Anda di halaman 1dari 17

KONSTITUSI SERTA ARTINYA BAGI SUATU NEGARA

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Hukum Konstitusi
Dosen pengampu : Dr. Hj. Dewi Sulastri, S.H., M.H.

Disusun oleh :
Ahmad Rifqi atqiya 1183050004
Alfan Ardya Nugroho 1183050008
Andara Syadurrahman 1183050012
Ayu Maesaroh 1183050024
Candra Fitra Ramadhan 1183050031
Dini Siti Rukmini 1183050040

Ilmu Hukum-A / V

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongannya kami sekelompok tidak akan bias
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah dititipkan
kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan, namun
dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini memuat tentang “KONSTITUSI SERTA ARTINYA BAGI SUATU


NEGARA ”. Tema yang akan dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh dosen pengampu kami
untuk kami pelajari lebih dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mendalami materi ini
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah
yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya maupun bagi kamu selaku
penyusun,. Meski makalah ini masinh memiliki banyak kekurangan, kami selaku penyusun
memohon kritik dan sarannya. Terima Kasih.

Bandung, 29 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................3

A. Pengertian Konstitusi.......................................................................................................................3

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi...........................................................................................................6

C. Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi Negara....................................................7

D. Akibat Tidak Adanya Konstitusi........................................................................................................8

E. Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme...............................................................8

F. Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara...................................................................................10

BAB III PENUTUP........................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini pada umumnya setiap negara mempunyai konstitusi, salah
satu fungsinya mencegah terjadinya penumpukan kekuasaan pada satu orang atau
lembaga/badan. Penumpukan dapat menimbulkan kekuasaan yang bersifat absolut,
sehingga menimbulkan kecenderungan tindakan sewenang-wenang oleh pemegang
kekuasaan. Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-
norma pokok, yang yang berkaitan kehidupan negara.
Konstitusi dapat mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat.
Perubahan meliputi hal-hal berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan,
pembatasan kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman,
dan pertanggungjawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya.
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu
konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara
ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi
sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini
terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan

1
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut
masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat
yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat
berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat
dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang
berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris).
Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konstitusi ?
2. Apa Tujuan dan Fungsi Konstitusi?
3. Bagaimana Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi Negara?
4. Apa Akibat Tidak Adanya Konstitusi?
5. Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme?

6. Apa Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara?

C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengertian Konstitusi .
Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Konstitusi.
Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi
Negara.
Untuk mengetahui Akibat Tidak Adanya Konstitusi.
Untuk mengetahui Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme.
Untuk mengetahui Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa Prancis “constituir”, yang berarti
membentuk. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi
juga bisa berarati peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan negara.1

Menurut Chairil Anwar, konstitusi adalah “fundamental laws”, tentang pemerintahan


suatu negara dan nilai-nilai fundamentalnya. Sementara menurut Sri Soemantri,
konstitusi berarti suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi
sistem pemerintahan negara. Sedangkan menurut E.C.W Wade, mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas
pokok dari badanbadan pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara
kerja badan tersebut.2

Berdasar atas beberapa pengertian tersebut di atas bisa dikatakan bahwa konstitusi
memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk
berdirinya sebuah negara.

Nilai-nilai fundamental dari konstitusi tersebut di Indonesia termuat dalam Pembukaan


dan Pasal 1 UUD NRI 1945, yang keberadaannya menjadi asas utama dalam Hukum Tata
Negara Indonesia, yaitu:Asas Pancasila, Asas Negara Kesatuan, Asas Negara Kedaulatan
dan Demokrasi, Asas Negara Hukum, Asas Permisahan Kekuasaan dan Cheek and
Balance,3 sertaAsas Negara Kesejahteraan, sebagaimana termuat dalam Pembukaan UUD
RI 1945 sebagai tujuan negara.

