KONSUMSI
Oleh:
Tukiriniwati
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah sehingga kami sekelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Definisi Budaya & Konsumsi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas dari Bu
(nama dosen), selaku dosen pada mata kuliah Ekonomi prilaku. Selain itu pembuatan
makalah ini juga bertujuan guna menambah wawasan mengenai konstitusi bagi pembaca
maupun penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dengan membagikan ilmunya dipenulisan makalah ini hingga kami dapat dengan
rampung menyelesaikan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami menantikan kritik dan saran yang nantinya akan membangun
kesempurnaan dimakalah kelompok kami ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih
semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi kita bersama.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konstitusi (bahasa Latin: constituante) atau Undang-undang Dasar atau disingkat
UUD dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada
pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak
mengatur hal-hal yang terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang
menjadi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi
memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum. Istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,
prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan
kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada
penjaminan hak kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan kepada
seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan negara. Dalam bentukan
organisasi konstitusi menjelaskan bentuk, struktur, aktivitas, karakter, dan aturan dasar
organisasi tersebut. Jenis organisasi yang menggunakan konsep konstitusi yaitu,
organisasi pemerintahan (transnasional, nasional atau regional), organisasi sukarela,
persatuan dagang, partai politik, perdagangan beras dan rempah-rempah. Konstitusi pada
umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang berisi aturan-aturan untuk
menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara. Namun dalam pengertian ini,
konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya berupa dokumen tertulis
(formal).Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai
ketatanegaraan.1 Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang
mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-
Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan
hukum sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan terhadap Hak Asasi
Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan (Distribution of Power)
dalam penyelenggaraan negara. Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum
fundamental negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan
menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya. Konstitusi
dalam arti formal adalah suatu dokumen resmi, seperangkat norma hukum yang hanya
dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan- ketentuan khusus, yang tujuannya adalah
untuk menjadikan perubahan norma- norma ini lebih sulit. Konstitusi dalam arti material
1
terdiri atas peraturan peraturan yang mengatur pembentukan norma-norma hukum yang
bersifat umum, terutama pembentukan undang-undang.
Di Indonesia, konstitusi yang digunakan merupakan konstitusi tertulis yaitu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 atau biasa disebut UUD 1945.
UUD 1945 pertama kali disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia dalam sidang
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945. Pasal 3
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar sebagai sebuah
Hukum Dasar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Mengapa DPD mengusulkan amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 ?
2. Apakah usulan Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) terkait penguatan lembaga
perwakilan dalam agenda amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
3. Bagaimana konsep ideal lembaga perwakilan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
1. Sistem Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis “constituer” yang artinya
membentuk. Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar (awal) mengenai
pembentukan Negara. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai berikut:
a. Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;
b. Undang-undang Dasar suatu Negara.
Pengertian konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian
Undang-undang Dasar, tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian Undang-
undang Dasar. Undang-undang dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang di
samping Undang-Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak
tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis.1
a. Hukum dasar tidak tertulis disebut Konvensi .Terdapat beberapa defenisi
konstitusi dari para ahli, yaitu:
1) Herman heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga:
a) Konstitusi dalam pengertian politik sosiologis. Konstitusi mencerminkan
kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan;
b) Konstitusi merupakan satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat
yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah hukum. Konstitusi dalam
hal ini sudah mengandung pengertian yuridis;
c) Konstitusi yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang
tinggi yang berlaku dalam suatu Negara.
2) K.C.Wheare mengartikan konstitusi sebagai “Keseluruhan sistem
ketatanegaraan dari suatu Negara, berupa kumpulan peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu negara.”
Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut:
1
A.Ubaidillah, Abdul Rozak, 2005, Demokrasi Hak Azasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Kencana Perdana Media Grup, Jakarta
3
- Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan
tidak tertulis.
- Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum dasar tertulis, yaitu
undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang dasar merupakan
konstitusi atau hukum dasar yang tertulis. Di Negara-negara yang
mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional undang-undang dasar
mempunyai khas, yaitu membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat semena-mena. Hak- hak
warga Negara akan lebih dilindungi.
2. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu Negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam hal tujuan, bentuk
dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu
sebagai:
- Konstitusi sebagai Hukum Dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang
hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara;
- Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi; Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan
sebagai hukum tertinggi dalam tata hukum Negara yang bersangkutan.
4
diterima dalam sidang Il BPUPKI tanggal 1 Juli 1945. Setelah itu Soekarno membentuk
panitia kecil pada tanggal 16 Juli 1945 yang diketuai oleh Soepomo dengan tugas
imenyusun rancangan Undang-Undang Dasar dan membentuk panitia untuk
mempersiapkan kemerdekaan, yaitu Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPK).
Keanggotaan PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua lr Soekarno dan Moh.Hatta
sebagai wakilnya. Para anggota PPKl antara lain Mr. Radjiman Wedyodiningrat, KI
Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran soerjohamidjojo,
Soetarjo Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir,Drs Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir (Sumatera), Mr. Abdul Abbas (Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary,Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P Soeroso, Abdul Wachid Hasyim, dan Mr. Mohammad Hassan
(Sumatera). Undang-Undang Dasar atau Konstitusi Negara Republik Indonesia disahkan
dan ditetapkan oleh PPKl pada hari Sabtu 18 Agustus 1945. Dengan demikian, sejak itu
Indonesia telah menjadi suatu negara modern karena telah memiliki suatu sistem
ketatanegaraan, yaitu Undang-Undang Dasar atau Konstitusi Negara yang memuat tata
kerja konstitusi modern. Istilah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang memakai
angka "1945" di belakang UUD sebagaimana dijelaskan oleh Dahlan Thaib dkk., barulah
timbul kemudian, yaitu pada awal tahun 1959 ketika tanggal 19 Februari 1959 Kabinet
Karya mengambil kesimpulan dengan suara bulat mengenai "pelaksanaan Demokrasi
Terpimpin dalam rangka kembali ke UUD 1945".2
Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali
pergantian baik nama maupun substansi materi yang dikandungnya. Perjalanan sejarah
konstitusi Indonesia antara lain:
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945-27
Desember 1949.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat-lazim dilkenal dengan sebutan konstitusi RIS-
dengan masa berlakunya 27 Desember 1949-17 Agustus 1950.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Republik Indonesia 1950 yang masa
berlakunya sejak 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959.
2
Armaidy Armawi, Geostrategi Indonesia, Jakarta, Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi,
2006
5
4. Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi
pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak Dekrit presiden 5 Juli 1959-
sekarang.
6
b. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan
demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih terlindungi. Gagasan ini
dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl Joachim Friedrich dijelaskan
sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan kegiatan yang
diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat, tetapi yang dikenakan beberapa
pembatasan yang diharapkan akan menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan
untuk pemerintahan itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas
untuk memerintah (Thaib dan Hamidi, 1999).
c. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya;
(b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat yang
dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan negara
menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi oleh semua
warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.3
3
Santiaji.P. 1988. Pancasila Suatu Tinjauan Filosofis, Historis Dan Yuridis Konstitusional.
Surabaya: Usaha Nasional
7
HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang
menimbulkan penafsiran beragam (multitafsir) dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan praktik KKN.
e. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan secara
bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan
tersebut harus dipahami sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.
f. Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan
MPR, kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasal-pasal yang terlalu
“luwes” sehingga dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan undang-undang, dan rumusan UUD NRI
1945 tentang semangat penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan
konstitusi yang sesuai dengan tuntutan reformasi.
g. Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan Presiden
dan Wakil Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia
mengawali perubahan UUD NRI 1945.
h. Dari proses perubahan UUD NRI 1945, dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:
(a) Perubahan UUD NRI 1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan
perubahan yang dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum
MPR 1999, Sidang Tahunan MPR 2000, 2001, dan 2002; (b) Hal itu terjadi karena
materi perubahan UUD NRI 1945 yang telah disusun secara sistematis dan
lengkap pada masa sidang MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat dibahas
dan diambil putusan. (c) Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945
dilaksanakan secara sistematis berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan
berpedoman pada materi rancangan yang telah disepakati sebelumnya.
i. UUD NRI 1945 menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak
boleh bertentangan dengan UUD. Jika suatu undang- undang isinya dianggap
bertentangan dengan UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas
undang-undang tersebut. Warga negara dapat mengajukan pengujian
konstitusionalitas suatu undang- undang kepada Mahkamah Konstitusi.
