Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

KONSTITUSI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu : Saifudin, S.H.I., M.H.

Disusun Oleh :

Ira Arista Kurniawati (2102056042)


Muhammad Afif Fadilah (2102056043)
M. Yusup Febrian (2102056060)
Tsania Miratush Sholichat (2102056075)
Putri Hani (2102056079)

ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia ini
dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan atau pedoman bagi pembaca, menambah wawasan serta pengalaman dalam
kepenulisan. Sekalipun telah diusahakan sebaik mungkin, namun makalah ini tentunya masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca diharapkan bisa
untuk disampaikan demi perbaikan makalah ini.

Semarang, 17 Oktober 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I ..................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 4
A. Pengertian Konstitusi ................................................................................................................... 4
B. Sejarah Konstitusi ........................................................................................................................ 5
C. Klasifikasi Konstitusi ................................................................................................................... 8
D. Tujuan dan Hakikat Konstitusi ................................................................................................... 10
E. Perubahan Konstitusi ................................................................................................................. 11
BAB III ................................................................................................................................................. 15
PENUTUP ............................................................................................................................................ 15
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 15
B. Saran ......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi menurut berbagai literatur sehingga dapat ditarik benang merah. bahwa
konstitusi sebagai solusi untuk mengendalikan kekuasaan didalam negara. Supaya terhindar
atau terjaga dari penyalahgunaan kekuasaan dengan meraih keadilan, ketertiban, serta
terwujudnya nilai-nilai yang diharapkan oleh para pendiri negara (the founding father and
mothers).

Berangkat dari sejarah, konstitusi bagi kita sebagai umat muslim mungkin akan
timbul pemikiran mengenai 4 kitab Wahyu Allah SWT., yang sebagian besar tercakup jelas
mengenai ketentuan-ketentuan konstitusi didalam Al-Qur'an Al-Karim. Namun, dalam
pembahasan kali ini Konstitusi bermula sejak Terminologi klasik berjalan menuju masa
Piagam Madinah hingga sampai pada masa gagasan konstitusi modern saat ini.

Konstitusi dan Negara dalam hubungan nya adalah suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dan saling membutuhkan. Seperti Indonesia yang merdeka berdasar tujuan dan
harapan yang terkandung dalam konstitusi UUD 1945.

Konstitusi dirancang sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang sangat tinggi, sebab
dengan konstitusi memudahkan para pihak dalam menuntut hak nya masing-masing,
memberikan batasan atau mengingatkan mengenai wewenang dan/ kewajiban kekuasaan,
serta ditulis secara resmi dalam suatu naskah supaya seseorang tidak melupakannya dan
dapat diketahui secara pasti dan terbuka (Konstitusi tertulis).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengertian konstitusi?
2. Bagaimanakah sejarah konstitusi?
3. Apa saja klasifikasi konstitusi?
4. Bagaimanakah tujuan dan hakikat konstitusi?
5. Bagaimanakah perubahan konstitusi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi.
2. Untuk mengetahui sejarah konstitusi.
3. Untuk mengetahui klasifikasi konstitusi.
4. Untuk mengetahui tujuan dan hakikat konstitusi.
5. Untuk mengetahui perubahan konstitusi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Dalam sejarah, kita melihat bahwa identifikasi antara pengertian konstitusi dan
Undang-Undang Dasar itu, dimulai sejak Oliver Cromwell (Lord Protector) kerajaan inggris
(1599-1658) yang menamakan Undang-Undang Dasar itu sebagai the Instrument of
Government atau “ius trusment of government” yang berati bahwa Undang-Undang Dasar
dibuat sebagai pegangan untuk memerintah dan dari sinilah muncul identifikasi dan
Konstitusi dan Undang-Undang Dasar. Pada tahun 1787 pengertian Konstitusi menurut
Cromwell tersebut kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat yang selanjutnya oleh
Lafayette diambil oleh Negara Perancis pada tahun 1789.1

Pada umumnya, Negara-negara yang mendasarkan atas demokrasi konstitusional,


maka undang-undang dasar (sering disebut juga konstitusi dalam arti sempit) mempunyai
fungsi yang khusus yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga
penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang sehingga hak-hak warga
Negara akan lebih terjamin. Pandangan ini dinamakan konstitualisme.

