Anda di halaman 1dari 19

KONSTITUSI

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
PPKN yang dibina oleh
(Bapak Moh. Zaiful Rosyid, M. Pd)

Oleh :
Dila Safitri
NIM 21381092048
Dwi Septyana Nahriyatul Jannah
NIM 21381092049
Eka Liyana
NIM 21381092050
Elsa Mayora
NIM 21381092051

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
IAIN MADURA
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT., yang telah


memberikan rahmat, hidayah, beserta inayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Konstitusi”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah
limpahkan keharibaan junjungan kita Nabi Muhammad SAW., para sahabat, serta
para pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini kami susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah PPKN dengan dosen pengampu Bapak Moh. Zaiful Rosyid, M.
Pd.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman dalam
memberikan penjabaran yang lebih dalam menjadikan kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kami semua.
Kami selaku tim penyusun ingin meminta maaf sebanyak-banyaknya bila ada
penulisan nama, tempat dan kata yang kurang berkenan dihati para pembaca.

Pamekasan, 25 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. i


KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………............ 1
C. Tujuan …………………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………… 3
A. Istilah dan Pengertian Konstitusi …………………………………. 3
B. Isi, Fungsi, dan Nilai Konstitusi ………………………………….. 4
1. Isi Konstitusi Menurut Para Ahli …………………………….. 4
2. Fungsi Konstitusi ……………………………………………... 5
3. Nilai Konstitusi ……………………………………………….. 6
C. Klasifikasi Konstitusi ……………………………………………... 6
D. Piagam Madinah ………………………………………………….. 8
E. Sistem Perubahan Konstitusi di Dunia ………………………........ 9
F. Perubahan dan Amandemen Konstitusi di Indonesia …………….. 11
BAB III PENUTUP ……………………………………………………… 14
A. Kesimpulan ……………………………………………………….. 14
B. Saran ……………………………………………………………… 14
DAFTAR RUJUKAN …………………………………………………… 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua negara yang mengalami transisi ke demokrasi menjadikan
reformasi konstitusi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembaharuan
politik. Demikian pentingnya reformasi konstitusi ini sehingga kehadirannya
dipandang sebagai suatu keharusan. Tidak jelas benar kapan suatu negara yang
tengah mengalami transisi mulai melaksanakan reformasi konstitusi. Sejauh
yang dapat dibaca dari berbagai literatur mengenai transisi ke demokrasi,
pengalaman masing-masing negara dalam hal ini relatif berbeda. Misal, Filipina
mulai melakukan reformasi konstitusi dengan membentuk komisi konstitusi,
dimana tugas utamanya adalah menuliskan kembali Undang-Undang Dasar
Negeri itu tidak lama setelah Presiden Marcos dijatuhkan dan setelah
pemerintahan baru Cory Aquino terbentuk.
Suatu konstitusi dibuat untuk memenuhi kebutuhan, yaitu terciptanya
hubungan kekuasaan yang seimbang antara cabang-cabang kekuasaan yang ada.
Karena suatu konstitusi merupakan produk zamannya, tidak jarang ditulis untuk
mengakomodasi kepentingan kala itu. Sebenarnya tanpa adanya perubahan
besar, reformasi dapat dilakukan baik secara amandemen maupun perubahan
dan penggantian konstitusi. Hal ini dapat dilakukan ketika suatu konstitusi
sudah tidak mampu mengakomodasi kepentingan zaman. 1
Oleh karena itu, kami perlu membahas perkembangan konstitusi di
Indonesia sejak awal kemerdekaan sampai terjadinya reformasi konstitusi pasca
pemerintahan Orde Baru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa istilah dan pengertian dari konstitusi?

1
Kus Eddy Sartono, “Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai Era Reformasi,”
Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum 9, no. 1 (2009): 1,
https://journal.uny.ac.id/index.php/humanika/article/download/21011/11045.

1
2

2. Apa saja isi, fungsi, dan nilai konstitusi?


3. Sebutkan pengelompokan klasifikasi konstitusi!
4. Jelaskan mengenai Piagam Madinah!
5. Bagaimana sistem perubahan konstitusi di dunia?
6. Jelaskan terjadinya perubahan dan amandemen konstitusi di Indonesia!

