Anda di halaman 1dari 22

Makalah PPKN

KONSTITUSI DAN TATA PERUNDANGAN INDONESIA

Thariq Zia Gibraltar 2010103010115

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

TAHUN AJARAN 2022/2022

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4

A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6

A. Definisi Konstitusi.........................................................................................6
B. Tujuan dan Fungsi Konstitusi........................................................................7
C. Sejarah Perkembangan Konstitusi..................................................................8
D. Sejarah lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia..............................9
E. Perubahan Konstitusi di Indonesia.................................................................10
F. Konstitusi : Peranti Kehidupan Kenegaraan yang demokratis.......................13
G. Lembaga Kenegaraan setelah amandemen UUD 1945..................................14
1. Lembaga Legislatif...................................................................................14
2. Lembaga Eksekutif...................................................................................14
3. Lembaga Yudikatif ; MA, MK, KY.........................................................15
H. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia............................................19

BAB III PENUTUP....................................................................................................21

A. Kesimpulan....................................................................................................21
B. Saran...............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................22

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 8 Maret 2022

Tim Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konstitusi merupakan seperangkat aturan main dalam kehidupan bernegara yang
mengatur bernegara yang mengatur hak dan kewajiban hak dan kewajiban warga negara
dan warga negara dan negara. Institusi Negara. Institusi biasa disebut disebut dengan
undang-undang dasar 1945. Keberadaan konstitusi disuatu negara diharapkan dapat
melahirkan sebuah negara yang demokratis. Namun hal itu tidak akan terwujud bila
Namun hal itu tidak akan terwujud bila terjadi pen terjadi penyelewengan atas k!nstitusi
oleh penyelewengan atas konstitusi oleh penguasa yang otoriter.
dalam suatu negara terdapat peraturan-peraturan yang mengatur masalahmasalah yang
terjadi didalam maupun diluar, baik itu hubungan eksternal maupun internal secara
universal. Sehingga ada istilah yang sekarang sudah tak asing lagi didengar oleh banyak
kalangan masyarakat khususnya pemerintah yaitu, Institusi- Intitusi atau yang disebut
undang-undang ini merupakan salah satu untuk menertibkan masyarkat dalam
berkehidupan bernegara. Sekalipun banyak  hambatan-hambatan yang terjadi pada
masyarakat untuk menjalankan itu semua, udang-undang atau konstitusi itu merupakan
suatu dasar hukum multak yang ada di suatu negara. undang-undang atau peraturan itu
bukan hanya dibuat tetapi harus dijalankan !leh semua pihak elemen yang terkait.
undang-undang itu akan  bisa berjalan berjalan jika semua berperan berperan dengan akti)
bukan pasi). undang-undang merupakan dasar akan dasar hukum tertulis negara republic
indonesia, yang memuat dasar  dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara
sehingga menjadi ped!man dalam pembuatan aturan-aturan hukum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konstitusi
2. Apa saja tujuan dan fungsi konstitusi
3. Bagaimana sejarah perkembangan konstitusi
4. Bagaimana sejatah lahir dan perkembangan konstitusi di Indonesia

4
5. Bagaimana Perubahan Konstitusi di Indonesia
6. Bagaimana Konstitusi : Peranti Kehidupan Kenegaraan yang demokratis
7. Apa saja Lembaga Kenegaraan setelah Amandemen UUD 1945
8. Bagaimana Tata urutan perundang-undangan di Indonesia

C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konstitusi
2. Mengetahui apa saja tujuan dan fungsi konstitusi
3. Mengetahui Bagaimana sejarah perkembangan konstitusi
4. Memahami Bagaimana sejatah lahir dan perkembangan konstitusi di Indonesia
5. Mengetahui Bagaimana Perubahan Konstitusi di Indonesia
6. Memahami Bagaimana Konstitusi : Peranti Kehidupan Kenegaraan yang demokratis
7. Mengetahui Apa saja Lembaga Kenegaraan setelah Amandemen UUD 1945
8. Memahami Bagaimana Tata urutan perundang-undangan di Indonesia