Sehubungan dengan hal itu, M.Solly Lubis, S.H. mengemukakan : Istilah


“konstitusi” berasal dari “consituer” (bahasa Perancis), yang berarti membentuk. Dengan
pemakaian istilah konstitusi, yang dimaksud ialah pembentukan suatu Negara, atau
menyusun dan menyatakan suatu Negara.2 Dalam hal yang sama, Dr. Wirjono Prodjodikoro,
S.H. mengemukakan : Perkataan “konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja
“constitution” (Perancis) yang berarti “membentuk” Kini yang dibentuk ialah suatu Negara,
maka konstitusi mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara.

K. C. Wheare: Konstitusi adalah keseluruhan system ketatanegaraan suatu negara


yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah dalam

1
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2008, hlm 171
2
M Solly Lubis, Hukum Tata Negara, (Bandung: Mandar Maju), 2008, hal 37.

4
pemerintahan suatu negara. Herman Heller: konstitusi lebih luas daripada UUD. Konstitusi
tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis.

Menurutnya ada 3 pengertian konstitusi, yaitu: 3

1. Konstitusi dilihat dalam arti politis dan sosiologis sebagai cermin kehidupan sosial
politik yang nyata dalam masyarakat.
2. Konstitusi dilihat dalam arti Juridis sebagai suatu kesatuan kaedah hukum yang hidup
dalam masyarakat.
3. Konstitusi yang tertulis dalam satu naskah UUD sebagai hukum yang tertinggi yang
berlaku dalam suatu negara.

Pengertian konstitusi di zaman Yunani kuno masih bersifat materil. Artinya blm
diformalkan sebagaimana konstitusi zaman sekarang ini. Aristoteles misalnya membedakan
antara konstitusi dengan hukum biasa berdasarkan adanya pengertian kata Politeia dan
Nomoi. Politeia dapat diartikan sebagai konstitusi. Sedangkan Nomoi diartikan sebagai
Undang-Undang biasa.

Mengenai istilah “Konstitusi” pertama kali dikenal di Negara Perancis, yaitu berasal
dari bahasa Perancis “Constituer”, yang berarti membentuk. Yang dimaksud dengan
membentuk disini adalah membentuk suatu Negara.4 Dengan pemakaian istilah konstitusi,
yang dimaksud adalah pembentukan suatu Negara. Hal ini disebabkan, konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara. Istilah tersebut
muncul karena Perancis yang pertama kali membahas teori konstitusi sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang dilatar belakangi gejala-gejala social. Hal tersebut tidak mengherankan
karena Negara itu paling sering menghadapi.

B. Sejarah Konstitusi
1. Terminologi klasik :constitutio,politeia dan Nomoi

Dari sejarah klasik terdapat dua perkatan yang berkaitan dengan pengertian kita
sekarang tentang konstitusi yaitu dalam perkataan Yunani Kuno politiea dan bahasa lain

3
Ibid.
4
Astim Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung: Yapemdo, 2000), hal 17.

5
constitutio yang juga berkaitan dengan kata juz. Dalam dua perkataan politeia dan
constitutio itulah awal mula gagasan konstitusionalisme diekspresikan oleh umat manusi
beserta hubungan diantara kedua istilah dan sejarah dari kedua istilah itu kata politiea
kebudayan Yunani dapat di sebut yang paling tua usianya. Politea mengandung kekuasaan
yang paling tinggi daripada Nomoi,karena politeia mempunyai kekuasaan
membentuk,sedangkan Nomoi tidak ada, karena ia hanya merupakan materi yang harus di
bentuk agar supaya tidak bercerai-cerai.Dalam kebudayaan Yunani hubungan konstitusi
berhubungan erat dengan ucapan Respublica Constituere yang melahirkan semboyan “
Prinsep Legibus Est, salus publica suprema lex, yang artinya Rajalah yang berhak
menentukan struktur organisasi negara-negara, karena dialah satu-satunya pembuat undang-
undang.

