Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KAJIAN LITERATUR

SEJARAH DAN KONSTITUSI INDONESIA

Dosen Pengampuh :
Aprilia Widya Mandey,S.S.,S.H.,M.H

DISUSUN OLEH :

KAREN HARY
2214201094

Makalah kajian literatur ini disusun untuk menyelesaikan tugas mandiri ujian
tengah semester pada mata kuliah kewarganegaraan

PROGRAM STUDI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNPI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
KONSTITUSI ini dengan baik. Makalah ini dibuat agar menambah sedikit
pengetahuan kita mengenai pengetahuan dasar konstitusi, sehingga kita dapat
memahami apa sebenarnya konstitusi itu, secara mendalam dan terperinci.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, diperlukan suatu pemahaman khusus mengenai
hal-hal mendasar yang ada pada konsitusi. Untuk itu, penyusunan makalah ini,
diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua termasuk penulis.
Penulisan makalah ini dapat terselenggara berkat sumber-sumber referensi yang
sangat membantu mengenai konstitusi dan untuk itu penulis mengucapakan
terimakasih atas bantuan materi-materinya yang sangat bermanfaat.
Saya mohon maaf jika makalah ini banyak kekurangan maka dari itu saya
mengharapkan agar para pembaca makalah ini dapat memberikan saran serta
kritiknya untuk perbaikan yang semestinya.

Manado, November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….....1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………….…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..3
A. Pengertian Konstitusi ……………………………….………………….……..3
B. Istilah Konstitusi ……………………………….……………………….….....4
C. Sifat dan Fungsi Konstitusi …………………………………………………...5
D. Tujuan Konstitusi ……………………………….………………………….....5
E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara.……………………………………..….6
F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia.……………………………..…...7
G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia..……………………………..……8
H. Klasifikasi Konstitusi.…………………………………………………...…...10
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………11
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..11
B. Saran…………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….13
LAMPIRAN…………………………………………………………………….......14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Definisi konstitusi adalah aturan dasar mengenai ketatanegaraan suatu negara.
Kedudukannya merupakan hukum dasar dan hukum tertinggi. Konstitusi
memiliki dua sifat yaitu kaku dan luwes. Adapun fungsi konstitusi adalah
membatasi kekuasaan dan menjamin HAM. Isinya berupa pernyataan luhur,
struktur dan organisasi negara, jaminan HAM, prosedur perubahan, dan larangan
perubahan tertentu. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia terdiri dari 1.
UUD 1945 (Konstitusi I), 2. Konstitusi RIS 1949, 3. UUDS 1950, 4. UUD 1945
Amandemen. Amandemen konstitusi terdiri dari pengertian, hasil-hasil dan sikap
yang seharusnya positif-kritis dan mendukung terhadap proses Amandemen
UUD 1945. Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia pernah terjadi penyimpangan,
yang mana bertujuan untuk menjadi pelajaran bagi masa depan.
Pesan Bijak :
1. “Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi
konstitusional, UUD mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaan kekuasaan
tidak bersifat sewenang-wenang”. (Miriam Budiharjo).
2. “Kekuasaan cenderung diselewengkan, semakin besar kekuasaan, semakin
besar kecenderungan untuk diselewengkan”. (Lord Acton)
Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar mengenai
ketatanegaraan. Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari adanya konstitusi yang
mendasarinya. Konstitusi dapat berupa hukum dasar tertulis yang lazim disebut
Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar
dari tatanan hukum sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi kekuasaan
(Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara.
Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental negara, sebab
konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang nantinya akan menjadi acuan
bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain yang ada dibawahnya. Konstitusi dalam
arti formal adalah suatu dokumen resmi, seperangkat norma hukum yang hanya
dapat diubah di bawah pengawasan ketentuan-ketentuan khusus, yang tujuannya
adalah untuk menjadikan perubahan norma-norma ini lebih sulit. Konstitusi
dalam arti material terdiri atas peraturan-peraturan yang mengatur pembentukan
norma-norma hukum yang bersifat umum, terutama pembentukan undang-
undang.