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Konstitusi
Konstitusi berasal dari kata constitution ( bahasa Inggris ). constitutie ( bahasa Belanda )
constituer ( bahasa Prancis ), yang berarti membentuk, menyusun, menyatakan. Dalam
bahasa Indonesia, konstitusi diterjemahkan atau disamakan artinya denganUUD.
Konstitusi menurut makna katanya berarti dasar susunan suatu badan politik yang disebut
negara. Konstitusi menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara,
yaitu berupa kumpulan peraturan untuk membentuk, mengatur, atau memerintah negara.
Peraturan-peraturan tersebut ada yang tertulis sebagai keputusan badan yang berwenang,
dan ada yang tidak tertulis berup konstitusi. 1 Dalam konsep dasar konstitusi, pengertian
konstitusi ditulis :
1. Kontitusi itu berasa berasal dari bahas parancis yakn cis yakni constituer yang berarti
membentuk.
2. Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu “cume” berarti
bersama dengan dan “Statuere” yang berarti membuat sesuatu agar berdiri atau
mendirikan, menetapkan sesuatu, sehingga menjadi “constitution”
3. Dalam islam istilah bahasa inggirs ( constitution ) konstitusi memiliki makna yang
lebih luas dan undang-undang dasar. yakni konstitusi adalah keseluruhan dari
peraturan-peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara
mengikat cara-cara bagaimana sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu
masyarakat.
4. Dalam terminology hukum islam ( Fiqh Siyasah ) konstitusi dikenal dengan sebutan
DUTSUS yang berati kumpulan Kaedah yang mengatur dasar dan kerja sama antar
sesama angg!ta masyarakat dalam sebuah Negara
5. Menurut pendapat James bryce, mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka
masyarakat politik ( Negara yang diorganisir dengan dan melalui hukum. ) dengan
kata lain konstitusi dikatakan sebagai kumpulan prinsip- prinsip prinsip yang

1
Permufakatan atau kesepakatan (terutama mengenai adat, tradi dat, tradisi, dan sebagainya)

6
mengatur mengatur kekuasaan kekuasaan pemerintahan, pemerintahan, hak-hak hak-
hak rakyat dan hubungan diantara keduanya.

1. Dalam pengertian luas (dikemukakan oleh Bolingbroke), konstitusi berarti


keseluruhan berarti keseluruhan dari ketentuan-ketentuan das dari ketentuan-
ketentuan dasar atau ar atau hukum dasar. Seperti hukum dasar. Seperti halnya hukum
pada umumnya, hukum dasar tidak selalu merupakan d!kumen tertulis atau tidak
tertulis atau dapat pula campuran dari dua unsur tersebut. sebagai hukum dasar yang
tertulis atau undang-undang dasar dan hukum dasar yang tidak tertulis/ Konvensi.
Konvensi sebagai aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan bernegara mempunyai sifat sifat :
a. Merupakan kebiasaan yang berulang kali dalam praktek penyelenggaraan Negara.
b. Tidak bertentangan bertentangan dengan hukum dasar tertulis tertulis Undang-
undang dasar dan berjalan sejajar.
c. Diterima oleh rakyat negara. Bersifat melengkapi sehingga memungkinkan
sebagai aturan dasar yang tidak terdapat dalam undang-undang dasar. Konstitusi
sebagai hukum dasar memuat aturan-aturan -aturan dasar atau pokok-pokok
penyelenggaraan bernegara, yang masih bersifat umum atau bersifat garis besar
dan perlu dijabarkan lebih lanjut kedalam dijabarkan lebih lanjut kedalam n!rma
hukum dibawah norma hukum dibawahnya.
2. Dalam arti sempit (dikemukakan oleh Lord Bryce ) konstitusi berarti berarti piagam
dasar atau UUD, yaitu suatu dokumen dokumen lengkap lengkap mengenai mengenai
peraturan-peraturan dasar negara. Contohnya adalah UUD 1945.

A. Tujuan dan Fungsi Konstitusi


1. Tujuan Konstitusi
Pada prinsipnya, adanya konstitusi memiliki tujuan untuk membatasi kewenangan
pemerintah dalam menjamin hak-hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan
yang berdaulat. Pendapat yang dikemukakan oleh Loewenstein, dia mengatakan
bahwa konstitusi merupakan sarana dasar untuk mengawasi proses-proses kekuasaan.

7
Tujuan-tujuan adanya konstitusi tersebut, secara ringkas dapat diklasifikasikan
menjadi tiga tujuan, yaitu :
a. Memberikan pembatasan sekaligus pengawasan terhadap kekuasaan politik.
b. Melepaskan control kekuasaan dari penguasa sendiri
c. Memberikan batasan-batasan ketetapan bagi penguasa dalam menjalankan
kekuasaannya.
2. Fungsi Konstitusi
Fungsi pokok konstitusi adalah membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Pemerintah
sebagai suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama rakyat,
terkait oleh beberapa pembatasan pembatasan dalam konstitusi negara sehigga
sehigga menjamin menjamin bahwa kekuasaan kekuasaan yang dipergunakan untuk
memerintah itu tidak disalahgunakan.
Dengan demikian diharapkan hak-hak warganegara akan terlindungi. Sesuai dengan
istilah konstitusi dalam kamus umum bahasa Indonesia yang diartikan sebagai: Segala
ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraa negaraan undang-undang dasar suatu
negara.
Berdasarkan pengertian tersebu tersebut, konstitusi merupakan tonggak atau awal
terbentuknya suatu negara dan menjadi dasar utama bagi penyelenggara negara. Oleh
sebab itu, konstitusi menempati posisi penting dan s strategis dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara. Konstitusi juga menjadi menjadi tolak ukur kehidupan
kehidupan berbangsa dan ra bernegara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan
para pendahulu sekaligus memuat ide-ide dasar yang digariskan oleh pendiri
negara( the Founding Fathers ). Konstitusi memberikan arahan kepada generasi
penerus bangsa dalam mengemudikan negara menuju tujuannya.

