KELOMPOK 2
Afnidawati 2010103010032
BANDA ACEH
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
A. Kesimpulan...................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu perspektif dalam ilmu Hubungan Internasional yang mengalami banyak
perkembangan adalah Realisme. Perspektif realis banyak membahas tentang perang dan
keamanan yang berkaitan dengan militer dan power. Realisme berkembang dan mendasar
pada pemikiran bahwa man is evil. Aktor dalam perspektif realisme adalah negara,
sebagai satu individual yang tidak akan bekerjasama dengan aktor lain tanpa ada maksud
tertentu (self-interested) dan akan selalu berusaha untuk memperkuat dirinya. Perspektif
realisme terus mengalami perkembangan yang signifikan pada pertengahan abad 20.
Dalam studi hubungan internasional, isu perbatasan negara juga menjadi tema kajian
yang sangat krusial. Sebab berbicara perbatasan negara berkaitan erat dengan persoalan
teritorial dan kedaulatan negara. Adanya pandangan yang menganggap bahwa perbatasan
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kedaulatan negara. Maka dimensi keamanan
akan sangat berpengaruh sebagai konsekuensi nya.
Seiring dengan semakin berubahnya dunia internasional, isu-isu yang menjadi perhatian
bagi ilmu Hubungan Internasional pun semakin berkembang seperti isu-isu non
konvensional, ekonomi serta perdamaian. Perspekti realisme yang awalnya hanya seputar
perang, berkembang menjadi beberapa isu yaitu: war, power, security dan peace. Isu
perdamaian menurut perspektif Realisme salah satunya menyinggung tentang proses
penyelesaian konflik melalui pengiriman pasukan perdamaian, hal ini termasuk ke dalam
dua bahasan yaitu; 1) conflict resolution dan 2) peace studies. Studi tentang perdamaian
membahas tentang cara-cara penyelesaian konflik tanpa menggunakan kekuatan militer
seperti negosiasi, mediasi dan diplomasi.
4
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang didapatkan adalah:
1. Bagaimana keamanan menjadi konsekuensi dalam hubungan internasional
2. Bagaimana peran negara memelihara keamanan dan perdamaian dunia
3. Apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya perang antar negara
4. Bagaimana resolusi untuk melahirkan perdamian
C. Tujuan
Penulisan makalah ini mempunyai tujuan untuk:
1. Memahami bagaimana keamanan dapat mempengaruhi hubungan antar negara
2. Memahami bagaimana peran negara dalam memelihara keamanan dan perdamaian
dunia
3. Memahami apa saja yang dapat menimbulkan perang antar negara
4. Mempelajari resolusi tepat dalam menciptakan perdamaian
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2. Di sisi lain, liberalisme memandang perdamaian dan keamanan sebagai hal yang
berhubungan erat dengan hak asasi manusia dan potensi dalam diri manusia sehingga
keduanya dapat terwujud jika tingkat dependensi antar-negara meningkat (Richmond,
2016: 58-9). Lebih jelasnya, liberalisme menggambarkan perdamaian umum yang
dapat dicapai dan berasal dari institusi dan organisasi internasional sebagai sebuah
wadah yang “mewakili” kesepakatan dan norma universal antar-negara. Secara umum
diakui bahwa bentuk kedamaian ini mungkin akan dirusak oleh ketidakadilan,
terorisme, pemisahan diri, atau perang gerilya yang dilakukan oleh aktor marjinal
yang tidak menerima norma dan kerangka kerja yang ditimbulkan dalam kesepakatan
universal tersebut (Richmond, 2016: 65). Oleh sebab itu, adanya kerjasama ataupun
kooperasi yang didasarkan pada dependensi negara dan dilembagakan salah satunya
melalui organisasi internasional sangat diperlukan demi pencegahan konflik dan
sebagai bentuk pemeliharaan perdamaian. Kelemahan dari perspektif ini salah
satunya yaitu menghendaki adanya hegemon atau dominasi salah satu aktor yang
dapat menyebabkan ketimpangan atau bahkan penindasan ke aktor yang lebih lemah
(Richmond, 2016: 65).
3. Dan keamanan internasional jika dilihat dari kacamata konstruktivisme masih
berkaitan dengan peran negara sebagai pusat moderasi anarki dan proses sosialisasi.
Pendekatan konstruktivis berpendapat bahwa perilaku negara ditentukan oleh
identitas dan kepentingan mereka, pernyataan ini sekaligus menyiratkan bahwa
konstruksi perdamaian juga ditentukan oleh kepentingan dan identitas mereka
(Richmond, 2016: 60). Dari perspektif ini, anarki internasional dibangun dan
diciptakan oleh negara-negara, sehingga mereka juga berkapasitas untuk menciptakan
dan mengendalikan perdamaian sesuai dengan nilai dan kepentingan mereka sendiri.
Oleh sebab itu, untuk mencapai perdamaian dan stabilitas keamanan maka harus ada
konstruksi identitas sosial yang berdasakan pada shared norms (Richmond, 2016: 61).
Di balik asumsinya tersebut, perspektif konstruktivis ini dianggap terlalu sempit
sehingga asumsinya dapat dikatakan terlalu tradisional. Setelah dijelaskannya asumsi,
saran, dan kelemahan dari realisme, liberalisme, dan konstruktivisme, penulis
berpendapat bahwa konstruktivisme ini menjadi salah satu mazhab yang paling sesuai
untuk dianut menghadapi situasi keamanan global saat ini mengingat kondisi di era
7
kontemporer saat ini semakin banyak institusi yang didirikan berdasarkan shared
norms. Institusi-institusi sebagai wadah dari kepentingan-kepentingan negara tersebut
kemudian membuat regulasi atau aturan lainnya untuk mengatur sekaligus mereduksi
sifat anarki yang ada dalam suatu negara sehingga perilaku dan tindakan negara dapat
dikontrol. Artinya, shared norms dalam sistem internasional kontemporer juga turut
berperan dalam meminimalisir konflik.
