Dosen Pengampuh :
Aprilia Widya Mandey,S.S.,S.H.,M.H
DISUSUN OLEH :
KAREN HARY
2214201094
Makalah kajian literatur ini disusun untuk menyelesaikan tugas mandiri ujian
tengah semester pada mata kuliah kewarganegaraan
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
KONSTITUSI ini dengan baik. Makalah ini dibuat agar menambah sedikit
pengetahuan kita mengenai pengetahuan dasar konstitusi, sehingga kita dapat
memahami apa sebenarnya konstitusi itu, secara mendalam dan terperinci.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, diperlukan suatu pemahaman khusus mengenai
hal-hal mendasar yang ada pada konsitusi. Untuk itu, penyusunan makalah ini,
diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua termasuk penulis.
Penulisan makalah ini dapat terselenggara berkat sumber-sumber referensi yang
sangat membantu mengenai konstitusi dan untuk itu penulis mengucapakan
terimakasih atas bantuan materi-materinya yang sangat bermanfaat.
Saya mohon maaf jika makalah ini banyak kekurangan maka dari itu saya
mengharapkan agar para pembaca makalah ini dapat memberikan saran serta
kritiknya untuk perbaikan yang semestinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………....1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………….....1
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………...2
D. Manfaat Penulisan………………………………………………………….…2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………..3
A. Pengertian Konstitusi ……………………………….………………….……..3
B. Istilah Konstitusi ……………………………….……………………….….....4
C. Sifat dan Fungsi Konstitusi …………………………………………………...5
D. Tujuan Konstitusi ……………………………….………………………….....5
E. Pentingnya Konstitusi Dalam Negara.……………………………………..….6
F. Perubahan Konstitusi di Negara Indonesia.……………………………..…...7
G. Sejarah Lahirnya Konstitusi Di Indonesia..……………………………..……8
H. Klasifikasi Konstitusi.…………………………………………………...…...10
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………11
A. Kesimpulan…………………………………………………………………..11
B. Saran…………………………………………………………………………12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….13
LAMPIRAN…………………………………………………………………….......14
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Melihat latar belakang diatas, maka dirumuskan sebuah masalah yaitu ;
Bagaimana sejarah dan konstitusi di indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mengetahui tentang sejarah dan konstitusi
indonesia
2) Tujuan Khusus
Mahasiswa memahami dan dapat mengerti sistem konstitusi di indonesia
D. Manfaat Penulisan
1) Meningkatkan pengetahuan wawasan
2) Meningkatkan daya pikir
3) Meningkatkan daya kreatifitas
4) Menambah bahan ajar atau referensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution (Bhs. Inggris) – constitutie (Bhs.
Belanda) – constituer (Bhs. Perancis), yang berarti membentuk, menyusun,
menyatakan. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan
artinya dengan UUD. Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan
suatu badan politik yang disebut negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan
sistem ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan untuk
membentuk, mengatur, atau memerintah negara. Peraturan-peraturan tersebut ada
yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang, dan ada yang tidak
tertulis berupa konvensi. Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian konstitusi:
1) Kontitusi itu berasal dari bahasa parancis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2) Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “Cume”
berarti bersama dengan dan “Statuere” berarti membuat sesuatu agar berdiri
atau mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”.
3) Dalam istilah bahasa inggris (constution) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan
dari peraturn-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur
secara mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan
dalam suatu masyarakat.
4) Dalam terminilogi hokum islam (Fiqh Siyasah) konstitusi dikenal dengan
sebutan DUSTUS yang berati kumpulan faedah yang mengatur dasar dan
kerja sama antar sesame anggota masyarakat dalam sebuah Negara.
5) Menurut pendapat James Bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu
kerangka masyarakat politik (Negara yang diorganisir dengan dan melalui
hokum. Dengan kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip-
prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak rakyat dan hubungan
diantara keduanya
Dalam perkembangannya, istilah konstitusi mempunyai dua pengertian, yaitu:
1) Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi
berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan dasar atau hukum dasar.
Seperti halnya hukum pada umumnya, hukum dasar tidak selalu
merupakan dokumen tertulis atau tidak tertulis atau dapat pula campuran
dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-
undang Dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi. Konvensi
sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bearnegara mempunyai sifat ;
a. Merupakan kebiasaan yang berulangkali dalam prektek
penyelenggaaraan Negara.
b. Tidak beartentangan dengan hukum dasar tertulis/Undang-undang
Dasar dan bearjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga
memungkinkan sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam
Undang-undang Dasar. Konstitusi sebagiai hukum dasar memuat
aturan-aturan dasar atau pokok-pokok penyelenggaraan bernegara,
yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar dan perlu
dijabarkan lebih lanjut kedalam norma hukum dibawahnya.
2) Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce), konstitusi berarti
piagam dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen lengkap mengenai
peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.
Sesungguhnya pengertian konstitusi berbeda dengan Undang Undang Dasar, hal
tersebut dapat dikaji dari pendapat L.J. Apeldorn dan Herman Heller. Menurut
Apeldorn, konstitusi tidaklah sama dengan UUD. Undang-Undang Dasar
hanyalah sebatas hukum yang tertulis, sedangkan konstitusi di samping memuat
hukum dasar yang tertulis juga mencakup hukum dasar yang tidak tertulis.
Adapun menurut Herman Heller, konstitusi mencakup tiga pengertian, yaitu:
1. Die politische verfassung als gesselchaffliche wirklichkeit, yaitu konstitusi
yang mencerminkan kehidupan politik di dalam masyarakat sebagai suatu
kewajiban.
2. Die verselbstandigte rechtverfassung, yaitu mencari unsur-unsur hukum
dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat tersebut untuk dihadirkan
sebagai suatu kaidah hukum.
3. Die geschriebene verfassung, yaitu menuliskan konstitusi dalam suatu
naskah sebagai peraturan perundangan yang tertinggi derajatnya dan
berlaku dalam suatu negara.
Konstitusi sebagai hukum dasar berisi aturan-aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan negara. Aturan-aturan itu masih bersifat umum.
B. Istilah Konstitusi
Istilah konstitusi secara umum menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara, yaitu berupa kumpulan peraturan yang membentuk
mengatur atau memerintah negara, peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis
dan ada yang tidak tertulis.
Sehubungan dengan konstitusi ini para sarjana dan Ilmuan Hukum Tata Negara
terjadi perbedaan pendapat:
a. Kelompok yang menyamakan konstitusi dengan undang-undang;
b. Kelompok yang membedakan konstitusi dengan undang-undang.
Menurut paham Herman Heller, konstitusi mempunyai arti yang lebih luas dari
undang-undang. Dia membagi konstitusi dalam tiga pengertian antara lain:
a. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik dalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan (Die Polotiche Verfasung Als Gesellchaftliche)
b. Unsur-unsur hukum dari konstitusi yang hidup dalam masyarakat
dijadikan sebagai suatu kesatuan hukum dan tugas mencari unsur-unsur
hukum ” Abstraksi ”.
c. Ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi dan
berlaku dalam suatu negara.
Menurut Lord Bryce, terdapat empat motif timbulnya konstitusi :
a. Adanya keinginan anggota warga negara untuk menjamin hak-haknya
yang mungkin terancam dan sekaligus membatasi tindakan-tindakan
penguasa;
b. Adanya keinginan dari pihak yang diperintah atau yang memerintah
dengan harapan untuk menjamin rakyatnya dengan menentukan bentuk
suatu sistem ketatanegaraan tertentu;
c. Adanya keinginan dari pembentuk negara yang baru untuk menjamin tata
cara penyelenggaraan ketatanegaraan;
d. Adanya keinginan untuk menjamin kerja sama yang efektif antar negara
bagian.
D. Tujuan Konstitusi
Secara garis besar konstitusi bertujuan untuk membatasi tindakan sewenang-
wenangpemerintah, menjamin hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Sehingga pada hakekatnya
tujuan konstitusi merupakan perwujudan paham tentang konstitusionalisme yang
berate pembatasan terhadap kekuasaan pemerintah diastu pihak dan jaminan
terhadap hak-hak warga Negara maupun setiap penduduk dipihak lain.
Tujuan konstitusi adalah membatasi tindakan sewenang-wanang pemerintah dan
menjamin hak-hak rakyat yang diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasan
yang berdaulat. Menurut Bagir Manan, hakekat dari konstitusi merupakan
perwujudan paham tentang konstitusi atau konstitusionalisme, yaitu pembatasan
terhadap kekuasaan pemerintah di satu pihak dan jaminan terhadap hak-hak
warga negara maupun setiap penduduk di pihak lain.
Sedangkan, menurut Sri Soemantri, dengan mengutip pendapat Steenbeck,
menyatakan bahwa terdapat tiga materi muatan pokok dalam konstitusi, yaitu:
1) Jaminan hak-hak manusia;
2) Susunan ketatanegaraan yang bersifat mendasar;
3) Pembagian dan pembatasan kekuasaan.
