Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSTITUSI DAN UNDANG UNDANG DASAR 1945


Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pancasila
Dosen Pengampu :
Nurdin Syahid M.Ag.

Disusun oleh:

Putri Iqlima Salimatul Adzimah (1222100049)

Siti Hafsah Fauziyah (1222100064)

Via Oktaviani (1222100075)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum warahmatullohi wabarokatuh

Alhamdulillah hirobbil'alamin segala puji bagi Alloh SWT yang telah


memberikan Rahmat dan karunia-Nya alhamdulillah kami bisa menyelesaikan
Tugas Kelompok Mata Kuliah Pancasila tentang Konstitusi dan Undang Undang
Dasar 1945 dengan tepat waktu.

Terimakasih kami ucapkan kepada dosen Pengampu Bapak Nurdin Syahid


M.Ag yang sudah memberikan suatu tugas yang bermakna serta menambah
pengetahuan. Terimakasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang sudah
mendukung kami sehingga kami bisa bersemangat menuntaskan tugas ini dengan
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna,baik segi penyusun,bahasa serta penyusunannya.Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik serta anjuran yang membangun kami agar dapat
menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca,


berguna untuk pertumbuhan serta peningkatan ilmu pengetahuan.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Bandung, 24 Maret 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II ...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ............................................................................................................3
A. Pengertian Konstitusi ................................................................................ 3
B. Ciri-Ciri Konstitusi.................................................................................... 6
C. Tujuan Konstitusi ...................................................................................... 7
D. Fungsi Konstitusi ...................................................................................... 8
E. UUD 1945 dan Perubahannya .................................................................. 9
BAB III ........................................................................................................................ 14
PENUTUP ................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................. 14
B. Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang
ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan tampa konstitusi Negara tidak
mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasarnya suatu Negara.
Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai
hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan
Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal
sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara tersebut harus
memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme. Jadi Negara
tersebut harus menganut gagasan tenttang konstitusionalisme.
Konstitusionalisme sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham. Oleh
sebab itu, bahasan tentang negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas
konstitusionalisme, konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara
Republik Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang beragam latar
belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah keluarga. Lalu
berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat tinggalnya, ia hidup dalam
kestuan sosial yang disebut masyarakat dan pada akhirnya menjadi bangsa.
Bangsa adalah kumpulan masyarakat yang membentuk suatu negara.
Berkaitan dengan tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar
dari para ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan
karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan pengertian nya
yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan dari kata “nation” (dalam
bahasa inggris). Kata nation bermakna keturunan atau bangsa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian konstitusi?


2. Apa saja ciri-ciri konstitusi
3. Apa tujuan konstitusi
4. Apa saja fungsi konstitusi?
5. Bagaimana UUD 1945 dan perubahannya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian konstitusi.


2. Untuk mengetahui apa saja ciri-ciri Konstitusi
3. Untuk mengetahui apa tujuan Tujuan Konstitusi
4. Untuk mengetahui fungsi konstitusi.
5. Untuk mengetahui bagaimana UUD 1945 dan perubahannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam


negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada
pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis.
Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya
menjabarkan prinsip-prinsip yang menajdi dasar bagi peraturan-peraturan
lainnya. Dalam kasus bentukan negara, kontitusi memuat aturan dan prinsip-
prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-
prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang
dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk
umumnya merujuk pada pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah
konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan
fungsi pemerintahan negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan
peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat
mengenai cara penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada
umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.
Sistem itu berupa kumpulanm peraturan yang membentuk, mengatur atau
memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tretulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang
berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian,
pengertian konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan
ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada ahli, yaitu :
a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :

3
1). Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi
mencerminkan kehiupan politik didalam masyarakat sebagai suatu
kenyataan.
2). Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah yang hidup
dalammasyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah
hukum konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.

Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan


dari hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat
negara sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “Goverment by law, not by men”
(pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan
abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai konstitusionalisme,
(kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara). Mendapatkan
perumusan secara yuridis. 1

Pengertian konstitusi dalam arti luas menurut Wheare adalah suatu


sistem pemerintahan negara dan himpunan norma yang mendasari dan
mengatur suatu pemerintahan; norma-norma tersebut terdiri dari norma
yuridis dan norma non-yuridis atau extra-legal.Pengertian konstitusi dalam
arti sempit menurut Wheare adalah kumpulan peraturan-peraturan yang
legal dalam ketatanegaraan suatu negara yang terhimpun dalam dokumen
atau beberapa dokumen yang saling terkait.

Para ahli konstitusi Islam di sisi lain sepakat bahwa Piagam Madinah
adalah konstitusi tertulis pertama di dunia. Piagam Madinah atau Konstitusi
Madinah adalah Undang-Undang Dasar Negara Madinah yang berisi
kewajiban-kewajiban dan hak-hak warga negara. Jimly Asshidiqie dalam
Masdar Farid Mas’udi menjelaskan bahwa Konstitusi Madinah disepakati

1
Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa ( Bandung: PT
Refika Aditama, 2015 ), hlm. 141.

4
bersama oleh para Kepala Suku di Kota Madinah ketika itu bersama
Rasulullah SAW. Di dalamnya disepakati bahwa di antara sesama warga
kota Madinah akan saling melindungi dan semua golongan akan berbagi
beban dalam menyelesaikan berbagai masalah perang menghadapi musuh
dari luar.2

Suatu konstitusi dapat bersifat kaku atau bisa juga supel tergantung pada
apakah prosedur untuk mengubah konstitusi itu sudah sama dengan
prosedur membuat undang-undang di negara yang bersangkutan atau
belum. Dengan demikian, sifat dari konstitusi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu

a. Konstitusi yang bersifat kaku (rigid), hanya dapat diubah melalui


prosedur yang berbeda dengan prosedur membuat undang-undang
pada negara yang bersangkutan.

b. Konstitusi yang bersifat supel (flexible), sifat supel disini diartikan


bahwa konstitusi dapat diubah melalui prosedur yang sama dengan
prosedur membuat undang-undang pada negara yang bersangkutan.

Konstitusi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu :

1. Konstitusi tertulis, yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)


kerangka. dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta
menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut. Konstitusi
tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.

2
Rudy, Konstitusionalisme Indonesia, Bandar Lampung: Pusat Kajian Konstitusi dan
Peraturan Perundang-undangan(2013), hal 17-18

5
2. Konstitusi tidak tertulis, merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang
ada dan dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu negara.
Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.

Pada umumnya, konstitusi mempunyai tujuan untuk membatasi kekuasaan


penyelenggaranegara agar tidak dapat berbuat sewenang-wenang serta
dapat menjamin hak-hak warga negara. Tujuan konstitusi ini merupakan
suatu gagasan yang dinamakan dengan konstitusionalisme. Maksud dari
konstitusionalisme adalah suatu gagasan yang memandang pemerintah
(penyelenggara pemerintahan) sebagai suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat.3

B. Ciri-Ciri Konstitusi

Menurut Miriam budiardjo adapun 5 ciri-ciri konstitusi yaitu:

1. Organisasi Negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan


legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dalam Negara vederal, pembagian
kekuasaan antar pemerintah vederal dan pemerintahan Negara bagian;
prosedur menyelesaikan masalah pelanggaran yurisdiksi oleh salah satu
badan pemerintahan dan sebagainya.
2. Hak-hak asasi manusia(biasanya disebut bill of rights kalau berbentuk
naskah tersendiri)
3. Prosedur mengubah undang-undang dasar.
4. Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari
undang-undang dasar. Hal ini biasanya terdapat jika para penyusun
undang-undang dasar ingin menghindari terulangnya kembali hal-hal
yang baru saja teratasi, seperti misalnya munculnya seorang dictator
atau kembalinya suatu monarchi. Misalnya undang-undang dasar
jerman melarang untuk mengubah sifat federalisme dari undang-undang
dasar, oleh karena dikhawatirkan bahwa sifat unitarisme dapat

3
Astawa, Negara dan Konstitusi, Bali: Universitas Udayana (2017), hal 24

6
melicinkan jalan untuk munculnya kembali seorang dictator seperti
hitler.
5. Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas dideologi Negara.