8
diri dimasukkan (diwakili) dalam lapangan psikologik atau lapangan kesadaran
seseorang. Peperangan adalah suatu jenis tingkah laku dari sekian banyak tingkah laku
manusia di dunia ini. Karena perang adalah tingkah laku maka penyebab perang dapat
dilihat dari beberapa pendekatan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Secara garis
besar pendekatan yang dipakai untuk memahami tingkah laku ada 4 pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Motivasiona. Pendekatan Motivasional adalah pendekatan yang berasan
dari dalam diri manusia, mengapa ini bisa terjadi ? menurut Sigmund Freud, perang
terjadi oleh karena adanya dorongan agresif yang destruktif di dalam diri manusia.
Dorongan ini bersumber dari THANATOS (insting untuk mati) yang kehadirannya
sudah ada sejak manusia dilahirkan. Dorongan ini timbul karena manusia, kehilangan
rasa dicintai (Lost of Love). Namun pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Alfred
Adler, beliau beranggapan bahwa dorongan superiorlah yang mendorong seseorang
bertinfak agresif dan destruktif. Hampir serupa dengan Alfred Adler, Rollo May
beranggapan, bahwa adanya keinginan manusia untuk “mengukuhkan kembali
kekuasaaan dirinya (Restructuring of Power) yang tadinya tenggelam oleh adanya
hambatan dari orang lain. Pengukuhan kembali kekuasaan ini bertujuan untuk
menegakkan “identitas diri” dan “mengaktualisasi diri”.
2. Pendekatan Reinforsemen. Pendekatan ini ditinjau dari pendekatan untung-rugi.
Menurut Albert Bandura, perbuatan agresi dilakukan orang karena perbuatan tersebut
menghasilkan “reward”. Jika ditinjau dari pendekatan “untung-rugi”, peperangan
timbul oleh karena orang mengharapkan “keuntungan” dari peperangan yang
dilakukan. Melihat dari sejarah tampaknya banyak hal yang mendukung pendekatan
untung rugi. Missalnya, perang bangsa eropa dalam menjajah Indonesia, bertujuan
untuk mengambil keuntungan dari sumber daya alam Indonesia, yang semata mata
karena factor ekonomis.
3. Pendekatan Kognitif. Pendekatan psikologis yang akhir-akhir ini sangat popular di
dalam usaha memahami perilaku manusia ialah pendekatan kognitif. Proses kognitif
yang seringkali dibicarakan dalam kaitan dengan terjadinya konflik internasional
ialah proses persepsi yang keliru (misperception) di dalam menanggapi situasi
internasional. Menurut pendapat White, ada 6 hal yang merupakan MISPERSEPSI
yang seringkali menimbulkan konflik internasional yaitu :
9
a. DIABOLICAL ENEMY IMAGE (pandangan bahwa musuh jahat seperti setan).
b. VIPILE SELF IMAGE (pandangan bahwa diri sendiri jantan).
c. MORAL SELF IMAGE (pandangan bahwa diri sendiri adalah moralis)
d. SELECTIVE INATENTION (tidak memperhatikan hal-hal yang bertentangan
dengan keyakinan).
e. ABSENCE OF EMPATHY (tidak adanya rasa empati).
f. MILITARY OVER CONFIDENCE (keyakinan yang berlebih-lebihan akan
kekuatan militer).
4. Pendekatan Struktur Sosial. Pendekatan struktur sosial melekat pada masalah yang
ada di masyarakat sebagai sumber terjadinya konflik, kekerasan, atau peperangan.
Adanya Strata didalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara dapat
menjadi sumber pertikaian, apabila Strata tersebut menjadi sumber ketidakadilan.
Stratifikasi sosial antara golongan kaya, golongan menengah dan golongan miskin,
dapat menjadi sumber bentrokan apabila tidak adilnya distribusi hasil-hasil
pembangunan suatu negara, ledakan sosial yang manifestasinya berupa kekerasan
dapat mudah terjadi.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perang merupakan turunan dari sifat agresi (kekerasan) yang tetap sampai sekarang
memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat eksistensi diri dengan
cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi, secara psikologis dan fisik. Dengan
melibatkan diri sendiri dan orang lain, baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat
mengakibatkan kesedihan dan kemiskinan yang berkepanjangan. Peperangan adalah
suatu jenis tingkah laku dari sekian banyak tingkah laku manusia di dunia ini. Karena
perang adalah tingkah laku maka penyebab perang dapat dilihat dari beberapa pendekatan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Melalui beberapa pendekatan yaitu: Pendekatan
Motivasiona, Pendekatan Reinforsemen, Pendekatan Kognitif, dan Pendekatan Struktur
Sosial.
B. Saran
Sebagai manusia biasa, kami dari kelompok sangat berharap masukan dari para pembaca
untuk mengkritisi penulisan, referensi, isi, serta memberi masukan agar kami
memperoleh penulisan yang sempurna nantinya. Untuk dosen pengampu terkhusus kami
mengharapkan bimbingan penulisan dengan pedoman ilmiah yang sehingga menjadi
lebih sempurna.
11
DAFTAR PUSTAKA
12