Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Hukum Konstitusi
Dosen pengampu : Dr. Hj. Dewi Sulastri, S.H., M.H.
Disusun oleh :
Ahmad Rifqi atqiya 1183050004
Alfan Ardya Nugroho 1183050008
Andara Syadurrahman 1183050012
Ayu Maesaroh 1183050024
Candra Fitra Ramadhan 1183050031
Dini Siti Rukmini 1183050040
Ilmu Hukum-A / V
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi kami kekuatan dan petunjuk untuk
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongannya kami sekelompok tidak akan bias
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang telah dititipkan
kepada kelompok kami. Makalah ini disusun dengan menghadapi berbagai rintangan, namun
dengan penuh kesabaran kami mencoba untuk menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
A. Pengertian Konstitusi.......................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern ini pada umumnya setiap negara mempunyai konstitusi, salah
satu fungsinya mencegah terjadinya penumpukan kekuasaan pada satu orang atau
lembaga/badan. Penumpukan dapat menimbulkan kekuasaan yang bersifat absolut,
sehingga menimbulkan kecenderungan tindakan sewenang-wenang oleh pemegang
kekuasaan. Konstitusi pada prinsipnya adalah suatu aturan yang mengandung norma-
norma pokok, yang yang berkaitan kehidupan negara.
Konstitusi dapat mengalami perubahan sesuai dinamika kehidupan masyarakat.
Perubahan meliputi hal-hal berkaitan dengan aturan tentang anatomi struktur kekuasaan,
pembatasan kekuasaan, jaminan perlindungan hak asasi manusia, kekuasaan kehakiman,
dan pertanggungjawaban kekuasaan kepada rakyat, dan sebagainya.
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide
demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara
didasarkan pada konstitusi sebagai hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu
konstitusi dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara
ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi
sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut
gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide,
gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini
terdiri atas konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu berdasarkan
1
kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut
masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan masyarakat
yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat
berbagai teori besar dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat
dan karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya yang
berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam bahasa inggris).
Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Konstitusi ?
2. Apa Tujuan dan Fungsi Konstitusi?
3. Bagaimana Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi Negara?
4. Apa Akibat Tidak Adanya Konstitusi?
5. Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme?
C. Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Pengertian Konstitusi .
Untuk mengetahui Tujuan dan Fungsi Konstitusi.
Untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Konstitusi (Hukum) dengan Tugas dan Fungsi
Negara.
Untuk mengetahui Akibat Tidak Adanya Konstitusi.
Untuk mengetahui Esensi Pembatasan Kesuasaan dalam konstitusionalisme.
Untuk mengetahui Pentingnya Konstitusi Dalam Suatu Negara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Kata konstitusi secara literal berasal dari bahasa Prancis “constituir”, yang berarti
membentuk. Dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi dimaksudkan dengan
pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan sebuah negara. Konstitusi
juga bisa berarati peraturan dasar (awal) mengenai pembentukan negara.1
Berdasar atas beberapa pengertian tersebut di atas bisa dikatakan bahwa konstitusi
memuat aturan-aturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi yang diperlukan untuk
berdirinya sebuah negara.
1
Tim ICCE UIN Jakarta. Pendidikan Kewargaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat
Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 89.
2
Ibid., h. 90.
3
Ni`matul Huda, Hukum Tata Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), h. 90-97
3
Konstitusi sebagai hukum tertinggi suatu negara yangmengatur penyelenggaraan
kekuasaan negara dan sebagai jaminan atas hak-hak warga negara, konstitusi memuat
beberapa ketentuan pokok sebagai berikut:6 organisasi negara, hak-hak asasi manusia
dan kewajibannya, prosedur mengubah konstitusi, konstitusi yang juga dapat dipahami
sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat aturan main dalam
berbangsa dan bernegara, menurut Sovernin Lohman harus memuat unsurunsur sebagai
berikut:4 konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial),
Konstitusi sebagai piagam yangmenjamin hakhak asasi manusia dan warga negara
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat
pemerintahannya, Konstitusi sebagai “forma regimenis” yaitu kerangka bangunan
pemerintahan5
4
Erman Hermawan, Politik Membela yang Benar, Teori Kritik dan Nalar, (Jakarta: Garda Bangsa,2001), h. 58
5
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia Masyarakat
Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 91
4
Negara tanpa kedaulatan bermakna staat onbevoegdheid, negara nan tiada berdaulat,
lebih rendah derajatnya dari the puppet state. Jean Bodin (1530 – 1596) dalam bukunya,
Les six livres de la Republique (1576) halaman 122 – 128, memandang kedaulatan
negara sebagai la puissance absolue yang tidak terputus-putus, kepunyaan republik,
sedangkan orang-orang latin menyebutnya maiestatum, yakni kekuasaan terbesar guna
memerintah (= la plus grande puissance de commander).