B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan sebuah masalah yaitu ;
Bagaimana sejarah dan konstitusi di indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mengetahui tentang sejarah dan konstitusi
indonesia
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa memahami dan dapat mengerti sistem konstitusi di indonesia

D. Manfaat Penulisan
1) Meningkatkan pengetahuan wawasan
2) Meningkatkan daya pikir
3) Meningkatkan daya kreatifitas
4) Menambah bahan ajar atau referensi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak
tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan
dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-
prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan
diantara keduanya
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:
1) Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi
berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar.
Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu
merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran
dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi. Konvensi
sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek
penyelenggaaraan Negara.
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang
Dasar dan bearjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga
memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,
yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
2) Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti
piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal
tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar
hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat
hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum
dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan
sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan
berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.

B. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara
terjadi perbedaan pendapat:
a. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
b. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari
undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur
hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan
berlaku dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
a. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya
yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa;
b. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah
dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk
suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
c. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata
cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
d. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara
bagian.

C. Sifat dan Fungsi Konstitusi


Sifat pokok konstitusi negara adalah fleksibel (luwes) dan rigit (kaku). Konstitusi
negara memiliki sifat fleksibel / luwes apabila konstitusi itu memungkinkan
adanya perubahan sewaktu-waktu sesuai perkembangan jaman /dinamika
masyarakatnya. Sedangkan konstitusi negara dikatakan rigit / kaku apabila
konstitusi itu sulit untuk diubah kapanpun.
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian
rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Pemerintah sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas
nama rakyat, terkait oleh beberapa pembatasan dalam konstitusi negara sehigga
menjamin bahwa kekuasaan yang dipergunakan untuk memerintah itu tidak
disalahgunakan. Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan
terlindungi. Sesuai dengan istilah konstitusi dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia yang diarti kan sebagai: Segala ketentuan dan aturan mengenai
ketatanegaraan; Undang-undang Dasar suatu negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, konstitusi merupakan tonggak atau awal
terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara.
Oleh sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan strategis dalam
kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi tolok ukur
kehidupan berbangsa dan bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan
para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri
negara ( the founding fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

D. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya
tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang
berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan
terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan
yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak
warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,
menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1) Jaminan hak-hak manusia;
2) Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3) Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3) Peradilan yang bebas dan mandiri.
4) Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum
bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :
1) Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2) Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3) Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.

E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara


Konsekuensi logis dari kenyataan bahwa tanpa konstitusi negara tidak mungkin
terbentuk, maka konstitusi menempati posisi yang sangat krusial dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Negara dan konstitusi merupakan lembaga yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Dr. A. Hamid S. Attamimi, dalam
disertasinya berpendapat tentang pentingnya suatu konstitusi atau Undang-undang
Dasar adalah sebagai pegangan dan pemberi batas, sekaligus tentang bagaimana
kekuasaan negara harus dijalankan. Sejalan dengan pemahaman di atas, Struycken
dalam bukunya Net Staatsrecht van Het Koninkrijk der Nederlanden menyatakan
bahwa konstitusi merupakan barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang
sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu, sekaligus ide-ide dasar
yang digariskan oleh the founding father, serta memberi arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan suatu negara yang akan dipimpin. Semua
agenda penting kenegaraan ini tercover dalam konstitusi, sehingga benarlah kalau
konstitusi merupakan cabang yang utama dalam studi ilmu hukum tata negara.
1) Pada sisi lain, eksistensi suatu ”negara” yang diisyaratkan oleh A. G.
Pringgodigdo, baru riel ada kalau telah memenuhi empat unsur, yaitu:
Memenuhi unsur pemerintahan yang berdaulat,
2) Wilayah Tertentu
3) Rakyat yang hidup teratur sebagai suatu bangsa (nation), dan
4) Pengakuan dari negara-negara lain.
Dari keempat unsur untuk berdirinya suatu negara ini belumlah cukup menjamin
terlaksananya fungsi kenegaraan suatu bangsa kalau belum ada hukum dasar
yang mengaturnya. Hukum dasar yang dimaksud adalah sebuah konstitusi atau
Undang-Undang Dasar. Prof. Mr. Djokosutono melihat pentingnya konstitusi
dari dua segi. Pertama, dari segi sisi (naar de Inhoud) karena konstitusi memuat
dasar dari struktur dan memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk (Naar de
Maker) oleh karena yang memuat konstitusi bukan sembarangan orang atau
lembaga. Mungkin bisa dilakukan oleh raja, raja dengan rakyatnya, badan
konstituante atau lembaga diktator. Pada sudut pandang yang kedua ini, K. C.
Wheare menggkaitkan pentingnya konstitusi dengan peraturan hukum dalam arti
sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan yang mempunyai ”wewenang
hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk memberikan kekuatan hukum
pada konstitusi.

