Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Hukum Konstitusi yang diampu
oleh :
Disusun Oleh
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta rasa syukur, marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan sejuta nikmat yang harus selalu kita syukuri. Sholawat beserta
salam mari kita haturkan kehadirat agung Baginda Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah memberikan jalan pencerahan tatkala ummat sedang dalam kegelapan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Materi Muatan Konstitusi...................................................................................3
B. Klasifikasi Konstitusi...........................................................................................5
C. Nilai Konstitusi.....................................................................................................9
D. Sifat Konstitusi...................................................................................................11
E. Daya Ikat Konstitusi..........................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................15
A. KESIMPULAN...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah konstitusi awalnya berasal dari Yunani Kuno Politea dan bahasa
latin Constitutio yang berarti “Hukum atau Prinsip”. Untuk pengertian
constitution dalam bahasa Inggris, bahasa Belanda membedakan antara constitutie
dan grondwet, sedangkan bahasa Jerman membedakan antara verfassung dan
grundgesetz, bahkan dibedakan pula antara grundrecht dan grundgesetz seperti
antara grondrecht dan grondwet dalam bahasa Belanda. 1 Artinya, yang dinamakan
konstitusi itu tidak saja aturan yang tertulis, tetapi juga apa yang dipraktikkan
dalam kegiatan penyelenggaraan negara, dan yang diatur itu tidak saja berkenaan
dengan organ negara beserta komposisi dan fungsinya, baik di tingkat pusat
maupun di tingkat pemerintahan daerah. Tetapi juga mekanisme hubungan antara
negara atau organ negara itu dengan warga Negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Muatan Konstitusi ?
1
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Kosntitualisme. Konpress, Jakarta 2006., hlm. 1
1
2. Apa yang dimaksud dengan Nilai Konstitusi ?
3. Apa yang dimaksud dengan Sifat Konstitusi ?
4. Apa yang dimaksud dengan Klasifikasi Kontitusi ?
5. Bagaimana dengan Faktor Daya Ikat Konstitusi ?
C. Tujuan
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Muatan Konstitusi ?
2. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Nilai Konstitusi ?
3. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Sifat Konstitusi ?
4. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Klasifikasi Kontitusi ?
5. Untuk memahami bagaimana Faktor Daya Ikat Konstitusi ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Henc van Maarseveen dan Ger van der Tang dalam sebuah studinya
terhadap konstitusi-konstitusi di dunia dan yang dituangkan dalam buku dengan
judul Written Constitution, antara lain mengatakan bahwa:
Kedua ahli Hukum Tata Negara Belanda di atas mengatakan, bahwa selain
sebagai dokumen nasional, konstitusi juga sebagaj alat untuk membentuk sistem
politik dan sistem hukum negaranya sendiri. Itulah sebabnya, menurut A.A.H.
Struycken Undang-Undang Dasar (grondwet) sebagai konstitusi tertulis
merupakan sebuah dokumen formal yang berisi :
2
Sri Soemantri M, Fungsi Konstitusi Dalam Pembatasan Kekuasaan, Raja Grafindo, Jakarta, 1996.,
hlm. 4
3
Pertama, ada yang menganggap bahwa konstitusi semata-mata hanya dokumen
hukum dan isinya hanya berupa aturan-aturan hukum saja, tidak lebih dari itu.
Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa konstitusi tidak hanya berisi kaidah-
kajdah hukum saja, akan tetapi berisi pernyataan tentang keyakinan, prinsip-
prinsip, dan cita-cita.
3
K.C. Wheare, Modern Constitutions, Nusamedia, Bandung, 2010., Hlm33-34
4
Sri Soemantri M., Fungsi…, op.cit., hlm. 51
4
atas kita perbandingkan dengan Strong, secara umum dapat dikatakan bahwa
antara keduanya tidak terdapat perbedaan yang mendasar. Dan apabila perumusan
konstitusi, baik dari pakar ilmu politik Inggris dan pakar ilmu hukum tata negara
kita kaji, apa yang dikemukakan pada hakikatnya mengatur pembatasan
kekuasaan dalam negara.
B. Klasifikasi Konstitusi
5
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori Dan Hukum Konstitusi, Raja Grafindo, Jakarta,
2013., hlm. 15-16
5
Dari sekian banyak ahli yang dianggap mewakili adalah salah seorang ahli
konstitusi dari Inggris, yajtu K.C. Wheare yang berpendapat tentang macam-
macam klasifikasi suatu konstitusi atau Undang-Undang Dasaf; Wheare
mengungkapkan panjang lebar mengenai macam-macam konstitusi dilengkapi
dengan beberapa contoh konstitusi di beberapa negara, namun pada intinya
sebagai Berikut :
6
Adapun ciri-ciri khusus dari konstitusi fleksibel menurut Bryce adalah:
a) Elastis
b) diumumkan dan diubah dengan cara yang sama seperti undang-undang.
c) Berbeda dengan ciri-ciri pokok dari konstitusi yang rijid, meliputi: (a)
mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan
perundang-undangan yang lain, dan (b) hanya dapat diubah dengan cara
yang khusus atau istimewa atau dengan persyaratan yang berat.
7
a) Di samping mempunyai kekuasaan “nominal" sebagai Kepala Negara,
presiden juga berkedudukan sebagai Kepala Pemerintahan (yang belakang
ini lebih dominan).
b) Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi
dipilih langsung oleh.rakyat atau dewan pemilih seperti Amerika Serikat.
Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif. Presiden tidak
dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif dan tidak dapat
memerintahkan diadakan pemilihan.
6
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori…., Op.Cit., hlm. 20-21
8
C. Nilai Konstitusi
1) Nilai normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi
mereka konstitusi tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi
juga merupakan suatu kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan
dan efektif. Dengan kata lain konstitusi itu dilaksanakan secara murni dan
konsekuen.
Apabila konstitusi telah resmi diterima oleh suatu bangsa. Maka konstitusi
bukan saja berlaku dalam arti hukum (legal), tetapi juga merupakan suatu
kenyataan (reality) dalam arti sepenuhnya secara murni. Dengan demikian tugas
dan kewenangan lembaga-lembaga Negara, seperti ekseskutif, legislatif dan
yudikatif tercantum dalam konstitusi dan bernilai normatif.
2) Nilai nominal
3) Nilai semantik
7
Efriza, Ilmu Politik dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, Alfabeta, Bandung, 2013., hlm
219-220
9
hanya sekedar istilah saja, sedangkan pelaksanaannya tergantung pada
kepentingan pihak penguasa. Konstitusi ini nilainya hanya semantik saja..8
D. Sifat Konstitusi
8
H. Ahmad sukarja, Hukum tata Negara dan hukum Administrasi Negara, Sinar Grafika, Jakarta,
2012., hlm. 94
9
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006, hlm.136
10
Diakses melalui : http://hanisitinurjanah.blogspot.com/2015/04/makalah-nilai-penting-
konstitusi.html, pada hari Senin 23 September 2019, Pukul 05.39
10
Secara umum, suatu konstitusi memiliki sifat-sifat antara lain, formal dan
materiil, tertulis dan tidak tertulis serta flexibel (luwes) dan rigid (kaku) sebagai
berikut :
Konstitusi dalam arti formal berarti konstitusi yang tertulis dalam suatu
ketatanegaraan suatu Negara. Dalam pandangan ini suatu konstitusi baru
bermakna apabila konstitusi tersebut telah berbentuk naskah tertulis dan
diundangkan , misal UUD 1945.
Konstitusi materiil adalah konstitusi yang jika dilihat dari segi isinya yang
merupakan peraturan bersifat mendasar dan fundamental[8]. Artinya tidak semua
masalah yang penting harus dimuat dalam konstitusi, melainkan hal-hal yang
bersifat pokok, dasar, atau asas-asasnya saja.
11
Naskah konstitusi atau undang-undang dasar dapat bersifat flexsibel atau
rigid. Menurut kusnardi dan Harmaily ibrahim untuk menentukan suatu konstitusi
itu bersifat rigid dapat dipakai ukuran sebagai berikut :
Karena tingkatannya yang lebih tinggi, konstitusi yang juga menjadi dasar
bagi peraturan-peraturan hukum lainnya yang lebih rendah, para penyusun atau
perumus undang-undang dasar selalu menganggap perlu menentukan tata cara
perubahan yang tidak mudah. Dengan prosedur yang tidak mudah pula orang
untuk mengubah hukum dasar negaranya. Kecuali apabila hal itu memang
sungguh-sungguh dibutuhkan karena pertimbangan objektif dan untuk
kepentingan seluruh rakyat, serta bukan untuk sekedar memenuhi keinginan atau
kepentingan segolongan orang yang berkuasa saja. Oleh karena itu biasanya
prosedur perubahan undang-undang dasar diatur sedemikian berat dan rumit
syarat-syaratnya sehingga undang-undang dasar yang bersangkutan menjadi
sangat rigid dan kaku. Konstitusi yang bersifat rigid menetapkan syarat perubahan
dengan cara yang istimewa, misalnya dalam sistem parlemen bikameral, harus
disetujui lebih dahulu oleh kedua kamar parlemennya. Misal negara yang
mempunyai konstitusi bersifat rigid adalah amerika serikat, australia, kanada dan
swiss.
12
Konstitusi yang fleksibel lain ialah konstitusi yang mudah mengikuti
perkembangan zaman, memuat hal penting didalamnya termasuk pokok-pokok
isinya yakni mengikuti perkembangan masyarakat, karena pengaturannya lebih
lanjut kepada bentuk perundang-undangan yang posisinya lebih bawah sehingga
mudah dibuat dan dirubah.
13
Kristalisasi atau Proses Politik yang Disepakati dan Diakui Rakyat. Dengan
demikian Konstitusi sebagai Produk Kristalisasi Politik tersebut Mengikat Rakyat.
BAB III
PENUTUP
11
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori…., Op.Cit., hlm. 44-45
14
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
15
Ahmad sukarja, Hukum tata Negara dan hukum Administrasi Negara, Sinar
Grafika, Jakarta, 2012.,
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi, Ni’matul Huda, Teori Dan Hukum Konstitusi, Raja
Grafindo, Jakarta, 2013.
Efriza, Ilmu Politik dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, Alfabeta,
Bandung, 2013.,
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Kosntitualisme. Konpress, Jakarta 2006
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2006,
K.C. Wheare, Modern Constitutions, Nusamedia, Bandung, 2010
Sri Soemantri M, Fungsi Konstitusi Dalam Pembatasan Kekuasaan, Raja
Grafindo, Jakarta, 1996.
INTERNET
Diakses melalui : http://hanisitinurjanah.blogspot.com/2015/04/makalah-nilai-
penting-konstitusi.html, pada hari Senin 23 September 2019
16