Oleh :
Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NATUNA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas terselesaikannya makalah
yang berjudul “Kedudukan Qawaid Fiqhiyyah Dalam Mengistimbathkan Hukum Islam”
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah QOWAID
FIQHIYAH pada prodi Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Natuna.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak SAID MUHD. RAHIMIN,
S,Ag. MM selaku dosen pengampu dan teman-teman yang telah memberi motivasi dan
dorongan serta semua pihak yang berkaitan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini..
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif, terutama dari Bapak Dosen
Pengampu dan teman-teman.
Demikianlah Makalah ini saya buat dan terimah kasih.
FEBRI FERNANDEZ
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 2
DAFATR ISI................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Qawaid Fiqhiyah................................................................ 6
B. Dalil Qawaid Fiqhiyah...................................................................... 7
C. Urgensi Qawaid Fiqhiyah................................................................. 8
D. Kedudukannya Dalam IFTA DAN QADHA.................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
mengistinbathkan suatu hukum, satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan pula
modern ini, maka, hendaklah kita memahami secara baik tentang konsep disiplin ilmu
ini karenanya merupakan asas dalam pembentukan hukum Islam. Masih jarang
diantara kaum muslim yang memahami secara baik tentang pedoma penyelesaian
hukum Islam. Menjadi suatu kewajiban sebagai seorang muslim untuk memahami
dan meyikapi persoalan hukum dalam Islam karena proses kehidupan tidak terlepas
dari kegiatan hukum yang berkaitan dengan af’al mukallaf, apalagi untuk
memenuhi kebutuhan hidup dizaman moderen ini, kita dituntut oleh keadaan
untuk menjawab hukum-hukum islam yang terjadi ditengan-tengah masyarakat
B. RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang ada.
1. Mengerti dan memahami pengertian kaidah fiqhiyah.
2. Mengerti dan memahami kedudukan kaidah fiqhiyah sebagai metode istinbath hukum
3. Mengerti dan memahami manfaatb adanya istinbath hukum di masa sekarang ini.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
Makalah ini disusun bertujuan agar kita mengetahui, memahami dan mengerti tentang
bagaimana kedudukan kaidah fiqhiyah sebagai metode istinbath hukum, juga agar alasan
untuk memperkuat makalah ini yaitu manfaat adanya metode ini sebagai salah satu sumber
ijtihad hukum para ulama di masa setelah Rosul sampai saat ini
BAB II
PEMBAHASAN
ﻘﻟاAﺎﻀAﻟا ﺎﯾAﻨﯾ ﻰﺘﻟا ﺔﯿﻠﻜAﻛ ﺖﺤﺗ جرﺪAو ﻞAﻨﻣ ةﺪﺣاAﺣ ﺎﮭAﯿﺜﻛ تﺎﯿﺋﺰﺟ ﻢﻜAةﺮ
"Hukum yang bersifat universal (kulli) yang diikuti oleh satuan-satuan hukum juz'i
yang banyak"1
Sedangkan secara terminologi fiqh berarti, menurut al-Jurjani al-Hanafi:
ﻟاAﻠﻌAﺣﻻﺎﺑ ﻢAﻌﯾﺮﺸﻟا مﺎﻜAﻟا ﺔAﯿﻠﻤﻌAﻣ ﺔAﻟدا ﻦAا ﺎﮭﺘAﻔﺘﻟAﻠﺼAھو ﺔﯿAﻠﻋ ﻮAﺑ ﻂﺒﻨﺘﺴﻣ ﻢAجﺎﺘﺤﯾو دﺎﮭﺘﺟﻻاو يأﺮﻟﺎ
ﻟا ﮫﯿﻓAﻞﻣﺄﺘﻟاو ﺮﻈﻨﻟا ﻰ
”ilmu yang menerangkan hukum hukum syara yang amaliyah ang diambil dari dalil-
dalilnya yang tafsily dan diistinbatkan melalui ijtihad yang memerlukan analisa dan
perenungan"2
Dari uraian pengertian diatas baik mengenai qawaid maupun fiqhiyah maka
yang dimaksud dengan qawaid fiqhiyah adalah sebagaimana yang dikemukakan
oleh Imam Tajjudin as-Subki:
ﻻاAا ﺮﻣAﻔﺗ ةﺮﯿﺜﻛ تﺎﯿﺋﺰﺟ ﻰﻠﻋ ﻖﺒﻄﻨﯾ ىﺬﻟا ﻰﻠﻜﻟAا ﻢﮭAﺎﻜﺣAﺎﮭﻨﻣ ﺎﮭﻣ
"Suatu perkara kulli yang bersesuaian dengan juziyah yang yang banyak yang dari
padanya diketahui hukum-hukum juziyat itu ." 3
Menurut Musthafa az-Zarqa, Qowaidul Fiqhyah ialah : dasar-dasar fiqih yang
bersifat umum dan bersifat ringkas berbentuk undang-undang yang berisi hukum-hukum
syara’ yang umum terhadap berbagai peristiwa hukum yang termasuk dalam ruang
lingkup kaidah tersebut.4
1. Ahmad Muhammad Asy-Syafii, ushul fiqh al-Islami, iskandariyah muassasah tsaqofah al-
Jamiiyah .1983. hal.4.