B. Sejarah Perkembangan Konstitusi


Sebagai negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki konstitusi yang
dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi2 UUD 1945 sebagai konstitusi

2
Keberadaan

8
sebagai di Indonesia mengalami sejarah yang sangat sejarah yang sangat panjang hingga
akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.
Dalam sejarahnya, Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 04 mei 1945 sampai 16
Juni 1945 oleh badan penelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI ) yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta
sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang wakil dari jawa,3
orang dari sumatra dan masing-masing 1 wakil dari kalimantan, Maluku dan Sunda kecil.
Badan tersebut ditetapkan berdasarkan maklumat Gunseikan 3 Nomor 23 bersamaan
dengan ulang tahun Tenno heika pada 04 April 1945 ( Malian 2001:59).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD 1945) bermula dari janji jepang jepang
untuk memberikan memberikan kemerdekaan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia
dikemudian dikemudian hari janji tersebut antara lain berisi ”sejak dari dahulu, sebelum
pecahnya peperangan asia peperangan asia timur raya, Dai nipon sudah nipon sudah
mulai berusaha membebaskan berusaha membebaskan bangsa indonesia dari kekuasaan
pemerintah hindia belanda. Tentara dai nipon serentak menggerakkan angkatan
perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk mengakhiri kekuasaan maupun
udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan penjajahan Belanda.
Sejak saat itu Dai Nippon teikiku memandang bangsa Indonesia sebagai saudara muda
serta membimbing bbangsa Indoensia dengan giat dan tulus ikhlas di semua bidang,
sehingga diharapkan kelak bangsa ind!nesia siap untuk berdiri sendiri sebagai bangsa
Asia Timurr raya. Namun janji hanyalah janji penjajah tetaplah tetaplah penjajah yang
selalu ingin lebih lama menindas menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia.
Setelah jepang dipukul mundur tentara sekutu, jepang tak lagi ingat akan janjinya.
Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dab leluasa
untuk berbuat dan tidak bergantung pada jepang sampai saat kemerdekaan tiba..

C. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia


Sebagai negara hukum Indnesia memiliki konstitusi yang dikenal dengan Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945. Undang-Undang dasar 1945 dirancaang sejak 29 mei 1945
sampai 16 juli 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia

3
Janji kemerdekaan kedua Indonesia, janji tanpa syarat

9
(BPUPKI). Undang-Undang Dasar atau konstitusi Negara Republik Indonesia disahkan
dan ditetapkan oleh PPKI pada hari sabtu tanggal 18 Agustus 1945. Dengan demikian,
sejak itu Indonesia telah menjadi suatu negara moderen karena telah memiliki suatu
sistem ketatanegaraan, yaitu Undang-Undang Dasar atau konstitusi negara yang memuat
tata kerja konstitusi modern. Dalam perjalanan sejarah, konstitusi Indonesia telah
mengalami beberapa kali pergantian baik nama maupun subtansi materi yang
dikandungnya, perjalan sejarah konstitusi Indonesia antara lain:
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang masa berlakunya sejak 18 Agustus 1945-27
Desember 1945.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat lazim dikenal dengan sebutan konstitusi RIS
dengan masa berlakunya 27 Desember 1949-17 Agustus 1950.
3. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) republik indonesia 1950 yang masa
berlakunya sejak 17 Agustus 1950-5 juli 1959.
4. Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan pemberlakuan kembali konstitusi
pertama Indonesia dengan masa berlakunya sejak dekrit Presiden 5 juli 1959-
sekarang.

D. Perubahan Konstitusi di Indonesia


1. Masa Orde Lama ( 5 Juli 1959- 1966)
Karena situasi politik pada sidang konstituante 1945 banyak tarik ulur kepentingan
partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 2 Juli1945,
Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit presiden presiden yang salah satu isinya
memberlakukan memberlakukan kembali kembali UUD 1945 sebagai undang-undang
dasar, menggantikan UUDS 1945 yang berlaku pada saat itu.
Sejak Dekrit Presiden 2 Juli1945, negara Indonesia berdasarkan UUD 1945. Masa ini
disebut masa Orde lama, banyak pula terjadi penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan. dilakukan. Sistem penmntahan penmntahan dijalankan tidak sesuai dengan
UUD 1945 Penyimpangan-penyimpangan itu ialah diantaranya:
a. Presiden mengangkat ketua dan wakil ketua DPR, MPR, dan MA serta wakil
ketua DPA menjadi menjadi wakil Negara.
b. MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

