PENDIDIKAN KEWARGANEGARAN
Oleh :
Kelompok 3
Dosen Pembimbing :
AZIZAH, S. H,. M. H
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat Menyusun makalah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Fungsi Konstitusi Dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara”. Melalui makalah ini diharapkan pembaca memahami
mengenai Fungsi Konstitusi Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan
Bernegara.
Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, dukungan, dan motivasi kepada penulis dalam proses
penyusunan makalah ini, terimakasih kepada dosen pengampun pada matakuliah
Pendidikan Kewarganegaraan ini yaitu Ibu Azizah, S.H.,M.H.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saran, dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini selalu di
harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
FUNGSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. Kesimpulan ........................................................................ 16
B. Saran ................................................................................. 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
konstitusi merupakan suatu hal penting yang ada dan diterapkan dalam berbagai
negara. Dalam hal ini, konstitusi merupakan suatu norma sistem politik dan hukum
yang memuat dasar-dasar peraturan di suatu negara. Dengan begitu, konstitusi dapat
dikatakan sebagai prinsip dasar yang menjadi pegangan dalam menjalankan kehidupan
Indonesia juga termasuk salah satu negara yang menerapkan konstitusi dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal ini, konstitusi yang dianut
Indonesia tidak lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 memuat dasar-
dasar dan tujuan negara yang dibentuk pada masa awal pemerintahan Indonesia.
sebuah pemerintahan. Fungsi konstitusi tidak lain merupakan sumber hukum tertinggi
dalam pelaksanaan pemerintahan. Bukan hanya itu, fungsi konstitusi juga meliputi
pembatasan kekuasaan, identitas nasional suatu negara, hingga perlindungan hak asasi
Dengan begitu, dapat dipahami bahwa konstitusi merupakan salah satu elemen
penting yang harus ada dalam suatu pemerintahan. Tanpa konstitusi, pelaksanaan
pemerintahan suatu negara tidak dapat berjalan dengan adil dan seimbang, terutama
bagi rakyat. Sehingga, beberapa fungsi konstitusi ini perlu dipahami dengan baik bagi
pemerintahan.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
1. Pengertian Konstitusi
mengandung permulaan dari segala peraturan mengenai suatu Negara. Istilah tersebut
muncul karena Perancis yang pertama kali membahas teori konstitusi sebagai cabang
ilmu pengetahuan yang dilatar belakangi gejala-gejala social. Hal tersebut tidak
Sampai masa republik ke-4 (1946) Perancis sudah mengenal 12 macam konstitusi.
making.
Lubis, S.H. yang mengemukakan dalam bukunya, Istilah “konstitusi” berasal dari
konstitusi, yang dimaksud ialah pembentukan suatu Negara, atau menyusun dan
Indonesia antara lain merupakan padanan dari kata “Constituonale” (bahasa Perancis).
3
”Verfassunglehre” (bahasa Jerman).
Undang-Undang Dasar itu dimulai sejak Oliver Cromwell (Lord Protector) kerajaan
Dasar dibuat sebagai pegangan untuk memerintah dan dari sinilah muncul identifikasi
dari Konstitusi dan Undang-Undang Dasar. Pada tahun 1787 pengertian Konstitusi
menurut Cromwell tersebut kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat yang
selanjutnya oleh Lafayette diambil oleh Negara Perancis pada tahun 1789.
konstitusional, maka undang-undang dasar (sering disebut juga konstitusi dalam arti
wenang agar hak-hak warga Negara akan lebih terjamin (pandangan ini dinamakan
dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan pembatasan yang diharapkan akan
menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk tidak disalahgunakan oleh mereka
yang mendapat tugas untuk memerintah. Cara pembatasan yang dianggap efektif ialah
Munculnya gagasan ini lebih dahulu dari konstitusi dan kontitualisme, dimana
gagasan ini mulai berkembang pada abad pertengahan di Inggris. Kekuasaan raja yang
mutlak di negara tersebut dipaksa untuk mengetahui hak-hak dari kaum bangsawan,
yaitu bahwa raja tidak dapat memungut pajak kepada kaum bangsawan tanpa
4
persetujuan dari kaum bangsawan tersebut, jaminan tersebut dicantumkan dalam suatu
piagam yang bernama Magna Carta. Magna Carta ini merupakan awal dari gagasan
dan yang menjamin pengadilan yang cepat, hak ini tercantum dalam Hobeas Corpus
Maka oleh sebab itu dapat disimpulkan secara rinci Konstitusi Menurut Prof.
