Anda di halaman 1dari 12

Kalimantan Timur Sebagai IKN dari Cara Pandang

Konstitusional UUD NRI

“UU IKN Ingkari Konstitusi dan Hak Masyarakat Adat”

Di Susun Oleh :

Andra Prasetyo

(2209076006)

PRODI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’alayang telah


memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “UU IKN Ingkari Konstitusi dan

Hak Masyarakat Adat” dengan baik tanpa adanya halangan.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih
kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian makalah ini.

Selain itu, saya hanyalah seorang manusia biasa menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa,
susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya
selaku penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat


menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat untuk pembaca.

Samarinda, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertisn Konstitusional.................................................................. 3


2.2 Hak Masyarakat Adat........................................................................ 4

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kalimantan Timur Sebagai IKN dari Cara Pandang Konstitusional UUD
NRI “UU IKN Ingkari Konstitusi dan Hak Masyarakat Adat”......... 6

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 8


4.2 Saran.................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat


dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak
mempunyai konstitusi atau Undang-Undang Dasar. Dengan adanya kenyataan
tersebut maka konsekuensinya tentu saja konstitusi memiliki kedudukan yang
sangat penting dalam suatu sistem ketatanegaraan suatu negara. Menurut A.
Hamid S. Attamimi suatu konstitusi merupakan sebuah pemberi pegangan dan
pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Ni’matul Huda, Teori dan Hukum Konstitusi,
Rajawali pers, Jakarta, 1999, h. 53. A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara,
Disertasi, UI, Jakarta, 1990, h. 215.

Sehingga dapat dikatakan bahwa konstitusi memiliki kedudukan yang


tertinggi dalam sebuah negara, sebuah konstitusi merupakan dasar pedoman
dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara suatu bangsa. Indonesia adalah salah
satu negara yang memiliki konstitusi tertulis, yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUD NRI Tahun 1945).
Pancasila merupakan dasar negara sedangkan UUD NRI Tahun 1945 merupakan
konstitusi tertulis, dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Indonesia,
UUD NRI Tahun 1945 berada dalam kedudukan tertinggi sehingga peraturan
perundang-undangan yang berada dibawah UUD NRI Tahun 1945 tidak boleh
bertentangan dan harus menyesuaikan.

UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi tertulis Indonesia memuat


norma-norma dan ketentuan-ketentuan dasar yang mengatur hak-hak warga

1
negara, hubungan warga negara dengan negara serta pembatasan kekuasaan
penyelenggara negara secara umum, sehingga dibutuhkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur lebih khusus apa yang diatur dalam UUD NRI Tahun
1945.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuannya adalah untuk mengetahui mengapa UU IKN Ingkari Konstitusi


dan Hak Masyarakat Adat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konstitusional

Kata konstitusi berasal dari bahasa Perancis “constituer” yaitu sebagai


suatu ungkapan yang berarti membentuk. Oleh karena itu, pemakaian kata
konstitusi lebih dikenal untuk maksud sebagai pembentukan, penyusunan atau
menyatakan suatu negara. Dengan kata lain, secara sederhana, konstitusi dapat
diartikan sebagai suatu pernyataan tentang bentuk dan susunan suatu negara, yang
dipersiapkan sebelum maupun sesudah berdirinya negara yang bersangkutan.

Namun secara terminologi, konstitusi tidak hanya dipahami dengan arti


yang sesederhana itu. Konstitusi dipahami secara lebih luas, selain dikarenakan
oleh kompleksitasnya permasalahan mendasar yang harus diatur oleh negara, juga
dikarenakan oleh perkembangan pemikiran terhadap keilmuan dalam memahami
konstitusi sebagai hukum dasar (gronwet) dalam suatu negara. Terlepas dari
pendefinisian tentang konstitusi di atas, terdapat juga keanekaragaman dari para
ahli dalam memandang konstitusi. Leon Duguit misalnya, seorang pakar hukum
kenamaan dari Perancis, dalam bukunyatraite de droit constututionnel, dia
memandang negara dari fungsisosialnya.

Pemikiran Duguit banyak dipengaruhi oleh aliran sosiologi yang


diprakarsai oleh Auguste Comte, menurutnya hukum itu adalah penjelmaan de
facto dari ikatan solidaritas sosial yang nyata. Dia juga berpendapat bahwa yang
berdaulat itu bukanlah hukum yang tercantum dalam bunyi teks undang-undang,
melainkan yang terjelma di dalam sociale solidariteit (solidaritas sosial). Oleh
karena itu, yang harus ditaati adalah sociale recht itu. Bukan undang-undang yang
hanya mencerminkan sekelompok orang yang kuat dan berkuasa.

3
Sementara itu, Jimly Asshiddiqie, mendefinisikan konstitusisebagai
hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu negara.
Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang
Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Hal tersebut tidak terlepas karena tidak semua
negara memiliki konstitusi tertulis atau Undang-undang Dasar. Kerajaan Inggris
misalnya, tidak memiliki satu naskah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi
tertulis, namun biasa disebut sebagai negara konstitusional.

2.2 Hak Mayarakat Adat

Hak adalah kekuasaan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu


atau kekuasaan untuk memiliki sesuatu yang diperoleh melalui ketentuan baik
secara hukum positif atau menurut aturan lainnya. (Rocky Marbun, 2012:113).
Ciri-ciri yang melekat pada hak menurut hukum adalah hak itu diletakkan
kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau subjek dari hak itu. Hak
itu tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban (R.
Soeroso, S.H.,2001:274). Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.
Hak yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan
(commission) atau tidak melakukan (omission) sesuatu perbuatan.