10
c. Presiden mengeluarkan produk hukum yang setingkat undang undang tanpa
persetujuan persetujuan DPR.
d. Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena berselisih dengan pemerintah
pemerintah mengenai mengenai RAPBN untuk tahun 1961. Dan pada saat itu,
DPR menolak mengesahkan RAPBN tersebut. Kemudian Presiden membentuk
DPRGR ( DPR Gotong Royong ) melalui penpres no.4 tahun 1960 sebagai ganti
dardari DPR yang dibubarkan dibubarkan sejak 5 Maret 1960. Komposisi
keanggotaan DPRGR tidak didasarkan atas pertimbangan kekuatan partai yang
dihasilkan pemilu tetapi diatur sedemikian rupa oleh presiden.

Masa orde lama berakhir dengan adanya pemberontakan G30SPKI dan rakyat
menuntut perbaikan-perbaikan dalam penyelenggaraan negara yang otoriter
karena pada masa ini dipaksakan doktrin seolah- olah Negara dalam keadaan
revolusi dan presiden sebagai kepala negara otomatis menjadi pimpinan besar,
sehingga dengan gga dengan hal-hal diatas lahirlah diatas lahirlah TRITURA
(Tiga Tuntutan Rakyat). Dalam keadaan kacau itu presiden Soekarno
mengeluarkan surat perintah 11 Maret atau Supersemar kepada Letjen Soeharto
berdasarkan surat perintah itu Letjen Soeharto atas nama Presiden, panglima
Tertinggi ABRI / Mandataris MPRS menandatangi keputusan presiden No,
113/1966 tertanggal 12 Maret 1966 yang menyatakan pembubaran PKI.
Untuk mengakhiri kemelut politik tersebut, pada tanggal 7-12 Maret 1967
diselenggarakan sidang istimewa MPRS dengan tema utama mengenai
pertanggungjawaban presiden selaku mandataris MPRS. Dalam sidang itu MPRS
menilai presiden Soekarno tidak dapat memenuhi  pertanggungjawaban
pertanggungjawaban konstitutionalnya selaku mandataris mandataris MPRS ,
khusunya yang menyangkut kebijakan terhadap G30S. oleh karena itu, MPRS
mengeluarkan ketetapan No XXXIII/MPRS/1967 tentang  pencabutan
pencabutan kekuasaan kekuasaan pemerintah pemerintah negara dari Presiden
Soekarno dan mengangkat Jendral Soeharto sebagai pejabat presiden hingga
dipilihnya  presiden  presiden oleh MPRS hasil pemilu. Selanjutnya, dalam sidang

11
umum V MPRS tanggal 5 Maret 1968, Soeharto diangkat menjadi presiden
untuk masa 5 tahun.
2. Masa orde Baru
Setelah orde lama runtuh, pemerintah baru terbentuk yang diberi nama orde baru.
pada masa ini pemeritah menyatakan dan bertekad akan menjalankan UUD 1945 dan
Pancasila secara murni dan konsekuen. Dalam upaya untuk mewujudkan hal itu
pemerintah Soeharto mengadakan  pemilihan  pemilihan umum pada tahun 1 Badan
permusyawaratan perwakilan rakyat. Pada masa orde baru, selain kekuasaan
eksekutif, kekuasaan legislative dan yudikatof juga berada di bawah presiden.
pembangunan di segala bidang dengan prioritas pertumbuhan ek!n!mi pertumbuhan
ekonomi malah menghasilkan ketidak merataan pendapatan. Ada segelintir orang
yang menguasai dua  per tiga   GNP Indonesia sehingga (semakin dalam semakin
dalam jurang pemisah antara si miskin dan si kaya. Sementara itu pihak lain yaitu
pemerintah dan  penguasa  penguasa menjalin kerjasama kerjasama yang
menguntungkan pribadi dan keluarga  pejabat.
Pada masa orde baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat sakral diantara
melalui sejumlah peraturan : ketetapan MPR no I/MPR/ 1983 yang menyatakan
bahwa MPR berketetapan untuk mempertahakan UUD 1945, tidak berkehendak
melakukan perubahan terhadapnya. Ketetapan MPR no IV/MPRS/1983 tentang
referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah
UUD 1945 terlebih dulu harus meminta pendapat rakyat melalui referendum.
3. Masa reformasi
Setelah Soeharto turun, Habibie naik menjadi presiden. karena dianggap hanya
sebagai tokoh transisi, ia dapat berusaha mengurusi transisi itu. Prakarsa awalnya ,
adalah mewujudkan reforrmasi politik. Setelah politik. Setelah  berunding bersama
bersama MPRS dan saat itu hasilnya hasilnya adalah Sidang istimewa.
Pada era reformasi ini gagasan untuk melakuka ini amandemen atas demen atas UUD
1945 semakin menguat karena adanya tuntutan dari mahasiswa untuk
mengamandemenUUD 1945, bahkan beberapa partai politik  mencantumkan
amandemen di dalam program perjuangan dan platform  politiknya. Tidak sedikit
pula pakar hukum tata Negara yang menimpakan kesalahan kepada UUD 1945