1
Tim ICCE UIN Jakarta. Pendidikan Kewargaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat
Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 89.
2
Ibid., h. 90.
3
Ni`matul Huda, Hukum Tata Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 90-97

3
Konstitusi sebagai hukum tertinggi suatu negara yangmengatur penyelenggaraan
kekuasaan negara dan sebagai jaminan atas hak-hak warga negara, konstitusi memuat
beberapa ketentuan pokok sebagai berikut:6 organisasi negara, hak-hak asasi manusia
dan kewajibannya, prosedur mengubah konstitusi, konstitusi yang juga dapat dipahami
sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat aturan main dalam
berbangsa dan bernegara, menurut Sovernin Lohman harus memuat unsurunsur sebagai
berikut:4 konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial),
Konstitusi sebagai piagam yangmenjamin hakhak asasi manusia dan warga negara
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat
pemerintahannya, Konstitusi sebagai “forma regimenis” yaitu kerangka bangunan
pemerintahan5

Konstitusi atau Grondwet, Grundgesetz, Undang-Undang Dasar menempati tata urutan


peraturan perundang-undangan tertinggi dalam negara. Constitutie is de hoogste wet !
Istilah Constitution berasal dari kata bahasa latin: constitutio bermakna a degree, dekrit,
permakluman. Dalam konteks institusi negara, konstitusi bermakna permakluman
tertinggi yang menetapkan a.l. pemegang kedaulatan tertinggi, struktur negara, bentuk
negara, bentuk pemerintahan, kekuasaan legislatif, kekuasaan peradilan dan pelbagai
lembaga negara serta hak – hak rakyat.

Pada umumnya, konstitusi pertama-tama memaklumkan: siapa pemegang kedaulatan


tertinggi dalam negara. Who keep the souvereignty anyway? Masalah kedaulatan menjadi
demikian penting karena secara formal merupakan sentrum kekuasaan yang membagi-
bagi sub-sub kekuasaan ke bawah. Kedaulatan memuat pengakuan akan suatu kekuasaan
karena di balik kedaulatan melekat kekuasaan. Kedaulatan dan kekuasaan bagai dua sisi
sekeping mata uang. Kewenangan (de bevoegdheden) secara formal melekatkan
kekuasaan pada kedaulatan. Istilah kedaulatan merupakan terjemahan dari souvereignty,
souvereinitas, keduanya berasal dari kata bahasa latin: superanus atau supernitas,
bermakna de hoogste bevoegdheid, kewenangan yang sempurna dan tertinggi.

4
Erman Hermawan, Politik Membela yang Benar, Teori Kritik dan Nalar, (Jakarta: Garda Bangsa,2001), h. 58
5
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat
Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 91

4
Negara tanpa kedaulatan bermakna staat onbevoegdheid, negara nan tiada berdaulat,
lebih rendah derajatnya dari the puppet state. Jean Bodin (1530 – 1596) dalam bukunya,
Les six livres de la Republique (1576) halaman 122 – 128, memandang kedaulatan
negara sebagai la puissance absolue yang tidak terputus-putus, kepunyaan republik,
sedangkan orang-orang latin menyebutnya maiestatum, yakni kekuasaan terbesar guna
memerintah (= la plus grande puissance de commander).

Konstitusi dalam sejarah perkembangannya membawa pengakuan akan keberadaan


pemerintahan rakyat (= demos + cratein) Pemunculan konstitusi di USA di kala tahun
1787 meredam maeistatum dari kedaulatan, dengan menyerahkan kedaulatan
(souvereignty) di tangan rakyat. Revolutie Perancis turut menumbuh kembangkan
kedaulatan rakyat dalam sistem la republique di abad XVII. Paham pemisahan kekuasaan
di berbagai negara, yang dipadu dengan checks and balances, turut mereduksi puissance
absolue negara-negara. Konstitusi merupakan naskah legitimasi paham kedaulatan rakyat.
Naskah dimaksud merupakan kontrak sosial yang mengikat setiap warga dalam
membangun paham kedaulatan rakyat.

Djokosoetono memintakan perhatian atas beberapa makna konstekstual pemahaman


konstitusi sebagai berikut:

 Konstitusi dalam makna materil (constitutie in materiele zin), berpaut dengan


gekwalificeerde naar de inhoud, yaitu dititikberatkan pada isi konstitusi yang
memuat dasar (grondslagen) dari struktur (inrichting) dan fungsi (administratie)
negara.
 Konstitusi dalam makna formal (constitutie in formele zin), berpaut dengan
gekwalificeerde naar de maker, yaitu dititikberatkan pada cara dan prosedur
tertentu dari pembuatannya.
 Konstitusi dalam makna UUD (grondwet) selaku pembuktian (constitutie
als bewijsbaar), agar menciptakan stabilitas (voor stabiliteit) perlu dinaskahkan
dalam wujud UUD atau Grondwet.

