Di susun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Fiqh ini adalah suatu ilmu yang menyertaki kita umat islam dari mulai
bangun tidur, melakukan aktifitas, dan kembali tidur. Itu berarti bahwa ilmu ini
sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari manusia. Ilmu Fiqih ini bukan
berdasrkan pada hati atau perasaan manusia namun merupakan ilmu pasti yang
bersifat ilmiah dimana segala hal yang diatur didalamnya adalah hukum yang benar
adanya dan logis secara pemikiran dan memiliki kaidah-kaidah tertentu. Oleh
karena itu penulis akan membahas tentang Fiqih, Ushul Fiqh, dan Kaidah Fiqh
secara lebih dalam pada makalah ini sehingga akan menjadikan pembakelan materi
yang baik dalam lingkup pendidikan dan membentuk pribadi yang mengerti hukum
dan syariat bagi pembaca.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Kemudharatan yang telah lama terjadi tidak boleh dianggap sepele sehingga
diabaikan karena pada setiap kemudharatan terdapat konsekuensi tersendiri. Setiap
kedudukan kebutuhan manusia menempati darurat baik umum maupun khusus,
karena itu setiap ada keringanan yang diperbolehkan harus melewati kondisi darurat
atau al-hajah terlebih dahulu agar pelaku dapat menggunakan dalil ini. Konsep ini
kemudian menjadi implementasi terhadap dasar bahwa setiap tindakan umum yang
menolak kemaslahatan dan dapat membawa kerusakan harus dilarang (Rosmanidar,
2018).
ٌ ُغف
ور َرحِ ي ٌم َ َّللا َ عا ٍد فَ ََل ِإثْ َم
َ َّ علَ ْي ِه ِإ َّن َ ضطُ َّر
َ غي َْر بَاغٍ َو ََل ْ ( فَ َم ِن ا173)
Jadi dari kaidah ini dapat disimpulkan, bahwa dalam keadaan (sangat)
terpaksa, maka orang diizinkan melakukan perbuatan yang dalam keadaan biasa
terlarang, karena apabila tidak demikian, mungkin akan menimbulkan suatu
kemadhorotan pada dirinya. Contoh: kasus kelaparan dan ia sedang menemukan
makanan bangkai, jika tidak dimakan ia akan mati, maka baginya boleh
memakannya.
4
2. ِ َماأُبِي َح لِلض َُّر َرا
ت يُقَد َُّر بِقَدَ ِارهَا
Contoh: Orang yang haus sekali dan tidak ada minuman kecuali khamr
(minuman keras), maka baginya boleh meminumnya, tetapi hanya sekedar untuk
mempertahankan hidupnya yang sedang terancam lantaran kehausan. Akan tetapi
jika hausnya telah hilang, maka hukumnya kembali pada asal, yaitu haram.
5
adanya alas an yang bias diterima oleh syara’, jika alas an tersebut sudah tidak ada
maka kebolehan tersebut kembali kepada semula, yaitu tidak boleh atau
perbuatannya tidak sah atau haram.
6
5. َ ب أَخ َِف ِهما
ِ َ ض َر ًرابا ِْرتِكا َ ِي أ َ ْع
َ ظ ُم ُه َما َ ض َم ْف
َ سدَتا َ ِن ُر ْوع َ َإِذَاتَع
َ ار
Artinya : “Jika ada dua bahaya berkumpul, maka yang dihindari adalah
bahaya yang lebih besar dengan mengerjakan yang bahayanya lebih ringan.”
Contohnya:
a. Membedah perut wanita yang sedang hamil, jika masih ada harapan bayi
yang ada di dalamnya hidup, maka hukum membedah adalah boleh.
7
َ صلَ َحةٌ قَد َِم دَ ْف ُع ْال َم ْف
7. سدَةِ غَا ِلبًا َ ض َم ْف
ْ سدَة ٌ َو َم َ َفَإِذَا تَع
َ ار
8. ًصة ْ ال َحا َجةُ ت َ ْن ِزيْلَ َم ْن ِزلَةَ الض َُّر ْو ِرةِ َعا َمةً كَان
َّ َت ا َ ْو خَا
8
b. Kasus satatus hukum kebolehan melakukan transaksi jual-beli
dengan cara “pesanan/salam”. Hal ini pada dasarnya tidak sah, sebab
barang yang akan dibeli sebagai objeknya tidak atau belum
terwujud. Tetapi mengingat demi kelancaran bisnis, maka cara ini
diperbolehkan dan status hukum jual-beli seperti ini dianggap sah.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ِ ( ْال َمحْ ظُ ْو َرا1, ُ( َماأُبِي َح ُربِقدَ ِرها َ تُقَدَّ اَلض ُُّر ْو َرات2, َط َل ِلعُذْ ٍر َما َجاز
َ ت تُبِ ْي ُع اَلض َُّر
ورات َ َ( بِزَ َوا ِل ِه ب3, اَلض ََّر ُر
َ( باَلض ََّر ِر يُزَ ا ُل َلَيُزَ َل4, ض
َ ار َ ِي َم ْف
َ َسدَتا َ ِن إِذَاتَع ِ َ ض َر ًرابا ِْرتِكا
َ ب ُر ْوع َ ( أَخ َِف ِهما َ أ َ ْع5, أ َ ْولَى ْال َمفَا ِس ِد دَ ْر ُء
َ ظ ُم ُه َما
ْ ب
مِن ِ ِح َج ْل
ِ صالَ ( ْال َم6, ض فَإِذَا َ َسدَة ٌ تَع
َ ار ْ ( غَا ِلبًا ْال َم ْفسَدَةِ دَفْ ُع قَد َِم َو َم7, ُلُ َم ْن ِزلَ َة تُن ََّز ا َ ْلحا َ َجة
َ صلَ َحةٌ َم ْف
ْ عا َّمةًكَان
َِت الض ُُّر ْو َرة َّ ( أ َ ْوخَا8.
َ ًصة
10
DAFTAR PUSTAKA
11