F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia


Dalam UUD 1945 menyediakan satu pasal yang berkenaan dengan caraperubahan
UUD, yaitu pasal 37 yang menyebutkan:
1. Untuk mengubah UUD sekurang-kuranngnya 2/3 daripada anggota MPR
harus hadir;
2. Putusan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah
angggota yang hadir.
Pasal 37 terrsebut mengandung tiga norma, yaitu:
1. Bahwa wewenang untuk mengubah UUD ada pada MPR sebagai lembaga
tertinggi negara;
2. Bahwa untuk mengubah UUD, kuorum yang dipenuhi sekurang-
kurangnya adalh 2/3 dari sejumlah anggota MPR;
3. Bahwa putusan tentang perubahan UUD adalah sah apabila disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari anggota MPR yang hadir.
Jika dihadapkan pada klasifikasi yang disampaikan KC. Wheare, merupakan
bentuk konstitusi bersifat “tegar”, karena selain tata cara perubahannya tergolong
sulit, juga karena dibutuhkannya prosedur khusus. Menurut KC. Wheare, tingkat
kesulitan perubahan-perubahan konstitusi memilki motif-motif tersendiri yaitu:
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan pertimbangan yang masak,
tidak secara serampangan dan dengan sadar (dikehendaki);
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya
sebelum perubahan dilakukan;
3. Agar hak-hak perseorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas
agama atau kebudayaanya mendapat jaminan.
Dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia, Konstitusi atau Undang-undang Dasar
1945 yang diberlakukan di Indonesia, telah mengalami perubahan-perubahan dan
masa berlakunya di Indonesia, yakni dengan rincian sebagai berikut:
1. Undang-undang dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949);
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949-17 Agustus
1950);
3. Undang-undang Dasar Semntara Rrepublik Indonesia 1950 (17 Agustus
1950-5Juli 1959);
4. Undang-undang Dasar 1945 (5 Juli 1959-19 Oktober 1999);
5. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I (19 Oktober 1999-18
Agustus 2000);
6. Undang-undang Dasar 1945 dan Perubahan I dan II (18 Agustus 2000-9
Nopember 2001);
7. Undang-undang Dasar 1945 dan peereubahan I, II, dan III (9 Nopember
2001-10 Agustus 2002);
8. Undang_undang Dasar 1945 dan perubahan I,II, III dan IV (10 Agustus
2002).

