Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Perkembangan Dan Pembentukan Konstitusi Negara Kamboja”

“Dosen Pengampuh : Ahmad Wijaya, SH.,MH”

Di susun Oleh :

Widhia Astuti Manoppo


(1011421114)

KELAS F
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
SEMESTER IV
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Sejarah Perkembangan dan Pembentukan
Mahkamah Konstitusi diKamboja” ini dapat tersusun hingga selesai.Tidak lupa juga
saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Selain itu, pembuatan makalah ini juga
bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para
pembaca.

Gorontalo,12 Maret 2023

Widhia Astuti Manoppo


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4

1.1Latar Belakang........................................................................................................................ 4

2.2 Rumusan Masalah................................................................................................................ 5

2.3 Tujuan....................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................... 6

2.1 Konstitusi................................................................................................................................ 6

2.2 Konstitusi di dunia............................................................................................................... 8

2.3 Perkembangan Konstitusi di Kamboja.........................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 14

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum yang
merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis.1

Dapat dikatakan bahwa negara pertama di dunia yang membentuk lembaga


Mahkamah Konstitusi adalah Austria, yaitu pada tahun 1920. Sesudah itu, baru lah
ide pembentukan Mahkamah Konstitusi itu ditiru dan diikuti oleh negara-negara
lain. Pada saat Indonesia membentuk Mahkamah Konstitusi pada tahun 2003, di
dunia sudah tercatat ada 78 negara yang memiliki lembaga Mahkamah Konstitusi
itu yang berada di luar struktur Mahkamah Agung. Ide pembentukan lembaga ini
bermula dari usulan Prof. Hans Kelsen, seorang ahli hukum tatanegara terkenal,
yaitu ketika ia diangkat menjadi penasihat ahli dalam rangka ide perancangan
konstitusi baru Austria pada tahun 1919. Dialah yang mengusulkan dibentuknya
lembaga ini yang kemudian dinamakan “verfassungsgerichtshof” atau Mahkamah
Konstitusi yang secara resmi dibentuk dengan undang-undang pada tahun 1920.

Namun demikian, jauh sebelum gagasan pembentukan lembaga Mahkamah


Konstitusi itu dikembangkan, sebenarnya ide „constitutional review‟ (pengujian
konstitusional) atau „judicial review‟ (pengujian oleh hakim) itu sendiri sudah
dipraktikkan oleh pengadilan Amerika Serikat sejak awal abad ke-19. Tepatnya,
kasus pertama yang melahirkan ide besar dalam sejarah hukum dan peradilan di
dunia yang kemudian kita kenal dengan mekanisme peradilan konstitusi itu justru
terjadi di Amerika Serikat, yaitu dalam perkara Marbury versus Madison yang
diputus oleh Mahkamah Agung Amerika Serikat pada tahun 1803. Sejak itulah ide
„constitutional review‟ dan „judicial review‟ mengundang perdebatan

1
Saraswati, Retno. "Problematika Hukum Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan." Jurnal Yustisia 2.3 (2013): 97-103.
kontroversial di dunia dan pada akhirnya diterima sebagai keniscayaan dalam
praktik di seluruh negara demokrasi modern di dunia sampai sekarang. 2

2.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Konstitusi ?
2. Bagaimana perkembangan Konstitusi dunia?
3. Bagaimana Perkembangan Konstitusi di Kamboja?

2.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu Konstitusi
2. Untuk Mengetahui bagaimana perkembangan Konstitusi dunia
3. Untuk Mengetahui bagaimana Perkembangan Konstitusi di Kamboja

2
Asshiddiqie, J. (2013). Sejarah Constitutional Review dan Gagasan Pembentukan Mahkamah
Konstitusi. dalam laman http://jimlyschool.com/read/analisis/276/sejarah-constitutionalreview-
gagasan-pembentukan-mk/, diakses pada, 21.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konstitusi
Konstitusi berasal berasal dari bahasa Inggris Contitution, atau bahasa
Belanda Contitute, yang artinya undang-undang dasar. Orang Jerman dan Belanda
dalam percakapan sehari-hari menggunakan kata Grondwet yang berasal dari
suku kata grond = dasar dan wet = undang-undang, yang kedua-duanya menunjuk
pada naskah tertulis. Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran
umumnya dapat berarti pertama lebih luas dari undang-undang dasar karena
pengertian undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja pada hal
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang
dasar. Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar karena hanya
berisi aturan tertulis.3