12
berkenaan dengan krisis naio!nal yang kini sedang menimpa bangsa Indonesia. di
antara mereka    bahkan ada yang mengusulkan mengusulkan dilakukannnya
perbaikan total atas konstitusi dengan mengubah UUD 1945 dan bukan hanya dengan
amandemen yang sifatnya tambal sulam saja.

E. Konstitusi : Peranti Kehidupan Kenegaraan yang Demokratis


Konstitusi berperan sebagai sebuah aturan dasar yang membentuk kehidupan dalam
berbangsa dan bernegara, maka sepatutnya konstitusi dibuat atas dasar kepentingan
bersama antara pemerintah (negara) dan masyarakat (warga negara). Konstitusi menjadi
suatu hal yang berkontribusi terhadap terciptanya kehidupan yang demokratis di suatu
negara yang memilih konstitusi demokratis. Jika negara menggunakan konstitusi
demokratis, maka konstitusi demokratis di negara tersebut harus dapat menjamin
terwujudnya demokrasi di negara tersebut dan tentunya setiap konstitusi yang
digolongkan sebagai demokratis tentunya harus memiliki prinsip-prinsip tertentu yang
harus dimiliki konstitusi tersebut.
Indonesia sebagai penganut demokrasi, tidak mungkin bisa menjalankan
penyelenggaraan pemerintahanya dengan baik tanpa adanya konstitusi sebagai
petunjuk/dasar. Segala tindak tanduk negara dalam melangsungkan roda pemerintahan
haruslah berdasarkan konstitusi. Negara yang berdaulat atas konstitusi dengan sendirinya
akan menjadi negara konstitusionalis. Yakni negara yang menghormati keanekaragaman,
mengutamakan musyawarah mufakat, melindungi yang tertindas, menolak otoritarian dan
kediktatoran serta mengakui persamaan hak dimuka hukum (equality before the law).
Dalam negara demokrasi, berlaku asas bentuk negara (principe van staatvorm) meliputi
prinsip identiteit (kesamaan) dan representatie (keterwakilan). Identiteit merupakan asas-
asas yang berkaitan dengan bentuknya demokrasi, yang berarti antara rakyat yang
memerintah maupun yang diperintah memiliki/sifatnya beridentitas sama ataupun identik
satu sama lainya. Sedangkan representatie sendiri bermakna langsung dengan asas yang
berhubungan dengan prinsip bahwa siapaun yang menjadi penguasa/pemimpin tetap
dipandang sebagai bagian/wakil dari rakyat itu sendiri (representant van het volk). (Jimly
Asshiddiqie, 2006: 129). Dengan demikian, demokrasi baik sifatnya secara langsung
maupun tidak langsung keduanya bersendi pada rakyat. Sejalan dengan ungakapan

13
fenomenal seorang Abraham Lincoln tentang demokrasi, yaitu from the people, by the
people and to the people (dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat).
Menjadi keharusan bahwa perumusan konstitusi dibuat atas kesepakatan bersama antara
negara dan warga negara. Konstitusi menjadi penentu terwujudnya kehidupan yang
demokratis. Bilamana suatu negara menginginkan kehidupan yang demokratis, maka
konstitusi harus mengakumulasi prinsip-prinsip demokrasi itu sendiri. Konstitusi adalah
pendobrak pembentuk kehidupan yang demokratis.

F. Lembaga Kenegaraan setelah amandemen UUD 1945


1. Lembaga Legislatif
Struktur lembaga legislatif dalam UUD 1945 pasca amandemen pada dasarnya
berbentuk dua kamar yang terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bentuk
perwakilan politik dan Dewan Perwakilan Daerah sebagai bentuk perwakilan daerah.
Sesuai dengan prinsip perwakilannya, secara umum kewenangan Dewan Perwakilan
Rakyat berhubungan dengan hal-hal yang bersifat nasional, sedangkan kewenangan
Dewan Perwakilan Daerah berhubungan dengan hal-hal yang bersifat kedaerahan.
Hasil amandemen UUD 1945 menunjukan terjadinya ketidakseimbangan
kewenangan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah.
Terjadinya dominasi kewenangan Dewan Perwakilan Rakyat terhadap Dewan
Perwakilan Daerah menunjukan bahwa kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
sebagai lembaga perwakilan rakyat bukan merupakan lembaga legislatif dalam arti
yang sesungguhnya. Terjadinya ketidakseimbangan kewenangan antarlembaga
perwakilan rakyat menyebabkan sistem perwakilan rakyat dalam UUD 1945 pasca
amandemen tidak dapat disebut dengan strong bicameral, tetapi merupakan soft
bicameral. Langkah-langkah konstitusional yang dapat dilakukan untuk mencapai
keseimbangan bikameral, yaitu a) revisi (legislative review); b) mengajukan
constitutional review kepada MK; c) melakukan amandemen kembali terhadap hasil
perubahan UUD 1945.
2. Lembaga eksekutif
Pada pasal 6 UUD 1945 sebelum amandemen tertulis “Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh MPR dengan suara terbanyak” Pasal tersebut diubah menjadi “Presiden