2. Warisan Yunani Kuno (Plato & Aristoteles)

Pengaitan yang bersifat analogis antara organisasi negara dan organisme manusia
tersebut, menurut W.L. Newman, memang merupakan pusat perhatian (center of inquity)
dalam pemikiran politik di kalangan para filosof Yunani Kuno. Dalan bukunya, “The laws”
(Nomoi). Plato menyebutkan bahwa “ Our whole state is an imitation of the best end noblest
life“. Isocrates dalam bukunya “Panathenaicus“ atau dalam “areopagiticus” menyebut
bahwa Keduanya sama-sama menunjuk kepada pengertian konstitusi.Demian pula,
Aritoteles dalam bukunya politics mengaitkan pengertian kita tentang konstitusi yang tidak
normal .Ukuran baik buruknya atau normal tidaknya konstitusi itu baginya terletak pada
prinsip bahwa “plitikal rule, by virtue of its specific nature, is essentially for the benefit of
the ruled”. Diantara karya-karya Plato seperti “Republik” dan “Nomoi”, terdapat pula
dialog-dialog Plato yang diberi judul “Politicus” atau “Statesman” yang memuat tema-tema
yang memuat tentang gagasan-gagasan konstitusionalisme. Buku terakhir ini, disamping
buku-buku lainnya, banyak mempengaruhi pemikiran Aristoteles dikemudian hari tentang
konstitusionalisme seperti yang kita pahami sekarang.

3. Warisan Cicero (Romawi Kuno)

Salah satu sambungan penting filosof Romawi, terutama stelah Cicero


mengembangkan karyanya “De Re Publica” dan “De Legibus”, adalah pemikiran tentang

6
hukum yang berbeda sama sekali dari tradisi yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh
para filosof Yunani. Cicero menjelaskan sebagai berikut: kehendak penguasa sebenarnya
adalah hukum, Perintah kaisar pada waktunya adalah lex. Setiap konstitusi kekaisaran,
seperti snatus Consultum, harus memiliki tempat lex (legis vicem optineat), karena kaisar
sendiri menerima imperiumnya berdasarkan lex (per legem). Dengan perkataan lain, disini
jelas dan tegas sekali dipakainya istilah Lex yang kemudian menjadi kata kunci untuk
memahami konsepsi politik dan hukum di Zaman Romawi Kuno.

4. Warisan Islam : Konstitusionalisme dan piagam

Pada masa selanjutnya, ketika bangsa Eropa berada dalam keadaan kegelapan yang
luar biasa disebut sebagai abad-abad pertengahan, tidak banyak hal yang dapat di uraikan
sebagai inovasi dan perkembangan yang penting dalam hal ini, Namun, Bersamaan dengan
masa-masa suram di Eropa selama abad-abad pertengahan itu, di Timur Tengah tumbuh dan
berkembang pesat peradaban baru di lingkungan penganut ajaran Islam. Atas Pengaruh Nabi
SAW, banyak sekali inovasi-inovasi baru dalam kehidupan manusia yang dikembang kan
menjadi pendorong kemajuan peradaban. Salah satunya yaitu piagam Madinah (Madinah
Carter). Piagam Madinah ini dapat disebut sebagai piagam tertulis pertama dalam sejarah
umat manusia yang dapat di bandingkan dengan pengertian konstitusi dalam arti moderen.