8
3. Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa Negara Indonesia
Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia syarat
terbentuknya suatu negara yaitu setiap negara harus memiliki konstitusi, tanpa adanya
konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk. Dalam suatu ketatanegaraan
konstitusi merupakan hal pokok yang harus terpenuhi dan tidak dapat terpisahkan.
Beberapa unsur berdrinya suatu negara yakni
a. Adanya pemerintahan yang berdaulat.
b. Memiliki wilayah.
c. Rakyat
d. Pengakuan dari negara lain.
Namun keempat unsur tersebut belum menjamin bahwa suatu negara apakah dapat
menjalankan fungsi kenegaraannya dengan baik apabila negara yersebut belum
memiliki konstitusi.4
4
Kabul Budiyono, 2010, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta Bandung.
9
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua arti yaitu; arti luas
dan arti sempit. Dalam arti luas, konstitusi berarti keseluruha. dari ketentuan-
ketentuan dasar atau hukum dasar (droit constitunelle) Seperti halnya hukum dasar
pada umumnya, hukum dasar juga tidak selalu berbentuk dokumen tertulis. Sementara
dalam pengertian sempit (terbatas), konstitusi berarti piagam dasar atau undang-
undang dasar (loi constitunelle), yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-
peraturan dasar negara. UUD 1945, Konstitusi Amerika Serikat tahun 1787 Konstitusi
Prancis tahun 1789, hingga Konstitusi Federasi Swiss tahun 1848 merupakan contoh-
contoh konstitusi dalam arti sempit.
a. Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang- wenang. Jika
tidak demikian, maka konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja
kekuasaan penguasa akan merajalela dan bisa merugikan rakyat banyak,
b. Melindungi HAM. Artinya, setiap penguasa berkewajiban untuk menghormati
HAM milik orang lain, dan
c. Pedoman penyelenggaraan negara. Artinya, tanpa adanya pedoman konstitusi
maka suatu negara tidak akan berdiri dengan kokoh karena tidak memiliki
landasan atau pedoman hukum.
2. Konstitusi Indonesia
Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk Menyusun
sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala arti dan fungsi
nya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945,Konstitusi Indonesia sebagai sesuatu "revolusi
grondwet" telah disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia(PPKI) dalam sebuah naskah yang dinamakan undang-undang
dasar negara Republik Indonesia yang memuat 37 pasal.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia terdapat empat macam
Undang Undang Dasar (konstitusi Indonesia) yang pernah berlaku yaitu:
a. Periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 (UUD 1945) Saat Republik
Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, negara muda ini belum
mempunyai undang-undang dasar.Sehari kemudian, pada tanggal 18 Agustus
1945 Rancangan Undang-Undang disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia.
10
b. Periode 27 Desember 1949 -17 Agustus 1950 (UUD RIS)Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Tahun 1945, ternyata Belanda masih belum menyerah untuk
menguasai Indonesia. Belanda kembali mencoba untuk menguasai Indonesia
melalui Agresi Militer I tahun1947 dan Agresi Militer Belanda II tahun 1948 serta
menciptakan negara-negara bagian di Indonesia (negara boneka) dengan tujuan
untuk memecah belah persatuan Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan
diadakannya berbagai perjanjian antara Indonesia - Belanda yang kemudian
melahirkan negara Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember
1949 dan UUD yang berlaku kemudian adalah UUD RIS.