besar dan asas-asas tentang organisasi daripada Negara”. Sejalan dengan pendapat
“Konstitusi adalah suatu pola hidup berkelompok dalam organisasi Negara, yang
sering kali diperluas dalam organisasi apa pun”. Menyangkut organisasi dalam Negara,
Prof. Padmo Wahjono, S.H. ”Organisasi dalam Negara secara garis besar terbagi dalam
luas”. Dalam jenis organisasi di luar Negara atu organisasi yang lain seperti pada partai
mengemukakan bahwa karena “negara itu tidak lain dari suatu susunan masyarakat
pengetahuan ilmu ini, tidak saja terletak dalam kitab-kitab undang-undang Negara
yang tertulis, tetapi diluar undang-undang yang tertulis itu masih ada sumber-sumber
lain yang perlu digali untuk memperoleh pengetahuan tentang “ke-Tata Negaraan”.
5
dikaitkan dengan moral. Dalam bahasa latin Yunani Etika berasal dari kata A thikos
etika ini dalam bukunya “Ethique A nicomaque” sebagai “mores” yang juga berarti
kebiasaan. Kata moral ini mengacu pada baik dan buruknya manusia terkait dengan
Menurut Muslich, etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang
Menurut Sumarni, etika bisnis ini terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha
(1998:21).
Menurut Bertens, etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal
ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan wilayah abu-
6
2. Fungsi Konstitusi dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
penyelenggaraan kekuasaan negara dan sebagai jaminan atas hak-hak warga negara,
konstitusi memuat beberapa ketentuan pokok sebagai berikut: organisasi negara, hak-
hak asasi manusia dan kewajibannya, prosedur mengubah konstitusi, konstitusi yang
juga dapat dipahami sebagai bagian dari social contract (kontrak sosial) yang memuat
yangmenjamin hak-hak asasi manusia dan warga negara sekaligus penentuan batas-
batas hak dan kewajiban warga negara dan alat-alat pemerintahannya, Konstitusi
6. Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan warga
suatu negara.
7
Selain Fungsi konstitusi diatas, konstitusi juga memiliki tujuan. Tujuan-tujuan
adanya konstitusi secara ringkas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
Bisa juga memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia (HAM), sehingga
haknya.
memberikan pedoman bagi penyelenggara negara agar negara dapat berdiri kokoh.
suatu negara, Miriam Budiharjo mengatakan, bahwa: “Di dalam negara-negara yang
berdaulat, yang secara ringkas dapat dikategorikan menjadi tiga tujuan, yaitu:
8
melepaskan kontrol kekuasaan dari penguasa sendiri, memberikan batasan-batasan
tujuan hukum tersebut dapat diperinci secara garis besar fungsi dari tujuan hukum
tersebut sebagai berikut: sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat, sebagai
sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin, sebagai alat penggerak
pembangunan, sebagai alat kritik (fungsi kritis)/sarana pengawas, dan sebagai sarana
dalam ketatanegaraan suatu negara merupakan suatu hal yang sangat krusial, karena
tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah negara. Hampir tidak ada negara
yang tidak memiliki konstitusinya. Hal ini menunjukan betapa urgenya konstitusi
sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang yang
sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri dan
dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam mengatur bagaimana
9
Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan
dalam dua bagian, yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan
pemerintahan atau penguasa dalam negera. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi
mereka yang memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai
untuk menjamin hak-hak warga negara. Hak-hak tersebut mencangkup hak-hak asasi,
seperti hak untuk hidup, kesejahteraan hidup dan hak kebebasan. Mengingat
pentingnya konstitusi dalam suatu negara ini, Struycken dalam bukunya “Het
Staatscrecht van Het Koninkrijk der Nederlander” sebagaimana yang dikutip oleh Tim
tertulis merupakan dokumen formal yang berisikan: hasil perjuangan politik bangsa di
pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk sekarang maupun
untuk waktu yang akan datang, dan suatu keinginan, dimana perkembangan kehidupan
dinyatakan arti penting konstitusi dalam negara, dapat dijadikan sebagai barometer
kehidupan bernegara dan berbangsa, serta memberikan arahan dan pedoman bagi
generasi penerus bangsa dalam menjalankan suatu negara. Pada prinsipnya, semua
10
Mengkaji terhadap fungsi konstitusi untuk menjamin hak-hak asasi manusia
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, secara khusus dapat kita lihat terhadap
Pasal 28 A
(1) Hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 B
(1) Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah.