Konstitusionalisme adalah gagasan dengan sejarah yang panjang. Tugas


utamanya adalah membatasi kekuasaan, karena di masa lalu kekuasaan dianggap
terlalu luas, seolah-olah tidak terbatas. Pembatasan kekuasaan terutama dicapai
melalui undang-undang, terutama konstitusi. Hampir dapat dipastikan bahwa
negara-negara di seluruh dunia selalu mengacu pada konstitusi mereka ketika
mengatur kehidupan nasional. Negara-negara yang mengakui supremasi hukum
dan kedaulatan rakyat dalam konsepsi pemerintahannya telah menjadikan
konstitusi sebagai norma tertinggi, bersama dengan norma-norma hukum lainnya.
Sementara makna istilah konstitusi dapat ditafsirkan secara sempit atau luas,
definisi sempit dari konstitusi adalah konstitusi.4

Sementara itu dalam kamus Black’s Law Dictionary, bahwa pengertian


konstitusi adalah “the fundamental and organic law of a nation or state,
establishing the conception, character, and organization of its government, as

3
BAB, I. A. Pengertian Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1. Konstitusi.
4
Ilmi, N. (2023). Tinjauan Umum Tentang Konstitusi.
well as prescribing the extent of its sovereign power and the manners of its
exercise”.5

Untuk mendapatkan pemahaman tentang apa itu konstitusi, Adapun


beberapa rumusan para ahli sebagai berikut :

1. K.C.Wheare menjelaskan, konstitusi adalah aturan hukum yang


menetapkan kerangka dasar suatu negara dan mengatur tentang
susunan pemerintahan.
2. James Bryce menyatakan, konstitusi ber-fungsi menetapkan
lembaga-lembaga negara dan mengatur fungsi dan batas
haknya.
3. Russell F.More mengemukakan, konstitusi mengatur hubungan
antara pemerintah dan warganya.6
4. L.J. Van Apeldoorn telah membedakan secara jelas di antara keduanya,
kalau grondwet (Undang-Undang Dasar) adalah bagian tertulis dari
suatu konstitusi, sedangkan constitution (konstitusi) memuat baik
peraturan tertulis maupun yang tidak tertulis.7
5. Menurut Sri Soemantri M, dalam disertasinya mengartikan konstitusi
sama dengan Undang-Undang Dasar. Penyamaan arti dari keduanya ini
sesuai dengan praktek ketatanegaraan di sebagian besar negara-negara
dunia termasuk di Indonesia.8
6. menurut pendapat Solly Lubis bahwa konstitusi memiliki dua
pengertian yaitu konstitusi tertulis (undang-undang dasar) dan konstitusi
tidak tertulis (konvensi)9

5
Taqiuddin, H. (2021). Gagasan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Politik, Konstitusi Ekonomi, dan
Konstitusi Sosial. Jurnal Econetica: Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi, dan Bisnis, 3(2), 39.
6
Effendi, S. (2011). Konstitusionalisme dan Konstitusi Ditinjau dari Perspektif Sejarah. Humanus:
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora, 10(1), 73-81.
7
Sari, Indah. "Konstitusi Sebagai Tolak Ukur Eksistensi Negara Hukum Modern." Jurnal Ilmiah
Hukum Dirgantara 9.1 (2018).
8
Huda, Miftakhul. "Pengujian UU dan Perubahan Konstitusi: Mengenal Lebih Dekat Gagasan Sri
Soemantri." Jurnal Konstitusi 6.4 (2009).
9
M. Solly Lubis, 1978, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, hlm. 45.
2.2 Konstitusi di dunia
Konstitusi dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
yang merupakan hasil pembentukan pemerintahan pada suatu negara yang
biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Dalam kasus pembentukan
negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum,
istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai
prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam
bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada
umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang
mendefinisikan fungsi pemerintahan negara10.