C. Tujuan
1. Mengetahui istilah dan pengertian konstitusi.
2. Mengetahui isi, fungsi, dan nilai konstitusi.
3. Mengetahui klasifikasi konstitusi.
4. Mengetahui Piagam Madinah.
5. Mengetahui sistem perubahan konstitusi di dunia.
6. Mengetahui perubahan dan amandemen konstitusi di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Istilah dan Pengertian Konstitusi


Menurut Rukmana Amanwinata, istilah konstitusi antara lain berpadanan
dengan kata “constitution” (Bahasa Inggris), “constitutie” (Bahasa Belanda),
“constitutional” (Bahasa Prancis), “vervassung” (Bahasa Jerman), constitutio
(Bahasa Latin), dan “fundamental law” (Amerika Serikat).
Selain konstitusi, dikenal beberapa istilah lain, seperti Undang-Undang
Dasar dan hukum dasar. Pendapat ini terbagi menjadi 2, yaitu pertama,
pendapat yang membedakan antara konstitusi dengan Undang-Undang Dasar.
Kedua, pendapat yang menyamakan antara konstitusi dengan Undang-Undang
Dasar. Pada saat ini, pendapat kedua lebih diterima.
Berikut beberapa pandangan hukum mengenai konstitusi, diantaranya:
1. E. C. S. Wade: Konstitusi adalah Undang-Undang Dasar naskah yang
memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja badan-
badan tersebut.
2. K. C. Wheare: Konstitusi adalah aturan hukum yang menetapkan kerangka
dasar dari suatu negara dan mengatur tentang susunan pemerintahan.
3. Russel F. More: Konstitusi mengatur hubungan antara pemerintahan dan
warganya.
4. Ivor Jemming: Konstitusi berfungsi mengawasi pelaksanaan pemerintahan
(pengawasan konstitusional).
5. Hans Kelsen: Konstitusi merupakan hukum tertinggi dalam hukum
nasional.
6. Sri Soemantri: Hukum konstitusi merupakan bagian dari hukum tata negara.
7. John Pieres: Konstitusi (Undang-Undang Dasar) merupakan hukum
tertinggi yang mengatur penyelenggaraan negara serta merupakan
instrumen hukum dalam penyelenggaraan negara dan membatasi serta
mengendalikan kekuasaan negara.

3
4

8. Oliver Cromwell: Grungezetz (Undang-Undang Dasar) telah disamakan


dengan instrument of government, yaitu pegangan untuk pemerintah.

B. Isi, Fungsi, dan Nilai Konstitusi


1. Isi Konstitusi Menurut Para Ahli
Menurut K. C. Wheare, konstitusi minimal mengatur 3 hal, yaitu:
a. Struktur pemerintahan.
b. Hubungan timbal balik.
c. Deklarasi HAM sebagai subjek.
Bagir Manan dan Kuntana Magnar berpendapat bahwa lazimnya suatu
UUD hanya berisi:
a. Dasar-dasar mengenai jaminan terhadap hak-hak dan kewajiban
penduduk atau warga negara.
b. Dasar-dasar susunan atau organisasi negara.
c. Dasar-dasar pembagian dan pembatasan kekuasaan lembaga-lembaga
negara.
d. Hal-hal yang menyangkut identitas negara, seperti bendera dan bahasa
nasional.
Miriam Budiarjo berpendapat bahwa Undang-Undang Dasar memuat
soal-soal sebagai berikut:
a. Organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan
legislatif, eksekutif dan yudikatif serta hubungan antara ketiganya.
b. Hak-hak asasi manusia.
c. Prosedur mengubah Undang-Undang Dasar.
d. Adanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari Undang-
Undang Dasar.
e. Merupakan aturan hukum yang tertinggi mengikat semua warga negara
2
dan lembaga negara tanpa terkecuali.