5. Gagasan Moderen: Terminologi Konstitusi

Menurut Brian Thompson, secara sederhana pertanyaan what is a contitution? Dapat


dijawab bahwa a contitution is a document wich contains the rules for the operation of an
organization.Organisai dimaksud beragam bentuk dan kompleksitas strukturnya, mulai dari
organisasi mahasiswa, perkumpulan Masyarakat. Demikian Negara, pada umumnya, negara
selalu memiliki naskah yang di sebut sebagai konstitusi atau Undang-undang Dasar. Dalam
pengertian moderen, negara pertama yang dapat dikatakan menyusun konstitusinya dalam
satu naskah UUD seperti sekarang ini adalah Amerika Serikat pada tahun 1787. Sejak itu
hampir semua negara menyusun naskah undang-undang dasarnya. Berlakunya suatu
konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan atas kekuasaan tertinggi atau
prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika negara itu menganut paham
kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi adalah rakyat. Jika yang berlaku

7
paham kedaulatan Raja, maka raja yang menentukan berlaku tidaknya konstitusi. Hal inilah
yang disebut oleh para ahli sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang
berada diluar dan sekaligus diatas sistem yang di aturnya. Untuk itu, dilingkungan negara-
negara demokrasi liberal, rakyatlah yang menentukan berlakunya suatu konstitusi.

C. Klasifikasi Konstitusi
Para ahli mengklasifikasikan konstitusi menjadi beberapa bentuk konstitusi.
Klasifikasi kategorisasi ini umumnya didasarkan pada sejumlah hal, pertama dilihat dari
dokumen tersebut dikodifikasikan atau tidak; Kedua, dilihat dari prosedur peerubahan
konstitusi; Ketiga, dilihat dari organisasi dan struktur kekuasaan yang menggunakan
konstitusi tersebut dalam menjalankan kekuasaan. 5

C.F. Strong membagi konstitusi menjadi dua kategori, yaitu: (1) konstitusi bernaskah
(codified constitution) serta konstitusi tidak bernaskah (non-codified constitution); dan (2)
konstitusi lentur (flexible constitution) dan konstitusi kaku (rigid constitution). Strong
menggunakan istilah documentary dan non-documentary constitution sebab menurutnya
pembedaan konstitusi menjadi konstitusi tertulis (written constitution) dan konstitusi tidak
tertulis (unwritten constitution) adalah suatu pembedaan yang keliru dan menyesatkan.
Kekeliruan tersebut diakibatkan oleh karena tak ada satupun konstitusi di dunia yang
seluruhnya tertulis, maupun sebaliknya tidak ada satupun konstitusi yang seluruhnya tidak
tertulis.6

Namun demikian, pada kenyataanya pengklasifikasian ini tertulis dan tidak tertulis,
menjadi sebuah keniscayaan yang tak terhindarkan. Strong pun mengakui adanya
kategorisasi ini, khususnya untuk sebuah kebutuhan yang lebih praktis. Tetapi, dia kembali
menegaskan sesungguhnya konstitusi tertulis adalah konstitusi yang terdokumentasi,
sedangkan konstitusi tidak tertulis ialah konstitusi yang tak terdokumentasi. 7

5
Wahyudi Djafar, Konstitusionalisme Indonesia #3: Klasifikasi Konstitusi, WahyudiDjafar's Blog law, human
rights, internet, and security, 26 Jauari 2012, https://wahyudidjafar.id/2012/01/26/konstitusionalisme-indonesia-3-
klasifikasi-konstitusi/
6
C.F. Strong, Modern Political Constitution: An Introduction to the Comparative Study of Their History and
Existing Form (terj. Spa teamwork), (Bandung: Nusa Media, 2008), hal. 90-91.
7
Wahyudi Djafar, Op.Cit.

8
Sementara pada kategorisasi konstitusi menjadi konstitusi lentur flexible dan
konstitusi kaku rigid, Strong menyandarkannya klasifikasinya pada ada tidaknya prosedur
khusus untuk mengubah amandemen suatu konstitusi. Konstitusi yang dapat diubah atau
diamandemen tanpa menyaratkan adanya suatu prosedur khusus, Strong menyebutnya
sebagai konstitusi lentur flexibel constitution. Sebaliknya, bilamana suatu konstitusi
menyeratkan adanya prosedur khusus, jika akan dilakukan perubahan maka konstitusi
tersebut termasuk dalam kategori konstitusi kaku rigid constitution.8