14
dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat” (pasal
6A ayat (1). Perubahan ini diharapkan rakyat dapat berpartisipasi secara langsung
menentukan pilihannya sehingga tidak mengulang kekecewaannya yang pernah
terjadi pada Pemilu 1999. Dan dengan perubahan ini pula diharapkan Presiden dan
Wakil Presiden akan memiliki otoritas dan legitimasi yang sangat kuat karena dipilih
langsung oleh rakyat.
Selanjutnya hasil perubahan UUD 1945 yang berkaitan langsung dengan kekuasaan
Presiden dan Wakil Presiden, adalah pembatasan kekuasaan Presiden sebagaimana
diatur dalam pasal 7 (lama), yang ber- bunyi “Presiden dan Wakil Presiden
memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali”.
Kemudian pasal 7 tersebut diubah, yang bunyinya menjadi “ Presiden dan Wakil
Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan”. Perubahan
pasal ini dipandang sebagai langkah yang tepat untuk mengakhiri perdebatan tentang
periodesasi jabatan Presiden dan Wakil Presiden.
Sebelum ada perubahan pasal 13, Presiden sebagai kepala Negara mempunyai
wewenang untuk menentukan sendiri duta dan konsul serta menerima duta negara
lain, tetapi setelah adanya perubahan”dalam hal mengangkat duta dan menerima
penempatan duta negara lain, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR”.
Perubahan ini penting dengan alasan: (1) dalam rangka menjaga objektivitas terhadap
kemampuan dan kecakapan seseorang pada jabatan tersebut, karena ia akan menjadi
duta dari seluruh rakyat Indonesia di negara lain; dan (2) dalam rangka membangun
akurasi informasi untuk kepentingan hubungan baik antara kedua negara dan bangsa.
3. Lembaga Yudikatif
a. MA
Perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah membawa
perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan, khususnya dalam pelaksanaan
kekuasaan kehakiman. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan
bahwa Indonesia adalah negara hukum. Prinsip ini semula dimuat dalam
penjelasan, yang ber bunyi:”Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtsstaat)
tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat)”. Disamping itu,ada prinsip

15
lain yang erat dengan prinsip negara hukum yang juga di muat dalam
penjelasan:”Pemerintahan berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas)”. Prinsip ini mengandung
makna bahwa ada pembagian kekuasaan negara dan pembatasan kekuasaan (tidak
absolute dengan kekuasaan tidak terbatas). Dengan ketentuan baru ini, maka dasar
sebagai negara berdasarkan atas hukum mempunyai sifat normatif, bukan sekadar
asas belaka. Sejalan dengan ketentuan tersebut maka salah satu prinsip penting
negara hukum adalah jaminan penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yang
merdeka, bebas dari pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha Negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Kekuasaan kehakiman
yang mandiri diangkat dari penjelasan menjadi materi Batang Tubuh UUD 1945.
Hal ini lebih menguatkan konsep negara hukum Indonesia. Sejalan dengan hal
tersebut, untuk memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka, sesuai
dengan tuntutan reformasi di bidang hukum telah dilakukan perubahan terhadap
UU No.14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman dengan UU No. 35 Tahun
1999 tentang perubahan atas UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan ketentuan
Pokok Kekuasaan Kehakiman, dan telah dicabut dengan UU No. 4 Tahun 2004
tentang Kekuasaan Kehakiman. Melalui perubahan tersebut telah diletakan
kebijakan bahwa segala urusan mengenai peradilan baik yang menyangkut teknis
yudisial maupun urusan organisasi, administrasi, dan finansial berada di bawah
satu atap di bawah kekuasaan Mahkamah Agung. Hal ini dianggap penting dalam
rangka perwujudan kekuasaan kehakiman yang menjamin tegaknya negara hukum
yang di dukung oleh sistem kekuasaan kehakiman yang independen dan impartial.
b. MK
Perubahan UUD 1945 melahirkan lembaga baru di bidang kekuasaan kehakiman
yaitu Mahkamah Konstitusi, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2),
yang berbunyi sebagai berikut: “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah

16
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh
sebuah Mahkamah Konstitusi”. Berkenaan dengan tugas dan wewenang
Mahkamah Konstitusi, Pasal 24C menegaskan bahwa “Mahkamah Konstitusi
berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat
final untuk menguji undang-undang terhadap UUD, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD,
memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil
pemilihan umum. Di samping itu, Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau
Wakil Presiden menurut UUD. Perlu dicatat bahwa putusan ini sifatnya tidak final
karena tunduk pada (subject to) putusan MPR, lembaga politik yang berwenang
memberhentikan Presiden (Pasal 7A). Pada mulanya memang tidak dikenal
adanya Mahkamah Konstitusi. Bahkan, keberadaan gagasan Mahkamah
Konstitusi itu sendiri di dunia memang dapat dikatakan relatif masih baru. Oleh
karena itu, ketika UUD 1945 dirumuskan, gagasan Mahkamah Konstitusi ini
belum muncul. Perdebatan yang muncul ketika merumuskan UUD 1954 adalah
perlu tidaknya UUD 1945 mengakomodir gagasan hak uji materiil ke dalam
kekuasaan kehakiman. Namun, di kalangan negara-negara yang mengalami
perubahan dari otoritarian menjadi demokrasi pada perempatan terakhir abad ke-
20, ide pembentukan Mahkamah Konstitusi ini menjadi sangat popular. Oleh
karena itu setelah Indonesia memasuki era reformasi dan demokratisasi dewasa
ini, ide pembentukan Mahkamah Konstitusi itu menjadi sangat luas diterima.
c. KY
Sebenarnya ide tentang perlunya suatu komisi khusus untuk menjalankan fungsi-
fungsi tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan kehakiman bukanlah hal
yang baru. Dalam pembahasan RUU tentang ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman sekitar tahun 1968, sempat diusulkan pembentukan
lembaga yang diberi nama Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH).
Majelis ini berfungsi memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan
terakhir mengenai saran-saran atau usul-usul yang berkenaan dengan

17
pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberhentian, dan tindakan atau hukuman
jabatan para hakim, yang diajukan, baik oleh MA maupun Menteri Kehakiman.
Ide tersebut muncul kembali dan menjadi wacana kuat sejak adanya desakan
penyatuan atap bagi hakim tahun 1998-an. Sebagaimana diketahui, pada tahun
1998 MPR mengeluarkan Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentanul ke
Pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan
Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara. TAP MPR tersebut
menyatakan perlunya segera diwujudkannya pemisahan yang tegas antara fungsi-
fungsi yudikatif dan eksekutif. Namun, ternyata masalahnya tidak sesederhana itu.
Setelah adanya komitmen politik untuk memberlakukan penyatuan atap
pemindahan kewenangan administrasi, personel, keuangan dan organisasi
pengadilan dari departemen ke MA – muncul kekhawatiran baru dikalangan
pemerhati hukum dan organisasi non pemerintah yaitu kekhawatiran akan
lahirnya monopoli kekuasaan kehakiman oleh MA. Selain itu, ada kekhawatiran
pula bahwa MA tidak akan mampu menjalankan tugas barunya itu dan hanya
mengulangi kelemahan yang selama ini dilakukan oleh departemen. Untuk
menghindari permasalahan-permasalahan diatas, kalangan pemerhati hukum dan
organisasi non pemerintah menganggap perlu dibentuk Komisi Yudisial. Komisi
ini nantinya diharapkan dapat memainkan fungsi-fungsi tertentu dalam system
yang baru, khususnya rekrutmen hakim agung dan pengawasan terhadap hakim.
Untuk itu, perubahan UUD 1945 merumuskan kewenangan Komisi Yudisial
sebagaimana tercantum dalam pasal 24B dengan rumusan sebagai berikut: (1)
Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta prilaku hukum. (2) Anggota
Komisi Yudisial harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum
serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela. (3) Anggota Komisi
Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR. (4)
Susunan, kedudukan, dan keanggotaan Komisi Yudisial diatur dengan undang-
undang.

18
G. Tata Urutan Perundang-Undangan di Indonesia
Sebagaimana dalam penjelasan konstitusi bahwa indonesia adalah negara yang
berdasarkan hukum, tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka. Konsep ini mem;punyai
ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya perlinduungan terhadap HAM. (2) adanya pemisahan
dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin perlindungan HAM. (3)
pemerintah berdasarkan peraturan. (4) adanya peradilan administrasi.
Tata urutan perundang-undangan dalam kaitan implementasi konstitusi negara indonesia
merupakan bentuk tingkat perundang-undangan. Sejak 1996 telah dilakukan perubahan
atas hierarki (tata urutan) peraturan perundangundangan Indonesia. Di awal 1996 melalui
ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 lampiran 2, disebutkan bahwa hierarki peraturan
peruundang-undangan Indonesia sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945.
2. Ketetapan MPR.
3. Undang-Undang atau peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.
4. Peraturan pemerintah.
5. Keputusan Presiden.
6. Peraturan pelaksanaanya,
seperti:
a. Peraturan mentri;
b. Instruksi mentri; dan
c. Dan lain-lainnya.