2
Wira Atma Hajri, Studi Konstitusi UUD 1945 Dan Sistem Pemerintahan (Yogyakarta: Deepublish
Publisher, 2018), 1.
5

2. Fungsi Konstitusi
Dalam berbagai literatur hukum tata negara maupun ilmu politik,
fungsi konstitusi adalah sebagai dokumen nasional dan alat untuk
membentuk sistem politik dan sistem hukum negara. Karena itu, ruang
lingkup isi Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis sebagaimana
dikemukakan oleh A. A. H. Struycken memuat tentang:
a. Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau.
b. Tingkatan tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
c. Pandangan tokoh bangsa yang hendak mewujudkan baik waktu
sekarang maupun masa yang akan datang.
d. Suatu keinginan dimana perkembangan kehidupan ketatanegaraan
bangsa hendak dipimpin.
Dalam ranah masyarakat, politik memeliki arti dan kedudukan yang
sangat penting. Oleh karena itu, kekuasaan politik dan negara harus
diintegrasikan supaya tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abouse of
power) oleh seseorang yang sedang menjabat/berkuasa atas nama rakyat.
Sifat dasar/fundamental dari negara, yakni:
a. Negara cenderung bersifat memaksa (otoritas tidak terbantahkan).
b. Negara bersifat monopoli tujuan bersama.
c. Negara bersifat menguasai dan mencakup semua hal/bidang.
d. Negara dapat menggunakan kekuatan fisik secara sah untuk ditaati
peraturan dan keputusannya.
e. Negara dapat menjatuhkan sanksi/hukuman yang bersifat otoritatif.
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan eksekutif mempunyai 5
macam kekuasaan politik, yaitu:
a. Kekuasaan diplomatik (diplomatic power).
b. Kekuasaan administratif (administrative power).
c. Kekuasaan militer (military power).
d. Kekuasaan hukum/kehakiman (judicial power).
6

e. Kekuasaan legislasi (legislative power). 3

3. Nilai Konstitusi
Menurut Karld Loewenstein dalam penelitiannya menghasilkasilkan 3
jenis penilaian terhadap konstitusi, yaitu:
a. Nilai Normatif
Konstitusi berlaku tidak hanya dalam arti hukum (legal) tapi juga
dalam kenyataan (realitas).
b. Nilai Nominal
Konstitusi masih berlaku menurut hukum (legal) tetapi dalam
pelaksanaanya tidak sempurna karena ada pasal-pasal yang tidak
dilaksanakan.
c. Nilai Semantik
Konstitusi memang secara hukum berlaku tetapi hanya sekedar
memberi bentuk atau melaksanakan kekuasaan politik. Konstitusi
diadakan hanya untuk kepentingan pemegang kekuasaan. 4

C. Klasifikasi Konstitusi
1. Konstitusi Tertulis dan Tidak Tertulis
Konstitusi tertulis adalah konstitusi dalam bentuk dokumen yang
memiliki kesakralan khusus dalam proses perumusannya. Konstitusi ini
merupakan instrumen yang disusun untuk segala kemungkinan terjadi
dalam pelaksanaanya.
Sedangkan konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi yang
berkembang atas dasar adat istiadat. Konstitusi ini tidak membutuhkan
proses panjang, misal penentuan forum, model perubahan
amandemen/pembaruan dan prosedur perubahannya (referendum,
konvensi, atau pembentukan lembaga khusus).

3
Erie Hariyanto, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) (Surabaya: Pena Salsabila,
2013), 69.
4
Hajri, Studi Konstitusi UUD 1945 dan Sistem Pemerintahan, 4.
7

2. Konstitusi Fleksibel dan Kaku


Konstitusi yang dapat diubah atau diamandemen tanpa adanya
prosedur khusus dinyatakan sebagai konstitusi fleksibel. Sebaliknya,
konstitusi yang mensyaratkan prosedur khusus untuk
perubahan/amandemen merupakan konstitusi kaku/rigid.

3. Konstitusi Derajat Tinggi dan Tidak Derajat Tinggi


Konstitusi derajat tinggi adalah konstitusi yang mempunyai
kedudukan tertinggi dalam negara yang berada diatas peraturan perundang-
undangan yang lain, proses pengubahannya sangatlah berat. Sedangkan
konstitusi tidak derajat tinggi tidak mempunyai kedudukan tinggi dan
persyaratan untuk mengubah peraturan lain setingkat UUD.

4. Konstitusi Serikat dan Kesatuan


Bentuk ini berkaitan dengan bentuk suatu Negara. Jika bentuk suatu
negara serikat, maka akan didapatkan sistem pembagian kekuasaan antar
negara dengan pemerintahan negara bagian. Pembagian kekuasaan ini
diatur dalam konstitusi. Namun, di negara kesatuan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat yang diatur dalam
konstitusi yang disepakati.