Djokosoetono mengingatkan agar makna konstektual ketiga pemahaman konstitusi tidak


dibaurkan, misalnya kadangkala konstitusi dalam makna formal tidak dibedakan dengan

5
konstitusi dalam wujud naskah UUD atau Grondwet. (Harun Alrasid, Kuliah Hukum Tata
Negara Prof. Mr Djokosoetono. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, halaman 47 –
49, 53 – 57). Tidak berarti, pemberlakuan konstitusi dengan sendirinya mengandung
esensi pemerintahan rakyat. Sejak pembaharuan Grondwet voor het Koninkrijk der
Nederlander di tahun 1922 (dan kelak di tahun 1938), negeri Hindia Belanda tidak lagi
disebut kolonien en bezittingen dari het Koninkrijk der Nederlander.

Pasal 1 Grondwet voor het Koninkrijk der Nederlander menetapkan bahwasanya Het
Koninkrijk der Nederlander omvak het grondgebried van Nederland, Nederlansich Indie,
Suriname en Curacao. Dikatakan, het Koninkrijk der Nederlander merupakan staat yang
berdaulat, meliputi wilayah-wilayah (grongelieden): het Rijk in Europa, Nederlandsich
Indie, Suriname dan Curacao yang bersifat mandiri (otonom). Dalam kenyataan, struktur
kenegaraan Het Koninkrijk der Nederlander masih merupakan hubungan negeri
pertuanan (oppergezag, opperbestuur) antara Kerajaan Belanda dengan Hindia Belanda,
Suriname dan Curacao.

Pelaksanaan pemerintahan di wilayah Hindia Belanda adalah atas dasar in naam der
Konings, ditugaskan kepada Gouverneur General, berdasarkan wet op Staatsinrichting
van Nederlands Indie atau Indische Staatsregeling (I.S.). Gouverneur General
bertanggung jawab kepada Raja selaku oppergezag, dengan menyampaikan laporan-
laporan berkala serta segala keterangan yang diperlukan kepada Minister van Kolonien,
lazim disebut Menteri Jajahan

B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


Sejalan dengan perlunya kosntitusi sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam
suatu negara, Miriam Budiharjo mengatakan,8 6 bahwa:“Di dalam negara-negara yang
mendasarkan dirinya astas Demokrasi Konstitusional, Undang-undang Dasar mempunyai
fungsi yangkhas yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian diharapkan hak-hak
warga negara akanlebih terlindungi”.

Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan


pemerintahan dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
6
Miriam Budiharjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: 1998), h. 96.

6
kekuasaan, yang berdaulat, yang secara ringkas dapat dikategorikan menjadi tiga tujuan,
yaitu: memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik;
melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri, memberikan batasan-batasan
ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaanya.9 7 Menghubungkan
konstitusi dengan hukum pada umumnya, dapat dipahami bahwa tujuan dari hukum
adalah, menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan,
ketentraman dan kebahagiaan setiap manusia. Berangkat dari tujuan hukum tersebut
dapat diperinci secara garis besar fungsi dari tujuan hukum tersebut sebagai berikut:
sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat, sebagai sarana untuk mewujudkan
keadilan sosial lahir batin, sebagai alat penggerak pembangunan, sebagai alat kritik
(fungsi kritis)/sarana pengawas, dan sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.8

C. Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi Negara


Negara mempunyai tugas,pertama, mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan
yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan. Kedua, tugas negara untuk mengorganisir dan mengintegritasikan
kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah tercapinya tujuan-tujuan dari
masyarakat seluruhnya. Sedangkan fungsi yang harus dijalankan negara adalah pertama,
melaksanakan penertiban (law and order) untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan-bentrokan dalam masyarakat. Kedua, mengusahakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya. Ketiga, pertahanan, untuk menjaga kemungkinan serangan dari
luar. Keempat, menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badanbandan
pengadilan. Dan dalam rangka mewujudkan tugas dan fungsi negara, negara mempunyai
sifat memaksa dengan menggunakan (konstitusi-hukum) atau peraturan perundang-
undangan yang dibuat harus ditaati.

Dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki bisa
dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk
memakai kekerasan fisik secara legal. Alat negara untuk memaksa antara lain polisi dan
tentara.