K.C. Wheare melakukan klasifikasi konstitusi ke dalam enam kategori, yang lebih
terperinci bila dibandingkan dengan klasifikasi Strong. Menurut Wheare, konstitusi terdiri
dari: (1) konstitusi tertulis dan tidak tertulis—written and unwritten constitution; (2)
konstitusi lentur dan kaku—flexible and rigid constitution; (3) Konstitusi derajat tinggi dan
bukan derajat tinggi—supreme and not supreme constitution; (4) konstitusi serikat dan
konstitusi kesatuan—federal constitution and unitary constitution; (5) konstitusi sistem
presidensil dan konstitusi sistem parlementer—presidential constitution and parliamentary
constitution; dan (6) konstitusi republik dan konstitusi kerajaan—republican constitution
and monarchi constitution.9

Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa secara umum klasifikasi


konstitusi terdiri dari : 10

1. Dipandang dari aspek bentuknya, konstitusi dapat diklasifikasikan menjadi konstitusi


yang dikodifikasi dan tidak di kodifikasi;

2. Dipandang dari proses amandemennya, konstitusi diklasifikasikan kepada konstitusi


fleksibel dan konstitusi rigid;

3. Dipandang dari tipe pemerintahan negara, konstitusi diklasifikasikan menjadi konstitusi


pemerintahan negara kesatuan dan pemerintahan negara federal;

8
C.F. Strong, Op.Cit., hlm 92.
9
K.C. Wheare, Modern Constitutions, (New York-Toronto-London: Oxford University Press, 1975), hlm. 15-
30.
10
David Aprizon Putra, Tinjauan Yuridis Terhadap Eksistensi Pengaturan Mengenai Lingkungan Hidup Di
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Konstitusi Republik Kelima Perancis,
AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam Vol. 4, No. 1, 2019, hlm. 30.

9
4. Dipandang dari sistem pemerintahan, konstitusi diklasifikasikan menjadi konstitusi
pemerintahan presidensiil dan konstitusi pemerintahan parlementer;

5. Dipandang dari bentuk negara, konstitusi diklasifikasikan menjadi konstitusi monarki dan
konstitusi republik.

Dengan demikian, dipandang dari sisi siapa yang berwenang mengamandemen


konstitusi dan apa persyaratannya, maka UUD 1945 tergolong kepada konstitusi rigid.
Karena UUD 1945 hanya dapat diamandemen oleh lembaga yang berbeda dengan lembaga
yang mengubah peraturan perundang-undangan biasanya, dengan persyaratan-persyaratan
yang juga berbeda dengan persyaratanpersyaratan pada perubahan peraturan perundang-
undangan biasanya.

Kedua, dipandang dari sisi derajat konstitusi. Pembicaraan ini sebenarnya untuk
mengklasifikasikan konstitusi dalam bentuk konstitusi memiliki derajat tinggi atas legislatif
(supreme over the legislature) atau tidak derajat tinggi atas legislatif (not supreme over the
legislature), sebagaimana dijelaskan Wheare di atas. Tetapi klasifikasi itu juga dapat
menentukan apakah suatu konstitusi berada pada posisi yang supreme dalam
penyelenggaraan negara atau tidak.11

D. Tujuan dan Hakikat Konstitusi


Terbentuknya konstitusi adalah upaya besar yang dilakukan pemerintahan sebagai
bentuk pengendalian dan batasan wewenang kekuasaan yang didalamnya terkandung
berbagai harapan-harapan terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan sesuai
tujuan negara merdeka.