Mencerminkan semangat dan spirit yang oleh para penyusun undang-


undang dasar di abadikan dalam undang-undan dasar itu sehingga mewarnai
seluruh naskah undang-undang dasar itu.4

C. Tujuan Konstitusi

Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan


sewenang- wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah,
dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Menurut Bagir
Manan, hakikat dan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang
konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerindah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak warga Negara
maupun setiap penduduk di pihak lain. 5

Tujuan adanya konstitusi ini, dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:

1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatas sekaligus


pengawasan terhadap kekuasaan politik

2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa


sendiri.

3. Konstitusi bertujuan untuk memberikan batasan-batasan ketetapan bagi


para penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.6

Tujuan menurut buku karya aep sepuloh, S.Ag., M.Si. bahwa tujuan
konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah,

4
Sofhian, Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: Fokusmedia (2011), hal 75
5
Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, , Jakarta Selatan: ICCE UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (2014), hal 95
6
Ghazali, PPKn, Bandung: PT remaja rosdakarya (2016), hal 112

7
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan
kekuasaan yang berdaulat. Menurut bagir manan, hakikat tujuan konstitusi
merupakan perwujudan menjamin hak-hak paham tentang konstitusi atau
konstitualisme. Konstitusionalisme yaitu pembatasan terhadap kekuasaan
pemerintah disatu pihak dan jaminan terhadap diperintah dan hak-hak warga
Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.7

D. Fungsi Konstitusi

Dilihat dari fungsinya, konstitusi terbagi ke dalam dua bagian, yakni


membagi kekuasaan dalam Negara. Bagi mereka yang memandang Negara
dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka
konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang
menetapkan bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga
kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif. 8

Menurut Maarseveen ada 4 fungsi Konstitusi:

1. Fungsi transformasi, hal ini mencakup tiga aspek: pertama yaitu


mentransformasikan kekuasaan politik menjadi legal power atau
kewenangan, kedua mentransformasikan kepentingan politik
menjadi legal force, dan ketiga mereformasi institusi pemerintahan
sesuai dengan pandangan politik yang sedang berpengaruh.
2. Fungsi informasi, sebagai saluran untuk menyampaikan tentang
penyelenggaraan negara, kedudukan dan hubungan lembaga negara,
hubungan warga negara serta sarana informasi bagi dunia
internasional tentang sistem ketatanegaraan yang sedang dianut.
3. Fungsi regulasi, proses pembuatan peraturan namun hal ini harus
dibedakan dengan perundang-undangan yang lain, fungsi regulasi
yang ada di konstitusi sifatnya lebih fundamental. Kemudian fungsi

7
Saepuloh, Pendidikan kewarganegaraan, Bandung: Batic Press Bandung (2014), hal 71
8
Ghazali, PPKn, Bandung: PT remaja rosdakarya (2016), hal 112

8
ini bisa diperluas maknanya menjadi penegakan terhadap regulasi,
yakni dalam rangka Judicial Review.
4. Fungsi kanalisasi, bahwa konstitusi menyediakan instrumen untuk
menyelesaikan problem ketatanegaraan baik itu berupa konflik
politik maupun sengketa hukum. 9

E. UUD 1945 dan Perubahannya

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau


disingkat UUD RI Tahun 1945, adalah hukum dasar tertulis (basic law) dan
merupakan konstitusi bagi pemerintahan negara Republik Indonesia saat ini.
UUD RI Tahun 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di
Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di
Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali
memberlakukan UUD RI Tahun 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi
oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959. Pada kurun waktu tahun 1999-2002,
UUD RI Tahun 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang
mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik
Indonesia, adapun perubahan tersebut sebagai berikut :