7
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan…, h. 92
8
J.B. Dalijo, dkk., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 40.

7
D. Akibat Tidak Adanya Konstitusi
Keberadaan konstitusi bagi sebuah negara adalah sangat penting sebab berfungsi
pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan negara. Konstitusi pada hakekatnya
adalah sarana dasar yang berguna dalam mengawasi jalannya proses kekuasaan.

Berikut adalah akibat yang muncul apabila tidak ada konstitusi di dalam sebuah negara : 9

Tidak ada pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan pemerintahan sehingga


muncul kekacauan yang apabila dibiarkan akan membahayakan eksistensi sebuah negara.

Sulit untuk mewujudkan ketertiban baik itu pada tata pemerintahan maupun dalam tata
pergaulan masyarakat. Kondisi ini akan memunculkan banyak kekacayuan seperti
pelanggaran terhadap hak orang lain, kesewenang-wenangan dari pemegang kekuasaan
dan lain sebagainya.

E. Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme


Walaupun paham konstitusionalisme diturunkan (derive) dari konstitusi, dan dalam
perkembangannya bahkan mendorong keberadaan constitutional state namun esensi
konstitusionalisme mengagas pembatasan kekuasaan dalam negara. Constitutionalism
implements the rule of laws; it brings about predictability and security in the relations of
individuals and the government by defining in the power and limit of that government
(Konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law dalam hubungan individu dengan
pemerintah. Konstitusionalisme menghadirkan situasi yang dapat memupuk rasa aman,
karena adanya pembatasan terhadap wewenang pemerintah yang telah ditentukan terlebih
dahulu), kata Richard Kay (Miriam Budiarjo, 2008:170).

Constitutionalism atau Konstitusionalisme mengemban the limited state, agar


penyelenggaraan negara dan pemerintahan tidak sewenang-wenang dan hal dimaksud
dinyatakan serta diatur secara tegas dalam pasal-pasal konstitusi. Menurut Carl J
Friedrich dalam buku beliau, ”Constitutional Government and Democracy”,
konstitusionalisme mengandung gagasan bahwa pemerintahan yang diselenggarakan oleh
dan atas nama rakyat dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin
bahwasanya kekuasaan yang diselenggarakan tidak disalahgunakan oleh mereka yang

9
“Akibat Tidak adanya Konstitusi “ (https://brainly.co.id/tugas/1463705. Diakses pada 29 November 2020 19.00)

8
mendapat tugas untuk memerintah (Miriam Budiarjo, 2008:171). Kekuasaan dibutuhkan
oleh negara karena memberi kekuatan vital bagi penyelenggaraan pemerintahan namun
harus diwaspadai tatkala kekuasaan itu terakumulasi di tangan penguasa tanpa dibatasi
konstitusi. Lord Acton (1838:1902) dalam suratnya bertanggal 5 April 1887 kepada
Bishop Mandell Creighton, mengemukakan, ”Power tends to corrupt and absolute power
corrupts absolute”. Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung
menyalahgunakannya, akan tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan sudah pasti akan
menyalahgunakannya. Menurut William G. Andrews (1968:13), under constitutionalism,
two types of limitations impinge on government. Power is proscribed and procedures
prescribed. Kekuasaan nan melarang dan prosedur yang ditetapkan lebih dahulu. Pada
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (redaksi baru) ditetapkan, “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar”.

Pasal konstitusi dimaksud memuat paham konstitusionalisme. Rakyat pemegang


kedaulatan tertinggi terikat pada konsititusi. Kedaulatan rakyat dilaksanakan menurut
UUD, tidak boleh dijalankan atas dasar the ruling of the mob. UUD 1945 (redaksi lama)
yang disahkan dalam Rapat PPKI di kala tanggal 18 Agustus 1945 nyaris tidak
mengindahkan paham konstitusionalisme, walaupun di dalamnya telah memberlakukan
distribution of power di antara bidang-bidang kekuasaan negara. Penjelasan UUD 1945,
di bawah judul Sistem Pemerintahan Negara, Angka II bahkan dengan jelas
mencantumkan nomenklatur: Sistem Konstitusional. Dikatakan pada butir (2):
”Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Namun, beberapa pasal UUD (redaksi lama) tidak
mendukung paham konstitusionalisme itu. Salah satu pasal konstitusi yang sifatnya
tiranis, termaktub dalam Pasal 7 UUD 1945 (redaksi lama), berbunyi: ”Presiden dan
Wakil Presiden memegang masa jabatannya selama masa lima tahun dan sesudahnya
dapat dipilih kembali”. Pasal konstitusi tersebut tidak menetapkan masa jabatan Presiden
dan Wakil Presiden secara tegas dan rinci. Keduanya dipilih selama masa jabatan lima
tahun dan dapat dipilih lagi selama lima tahun berikutnya secara terus menerus. Di masa
lalu, Soekarno dan Soeharto memerintah dalam waktu yang cukup lama, Soekarno sejak
tahun 1945 sampai dengan tahun 1967 (22 tahun) saat diangkatnya Soeharto menjadi
Pejabat Presiden RI pada Sidang MPRS tahun 1967 dan baru berhenti tahun 1998 (31