B. DALIL QAWAID FIQHIYYAH
Dalil untuk menjadikan qawaid fiqhiyyah sebagai metode istimbat hukum terdapat
pada dua dalil yaitu Al-Qur’an dan Hadist.5.
a. Al-Qur’an : Bahwasanya dalil yang diambil untuk memecahkan sebuah
masalah adalah lansung di ambil dari al-Qur’an, sebagai contoh kasus pada firman
Allah SWT dalam suarat al-‘Araf ayat 199.6
2 . Hasbi as-siddiqy, Pengantar Hukum Islam, Jakarta bulan bintang 1975. hal. 25
3 . Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqh, Jakarta. Bulan bintang. 1976. hal.11.
4 . Abd. Rahman Dahlan, Ushul Fiqih. Amzah : Jakarta, hal.13
5. Aly Ahmad Al-Nadawy, Al-Qawaid Al-Fiqhiyah, Cet. VI. (Dar Al-basyar : Jedah). hal 271272
6. Ali Ahmad Al-Nadhawy, Al-Qawaid Fiqhiyyah, Cet. VI. (Dar Al-Basyar, Jedah t.t). hal.272
C. URGENSI QAWAID FIQHIYAH.
Menurut bacaan penulis dalam kitab Al-Qawaid Al-Fiqhiyyah bahwa Ifta dan
Qadha boleh digunakan sebagai alat untuk mengistimbathkan hukum Islam dengan
ketentuan apabila nash tersebut masih umum. Lebih jelas boleh dilihat dalam kitab Al-
qawaid Al-Fiqhiyyah karang Aly Ahmad Al-Nadhawiy pada halam 333. Pembahasan
yang ketiga Ifta dan Qhada’.
Pada akhirnya untuk melihat tentang arti penting dan kegunaan qawa’id
fiqhiyyah dapat dilihat dari pendapat Ali Ahmad al-Nadwi berikut ini:
a. Bahwa qawa’id fiqhiyyah itu mempermudah untuk menguasai fikih Islam,
menghimpun masalah-masalah yang berserakan, dengan jalan
menyusun furu’-furu’ yang banyak tersebut dalam satu alur di bawah satu
kaidah.
b. Kaidah-kaidah itu membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang
banyak diperdebatkan, dengan cara menjadikan kaidah itu sebagai jalan untuk
menghadirkan hukum.
c. Mendidik orang yang berbakat fikih dalam mendekatkan analogi (ilhaq) dan
takhrij untuk mengetahui hukum-hukum, yang belum digariskan dalam fikih.
d. Mempermudah orang yang membahas fikih dalam mengikuti
(memahami) bagian-bagian hukum dengan mengeluarkannya dari tema- tema
yang berbeda-beda serta meringkasnya dalam satu topik tertentu.
e. Meringkas persoalan-persoalan dalam satu ikatan yang menunjukkan bahwa
hukum dibentuk untuk menegakkan maslahat yang saling berdekatan atau
menegakkan maslahat yang lebih besar.
f. Pengetahuan tentang kaidah merupakan kemestian, karena kaidah mempermudah
cara memahami furu’ yang bermacam-macam.