Masyarakat sebagai suatu bentuk sistem sosial, dalam


hubungannya dengan lingkungan sekitar akan selalu berusaha mencapai tingkat
pemenuhan kebutuhan dasar yang seoptimal mungkin. Sebagai suatu sistem,
masyarakat menunjukkan bahwa semua orang secara bersama-sama bersatu untuk
saling melindungi kepentingan-kepentingan mereka dan berfungsi sebagai satu
kesatuan yang secara terus menerus berinteraksi dengan sistem yang lebih besar
( Idianto M, 2002:26).

Hazairin memberikan suatu uraian yang relatif panjang mengenai


masyarakat hukum adat, sebagai berikut masyarakat hukum adat adalah kesatuan-
kesatuan kemasyarakatan yang mempunyai kelengkapan-kelengkapan untuk

4
sanggup berdiri sendiri yaitu kesatuan hukum, kesatuan penguasa dan
kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas tanah dan air bagi
semua anggotanya. Bentuk hukum keluarganya (patrilineal, matrilineal, bilateral)
mempengaruhi sistim pemerintahannya terutama berlandaskan asas pertanian,
peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil hutan dan hasil air, ditambah sedikit
dengan perburuan binatang liar, pertambangan dan kerajinan tangan. Semua
anggotanya sama dalam hak dan kewajiban. Penghidupan mereka berciri
komunal, di mana gotong royong, tolong menolong, serasa dan semalu
mempunyai peranan yang besar (Hazairin, 1970 : 44).

5
BAB III

PEMBAHASAN

Kalimantan Timur Sebagai IKN dari Cara Pandang Konstitusional UUD


NRI

“UU IKN Ingkari Konstitusi dan Hak Masyarakat Adat”

Rakyat Indonesia mendaftarkan gugatan Judicial Review atas Undang-


Undang No. 3 tahun 2022 tentang Ibu Kota Negara (UU IKN) ke Mahkamah
Konstitusi (MK). Selain AMAN, gugatan tersebut juga diinisiasi oleh sejumlah
aktivis dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), kalangan akademisi,
tokoh adat, dan lain-lain yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Gugat Pemindahan
Ibu Kota Negara (ARGUMEN). ARGUMEN menilai bahwa proses pembentukan
UU IKN itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan
melabrak semua asas formil pembentukan perundang-undangan, partisipasi
publik, dan kedayagunaan-kehasilgunaan.

Sekretaris Jenderal mengatakan, hari ini mengajukan uji formil terhadap


UU IKN karena UU itu telah berdampak luas secara langsung terhadap
Masyarakat Adat. Lokasi IKN, anggota komunitas Masyarakat Adat AMAN
dihilangkan identitasnya oleh UU IKN. AMAN sedang mempelajari apakah
Masyarakat Adat Suku Balek (yang berada di lokasi yang ditetapkan sebagai IKN)
statusnya terancam punah atau tidak.

Ia menegaskan bahwa tidak boleh ada keputusan yang akan berdampak


terhadap hidup kita (sebagai Masyarakat Adat), tanpa sepengetahuan kita dan
persetujuan bebas tanpa paksaan yang didasari oleh informasi yang jelas. Itu harus
terpenuhi karena itu adalah hak Masyarakat Adat. Proses pembentukan UU IKN
tidak memenuhi syarat-syarat itu, sehingga hak konstitusional Masyarakat Adat
yang diakui oleh UUD 1945, tidak terpenuhi. Tidak ada partisipasi secara penuh

6
dan efektif dari Masyarakat Adat maupun dari AMAN sebagai organisasi
Masyarakat Adat. Menurut mereka, itu adalah bentuk dari pengingkaran hak
Masyarakat Adat saat ini, khususnya di tengah ketiadaan Undang-Undang
Masyarakat Adat. Jenderal berharap rakyat Indonesia akan memenangkan gugatan
tersebut.

Tidak adanya partisipasi penuh dan efektif dari Masyarakat Adat dalam
pembentukan UU IKN, adalah satu dari sekian banyak bentuk diskriminasi
terhadap perlindungan dan pemenuhan hak Masyarakat Adat di Indonesia. Ia
menegaskan bahwa pembangunan IKN tanpa persetujuan atau free prior and
informed consent (FPIC) dari Masyarakat Adat.

IKN menjadi penegasan terhadap watak pemerintah yang berkuasa hari


ini, sebagai pemerintah yang otoriter sekaligus tunduk pada kepentingan para
oligarki. Arman menegaskan bahwa UU IKN yang telah disahkan DPR tersebut
bertentangan dengan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 15 Tahun
2019 tentang Perubahan atas UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. Menurutnya, regulasi itu tidak punya
kebermanfaatan bagi rakyat banyak di situasi pandemi dan krisis ekonomi yang
melanda warga.

7
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas bahwa pandangan konstitusional UUD NRI


terhadap Kalimantan timur terhadap IKN telah melanggar Hukum, dimana
masyarakat merasa IKN ini membuat mereka terancam terhadap adat yang sudah
lama mereka jalani. Dimana adat itu tidak diakui dan tidak dipenuhi oleh penegak
hukum.

4.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan terhadap kasus diatas kebih baik
pemerintah bersikap dan berlaku adil terhadap apa yang sudah terjadi. Dan jangan
sampai menghilangkan adat-istiadat yang ada di kalangan masyarakat.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.aman.or.id/news/read/uu-ikn-ingkari-konstitusi-dan-hak-masyarakat-

adat

Jimly Asshiddiqie, 2009, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, Halaman 97

Jazim Hamidi &Malik, 2008, Hukum Perbandingan Konstitusi, Prestasi Pustaka,

Jakarta,Halaman87.

Anda mungkin juga menyukai