Mengutip dari Aswanto selaku Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi sebagai


narasumber pada kuliah Umum “APMD” Yogyakarta, Jumat (27/05/2022) mengatakan
bahwa “hakikat konstitusi adalah rambu-rambu untuk bernegara aturan untuk bernegara”. 12

Konstitusi dianggap sebagai hukum paling tinggi tingkatanya. Sedangkan tiga tujuan
pokok hukum secara umum yaitu: (i) Keadilan (justice); yang sepadan dengan

11
Indra Muchlis Adnan, Hukum Konstitusi di Indonesia, (Bantul, Trussmedia Grafika, 2017), hlm. 50.
12
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18236&menu=2 , Hakikat Konstitusi, (Lembaga
Negara Pengawal Konstitusi: MKRI, 2022)

10
keseimbangan (balance, mizan) dan kepatutan (equity), (ii) Kepastian (certainty atau
zekerheid); terkait dengan ketertiban (order) dan ketentraman, (iii) Kebergunaan (utility);
harapan terjaminya nilai-nilai sehingga dapat terwujud kedamaian hidup bersama.

Maka tujuan konstitusi sebagai hukum paling tinggi tingkatanya juga untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi yaitu: (i) Keadilan, (ii) Ketertiban, dan (iii)
perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan dan kesejahteraan (the founding father and
mothers).

Tujuan Konstitusi menurut beberapa Tokoh :

1. J. Barents:13

- Memelihara Ketertiban dan Ketentraman

- Mempertahankan Kekuasaan

- Mengurus Kepentingan-kepentingan Umum

2. Maurice Hauriou:14 Untuk menjaga keseimbangan antara;

- Ketertiban (orde)

- Kekuasaan (gezak)

- Kebebasan (urijheid)

E. Perubahan Konstitusi
Perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia : 15

1. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya Undang
Undang Dasar 1945.

Pada masa periode pertama konstitusi atau Undang Undang Dasar yang pertama
kali berlaku adalah UUD 1945 hasil rancangan BPUPKI, kemudian disahkan oleh PPKI

13
Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, (Depok, Rajawali Press, 2019) hlm.
149.
14
Ibid, hlm. 150.
15
M. Agus susanto, Perkembangan Konstitusi Di Indonesia, Yustisia Vol. 2 No. 3., 2013, hlm. 121.

11
pada tanggal 18 Agustus 1945. Menurut UUD 1945 kedaulatan berada ditangan rakyat
dan dilaksanakan oleh MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara. Menyadari
bahwa negara Indonesia baru saja terbentuk, tidak mungkin semua urusan dijalankan
berdasarkan konstitusi, maka berdasarkan hasil kesepakatan yang termuat dalam Pasal 3
Aturan Peralihan menyatakan :”Untuk pertama kali Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh PPKI.” Dalam menjalankan tugasnya presiden dibantu oleh Komite
Nasional, dengan sistem pemerintahan presidensial artinya kabinet bertanggung jawab
pada presiden. Pada masa ini terbukti bahwa konstitusi belum dijalankan secara murni
dan konskwen, sistem ketatanegaraan berubah-ubah, terutama pada saat dikeluarkannya
maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi bahwa Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sebelum terbentuknya MPR dan DPR diserahi tugas
legislatif dan menetapkan GBHN bersama Presiden, KNIP bersama Presiden
menetapkan Undang-Undang, dan dalam menjalankan tugas sehari-hari dibentuklah
badan pekerja yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat.

2. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS).

Pada tahun 1949 berubahlah konstitusi Indonesia yaitu dari UUD 1945 menjadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), maka berubah pula
bentuk Negara Kesatuan menjadi negara Serikat (federal), yaitu negara yang tersusun
dari beberapa negara yang semula berdiri sendirisendiri kemudian mengadakan ikatan
kerja sama secara efektif, atau dengan kata lain negara serikat adalah negara yang
tersusun jamak terdiri dari negara-negara bagian. Kekuasaan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR dan Senat.
Sistem pemerintahan presidensial berubah menjadi parlementer, yang bertanggung
jawab kebijaksanaan pemerintah berada di tangan Menteri-Menteri baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada parlemen (DPR),
Namun demikian pada konstitusi RIS ini juga belum dilaksanakan secara efektif, karena
lembaga-lembaga negara belum dibentuk sesuai amanat UUD RIS.

3. Periode 17Agustus 1950 samapi denga 5 Juli 1959, masa berlaku UndangUndang Dasar
Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).