e. Qawaid fiqhiyyah sama dengan ushul fiqih dari satu sisi dan berbeda dari sisi
yang lain. Adapun persamaannya yaitu keduannya sama-sama mempunyai
kaidah yang mencakuip berbagai juz’i, sedangkan perbedaannya yaitu kaidah ushul
adalah masalah-masalah yang dicakup oleh bermacam-macam dalil tafshily yang
dapat mengeluarkan hukum syara’. Kalau kaidah fiqih adalah masalah-masalah
yang mengandung hukumhukum fiqih saja. Mujtahid dapat sampai kepadanya
dengan berpegang kepada masalah-masalah yang dijelaskan ushul fiqih.
Kemudidan bila seorang fakih mengapllikasikan hukum-hukum tersebut
terhadap hukum-hukum farsial, maka itu bukanlah kaidah, namun, bila ia
menyebutkan hukum-hukum tersebut dengan qaidah-qaidah kuliyyah (peristiwa-
peristiwa universal)yang dibawahanya terdapat berbagai hukum juz’i maka itu
disebut kaidah. Qawaid kuliyyah dan hukum-hukum juz’i benar-benar masuk
dalam madlul (kajian) fikih, keduanya menunggu kajian mujtahid terhadap ushul
fiqih yang membangunnya.9
Qawaid Fiqhiyah, fiqh, ushul fiqh dan qawaid fiqhiyah tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Keempat ilmu tersebut saling terkait dengan
perkembangan fiqih, karena pada dasarnya yang menjadi pokok pembicaraan
adalah fiqih.
Qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid ushuliyah adalah ilmu-ilmu yang
berbicara tentang fiqih. Dengan demikian kajian qawaid fiqhiyah, ushul fiqih dan qawaid
usuliyah tersebut adalah fiqih. Menurut al-Baidhawy (w.685) dari kalangan ulama
syafiiyyah, ushul fiqih adalah :
ﻣAﻟا ﻞﺋ ﻻد ﺔﻓﺮﻌAا ﮫﻘﻔAو ﻻﺎﻤﺟAﯿﻛAﻟا ﺔﯿﻔAﺘﺴAو ﺎﮭﻨﻣ ةدﺎﻔAا لﺎﺣAﻤﻟAﺪﯿﻔﺘﺴ
“pengetahuan secara global tentang dalil-dalil fiqih, metode penggunaannya, dan keadaan
(syarat-syarat) orang yang menggunakannya.”
Firman Allah diatas berbentuk perintah yang menurut ilmu ushul fiqih, perintah
pada asalnya menunjukan wajib selama tidak ada dalil yang merubah ketentuan tersebut
Manfaat mempelajari qawaid fiqhiyah itu adalah untuk mendapatkan manfaat dari
ilmu qawaid fiqhiyah itu sendiri, manfaat qawaid fiqhiyah ialah:
1. Dengan mempelajari kaidah-kidah fiqh kita akan mengetahui prinsip-
prinsip umum fiqh dan akan mengetahui pokok masalah yang
mewarnai fiqh dan kemudian menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh.
2. Dengan memperhatikan kaidah-kaidah fiqh akan lebih mudah
menetapkan hukum bagi masalah-masalah yang dihadapi.
3. Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam menerapkan materi-
materi dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang
berbeda.
4. Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan teori-teori fiqh yang diciptakan oleh
Ulama, pada dasarnya kaidah fiqh yang sudah mapan sebenarnya mengikuti
al-Qur’an dan al-Sunnah, meskipun dengan cara yang tidak langsung.
5. Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
6. Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan-persoalan yang
banyak diperdebatkan.
7. Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam melakukan analogi (ilhaq) dan
takhrij untuk memahami permasalahan-permasalahan baru.
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran.
Penulis menyadari bahwa jurnal ini masih banyak kekurangan dan jauh sekali dari
kesempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritikan yang bersifat membangun dari kawan-
kawan sangat penulis harapkan. Semoga beranfaat Amin yarabbal Alamin.
13
11 . H. Asnin Syafiuddin, Lc. MA http://www.slideshare.net/asnin_syafiuddin/01-
02- pendahuluan diposting pada tanggal 18 Oktober 2013
DAFTAR PUSTAKA