9
tahun). Pemberlakuan paham konstitusionalisme dalam UUD, antara lain dipandang perlu
mengadopsi:

 Sistem Separation of Power atau Distribution of Power yang disertai checks and
balances;
 Sistem Kekuasaan Peradilan yang merdeka dan mandiri, utamanya lebih
memberdayakan peradilan adminstrasi;
 Pengakuan hak-hak sipil dan politik warga, utamanya yang berkaitan dengan
pemilihan umum dan pemilukada;
 Pembatasan masa jabatan-jabatan publik dalam negara;
 Memberikan kewenangan pengaduan konstitusional (constitutional complaint)
bagi Mahkamah Konstitusi.

F. Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara


Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan suatu hal
yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara.
Hampir tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusinya. Hal ini menunjukan betapa
urgenya konstitusi sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi
mata uang yang satu samalain tidak terpisahkan.

Pertanyaannya, mengapa konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan suatu negara? Jawabannya adalah karena konstitusi merupakan
sekumpulan aturan yangmengatur organisasi negara, serta hubungan antara negara dan
warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan saling berkerjasama. Menurut A.
Hamid S. Attamimi, konstitusi dalam negara sangat penting sebagai pemberi “pegangan”
dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana
kekuasaan negara harus dijalankan.10

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi
menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua (2) bagian,
yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintahan atau
penguasa dalam negera. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang

10
Ibid., h. 93.

10
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan,
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimama kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.11

Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk
menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencangkup hak-hak asasi, seperti
hak untuk hidup, kesejahteraan hidup dan hak kebebasan. Mengingat pentingnya
konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam bukunya “Het Staatscrecht van Het
Koninkrijk der Nederlander” sebagaimana yang dikutip oleh Tim ICCE UIN Jakarta,
menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan
dokumen formal yang berisikan: hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau,
tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa, pandangan tokoh-tokoh
bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk sekarang maupun untuk waktu yang akan
datang, dan suatu keinginan, dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.1312

Berdasar uraian tersebut di atas, dapat dinyatakan arti penting konstitusi dalam negara,
dapat dijadikan sebagai barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan
arahan dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Pada
prinsipnya, semua agenda penting kenegaraan serta prinsip-prinsip dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, telah ter-cover dalam konstitusi.13

Tudak adanya jaminan hukum dan penegakan keadilan bagi masyarakat sehingga pada
titik ini pihak yang kuat akan selalu mendapatkan kemenangan, kemudahan dan lain
sebagainya.

11
Moh . Kusnardi, et. all., Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 72.
12
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan…, h. 93
13
Dahlan Thaib, et. all., Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2001), h. 65.

11
BAB III

PENUTUP
Kedudukan Konstitusi Bagi Suatu Negara Keberadaan konstitusi dalam suatu negara
pada dasarnya memiliki kedudukan yang sangat krusial dan penting. Ini didasari pada hakikat
manusia yang sebernarnya menginginkan kehidupan yang damai, keinginan tersebut hidup pula
dalam kehidupan bernegara, dimana kehidupan bernegara dijalankan dan dilakukan adalah
karena salah satu nya untuk menciptakan kehidupan manusia yang damai dan tertib. Untuk
mencapai hal tersebut maka dibuat suatu hukum dasar yang berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara, hukum dasar tersebut adalah konstitusi.
Dalam sejarah kenegaraan konstitusi dibentuk dalam rangka membatasi kekuasaan para raja
yang bertindak sewenang-wenang pada waktu itu. Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum
dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut
dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi
konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang
menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi.14

Kesadaran akan pentingnya suatu kosntitusi bahkan telah ada sejak lama, yaitu pada
tahun 622 Masehi. Dimana pada tahun tersebut tebentuk Piagam Madinah yang merupakan
piagam tertulis pertama dalam sejararah umat manusia, yang menurut para ahli, piagam madinah
dapat disebandingkan dengan konstitusi moderm neraga-negara saat ini.