Selanjutnya berdasarkan ketetapan MPR No. III Tahun 2000, tata urutan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia ssebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945.


2. Ketetapan MPR.
3. Undang-Undang.
4. Peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang.
5. Peraturan pemerintah.
6. Keputusan presiden.
7. Peraturan daerah.

19
Penyempurnaan terhadaap tata urutan perundang-undangan di Indonesia terjadi
kembali pada 24 Mei 2004 ketika DPR menyetujui RUU pembentukan peraturan
perundang-undangan (PPP) menjadi undang-undang. Dalam UU No. 10 Tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang-undangan (PPP), yang berlaku secara
efektif paada Novenber 2004. Keberadaan undang-undang ini sekaligus
menggantikan pengaturan tentang tata urutan peraturan perundang-undangan yang
ada dalm ketetapan MPR No. III tahun 2000 sebagaimana tercantum di atas. Tata
urutan peraturan perundang-undangan dalam UU PPP ini sebagaimana di atur dalam
pasal 7 sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945.


2. Undang-Undang/peraturan pemerintah pengganti undang-undang.
3. Peraturan pemerintah.
4. Peraturan Presiden.
5. Peraturan daerah, yang meliputi:
a. Peraturan daerah provinsi;
b. Peraturan daerah kabupaten/kota; dan
c. Peraturan desa.

Dengan di bentuknya tata urutan perundang-undangan, maka segala peraturan


dalam hierarki perundang-undangan yang bertentangan dengan peraturan yang di angkat
di atasnya, tidak bisa dilaksanakan dan batal demi hukum. Sebagai contoh peraturan
pemerintah daerah perda syariah misalnya, secara otomatis tidak bisa dilaksanakan dan
batal demi hukum karena bertentangan dengan undang-undang di atasnya, yakni
peraturan presiden dan UUD 1945. Hal serupa berlaku pula bagi peraturan presiden
dengan sendirinya tidak dapat dilaksankan apabila bertentangan dengan undang-undang.
Apalagi bertentangan dengan UUD 1945. Demi menjaga keutuhan NKRI dan persatuan
Indonesia, hendaknya seluruh komponen politik tidak menjadikan peraturan atau gagasan
yang bertolak belakang dengan UUD 1945 sebagai kompromi politik , khususnya dalam
proses suksesi politik di daerah (pilkda).

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Konstitusi merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang mengtur kekuasaan pemerintahan,
pihak yang diperintah (rakyat), dan hubungan di antara keduanya, yang bertujuan untuk
membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah, menjamin hak-hak rakyatnya yang
diperintah, dan menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulatan. kut berpartisipasi
dalam mengawal proses demokratisasi pada sebuah negara. Dalam sistem ketatanegaraan
indonesia, sebelum perubahan UUD 1945 alat-alat kelengkapan negara adalah lembaga
kepresidenan, MPR, DPA, DPR,BPK, dan kekuasaan kehakiman. Setelah amandemen
UUD 1945 alat kelengkapan negara menjadi 8 lembaga yaitu MPR, DPR, DPD,
PRESIDEN, MA, MK, KY, dan BPK. Posisi masing-masing lembaga setara yaitu
sebagai lembaga tinggi negara yang memiliki korelasi satu sama lain dalam menjalankan
fungsi check and balances antar lembaga tinggi tersebut. Dengan dibentuknya tata urutan
perundang-undangan, maka segala peraturan yang bertentangan dengan peraturan
diatasnya batal demi hukum dan tidak bisa dilaksanakan.

B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami dari kelompok pertama sangat berharap masukan dari para
pembaca untuk mengkritisi penulisan, referensi, isi, serta memberi masukan agar kami
memperoleh penulisan yang sempurna nantinya. Untuk dosen pengampu terkhusus kami
mengharapkan bimbingan penulisan dengan pedoman ilmiah yang sehingga menjadi
lebih sempurna. Isi makalah kami sebagian besar kami kutip dari buku dan jurnal yang
membahas mengenai perubahan sosial dan juga hasil analisis dari berbagai buku.
sehingga bisa dirujuk kembali ke sumber asli kutipan sebagai perkembangan
pengetahuan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairul, Konstitusi dan kelembagaan Negara, Jakarta : CV. Novindo Pustaka
Mandiri 1999

Daud, Busro, Abu Bakar Busro, Asas-Asas Hukum Tata Negara, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1983

Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara : Kajian Teoritis dan Yuridis Terhadap Konstitusi
Indonesia, Yogyakarta, Gama : 1999

22

Anda mungkin juga menyukai