1. Perubahan pertama melalui Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-


21 Oktober 1999 (Perubahan Pertama UUD 1945), Amandemen ini
diterapkan terhadap 9 pasal, yakni Pasal 5, Pasal 7, Pasal 9, Pasal
13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 21.
2. Perubahan kedua melalui Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18
Agustus 2000 (Perubahan Kedua UUD 1945), Perubahan kedua
menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi
masalah wilayah negara dan pembagian pemerintahan daerah,

9
Anggono, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jember: PUSKAPSI (2018), hal 10

9
menyempumakan perubahan pertama dalam hal memperkuat
kedudukan DPR, dan ketentuan-ketentuan terperinci tentang HAM.
3. Perubahan ketiga melalui Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9
November 2001 (Perubahan Ketiga UUD 1945), Perubahan tahap
ini mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal
tentang asas-asas landasan bernegara, kelembagaan negara dan
hubungan antar lembaga negara, serta ketentuan-ketentuan tentang
Pemilihan Umum.
4. Perubahan keempat melalui Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-
11 Agustus 2002 (Perubahan Keempat UUD 1945). Perubahan
tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan
hubungan antar lembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan
Agung (DPA), pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan
kesejahteraan sosial, dan aturan peralihan serta aturan tambahan.10

Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan,


Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang
hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2
ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta
Penjelasan. Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab,
37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah,
Sebagai Naskah Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD
1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR (dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang
sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes"

10
Anggono, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jember: PUSKAPSI (2018), hal 21-22

10
(sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung
ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah
menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat,
HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan negara
hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan
kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan di antaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem
pemerintahan presidensil.
Amandemen UUD Negara RI Tahun 1945 yang telah dilaksanakan
sebanyak empat kali hanya dalam kurun waktu empat tahun pula (1999, 2000,
2001, dan 2002) membawa implikasi terhadap berbagai bidang, tak terkecuali
terhadap lembaga kepresidenan. Sebelum perubahan, UUD Negara RI Tahun
1945 memberikan pengaturan yang dominan terhadap kekuasaan presiden,
hal ini terlihat dari jumlah pasal maupun kekuasaan yang dimilikinya. Mulai
dari pasal 4 sampai dengan pasal 15 dan pasal 22 mengatur langsung
mengenai jabatan presiden, secara keseluruhan ada tiga belas dari tiga puluh
tujuh pasal dalam UUD Negara RI Tahun 1945 yang mengatur tentang
kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan. Ditambah lagi dengan
ketentuan-ketentuan lain yang tidak mungkin lepas dari pengaturan mengenai
Presiden, seperti ketentuan yang mengatur APBN, ketentuan yang mengatur
wewenang MPR, DPR, DPA, BPK, undang-undang organik, dan
sebagainya1 . Setelah perubahan (1999, 2000, 2001, 2002), hanya terdapat 19
pasal dari 73 pasal (tidak termasuk tiga pasal aturan peralihan, dan dua pasal

11
aturan tambahan) yang mengatur secara langsung mengenai kekuasaan
presiden menurut UUD RI Tahun 1945.11
Namun, dampak dari perubahan UUD RI Tahun 1945 tidak serta merta
membuat kewenangan presiden menjadi lebih sempit, hal ini diperkuat
dengan adanya pasal 4 ayat (1) yang berbunyi: "Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar ". UUD
RI Tahun 1945 juga mengatur tentang kekuasaan presiden dibidang legislasi,
hal ini diatur dalam pasal 5 ayat (1) dan (2)2 yang berbunyi :
(1) "Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada
Dewan Perwakilan Rakyat."
(2) “Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalankan
Undang-undang sebagaimana mestinya.”
Namun apabila diamati dari keempat perubahan (amandemen) UUD
RI Tahun 1945, terdapat pula perubahan mengenai kekuasaan presiden dalam
bidang legislasi yang diatur dalam Pasal 5 UUD RI Tahun 1945.
Selanjutnya Pasal 22 ayat (1)3 juga memberikan kewenangan kepada
Presiden untuk membentuk peraturan perundang-undangan yakni dalam
bentuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang dalam hal terjadi
kegentingan yang memaksa. Di tambah lagi berdasarkan UU No. 10 tahun
2004, Presiden juga berwenang membentuk peraturan Presiden. Dalam
lingkup kekuasaan yudisial, Presiden pun memiliki kewenangan di bidang ini.
Hal ini diatur dalam Pasal 14 ayat (1) dan (2) UUD RI Tahun 1945, terlihat
dari adanya kekuasaan Presiden memberikan amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR, dan memberikan grasi dan rehabilitasi
dengan memperhatikan pertimbangan MA.