(2) Hak anak untuk kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta hak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C
(1) Hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasar nya,
Hak untuk mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya
(2) Hak untuk mengajukan diri dalam memperjuangkan haknya secara kolektif
Pasal 28 D
(1) Hak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil
(2) Hak utnuk bekerja dan mendapat imbalan serta perlakuan yang adil dan
11
Pasal 28 E
(1) Hak kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah menurut agamanya ,
(2) Hak kebebasan untuk meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap
Pasal 28 F
(1) Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
Pasal 28 G
(1) Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan
harta benda, Hak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi
manusia
(2) Hak untuk bebeas dari penyiksaan (torture) dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia
Pasal 28 H
(1) Hak untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, Hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan .
(2) Hak untuk mendapat kemudahan dan perlakuan khusus guna mencapai
persamaan dan keadilan
(3) Hak atas jaminan sosial
(4) Hak atas milik pribadi yang tidak boleh diambil alih sewenang-wenang
oleh siapapun.
12
Pasal 28 I
(1) Hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut (retroaktif)
(2) Hak untuk bebas dari perlakuan diskriminasi atas dasar apapun dan berhak
mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminatif tersebut
(3) Hak atas identitas budaya dan hak masyarakat tradisional
Pasal 28 J
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(2) Dalam menjalankan dan melindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap
orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketetiban umum.
Konstitusi telah mengalami beberapa kali perubahan, mulai dari pemberlakuan UUD
1945 ke-1, Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, pemberlakuan UUD 1945 ke-2 setelah
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan UUDNRI 1945 hasil amandemen. Menggunakan teori
Legal System dari Lawrens M. Friedmann, dalam melihat Hukum sebagai sistem yang
meliputi, legal subtance (isi hukum), legal structure (institusi hukum) dan legal culture
Dilihat dari substansi hukum, sesungguhnya telah banyak sekali peraturan yang
dibentuk oleh DPR bersama Presiden yang bertujuan untuk menjadi ketertiban,
Indonesia semakin lengkap setelah amandemen, seperti lahirnya Lembaga Baru yaitu
13
Mahkamah Konstitusi, Komisi Pemberantas Korupsi, Komisi Yudisial, Komisi
Ombushman dan lain-lain. Namun antangan yang dihadapi adalah seringnya terjadi
masalah penyalah gunaan wewenang atau melampaui batas kewenangan dari aparatur
belum mempunyai kesadaran hukum yang memadai, terlihat masih banyak terjadi
berisi tentang janji, setiap janji harus ditaati dan dipertanggung jawabkan. Konstitusi
maka bila terjadi masalah yang bersifat sistemik, maka perlu dilaksanakan, reformasi
konstitusi, reformasi institusi maupun reformasi kultural. Maka oleh sebab itu untuk
mewujudkannya.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
HAM, UUD dan banyak lagi. Konstitusi juga memiliki kedudukan dan pengaruh
sangat besar bagi suatu negara karena fungsinya dalam mengatur kekuasaan.
suatu negara. Bahwa konstitusi menjadi suatu pedoman yang dapat membatasi
identitas dan lambang nasional. Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi
B. Saran
Demikianlah penulisan kami kali ini, semoga apa yang kami tulis
bermanfaat. Kritik dan saran dari para pembaca yang membangun kami
15
DAFTAR PUSTAKA
Erman Hermawan. 2001. Politik Membela yang Benar, Teori Kritik dan Nalar.
Jakarta: Garda Bangsa.
Moh . Kusnardi, et. all. 2000. Ilmu Negara. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Tim ICCE UIN Jakarta. 2003. Pendidikan Kewargaan (Civic Eduatin) Demokrasi
Hak Asasi Manusia Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah.
16
17