5. Konstitusi Sistem Pemerintahan Presidensial dan Parlementer


Ciri pokok sistem pemerintahan presidensial, yaitu:
a. Presiden tidak dipilih oleh pemegang kekuasaan legislatif, akan tetapi
dipilih langsung oleh rakyat atau dewan pemilih, seperti AS dan
Indonesia.
b. Presiden tidak termasuk pemegang kekuasaan legislatif.
c. Presiden tidak dapat membubarkan pemegang kekuasaan legislatif/DPR
dan DPD, tidak dapat memerintahkan diadakannya pemilu lebih awal.
Sedangkan ciri sitem pemerintahan parlementer sebagai berikut:
a. Kabinet yang dipilih oleh perdana menteri dibentuk atau didasarkan
kekuatan politik yang menguasai parlemen/lembaga legislatif.
8

b. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya/sebagian adalah anggota


parlemen.
c. Perdana menteri bersama kabinet bertanggung jawab kepada parlemen.
d. Kepala negara dengan saran/nasehat perdana menteri dapat
membubarkan parlemen dan memerintahkan diadakannya pemilu. 5

D. Piagam Madinah
Piagam Madinah dibuat atas persetujuan bersama antara Nabi Muhammad
SA., dengan wakil penduduk kota Madinah setelah beliau hijrah dari kota
Mekkah kewarganegaraan Yastrib, nama kota Madinah pada tahun 622 M.
Menurut mantan Menteri Agama RI, Munawir Syadzali menyebutkan
bahwa Piagam Madinah merupakan dasar fundamental dalam meletakkan
negara yang majemuk dan multiteknis di Madinah berisi pokok-pokok sistem
pemerintahan yang berisi:
1. Semua pemeluk Islam meskipun berasal dari banyak suku tetapi mereka
merupakan satu komunitas bangsa (nation state).
2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dengan anggota
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:
a. Bertetangga baik.
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama atas nama bela
Negara Madinah.
c. Membela mereka yang mengalami teraniaya, advokasi yang
lemah/minoritas.
d. Jaminan kebebasan beragama. Madinah yang menurut pakar politik
kenegaraan sebagai konstitusi Negara yang pertama ini tidak
menyatakan agama resmi Negara.
Berikut isi dari Piagam Madinah:
1. Piagam Madinah berisi sebuah kontrak sosial (social contract), mengikuti
teori Modern Negara Demokrasi dan Trias Politika oleh Jean Jacques
Rousseas perihal sebuah “pactum unionist” berdirinya sebuah negara

5
Hariyanto, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), 82.
9

anggota masyarakat dengan sesorang yang dipercaya dan ditunjuk sebagai


pemegang kedaulatan rakyat Madinah.
2. Piagam Madinah memberikan legitimasi kepada warga negara dan
kewarganegaraan yang berbasis pluralitas, kebhinekaan warga negara
dengan sebutan konsepsi al-ummah sebagai negara bangsa yang bersatu.
3. Piagam Madinah memberikan jaminan Hak Asasi Manusia kepada setiap
warga negara tanpa dikriminasi dan supremasi hukum dijamin oleh
peradilan yang independen (imparsial).
4. Piagam Madinah menjamin kebebasan beragama walaupun masyarakat
minoritas dan Piagam Madinah tidak menyebutkan sebuah agama resmi
Negara. 6

E. Sistem Perubahan Konstitusi di Dunia


UUD 1945 dibentuk atau disusun oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Selain itu, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menetapkan UUD 1945 sebagai hukum dasar
bagi NKRI yang kemerdekaanya dibacakan dalam upacara Proklamasi pada
tanggal 17 Agustus 1945. Ketika bentuk Negara Republik Indonesia diubah
menjadi Negara Serikat (Federasi), diadakan penggantian konstitusi dari UUD
1945 menjadi Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) pada tahun 1949.
Pada tahun 1950, terjadi perubahan dari KRIS menjadi UUDS 1950.
Tahun 1955 diadakannya pemilu yang pertama kali secara demokratis dan
terbuka dengan diikuti oleh parpol yang beragam aliran, baik beraliran ideologis
agama, religious, nasionalis, maupun sosialis berperan dengan damai dan
terbuka. Partisipasi rakyat sebagai masyarakat yang sadar politik dapat menjadi
konstituen yang antusias dalam menyambut pesta demokrasi. Dari hasil pemilu,
terbentuklah Majelis Konstituante yang bertugas untuk merumuskan,
menyusun, dan menetapkan dasar maupun hukum Negara yang berfungsi
sebagai konstitusi baru bagi kelangsungan NKRI. Tetapi tugas itu gagal
diemban karena adanya perdebatan ideologis dan kepentingan kelompok yang

6
Ibid, 75.
10

tidak dapat dikompromikan sehingga Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit


Presiden 5 Juli 1959 yang berisi membubarkan Majelis Konstituante,
menetapkan kembali berlakunya UUD 1945, dan menyatakan tidak berlakunya
UUDS 1950.
Ketidaksempurnaan konstitusi Negara disebabkan oleh:
1. Susunan konstitusi merupakan hasil kompromi politik antar anggota partai
politik dan kelompok kepentingan dalam masyarakat atau dipengaruhi oleh
kepentingan market.
2. Kapabilitas dan kemampuan para anggota komisi konstituante sangat
terbatas dan tidak peka dalam menyerap aspirasi rakyat dan keterbatasan
waktu.
Menurut Sri Soemantri, perubahan sebuah Konstitusi (UUD) dapat
dilakukan oleh:
1. Perubahan konstitusi melalui sidang legislatif tetapi dengan pembatasan
tertentu
2. Perubahan melalui suatu rakyat dengan suatu referendum Nasional.
3. Berlaku khusus untuk Negara yang berbentuk Serikat/Federasi.
4. Suatu lembaga Negara yang khusus dibentuk untuk keperluan perubahan
konstitusi.
Menurut Miriam Budiarjo, ada 4 macam prosedur dalam perubahan
konstitusi, yaitu:
1. Sidang badan legislatif ditambah beberapa syarat. Misal ditetapkan forum
untuk sidang yang membicarakan usul perubahan UUD dan jumlah
minimum anggota legislatif untuk menerimanya.
2. Referendum atau plebisit.
3. Negara bagian dalam Negara Federal. Misal Negara USA dengan 3⁄4 dari
50 Negara bagian harus menyetujui.
Sedangkan menurut C. F. Strong, prosedur perubahan konstitusi ada 4
macam cara, yaitu:
1. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan legislatif
menurut pembatasan tertentu.
2. Perubahan konstitusi yang dilakukan oleh rakyat melalui suatu referendum.
11

3. Perubahan konstitusi berlaku dalam Negara Serikat yang dilakukan oleh


suatu bagaian.
4. Perubahan konstitusi yang dilakukan dalam suatu konvensi artinya
dilakukan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk untuk keperluan
perubahan.
Terdapat 3 pola dasar untuk melakukan perubahan materi atau isi UUD,
yaitu:
1. Memasukkan materi baru kedalam naskah UUD. Contoh Perancis, Jerman,
dan Belanda.
2. Mengganti naskah UUD secara keseluruhan. Kebanyakan Negara ini
tatanan politiknya belum mapan dan stabil masih terjadi jatuh bangunnya
pemerintahan. Contoh Negara miskin di Asia seperti Myanmar, Laos,
Kamboja, serta Negara Afrika meliputi Liberia, Chad, Kamerun, dan
Negeria.
3. Perubahan konstitusi dengan cara terpisah dari naskah yang berlaku. Hal ini
disebut dengan istilah amandemen pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya.
Naskah aslinya tetap ada dan utuh tetapi kebutuhan akan perubahan hukum
dasar dapat terpenuhi melalui naskah asli, seperti tatanan kenegaraan
Indonesia. Indonesia sudah melakukan perubahan yang keempat kalinya
pada UUD 1945 yang dikembangkan pertama kali oleh Negara USA. 7

F. Perubahan dan Amandemen Konstitusi di Indonesia


Perdebatan dan polemik terhadap wacana perubahan UUD 1945 dimulai
seiring dengan perkembangan politik hegemonik Orde Baru. Selain itu,
dipengaruhi oleh otoritarian rezim Presiden Soeharto yang berkuasa selama 32
tahun sehingga terjadi stagnasi politik kepemimpinan dan mensakralkan UUD
1945 dengan tindakan yang tidak demokratis serta represif kepada rakyat kritis.
Gerakan ini pecah pada tanggal 18 Mei 1998 yang dikenal dengan Gerakan
Reformasi oleh mahasiswa dan rakyat.