12
Ternyata Konstitusi RIS tidak berumur panjang, hal itu disebabkan karena isi
konstitusi tidak berakar dari kehendak rakyat, juga bukan merupakan kehendak politik
rakyat Indonesia melainkan rekayasa dari pihak Balanda maupun PBB, sehingga
menimbulkan tuntutan untuk kembali ke NKRI. Satu persatu negara bagian
menggabungkan diri menjadi negara Republik Indonesia, kemudian disepakati untuk
kembali ke NKRI dengan menggunakan UUD sementara 1950. Bentuk negara pada
konstitusi ini adalah Negara Kesatuan, yakni negara yang bersusun tunggal, artinya
tidak ada negara dalam negara sebagaimana halnya bentuk negara serikat. Sistem
pemerintahannya adalah sistem pemerintahan parlementer, karena tugas-tugas ekskutif
dipertanggung jawabkan oleh Menteri-Menteri baik secara bersama-sama maupun
sendiri kepada DPR

4. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-Undang
Dasar 1945.

Pada periode ini UUD 1945 diberlakukan kembali dengan dasar dekrit Prsiden
tanggal 5 Juli tahun 1959. Berlakunya kembali UUD 1945 berarti merubah sistem
ketatanegaraan, Presiden yang sebelumnya hanya sebagai kepala negara selanjutnya
juga berfungsi sebagai kepala pemerintahan, dibantu Menteri-Menteri kabinet yang
bertanggung jawab kepada Presiden. Sistem pemerintahan yang sebelumnya
parlementer berubah menjadi sistem presidensial. Pergantian kepemimpinan nasional
terjadi pada periode ini, dari Presiden Soekarno digantikan Soeharto, yang semula
didasari oleh Surat Perintah Sebelas Maret 1966 kemudian dilaksanakan pemilihan
umum yang kedua pada tahun 1972. Babak baru pemerintah orde baru dimulai, sistem
ketatanegaraan sudah berdasar konstitusi, pemilihan umun dilaksanakan setiap 5 tahun
sekali, pembangunan nasional berjalan dengan baik.

5. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku pelaksanaan
perubahan UndangUndang Dasar 1945.

Pada periode ini UUD 1945 mengalami perubahan hingga ke empat kali, sehingga
mempengaruhi proses kehidupan demokrasi di Negara Indonesia. Seiring dengan
perubahan UUD 1945 yang terselenggara pada tahun 1999 hingga 2002, maka naskan

13
resmi UUD 1945 terdiri atas lima bagian, yaitu UUD 1945 sebagai naskah aslinya
ditambah dengan perubahan UUD 1945 kesatu, kedua , ketiga dan keempat, sehingga
menjadi dasar negara yang fundamental/dasar dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara.

6. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku UndangUndang Dasar
1945, setelah mengalami perubahan.

Pada masa UUD 1945 demokrasi lebih terjamin setelah mengalami perubahan.
Keberadaan lembaga negara sejajar, yaitu lembaga ekskutif (pemerintah), lembaga
legislatif (MPR, yang terdiri dari DPR dan DPD), lembaga Yudikatif (MA, MK dan
KY), dan lembaga auditif(BPK). Masa jabatan presiden dibatasi hanya dua periode saja,
yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilihan kepala daerah dilaksanakan secara
demokratis. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dijamin lebih baik dan diurai lebih
rinci lagi dan UUD 1945, sehingga kehidupan demokrasi lebih terjamin.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Identifikasi antara pengertian konstitusi dan Undang-Undang Dasar itu, dimulai
sejak Oliver Cromwell (Lord Protector) kerajaan inggris (1599-1658). Pada umumnya,
Negara-negara yang mendasarkan atas demokrasi konstitusional, maka undang-undang
dasar (sering disebut juga konstitusi dalam arti sempit) singkatnya K. C. Wheare
mengatakan bahwa Konstitusi adalah keseluruhan system ketatanegaraan suatu negara
yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk dan mengatur/memerintah dalam
pemerintahan suatu Negara.

