AL-ADAH MUHAKKAMAH
Dosen Pengampuh :
Dr. Iim Fahimah, Lc.,M.A
Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat
serta salam tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa‟atnya
kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya
sehingga makalah “Al-Adah Muhakkamah” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Qawaid Fiqhiyah. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang membaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.
Wassalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qawaid fiqhiyah (kaidah-kaidah fiqih) adalah suatu hukum kulli
(menyeluruh) yang mencakup inti sari hukum-hukum fiqih. Qawa‟id
fiqhiyah mempunyai beberapa kaidah, diantaranya adalah seperti
pembahasan dalam makalah ini yaitu al-adah almuhakkamah (adat atau
kebiasaan itu bisa menjadidasar dalam menetapkan suatu hukum) yang
diambil dari kebiasaan-kebiasaan baik yang tumbuh dan berkembang di
dalam masyarakat sehingga dapat dijadikan dasar dalam menetapkan suatu
hukum sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian kaidah Al-Aadah Muhakkamah?
2. Apa dasar hukum dari Al-Aadah Muhakkamah?
3. Bagaimana implementasi dan apa saja cabang kaidah Al-Aadah
Muhakkamah?
4. Apa perbedaan antara al-ad dan urf?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Al Adah Muhakkamah
2. Untuk mengetahui dasar hukum dari Al-Aadah Muhakkamah
3. Untuk mengetahui implementasi cabang kaidah Al-Adah Muhakkamah
4. Untuk mengetahui perbedaan antara Al-Ad dan Urf
4
BAB II
PEMBAHASAN
Jadi maksud kaidah ini bahwa sebuah tradisi baik umum atau yang
khususitu dapat menjadi sebuah hukum untuk menetapkan hukum syariat
islam (hujjah)terutama oleh seorang hakim dalam sebuah pengadilan,
1
H.A. Djazuli, ,Kaidah-Kaidah Fikih, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, cet. Ke-2, 2007),hlm.
79
2
Abdul Karim Zaidan, Dr., Al-Wajiz: 100 Kaidah Fikih dalam Kehidupan Sehari-hari (Pustaka Al-
Kautsar, cet. Kedua, 2013), hlm. 16
3
Rachmat Syafe'I, Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung, Pustaka Setia, cet. Ke-3, 2007), hlm. 128.
4
Abbas, Arfan,
Kaidah-kaidah Fiqh Muamalah dan Aplikasinya dalam Ekonomi Islam danPerbankan Syariah,(
Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Islam dan Direktorat JenderalPendidikan Islam Kementerian
Agama RI,2012).hlm.204
5
selama tidak atau belumditemukan dalil nash yang secara khusus melarang
adat itu, atau mungkinditemukan dalil nash tetapi dalil itu terlalu umum,
sehingga tidak bisamematahkan sebuah adat.
5
Muchlis, Usman,Kaidah-Kaidah Istinbath Hukum Islam (Kaidah-Kaidah Ushuliyah danFiqhiyah),
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002).hlm.210
6
tabun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketabuilah
bahwa Allah Mahamelihat apa yangkamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah:
233)
Berdasarkan dalil di atas kita menemukan dua kata kunci yakni Al-
Aadah dan Al-Urf. Para ulama ushul fikih (ushuliyyun) menggunakan dua
kata ini secarabergantian untuk menjelaskan kebiasaan. Al-aadah (adat) di
definisikan suatuperbuatan yang dikerjakan secara berulang tanpa
hubungan rasional (MusthafaAhmad Al-Zaqra, 1978: 838-39). Sedangkan
al-urf didefinisikan sebagaikebiasaan mayoritas umat, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Jadi makna kaidah al-aadah wa al-urf itu
sesuatu yang telah biasa berlaku, diterima dandianggap baik oleh
masyarakat (Al Syatibi, tt: 197).
7
C. Implementasi serta Kaidah-Kaidah Cabang Al-'Aadah Muhakkamah
Kaidah cabang adalah kaidah turunan yang lebih sepesifik dari pada
kaidah asasiyang lebih umum.
“Semua yang telah dikenal karena urf seperti yang disyaratkan
karena suatu syarat”
6
A, Dzazuli,Kaidah-Kaidah Fikih (Kaidah-Kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-
Masalah yang Praktis),(Jakarta:Kencana,2007).hlm.86
8
syarat yang berlaku diantara mereka, walausesuatu itu tidak disebutkan
dengan jelas dalam sebuah akad atau ucapan.
“Yang ditetapkan oleh (adat) urf sama dengan yang ditetapkan oleh nash”
Contoh lainnya dalam kaidah ini yaitu, apabila orang memelihara sapi
orang lain,maka upah memeliharanya adalah anak dari sapi itu dengan
perhitungan, anakpertama untuk yang memelihara dan anak yang kedua
utuk yang punya, begitulahselanjutnya secara beganti-ganti.
9
terminologisnya, tidak memiliki perbedaan prinsipil,artinya penggunaan
istilah aadah dan urf tidak mengandung suatu perbedaan signifikan dengan
konsekuensi hukum yang berbeda.
10
2. Imam Malik : Al-Qur‟an, sunnah, ijma‟, qiyas, istihsan,
istishhab, maslahahmursalah, syadduzdharai‟ dan „urf.
3. Malikiyyah, membagi adah kebiasaan atau urf menjadi
empat yaitu:
a) Yang dapat ditetapkan sebagai hukum lantaran nash
menunjukkan,
b) Jika mengamalkannya berarti mengamalkan yang
dilarang atau mengabaikan syara‟.
c) Yang tidak dilarang dan tidak diterima dan tidak
diterima lantaran tidak ada larangan.
d) Imam Syafi‟i tidak mempergunakan „urf atau „adah
sebagai dalil, karena beliau berpegang pada al-Qur‟an,
sunnah, ijma‟, dan ijtihad yang hanya dibatasi dengan
qiyas saja. Karena itulah keputusan yang telah diambil
oleh imam syafi‟i dalam wujud “qaul jadid” itu
merupakan suatu imbanganterhadap penetapan
hukumnya di bagdad dalam wujud “qaul qadim.
11
kebiasaan (al-aadah) yang akan berubah-ubah mengikut keadaan
suatu generasi.
Tetapi urf atau adat resmi sesuatu bangsa itu diwarisi turun
temurun danmustahil akan berubah. Pepatah melayu bilang “biar
mati anak asal jangan matiadat” jelas menggambarkan pegangan
mereka kepada adat adalah amat kuat. Olehsebab itulah, mengapa
para ulama cenderung menggunakan kaidah al-Aadah
muhakkamah dari pada al-urf muhakkam. Karena sifatnya yang
lebih fleksibel,mampu berubah sesuai dengan perkembangan
zaman.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwasannya Kaidah fikih asasi kelima adalah tentang adat atau
kebiasaan, dalam bahasa Arab terdapat dua istilah yang berkenaan
dengankebiasaan yaitu al-adat dan al-urf. al-adah atau al-urf adalah Apa
yangdianggap baik dan benar oleh manusia secara umum yang dilakukan
secaraberulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.Istilah adat dan al-Urf
memang berbeda jika ditinjau dari dua aspek yang berbeda pula.
Perbedaannya, istilah adathanya menekankan pada aspek pengulangan
pekerjaan. Sementara al-Urf hanya melihat pelakunya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14