7
Ibid, 81.
12

Sebagian kalangan menghendaki perubahan total UUD 1945 karena


dianggap tidak sesuai dengan perkembangan politik dan ketatanegaraan
Indonesia. Kelompok lain berpendapat bahwa UUD masih relevan dengan
perkembangan politik dan tetap dipertahankan tetapi melakukan amandemen
pada pasal tertentu yang tidak sesuai dengan perkembangan politik. Kelompok
terakhir berpendapat bahwa UUD 1945 terdapat pembukaan jika diubah
berakibat pada perubahan consensus politik yang telah disepakati oleh para
pendiri bangsa (founding father).
Berdasarkan Bab XVI perubahan UUD pasal 37 dinyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan sekurang-kurangnya 1⁄3 dari jumlah anggota MPR.
2. Setiap usul perubahan UUD diajukan secara tertulis dan ditunjukkan dengan
jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR dihadiri sekurang-
kurangnya 2⁄3 dari jumlah anggota MPR.
4. Putusan mengubah pasal UUD dilakukan dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% ditambah 1 anggota MPR.
5. Khusus untuk bentuk NKRI tidak dapat dilakukan perubahan.

Dalam sejarah konstitusi, Indonesia telah terjadi beberapa kali perubahan


UUD 1945 sejak Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu:

1. UUD 1945 berlaku mulai 18 Agustus 1945-27 Desember 1949.


2. Konstitusi RIS berlaku 27 Desember 1949-17 Agustus 1950.
3. UUDS RI 1950 berlaku 17 Agustus 1950-5 Juli 1959.
4. UUD 1945 berlaku 5 Juli 1959-19 Oktober 1999.
5. UUD 19945 dengan amandemen UUD 1945 berlaku 19 Oktober 1999-18
Agustus 2000.
6. UUD 1945 dengan amandemen I dan II berlaku 18 Agustus 2000-9
November 2001.
7. UUD 1945 dengan amandemen I, II, dan III berlaku 9 November 2001-10
Agustus 2002.
13

8. UUD 1945 dengan amandemen I, II, III, dan IV berlaku 10 Agustus 2002. 8

8
Ibid, 86.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan aturan hukum yang mengatur pemerintahan dan
Warga Negara Indonesia berdasarkan UUD 1945. Konstitusi bertujuan untuk
membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak rakyat, dan
melaksanakan kekuasaan berdaulat. Konstitusi memiliki nilai normatif,
nominal, semantik yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
Pengklasifikasian konstitusi terbagi banyak macam, yaitu konstitusi tertulis
dan tidak tertulis, konstitusi fleksibel dan kaku, konstitusi derajat tinggi dan
tidak derajat tinggi, konstitusi serikat dan kesatuan, serta konstitusi sistem
pemerintahan presidensial dan parlementer. Namun di Indonesia menggunakan
konstitusi tertulis yang memuat hukum dasar dan pedoman dalam pembentukan
peraturan.
Piagam Madinah merupakan Undang-Undang untuk mengatur sistem
politik, sosial, dan hubungan Islam dengan agama lain. Piagam Madinah
dianggap sebagai konstitusi Negara tertulis pertama di dunia. Piagam Madinah
dibuat atas persetujuan bersama antara Nabi Muhammad SAW., dengan wakil-
wakil Madinah setelah hijrah ke Mekkah.
Konstitusi Indonesia (UUD 1945) diamandemen beberapa kali sejak
Proklamasi Kemerdekaan RI. Merubah dan mengandemen UUD 1945
dipengaruhi oleh otoritatarian rezim Presiden Soeharto yang berkuasa selama
32 tahun sehingga terjadi stagnasi politik dan mensakralkan UUD 1945 dengan
tindakan yang tidak demokratis serta represif kepada masyarakat. Sebagian
kalangan menghendaki perubahan total UUD, namun sebagian kalangan tidak
menghendaki tetapi melakukan amandemen pada pasal yang tidak sesuai
dengan sosial politik Indonesia.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, para penulis mengharapkan agar para pembaca
mengetahui lebih mendalam mengenai konstitusi, baik dari segi pengertian,

14
15

pengklasifikasian, maupun perubahan konstitusi di dunia dan Indonesia.


Semoga setiap rincian dan pembahasan yang dituang dalam makalah ini
menjadikan motivasi supaya mengimplementasikan yang baik dalam kehidupan
sehari-hari serta wawasan ilmu yang bermanfaat.
DAFTAR RUJUKAN

Hajri, Wira, Atma. Studi Konstitusi UUD 1945 Dan Sistem Pemerintahan.
Yogyakarta: Deepublish Publisher, 2018.
Hariyanto, Erie. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN). Surabaya:
Pena Salsabila, 2013.
Sartono, Kus, Eddy. Kajian Konstitusi Indonesia Dari Awal Kemerdekaan Sampai
Era Reformasi. Humanika Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, 2009.

16

Anda mungkin juga menyukai