5
konstitusi dalam wujud naskah UUD atau Grondwet. (Harun Alrasid, Kuliah Hukum Tata
Negara Prof. Mr Djokosoetono. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, halaman 47 –
49, 53 – 57). Tidak berarti, pemberlakuan konstitusi dengan sendirinya mengandung
esensi pemerintahan rakyat. Sejak pembaharuan Grondwet voor het Koninkrijk der
Nederlander di tahun 1922 (dan kelak di tahun 1938), negeri Hindia Belanda tidak lagi
disebut kolonien en bezittingen dari het Koninkrijk der Nederlander.
Pasal 1 Grondwet voor het Koninkrijk der Nederlander menetapkan bahwasanya Het
Koninkrijk der Nederlander omvak het grondgebried van Nederland, Nederlansich Indie,
Suriname en Curacao. Dikatakan, het Koninkrijk der Nederlander merupakan staat yang
berdaulat, meliputi wilayah-wilayah (grongelieden): het Rijk in Europa, Nederlandsich
Indie, Suriname dan Curacao yang bersifat mandiri (otonom). Dalam kenyataan, struktur
kenegaraan Het Koninkrijk der Nederlander masih merupakan hubungan negeri
pertuanan (oppergezag, opperbestuur) antara Kerajaan Belanda dengan Hindia Belanda,
Suriname dan Curacao.
Pelaksanaan pemerintahan di wilayah Hindia Belanda adalah atas dasar in naam der
Konings, ditugaskan kepada Gouverneur General, berdasarkan wet op Staatsinrichting
van Nederlands Indie atau Indische Staatsregeling (I.S.). Gouverneur General
bertanggung jawab kepada Raja selaku oppergezag, dengan menyampaikan laporan-
laporan berkala serta segala keterangan yang diperlukan kepada Minister van Kolonien,
lazim disebut Menteri Jajahan
6
kekuasaan, yang berdaulat, yang secara ringkas dapat dikategorikan menjadi tiga tujuan,
yaitu: memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik;
melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri, memberikan batasan-batasan
ketetapan bagi para penguasa dalam menjalankan kekuasaanya.9 7 Menghubungkan
konstitusi dengan hukum pada umumnya, dapat dipahami bahwa tujuan dari hukum
adalah, menghendaki adanya keseimbangan kepentingan, ketertiban, keadilan,
ketentraman dan kebahagiaan setiap manusia. Berangkat dari tujuan hukum tersebut
dapat diperinci secara garis besar fungsi dari tujuan hukum tersebut sebagai berikut:
sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat, sebagai sarana untuk mewujudkan
keadilan sosial lahir batin, sebagai alat penggerak pembangunan, sebagai alat kritik
(fungsi kritis)/sarana pengawas, dan sebagai sarana untuk menyelesaikan pertikaian.8
Dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki bisa
dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk
memakai kekerasan fisik secara legal. Alat negara untuk memaksa antara lain polisi dan
tentara.
7
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan…, h. 92
8
J.B. Dalijo, dkk., Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Gramedia, 1994), h. 40.
7
D. Akibat Tidak Adanya Konstitusi
Keberadaan konstitusi bagi sebuah negara adalah sangat penting sebab berfungsi
pegangan atau pedoman dalam menyelenggarakan negara. Konstitusi pada hakekatnya
adalah sarana dasar yang berguna dalam mengawasi jalannya proses kekuasaan.