Konstitusi adalah penting bagi suatu negara, ialah karena salah satu tujuan dibentuknya
konstitusi adalah untuk membatasi kekuasaan badan-badan penyelenggara negara. Walton H.
Hamilton dengan paham konstitualisme dalam artikel yang ditulisnya Constitusionalism tahun
1930 mengatakan bahwa konstitusi untuk pengaturan negara, sehingga dinamika kekuasaan dan
proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan. 15

Mengapa pembatasan terhadap instrument atau bedan penyelenggara itu penting?


Menurut Miriam Budiarjo, di dalam Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi

14
Jimly Asshiddiqie. Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Hlm 1
15
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Hml 19

12
konstitusional. Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupasehingga penyelenggaraan.

Kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikiandiharapkan hak-hak warga Negara


akan lebih terlindungi. Oleh sebab itu jika konstitusi hendak membatasi kekuasaan institusiinstitusi yang
ia bentuk, termasuk legislative maka ketetapan-ketetapannya mesti dianggap sebagai kekuatan yang
lebih tinggi dari aturan-aturan atau tindakan-tindakan yang berasal atau dilakukan oleh institusi-institusi
tersebut. Pemikiran yang sebaliknya justru akan menjadikan konstitusi dan urusan penyusunan
Konstitusi sebagai omong kosong belaka16.

Kedudukan konstitusi yang memiliki peran yang penting dalam suatu negara juga dapat dilihat
dari fungsi konstitusi itu sendiri. Dimana jika tidak ada konstitusi dalam suatu negara maka fungsi-fungsi
ini dapat tidak terlaksanakan dan mengakibatkan keadaan negara menjadi chaos dan memberikan
dampak buruk yang besar terhadap warga negara. Fungsi-fungsi tersebut menurut Jimly Asshidiq antara
lain 4 :

1. Penentu dan pembatas kekuasaan organ negara


2. Pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara
3. Pengatur hubungan organ negara dengan warga negara
4. Sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara
5. Pengatur/pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan asli kepada organ negara
6. Simbolik sebagai pemersatu
7. Simbolik sebagai rujukan indentitas bangsa
8. Simbolik sebagai pusat upacara
9. Sebagai sarana pengendalian masyarakat
Dalam kesimpulannya, eksistensi atau keberadaan konstitusi merupakan sesuatu yang niscahya
harus ada karena dengan adanya suatu konstitusi akan tercipta pembatasan kekuasaan melalui
pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan penyelenggaraan kenegaraan. Selain itu,
konstitusi juga dibutuhkan keberadaannya untuk menjamin hak-hak warga negara sehingga tidak terjadi
adanya suatu perlakuan sewenang-wenang dari pejabat instansi pemerintahann dan penindasan
terhadap warga negara.

16
K.C. Wheare. Konstitusi-Konstitusi Modern. Surabaya : Pustaka Eureka. 2005. Hlm 91

13
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Asshiddiqie, Jimly, Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi Untuk Mewujudkan yang
Demokratis, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2010.
Asshiddiqie, Jimly, “Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia”. Jakarta, Konstitusi Press,
2006.
Budiharjo Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1998.
Dahlan Thaib DKK, 2008, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Daliyo J. B. dkk, Pengantar Ilmu Hukum : Buku Panduan Mahasiswa, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1996
Hermawan, Erman, Politik Membela yang Benar, Teori Kritik dan Nalar, Jakarta: Garda Bangsa,
2001
K.C. Wheare, Konstitusi-Konstitusi Modern, Pustaka Eureka, Surabaya, 2005
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada Yogyakarta,
2005
Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, 1988, Ilmu Negara, Cetakan ke-2, Gaya Media Pratama,
Jakarta
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia
Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003.
Internet:
Akibat Tidak adanya Konstitusi , https://brainly.co.id/tugas/1463705

14

Anda mungkin juga menyukai