Konstitusi dan konstitusionalisme merupakan dua kata yang saling


berhubungan dan saling meneguhkan eksistensi. Secara harfiah, konstitusi
diartikan sebagai segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan. Apabila
dilacak lebih jauh, kata konstitusi berasal dari bahasa Prancis constituer yang
berarti membentuk. Maksudnya adalah pembentukan suatu negara, atau
menyusun atau menyatakan suatu negara. Adapun kata “konstitusionalisme”
diartikan sebagai paham pembatasan kekuasaan dan jaminan hak rakyat melalui
konstitusi.11

 Fungsi Konstitusi

Jimly mengemukakan terdapat 10 fungsi konstitusi, yaitu :

1. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.


2. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara.
3. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antarorgan negara dengan warga
negara.

10
Samudra, Kaharudin Putra. "Peran Konstitusi Negara Dalam Mengawal Bangkitnya Kehidupan
Warga Negara Pasca Wabah Virus Covid-19." Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman 7.2 (2020).
11
E Jurnal PARDEDE, NICO SARE. "KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
UMUM SEBAGAI PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
INDONESIA." (2022).
4. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
5. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang
asli (rakyat) kepada organ negara.
6. Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
7. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
8. Fungsi seimbolik sebagai pusat upacara (ceremony).
9. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit
hanya di bidang politik maupun dalam arti luas mencakup bidang sosial dan
ekonomi.
10. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaharuan masyarakat, baik
dalam arti sempit maupun dalam arti luas.

2.3 Perkembangan Kontitusi di Kamboja


Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama
abad ke-3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun
daerah Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan China dan
India. Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan
berkuasa pada abad ke9 sampai abad ke-13.Kerajaan Khmer masih bertahan
hingga abad ke-15. Ibukota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah
yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada
saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer.12

Benih demokrasi Kamboja sebenarnya telah ada sebelum Kamboja


memperoleh kemerdekaan penuh dari Prancis tahun 1953. Norodom Sihanouk
yang dipilih oleh pemerintah kolonial Prancis menjadi Raja pada tahun 1941 telah
mempunyai hasrat akan demokrasi. Partai politik mulai terbentuk pada 1946,
diikuti pemilihan umum pertama Majelis Nasional pada bulan Desember 1947
12
M. Budiana, POLITIK DAN PEMERINTAHAN SERTA PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM DI
KERAJAAN KAMBOJA, JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.12, NO.2 (JULI-DESEMBER 2013),366.
yang diikuti tiga partai, yaitu Democrat Party, Democratic Progressive Party, dan
Liberal Party. Konstitusi 1947 mengakui institusi politik seperti Majelis Nasional,
Pengadilan, dan Pemerintah Kerajaan. Konstitusi 1947 yang merupakan konstitusi
pertama Kamboja ini juga mencakup prinsip-prinsip liberal terkait hak-hak politik
dan kebebasan fundamental serta perlindungan terhadap hak milik pribadi di
bidang ekonomi dan sosial13

Kerajaan Kamboja adalah sebuah negara berbentuk monarki konstitusional


diAsia Tenggara. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah
menguasai seluruh Semenanjung Indochina antara abad 11 hingga abad 14. Bentuk
pemerintahan suatu negara yang dipimpin oleh seorang raja namun kekuasaan
raja dibatasi oleh undang-undang dasar (konstitusi). Berdasarkan Konstitusi 1993,
Kamboja adalah negara kerajaan yang menganut sistem demokrasi liberal,
pluralisme dan ekonomi pasar. Raja Kamboja menjabat sebagai kepala negara,
tetapi tidak memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri dengan
dibantu oleh para menteri yang tergabung dalam dewan menteri (council of
minister). Kamboja merupakan parlemen bikameral, Dewan Nasional Kamboja
(123 kursi yang dipilih langsung untuk jangka waktu 5 tahun) dan senat (61 kursi,
yang terdiri dari: 2 kursi dipilih oleh monarki; 2 kursi dipilih oleh dewan nasional;
dan 57 kursi dipilih oleh parlemen dan perwakilan masyarakat untuk jangka
waktu 5 tahun).14