11
“Cover proposal penelitian Implikasi Amandemen Undang-Undang Dasar
Negara RI Tahun 1945 Terhadap Kekuasaan Legislasi Presiden”, acessed Maret 30,
2023, https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1592-BABI.p

12
Secara historis-yuridis, kekuasaan Presiden mengalami perubahan
dalam arti pengaturan atasnya seiring perubahan (amandemen) terhadap
konstitusi dilakukan. Hal inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tulisan
ini, yaitu mengenai sejauh mana perubahan UUD Negara RI Tahun 1945
mempengaruhi perubahan, khususnya kekuasaan presiden dibidang legislasi.
Dalam penulisan ini hendaknya akan memperoleh gambaran perbedaan
pengaturan kekuasaan presiden dalam hal yang lebih khusus, yaitu tentang
kedudukan presiden terhadap kekuasaan legislasi sebelum dan sesudah
amandemen UUD Negara RI Tahun 1945.

13
BAB III

PENUTUP

A. Ksimpulan

Konstitusi merupakan seluruh syarat serta ketentuan tentang


ketatanegaraan ataupun undang- undang bawah sesuatu Negara. Konstitusi
juga berperan buat menghalangi kekuasaan pemerintah supaya tidak terjalin
kesewenang- wenangan yang bisa dicoba oleh pemerintah. Ciri- cirinya ialah
organisasi Negara, hak asasi manusia, prosedur mengganti undang- undang
dasar, memuat larangan untuk mengganti watak tertentu dari undang- undang
dasar, muat cita- cita rakyat serta asas- asas ideology Negara. Tujuan
konstitusi merupakan menghalangi aksi sewenang- wenang pemerintah,
menjamin hak- hak rakyat yang diperintah, serta menetapkan penerapan
kekuasaan yang berdaulat. . Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD RI
Tahun 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang mengubah
susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia
yaitu sidang umum MPR 1999 tanggal 14-21 Oktober 1999, sidang tahunan
MPR 2000 tanggal 7-18 Agustus 2000, sidang tahunan MPR 2001 tanggal 1-
9 November 2001, Sidang tahunan MPR 2002 tanggal 1-11 Agustus 2002.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih


jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam
menjelaskan tentang makalah dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan
dapat lebih dipertanggung jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asri Astawa, Putu. 2017. Negara dan Konstitusi, Bali: Universitas Udayana.

Dwi Anggono, Bayu. 2018. Konstitusi dan Konstitusionalisme, Jember:


PUSKAPSI.

Effendi Suryani & Kaswan. 2015. Pancasila dan Ketahanan Jati Diri
Bangsa, Bandung: PT Refika Aditama.

Ghazali, Muchtar. 2016. PPKn, Bandung: PT remaja rosdakarya.

Rudy. 2013. Konstitusionalisme Indonesia, Bandar Lampung: Pusat Kajian


Konstitusi dan Peraturan Perundang-undangan.

Saepuloh, Aep. 2014. Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Islam, Bandung: Batic Press Bandung.

Sofhian, Subhan. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung:


Fokusmedia.

Rozak, Abdul. 2014. Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani,


Jakarta Selatan: ICCE UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Cover proposal penelitian Implikasi Amandemen Undang-Undang Dasar


Negara RI Tahun 1945 Terhadap Kekuasaan Legislasi Presiden”, acessed Maret 30,
2023, https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-1592-BABI.p

15
16

Anda mungkin juga menyukai