G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia


Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juni 1945 oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai dalam
bahasa Jepang yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir.Soekarno dan
Drs.Moh.Hatta sebagai wakil dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang
wakil dari Jawa,3 orang dari Sumatra, dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. BPUPKI ditetapkan berdasarkan
Maklumat Gunseikan Nomor 23 bersamaan dengan ultah Tenno Heika pada
tanggal 29 April 1945.
BPUPKI menentukan tim khusus yang bertugas menyusun konstitusi bagi
Indonesia merdeka yang dikenal dengan nama UUD 1945. tokoh-tokoh
perumusnya antara lain Dr.Rajman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadi Koesemo, Oto
Iskandardinata, Pangeran purboyo, Pangeran Soerjohamindjojo dan lain-lain.
UUD 1945 dibentuk untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di
kemudian hari. Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi
resmi nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan
sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada
tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya
diambil dari rancangan Undang – Undang yang disusun oleh panitia
perumus pada tanggal 22 Juni 1945.
2. menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir
seluruhnya diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD
tanggal 16 Juni 1945.
3. memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden.
4. pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(Komite Nasional).
Dengan terpilihnya atas dasar UUD 1945, maka secara formal Indonesia
sempurna menjadi sebuah Negara, sebab syarat – syarat yang lazim diperlukan
oleh setiap Negara telah ada, yaitu adanya :
1. Rakyat .
2. Wilayah.
3. Kedaulatan.
4. Pemerintahan
5. Tujuan Negara.
6. Bentuk Negara
Konstitusi sebagai satu kerangka kehidupan politik telah lama dikenal yaitu sejak
zaman yunani yang memiliki beberapa kumpulan hokum (semacam kitab hokum
pada 624 – 404 SM) sehingga, sebagai Negara hokum Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal sebagai UUD 1945 yang telah dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKU) yang mana tugas pokok badan ini
sebenarnya menyusun rancangan UUD.
Namun dalam praktik persidangannya berjalan berkepanjangan khususnya pada
saat membahas masalah dasar Negara.diakhir siding I BPUPKI berhasil
membentuk panitia kecil yang disebut panitia sembilang, panitia ini pada tanggal
22 juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk menyetujui sebuah naskah
mukhodimah UUD yang kemudian diterima dalam siding II BPUPKI tanggal 11
Juli 1945.
Setelah itu Ir. Soekarno membentuk panitia kecil pada tanggal 16 juli 1945 yang
diketuai oleh Soepomo dengan tugas menyusun rancangan UUD dan membentuk
panitia persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang.
Sehingga UUD atau konstitusi Negara republic Indonesia diatukan ditetapkan
oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian sejak itu
Indonesia telah menjadi suatu Negara modern karena telah memiliki suatu
system ketatanegaraan yaitu dalam UUD 1945. Dalam perjalanan sejarah,
konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian baik nama
maupun subtansi materi yang dikandungnya, yaitu :
1) UUD 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945 sampai 27
Desember 1949.
2) Konstitusi republic Indonesia serikat yang lazim dikenal dengan sebutan
konstitusi RIS (17 Desember 1949 – 17 Agustus 1950).
3) UUD 1950 (17 Agustus 1950 – 05 Juli 1959).
4) UUD 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi pertama
Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit presiden 05 Juli 1959 –
Sekarang.

H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
a. Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang
dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau
dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk
memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam
aturan-aturang yang sudah disiapkan.
b. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan
proses yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,
Referendum dan konvensi.
2) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
Ciri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan
undang-undang yang lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.
3) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
a. Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas
peraturan perundang-undang yang lain.
b. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
4) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
a. Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system
pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan
pemerintah Negara bagian.
b. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana
diatur dalam konstitusi.
5) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system
pemerintahan parlementer. Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri
system pemerintrahan presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi
system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa konstitusi dalam arti sempit,
yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar. Konstitusi
dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar
dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi. Dalam praktiknya, konstitusi
dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis (undang-undang) dasar dan yang
tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi. Konstitusi merupakan media
bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga Negara.
Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.

B. Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat kami harapkan agar kami bisa memperbaikinya di makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka

Mandiri, 1999. Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata
Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, cet. Ke-1

Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.

Lubis, M. Solly, Asas-asas Hukum Tata Negara, Bandung: Alumni, 1982.


Thaib, Dahlan,et.al., Teori dan Hukum Konstitusi, Jakarta: PT> Raja Grafindo
Persada, 2001, cet.ke-2.

Ubaidillah, Ahmad, et.al., Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi,


HAM dan Masyarakat Madani, Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000, edisi pertama.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai