukum khamr
3.2 Saran
Demikian pemaparan makalah kami para penulis, semoga dapat
bermanfaat bagi kita khususnya mahasiswa-mahasiswi Universitas Raden
Intan Lampung. Adapun di dalamnya terdapat banyak sekali
kekurangannya, maka dari itu di butuhkan saran dan kritikan dari semua
pihak guna perbaikan selanjutnya ke arah yang lebih baik. Dan penulis
memiliki saran terhadap pemerintah bahwasannya cara terbaik mencegah
kemudharatan yang terjadi akibat khamr dan narkoba ialah meng-ilegalkan
segala bentuk yang merujuk kepada khamr dan narkoba baik itu praktek
jual beli maupun praktek pembuatanya itu sendiri. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Aamiin…
DAFTAR PUSTAKA

Kadar M. Yusuf, Tafsir Ayat Ahkam, Tafsir Tematik ayat-ayat Hukum, (Jakarta,
Amzah 2011).

Ibrahim Anis, dkk, Muj‟ma‟ al-Wasith, (Qahirah: 1992), h. 255; Abu Walid
Muhammad Ibn Rusydal Adalusi, Bidayah al Mujtahid, (Beirut, Dar al Kutub al-
Ilmiyah, 1996).

Muhammad Syaltut, al-Fatawa Dirasa al-Musykilat al-Muslim al-Muassirah Fi


Hayah Wa al-Yaumiyah Wa al-„Ammah (Qahirah: dar al-Qalam, t.th), h. Cet Ke-
iii.

Ahmad Ibnu Taimiyah, Majmu‟ al-fatawa Ibnu Taimiyah (Beirut: dar al-
Arabiyah 1987).

Yusuf al-Qardhawi, Hal dan haram Dalam islam (Surabaya: Bina Ilmu 1993)

Wahbah al Zuhayli, Al Fiqh al-Islami Wa Adillatuh, (Beirut: Dar al Fikr, 1998),


Juz VI.

Muhammad „Ali al Shabuni, Rowa‟i‟ al-bayan Fi tafsir Ayat AlQur‟an (Beirut:


Dar al-Kutub al-„Arabiyah, t.th).

Abu al Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusyd al Andalusi, Bidayah al-
Mujtahi.

Anas Bin Imam Malik, al-Muwathtaha‟,‟ jilid 2 (Jakarta : Pustaka Azzam, 2010).

Tauhid Nur Azhar, Mengapa Banyak Larangan: Himah dan Efek


Pengharamannya dalam Aqidah, Ibadah, Akhlak serta Makan-Minum (Jakara:
Tinta Media, 2011).

Ahamd Warson Muanwwir, kamus al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia


(Yokyakarta: Pustaka Progresif, 1984).

Azat Husain, al-Muskirat wa al-Mukhaddirat Baina al-Syari‟ah Wa al-Qanun


(Riyad: 1984).

Sabiq, Fiqh Sunnah (Beirut: dar al-fikr, 1981).

Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 9 (Bandung: PT. Al-Ma'arif, 1995).

Lutfi Fitriani Cahyaningrum, Skripsi "Pentahapan Pengharaman Khamr Sebagai


Landasan Dakwah Islamiyyah." (Kudus: IAIN Kudus, 2020).

Komaruddin Hidayat, Menafsirkan Kehendak Tuhan (Teraju, 2004).

Anda mungkin juga menyukai