 Hubungan dengan raja

Raja harus berkonsultasi dengan Mahkamah Konstitusi Kamboja mengenai


rencana-rencana untuk mengubah Konstitusi Kamboja. Inisiatif revisi atau
amendemen Konstitusi milik Raja kemudian akan diteruskan kepada Perdana
Menteri dan kepada Ketua Majelis Nasional serta harus disetujui paling sedikit
oleh seperempat Anggota Majelis Nasional.
13
Sinaga, L. C. (2013). Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Demokrasi Dan Ham Di ASEAN: Studi Kasus
Kamboja, Laos, Myanmar, Dan Vietnam. Jurnal Penelitian Politik| Volume, 10(1), 127-142.
14
Bangun, B. H. (2019). PERBANDINGAN SISTEM DAN MEKANISME HAM NEGARA-NEGARA
ANGGOTAASEAN: TINJAUAN KONSTITUSI DAN KELEMBAGAAN (Comparison of The Human Rights
System and Mechanism of ASEAN Members: A Constitutional and Institutional Review). Jurnal
Penelitian HAM Vol, 10(1).
Setelah mendapatkan persetujuan dari Perdana Menteri dan Majelis
Nasional kemudian Mahkamah Konstitusi Kamboja akan memberikan
pandangan-pandangan mengenai usul revisi atau amendemen tersebut kepada
Raja. Jika semua pihak telah setuju dengan revisi atau amendemen maka pihak
Kerajaan akan mengirimkan keputusan akhir mengenai revisi atau
amendemen tersebut kepada Perdana Menteri dan Majelis Nasional Kamboja.

 Hubungan dengan rakyat

Warga negara sebagai pihak dalam proses hukum, dapat mengajukan


pertanyaan tentang inkonstitusionalitas undang-undang atau keputusan
lembaga negara. Lembaga yurisdiksi di tingkat bawah harus mengajukan
pengaduan tersebut ke Mahkamah Agung. Jika Mahkamah Agung menganggap
pengaduan itu sah, maka pengaduan itu akan diteruskan ke Mahkamah
Konstitusi Kamboja. Pertanyaan yang diangkat disebut pertanyaan sela.
Pengadilan yang bertanggung jawab atas persidangan harus menunda
sidangnya dan menunggu jawaban dari Mahkamah Konstitusi Kamboja. Selain
di luar kasus pengadilan, rakyat juga memiliki hak untuk mengajukan uji
konstitusionalitas undang-undang kepada Mahkamah Konstitusi melalui Ketua
Senat, Ketua Majelis Nasional, seperempat dari senator atau sepersepuluh dari
anggota Majelis Nasional.

Selama pemilihan anggota Majelis Nasional dan Senat, Mahkamah


Konstitusi dapat menerima pengaduan warga yang menentang keputusan
Panitia Pemilihan Nasional

 Hubungan dengan partai politik

Mahkamah Konstitusi Kamboja dapat memeriksa dan memutuskan


pengaduan langsung dari setiap partai politik dalam waktu 72 jam setelah
pengumuman hasil sementara pemilihan atau pengaduan banding dari partai
politik yang menentang keputusan Panitia Pemilihan Nasional. Dewan
Konstitusi memiliki wewenang untuk memutuskan tentang litigasi terkait
dengan pemilihan anggota Majelis Nasional dan anggota Senator. Misalnya
seperti pengaduan tentang daftar pemilih awal pada saat pendaftaran pemilih
dan pengaduan mengenai kejadian selama pemilihan kampanye. Untuk kasus-
kasus seperti ini maka Mahkamah Konstitusi akan bertindak sebagai
Pengadilan.15