Berikut adalah akibat yang muncul apabila tidak ada konstitusi di dalam sebuah negara : 9
Sulit untuk mewujudkan ketertiban baik itu pada tata pemerintahan maupun dalam tata
pergaulan masyarakat. Kondisi ini akan memunculkan banyak kekacayuan seperti
pelanggaran terhadap hak orang lain, kesewenang-wenangan dari pemegang kekuasaan
dan lain sebagainya.
9
“Akibat Tidak adanya Konstitusi “ (https://brainly.co.id/tugas/1463705. Diakses pada 29 November 2020 19.00)
8
mendapat tugas untuk memerintah (Miriam Budiarjo, 2008:171). Kekuasaan dibutuhkan
oleh negara karena memberi kekuatan vital bagi penyelenggaraan pemerintahan namun
harus diwaspadai tatkala kekuasaan itu terakumulasi di tangan penguasa tanpa dibatasi
konstitusi. Lord Acton (1838:1902) dalam suratnya bertanggal 5 April 1887 kepada
Bishop Mandell Creighton, mengemukakan, ”Power tends to corrupt and absolute power
corrupts absolute”. Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung
menyalahgunakannya, akan tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan sudah pasti akan
menyalahgunakannya. Menurut William G. Andrews (1968:13), under constitutionalism,
two types of limitations impinge on government. Power is proscribed and procedures
prescribed. Kekuasaan nan melarang dan prosedur yang ditetapkan lebih dahulu. Pada
Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 (redaksi baru) ditetapkan, “Kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dilaksanakan menurut Undang – Undang Dasar”.
9
tahun). Pemberlakuan paham konstitusionalisme dalam UUD, antara lain dipandang perlu
mengadopsi:
Sistem Separation of Power atau Distribution of Power yang disertai checks and
balances;
Sistem Kekuasaan Peradilan yang merdeka dan mandiri, utamanya lebih
memberdayakan peradilan adminstrasi;
Pengakuan hak-hak sipil dan politik warga, utamanya yang berkaitan dengan
pemilihan umum dan pemilukada;
Pembatasan masa jabatan-jabatan publik dalam negara;
Memberikan kewenangan pengaduan konstitusional (constitutional complaint)
bagi Mahkamah Konstitusi.
Pertanyaannya, mengapa konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan
ketatanegaraan suatu negara? Jawabannya adalah karena konstitusi merupakan
sekumpulan aturan yangmengatur organisasi negara, serta hubungan antara negara dan
warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan saling berkerjasama. Menurut A.
Hamid S. Attamimi, konstitusi dalam negara sangat penting sebagai pemberi “pegangan”
dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana
kekuasaan negara harus dijalankan.10
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut, Kusnardi
menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi ke dalam dua (2) bagian,
yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintahan atau
penguasa dalam negera. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang
10
Ibid., h. 93.
10
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan,
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menetapkan
bagaimama kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif.11
Selain sebagai pembatas kekuasaan, konstitusi juga digunakan sebagai alat untuk
menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencangkup hak-hak asasi, seperti
hak untuk hidup, kesejahteraan hidup dan hak kebebasan. Mengingat pentingnya
konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam bukunya “Het Staatscrecht van Het
Koninkrijk der Nederlander” sebagaimana yang dikutip oleh Tim ICCE UIN Jakarta,
menyatakan bahwa Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis merupakan
dokumen formal yang berisikan: hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau,
tingkat-tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa, pandangan tokoh-tokoh
bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk sekarang maupun untuk waktu yang akan
datang, dan suatu keinginan, dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.1312
Berdasar uraian tersebut di atas, dapat dinyatakan arti penting konstitusi dalam negara,
dapat dijadikan sebagai barometer kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan
arahan dan pedoman bagi generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Pada
prinsipnya, semua agenda penting kenegaraan serta prinsip-prinsip dalam menjalankan
kehidupan berbangsa dan bernegara, telah ter-cover dalam konstitusi.13
Tudak adanya jaminan hukum dan penegakan keadilan bagi masyarakat sehingga pada
titik ini pihak yang kuat akan selalu mendapatkan kemenangan, kemudahan dan lain
sebagainya.