Sejarah Konstitusi berangkat dari masa :

1.Terminologi klasik :constitutio,politeia dan Nomoi

2. Warisan Yunani Kuno (Plato & Aristoteles)

3. Warisan Cicero (Romawi Kuno)

4. Warisan Islam : Konstitusionalisme dan piagam, hingga

5. Gagasan Moderen: Terminologi Konstitusi

secara umum klasifikasi konstitusi terdiri dari :

1. Dipandang dari aspek bentuknya, konstitusi dapat diklasifikasikan menjadi


konstitusi yang dikodifikasi dan tidak di kodifikasi;

2. Dipandang dari proses amandemennya, konstitusi diklasifikasikan kepada


konstitusi fleksibel dan konstitusi rigid;

3. Dipandang dari tipe pemerintahan negara, konstitusi diklasifikasikan menjadi


konstitusi pemerintahan negara kesatuan dan pemerintahan negara federal;

4. Dipandang dari sistem pemerintahan, konstitusi diklasifikasikan menjadi


konstitusi pemerintahan presidensiil dan konstitusi pemerintahan parlementer;

5. Dipandang dari bentuk negara, konstitusi diklasifikasikan menjadi konstitusi


monarki dan konstitusi republik.

15
hakikat konstitusi adalah sebagai rambu-rambu untuk bernegara, aturan untuk bernegara.
Sedangkan tujuan konstitusi sebagai hukum paling tinggi tingkatanya adalah untuk
mencapai dan mewujudkan tujuan yang tertinggi yaitu:

(i) Keadilan,
(ii) Ketertiban, dan
(iii) perwujudan nilai-nilai ideal seperti kemerdekaan dan kesejahteraan

Perkembangan dan perubahan konstitusi di Indonesia :

a. Periode 18 Agustus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949, masa berlakunya


Undang Undang Dasar 1945.
b. Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950, masa berlakunya
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (RIS).
c. Periode 17Agustus 1950 samapi denga 5 Juli 1959, masa berlaku
UndangUndang Dasar Sementara Tahun 1950 (UUDS 1950).
d. Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 19 Oktober 1999, masa berlaku Undang-
Undang Dasar 1945.
e. Periode 19 Oktober 1999 sampai dengan 10 Agustus 2002, masa berlaku
pelaksanaan perubahan UndangUndang Dasar 1945.
f. Periode 10 Agustus 2002 sampai dengan sekarang masa berlaku
UndangUndang Dasar 1945, setelah mengalami perubahan.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dengan adanya makalah ini dapat
menambah wawasan dan pemahaman kita mengenai Konstitusi Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat
kekurangan baik dari segi tulisan maupun referensi yang menjadi bahan rujukan. Untuk
itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang diberikan, guna
penyempurnaan makalah kami berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, I. M. (2017). Hukum Konstitusi di Indonesia. Bantul: Trussmedia Grafika.

Asshiddiqie, Jimly. (2019). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Depok : Rajawali Press.

Budiarjo, Miriam. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Djafar, W. (2012, January 26). Konstitusionalisme Indonesia #3: Klasifikasi Konstitusi.


Retrieved October 17, 2022, from WahyudiDjafar's Blog : law, human rights, internet,
and security: https://wahyudidjafar.id/2012/01/26/konstitusionalisme-indonesia-3-
klasifikasi-konstitusi/

Lubis, M Solly. (2008). Hukum Tata Negara. Bandung: Mandar Maju.

Putra, D. A. (2019). Tinjauan Yuridis Terhadap Eksistensi Pengaturan Mengenai Lingkungan


Hidup Di Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan
Konstitusi Republik Kelima Perancis. AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik
Islam Vol.4 No.1, 26-40.

Riyanto, Astim . (2000). Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo.

Santoso, M. A. (2013). Perkembangan Konstitusi Di Indonesia. 8 Yustisia Vol.2 No.3.

17

Anda mungkin juga menyukai