Mahkamah Konstitusi terdiri dari satu orang ketua dan 8 anggota. Ketua
dipilih setiap tiga tahun sekali oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 9
Anggota Dewan dengan suara bulat. Ketua Mahkamah Konstitusi memiliki
pangkat dan hak prerogatif dari Ketua Majelis Nasional sedangkan anggota
memiliki pangkat dan hak prerogatif dari Wakil Ketua Majelis Nasional. Masa
bakti anggota Mahkamah Konstitusi adalah 9 tahun, tetapi sepertiga anggota
diganti setiap 3 tahun. Untuk masa bakti pertama, 3 anggota ditunjuk atau
dipilih untuk jangka waktu masing-masing 3, 6, dan 9 tahun. Tiga orang
anggota ditunjuk oleh Raja Kamboja sementara Majelis Nasional Kamboja dan
Dewan Tertinggi Kehakiman Kamboja akan memilih 3 anggotanya masing-
masing untuk menjabat di Mahkamah Konstitusi Kamboja. Semua Anggota
Dewan Konstitusi akan dipilih di antara orang-orang berpangkat tinggi dari
kewarganegaraan Khmer melalui kelahiran, berusia setidaknya 45 tahun,
memegang ijazah tinggi dalam hukum, administrasi, diplomasi atau ekonomi
dan memiliki pengalaman profesional setidaknya 15 tahun.

Dewan Konstitusi Kamboja tidak dapat memeriksa masalah apapun atas


inisiatifnya sendiri. Hanya Raja, Presiden Senat, Presiden Majelis Nasional,
Perdana Menteri, seperempat dari Senator, sepersepuluh anggota Majelis
Nasional, atau Pengadilan yang dapat meminta Dewan Konstitusi untuk
memeriksa konstitusionalitas hukum. Orang dan partai politik dapat
mengajukan permintaan atau mengajukan pengaduan dalam kondisi seperti
yang dinyatakan di dalam Konstitusi 1993. 16
15
Bangun, B. H. (2019). PERBANDINGAN SISTEM DAN MEKANISME HAM NEGARA-NEGARA
ANGGOTAASEAN: TINJAUAN KONSTITUSI DAN KELEMBAGAAN (Comparison of The Human Rights
System and Mechanism of ASEAN Members: A Constitutional and Institutional Review). Jurnal
Penelitian HAM Vol, 10(1).
16
"Constitutional Council of Cambodia". www.ccc.gov.kh. Diakses tanggal 12-03-2023
 Interpretasi dan peninjauan konstitusi

Mahkamah Konstitusi Kamboja dapat menafsirkan Konstitusi dan undang-


undang Kamboja, dalam rangka pemeriksaan konstitusionalitas. Penafsiran ini
dapat diminta oleh Raja, Ketua Senat, Ketua Majelis Nasional, Perdana Menteri,
seperempat dari para senator, sepersepuluh dari anggota Majelis Nasional atau
oleh pengadilan. Dalam kondisi yang tersebut, Mahkamah Konstitusi Kamboja
dapat memeriksa konstitusionalitas undang-undang sebelum atau setelah
pengumuman. Kondisi ini terkecuali untuk undang-undang organik, aturan
prosedur Senat dan Majelis Nasional yang harus diperiksa sebelum
pengundangan atau penerapannya.