11
Moh . Kusnardi, et. all., Ilmu Negara, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 72.
12
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan…, h. 93
13
Dahlan Thaib, et. all., Teori dan Hukum Konstitusi, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2001), h. 65.
11
BAB III
PENUTUP
Kedudukan Konstitusi Bagi Suatu Negara Keberadaan konstitusi dalam suatu negara
pada dasarnya memiliki kedudukan yang sangat krusial dan penting. Ini didasari pada hakikat
manusia yang sebernarnya menginginkan kehidupan yang damai, keinginan tersebut hidup pula
dalam kehidupan bernegara, dimana kehidupan bernegara dijalankan dan dilakukan adalah
karena salah satu nya untuk menciptakan kehidupan manusia yang damai dan tertib. Untuk
mencapai hal tersebut maka dibuat suatu hukum dasar yang berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara, hukum dasar tersebut adalah konstitusi.
Dalam sejarah kenegaraan konstitusi dibentuk dalam rangka membatasi kekuasaan para raja
yang bertindak sewenang-wenang pada waktu itu. Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum
dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut
dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi
konstitusi itu adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang
menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi.14
Kesadaran akan pentingnya suatu kosntitusi bahkan telah ada sejak lama, yaitu pada
tahun 622 Masehi. Dimana pada tahun tersebut tebentuk Piagam Madinah yang merupakan
piagam tertulis pertama dalam sejararah umat manusia, yang menurut para ahli, piagam madinah
dapat disebandingkan dengan konstitusi moderm neraga-negara saat ini.
Konstitusi adalah penting bagi suatu negara, ialah karena salah satu tujuan dibentuknya
konstitusi adalah untuk membatasi kekuasaan badan-badan penyelenggara negara. Walton H.
Hamilton dengan paham konstitualisme dalam artikel yang ditulisnya Constitusionalism tahun
1930 mengatakan bahwa konstitusi untuk pengaturan negara, sehingga dinamika kekuasaan dan
proses pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan. 15
14
Jimly Asshiddiqie. Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Hlm 1
15
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi dan Konstitusionalisme. Hml 19
12
konstitusional. Undang-Undang Dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan
pemerintah sedemikian rupasehingga penyelenggaraan.
Kedudukan konstitusi yang memiliki peran yang penting dalam suatu negara juga dapat dilihat
dari fungsi konstitusi itu sendiri. Dimana jika tidak ada konstitusi dalam suatu negara maka fungsi-fungsi
ini dapat tidak terlaksanakan dan mengakibatkan keadaan negara menjadi chaos dan memberikan
dampak buruk yang besar terhadap warga negara. Fungsi-fungsi tersebut menurut Jimly Asshidiq antara
lain 4 :
16
K.C. Wheare. Konstitusi-Konstitusi Modern. Surabaya : Pustaka Eureka. 2005. Hlm 91
13
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Asshiddiqie, Jimly, Membangun Budaya Sadar Berkonstitusi Untuk Mewujudkan yang
Demokratis, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2010.
Asshiddiqie, Jimly, “Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia”. Jakarta, Konstitusi Press,
2006.
Budiharjo Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1998.
Dahlan Thaib DKK, 2008, Teori dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Daliyo J. B. dkk, Pengantar Ilmu Hukum : Buku Panduan Mahasiswa, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1996
Hermawan, Erman, Politik Membela yang Benar, Teori Kritik dan Nalar, Jakarta: Garda Bangsa,
2001
K.C. Wheare, Konstitusi-Konstitusi Modern, Pustaka Eureka, Surabaya, 2005
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada Yogyakarta,
2005
Moh. Koesnardi dan Bintan R. Saragih, 1988, Ilmu Negara, Cetakan ke-2, Gaya Media Pratama,
Jakarta
Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic Eduatin) Demokrasi Hak Asasi Manusia
Masyarakat Madani, Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003.
Internet:
Akibat Tidak adanya Konstitusi , https://brainly.co.id/tugas/1463705
14