c. Priode 17 Agustus 1950 -5 Juli 1959 (UUDS 1950) Indonesia sangat
menghendaki sifat kesatuan, sehingga negara tidak bertahan lama. Selanjutnya,
dicapai kata sepakat untuk kembali mendirikan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatu UUD baru sehingga dibentuklah suatu
panitia bersama yang akan menyusun rancangan UUD. Rancangan UUD ini
kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus 1950 dan berlaku pada tanggal 17
Agustus 1950.UUD baru ini dinamakan dengan UUD sementara Tahun 1950
(UUDS'50)
d. Periode 5 Juli 1959 - sekarang (kembali ke UUD 1945) UUDS 1950 dengan
badan Konstituan tenya tidak mampu membentuk konstitusi yang baru, hingga
muncul Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 yang menyatakan bahwa UUDS'50
dinyatakan tidak berlaku lagi dan Indonesia kembali menggunakan UUD 1945,
karena dianggap UUD '45 inilah yang paling baik untuk dijadikan sebagai sistem
konstitusi Indonesia. UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia tidak bersifat kaku,
akan tetapi sangat fleksibel. Hal ini dibuktikan dengan adanya pasal yang
menyatakan tentang kemungkinan untuk melakukan perubahan atas UUD 1945
ini,yaitu Pasal 37 tentang perubahan Undang-Undang Dasar. Apabila MPR
bermaksud akan mengubah UUD melalui Pasal 37 UUD 1945, sebelumnya hal itu
harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat Indonesia melalui suatu
referendum (berdasarkan TAP MPR No.1/MPR/1983 Pasal 105-109 jo. TAP
MPR No. IV/MPR/1983 tentang Referendum).
11
E. Tujuan dan Fungsi Konstitusi
Secara garis besar, tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang- wenang
pemerintah, menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan kekuasaan yang
pelaksanaan berdaulat.5 Menurut Bagir Manan, hakikat dari kon- stitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan terhadap
kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan ter- hadap hak-hak warga negara
maupun setiap penduduk di pihak lain.
Adapun, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck, me- nyatakan
bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu: (1) jaminan hak-hak
asasi manusia; (2) susunan ketatanegaraan yang bersifat men- dasar; dan (3) pembagian
dan pembatasan kekuasaan. Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi
konstitusi meliputi:
1. Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2. Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3. Peradilan yang bebas dan mandiri.
4. Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi uta- ma dari
asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama bagi suatu pe-
merintahan yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintahan disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Seka- lipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip di atas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum bisa
dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham konsti- tusi
demokrasi. Tujuan-tujuan konstitusi Negara Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga
tujuan, yaitu:
1. Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan sekaliguspengawasan terhadap
kekuasaan politik.
2. Konstitusi bertujuan untuk melepaskan kontrol kekuasaan daripenguasa itu sendiri.
3. Konstitusi bertujuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagipara penguasa dalam
menjalankan kekuasaannya.
5
Rahayu, Ani Sri.(2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta:
Bumi Aksara.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu negara, tanpa adanya
konstitusi negara tersebut tidak mungkin terbentuk. Di dalam sebuah konstitusi memuat
banyak kepentingan seputar tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan banyak lagi.
Konstitusi juga memiliki kedudukan dan pengaruh sangat besar bagi suatu negara karena
fungsinya dalam mengatur kekuasaan.
B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian. Apabila terdapat saran maupun kritik yang sekiranya ingin disampaikan,
silahkan sampaikan kepada kami. Apabila terdapat kesalahan mohon untuk memaafkan,
kami manusia tak ada yang sempurna maupun luput dari kesalahan. Sekian makalah dari
kami, kami ucapkan terimakasih
13
DAFTAR PUSTAKA
A.Ubaidillah, Abdul Rozak, 2005, Demokrasi Hak Azasi Manusia dan Masyarakat Madani,
Kencana Perdana Media Grup, Jakarta
Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan Cetakan I Tahun 2016
Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ristekdikti
Kabul Budiyono, 2010, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Alfabeta Bandung.
Santiaji.P. 1988. Pancasila Suatu Tinjauan Filosofis, Historis Dan Yuridis Konstitusional.
Surabaya: Usaha Nasional
Rahayu, Ani Sri.(2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Jakarta: Bumi
Aksara.
Komaruddin Hidayat, 2011, Pendidikan Kewargaan (Civil Edu-cation), ICCE UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
14