 Kedaulatan nasional

Mahkamah Konstitusi Kamboja adalah satu-satunya lembaga yang


kompeten yang memiliki wewenang untuk membatalkan keputusan apapun
dari Majelis Nasional yang bertentangan dengan prinsip menjaga
kemerdekaan, kedaulatan, integritas wilayah, dan yang merongrong persatuan
politik atau manajemen administrasi negara. Keputusan-keputusan Mahkamah
Konstitusi Kamboja bersifat final tanpa tanggung jawab dan memiliki
wewenang atas semua kekuatan yang dilembagakan yang diatur dalam
Konstitusi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konstitusi berasal berasal dari bahasa Inggris Contitution, atau bahasa Belanda
Contitute, yang artinya undang-undang dasar. Orang Jerman dan Belanda dalam
percakapan sehari-hari menggunakan kata Grondwet yang berasal dari suku kata
grond = dasar dan wet = undang-undang, yang kedua-duanya menunjuk pada
naskah tertulis. Pengertian konstitusi dalam praktek ketatanegaran umumnya
dapat berarti pertama lebih luas dari undang-undang dasar karena pengertian
undang-undang dasar hanya meliputi konstitusi tertulis saja pada hal masih
terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercakup dalam undang-undang dasar.
Keduanya sama pengertiannya dengan undang-undang dasar karena hanya berisi
aturan tertulis. Mahkamah Konstitusi Kamboja adalah lembaga tertinggi yang
ditetapkan dalam Konstitusi 1993 untuk menjamin penghormatan terhadap
Konstitusi Kamboja, untuk menafsirkan Konstitusi dan undang-undang yang
diadopsi oleh Majelis Nasional dan sepenuhnya ditinjau oleh Senat, serta untuk
memeriksa dan memutuskan litigasi terkait dengan pemilihan Anggota Majelis
Nasional dan pemilihan para Senator. Mahkamah Konstitusi Kamboja mulai berdiri
pada tanggal 15 Juni 1998.
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, J. (2013). Sejarah Constitutional Review dan Gagasan Pembentukan
Mahkamah Konstitusi. dalam laman
http://jimlyschool.com/read/analisis/276/sejarah-constitutionalreview-
gagasan-pembentukan-mk/, diakses pada, 21.

BAB, I. A. Pengertian Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1. Konstitusi.

Bangun, B. H. (2019). PERBANDINGAN SISTEM DAN MEKANISME HAM NEGARA-


NEGARA ANGGOTAASEAN: TINJAUAN KONSTITUSI DAN KELEMBAGAAN
(Comparison of The Human Rights System and Mechanism of ASEAN
Members: A Constitutional and Institutional Review). Jurnal Penelitian HAM
Vol, 10(1).

E Jurnal PARDEDE, NICO SARE. "KAJIAN YURIDIS KEDUDUKAN BADAN


PENGAWAS PEMILIHAN UMUM SEBAGAI PENYELENGGARA PEMILIHAN
UMUM DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA." (2022)

Effendi, S. (2011). Konstitusionalisme dan Konstitusi Ditinjau dari Perspektif


Sejarah. Humanus: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Humaniora, 10(1), 73-81.

Huda, Miftakhul. "Pengujian UU dan Perubahan Konstitusi: Mengenal Lebih Dekat


Gagasan Sri Soemantri." Jurnal Konstitusi 6.4 (2009).

Ilmi, N. (2023). Tinjauan Umum Tentang Konstitusi.

M. Budiana, POLITIK DAN PEMERINTAHAN SERTA PELAKSANAAN PEMILIHAN


UMUM DI KERAJAAN KAMBOJA, JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.12,
NO.2 (JULI-DESEMBER 2013),366.

M. Solly Lubis, 1978, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, hlm. 45.

Samudra, Kaharudin Putra. "Peran Konstitusi Negara Dalam Mengawal Bangkitnya


Kehidupan Warga Negara Pasca Wabah Virus Covid-19." Jurnal Pendidikan
Sosial Keberagaman 7.2 (2020).
Saraswati, Retno. "Problematika Hukum Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan." Jurnal Yustisia 2.3
(2013): 97-103.

Sari, Indah. "Konstitusi Sebagai Tolak Ukur Eksistensi Negara Hukum


Modern." Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara 9.1 (2018).

Sinaga, L. C. (2013). Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Demokrasi Dan Ham Di ASEAN:


Studi Kasus Kamboja, Laos, Myanmar, Dan Vietnam. Jurnal Penelitian
Politik| Volume, 10(1), 127-142.

Taqiuddin, H. (2021). Gagasan UUD 1945 Sebagai Konstitusi Politik, Konstitusi


Ekonomi, dan Konstitusi Sosial. Jurnal Econetica: Jurnal Ilmu Sosial,
Ekonomi, dan Bisnis, 3(2), 39.

Anda mungkin juga menyukai