Dalam paham konstitusi demokratis dijelaskan bahwa isi konstitusi meliputi:
1) Anatomi kekuasaan (kekuasaan politik) tunduk pada hukum.
2) Jaminan dan perlindungan hak-hak asasi manusia.
3) Peradilan yang bebas dan mandiri.
4) Pertanggungjawaban kepada rakyat (akuntabilitas publik) sebagai sendi
utama dari asas kedaulatan rakyat.
Keempat cakupan isi konstitusi di atas merupakan dasar utama dari suatu
pemerintah yang konstitusional. Namun demikian, indikator suatu negara atau
pemerintah disebut demokratis tidaklah tergantung pada konstitusinya. Sekalipun
konstitusinya telah menetapkan aturan dan prinsip-prinsip diatas, jika tidak
diimplementasikan dalam praktik penyelenggaraan tata pemerintahan, ia belum
bisa dikatakan sebagai negara yang konstitusional atau menganut paham
konstitusi demokrasi.
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :
1) Konstitusi bertujuan untuk memberikan pembatasan pembatasan sekaligus
pengawasan terhadap kekuasaan politik;
2) Konstitusi bertujuan untuk melepaskan control kekuasaan dari penguasa
sendiri;
3) Konstitusi berjuan memberikan batasan-batasan ketetapan bagi para
penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.
H. Klasifikasi Konstitusi
Konstitusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Konstitusi tertulis dan tidak tertulis
a. Konstitusi tertulis merupakan suatu instrument atau dokumen yang
dapat dijumpai pada sejumlah hokum dasar yang diadopsi atau
dirancang oleh para penyusun konstitusi dengan tujuan untuk
memberikan ruang lingkup seluas mungkin bagi proses undang-
undang biasa untuk mengembangkan konstitusi itu sendiri dalam
aturan-aturang yang sudah disiapkan.
b. Konstitusi tidak tertulis dalam perumusannya tidak membutuhkan
proses yang panjang misalnya dalam penentuan Qourum, Amandemen,
Referendum dan konvensi.
2) Konstitusi Fleksibel dan Konstitusi Kaku
Ciri-ciri konstitusi fleksibel yaitu
a. Elastic
b. Diumumkan dan diubah dengan cara yang sama.
Ciri-ciri konstitusi yang kaku
a. Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dan peraturan
undang-undang yang lain.
b. Hanya dapat diubah dengan cara yang khusus, istimewa dan
persyaratan yang berat.
3) Konstitusi derajat tinggi dan komstitusi derajat tidak tinggi
a. Konstitusi derajat tinggi ialah konstitusi yang mempunyai derajat
kedudukan yang paling tinggi dalam Negara dan berada diatas
peraturan perundang-undang yang lain.
b. Konstitusi tidak derajat tinggi ialah konstitusi yang tidak mempunyai
kedudukan serta derajat.
4) Konstitusi serikat dan konstitusi kesatuan
a. Jika bentuk Negara itu serikat maka akan didapatkan system
pembagian kekuasaan antara pemerintah Negara serikat dengan
pemerintah Negara bagian.
b. Dalam Negara kesatuan, pembagian kekuasaan tidak dijumpai karena
seluruh kekuasaannya terpusat pada pemerintah pusat sebagaimana
diatur dalam konstitusi.
5) Konstitusi system pemerintahan presidensial dan konstitusi system
pemerintahan parlementer. Konstitusi yang mengatur beberapa ciri-ciri
system pemerintrahan presidensial dapat diklasifikasikan kedalam konstitusi
system pemerintah presidensial begitu pula sebaliknya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa konstitusi dalam arti sempit,
yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar. Konstitusi
dalan arti luas, yaitu sebagai hukum dasar yang tertulis atau undang-undang Dasar
dan hukum dasar yang tidak tertulis / Konvensi. Dalam praktiknya, konstitusi
dustur terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis (undang-undang) dasar dan yang
tidak tertulis, atau dikenal juga dengan konvensi. Konstitusi merupakan media
bagi terciptanya kehidupan yang demokratis bagi seluruh warga Negara.
Konstitusi sebagaimana disebutkan merupakan aturan-aturan dasar yang dibentuk
dalam mengatur hubungan antar Negara dan warga Negara.
B. Saran
Sebagai Penulis, kami merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca sangat kami harapkan agar kami bisa memperbaikinya di makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri, 1999. Daud, Abu Busroh dan Abubakar Busro, Asas-asas Hukum Tata
Negara, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983, cet. Ke-1
Kusnardi, Moh., et.ai., Ilmu Negara, Jakarta:Gaya Media Pratama, 2000, cet.ke-4.