Asumsi dari studi hubungan internasional adalah bahwa potensi bahaya itu bisa dikurangi dan
kemungkinan untuk menciptakan perdamaian bisa ditingkatkan, asalkan ummat manusia mau melakukan
sesuatu demi tujuan itu. Ketidak mampuan untuk berbuat sesuatu demi peningkatan kemungkinan
perdamaian, bisa berakibat fatal.
Ilmu Hubungan Internasional mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku aktor, negara maupun
non-negara, di dalam arena transaksi internasional. Perilaku itu bisa berujud perang, konflik, kerja sama,
pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dll.
• Relativisme dimana kontrukvisme ini membuka keterbukaan terhadaapn kontruksi baru yang
berasal dari kontruksi sosial yang menganggap bahwa Realtitas sosial tidak bersifat tunggal
melainkan prural atau relative dimana setiap orang memiliki sudat pandang berbeda terhadap
sesuatu.
• Subejktivisme dimana kontruktivisme dalam HI memiliki pemikiran bahwa realtitas sosial berada
dalam pikiran manusia yang berarti bisa bersifat subjectif dapat digunakan menjadi pisau analisis
tidak hanya menggunakan seperti data dll.
• Keterbukaan dimana kontruksivisme mengakuiy keberadaaan consensus dalam pembentukan
konsesnsu prosesnya melibatkan keterbukaan komunikasi dan interaksi
Konstruktivisme
Alexander Went membagi 4 teori sosial dalam sebuah quadrat
Materialis individualism: menekankan peran manusia dalam pembentukan kepentingan negara
Materialis Holisme yang menyatakan bahwa agen dapat dikontruksikan dalam level Internasional yang
berarti agen-agen yang kita kenal kayak individu, perusahaan bahkan negara dikontruksikan juga dalam
internasional level
Idelis individualism yang menyatakan bahwa kepetningan negara adalah suatu hasil tekanan dari project
domestic di mana project domestic seperti adanya partai dpr, mpr itu mampu untuk mempengaruhi
kepentingan negara
Idealisme holism yang menyatakan interaksi internasional mempengearuhi suatu kepentingan negara
Asumsi dari pandangan konstruktivisme terhadap negara dimana kontruktivisme tidak melihat bahwa
negara memiliki kepentingan bawaan seperti yang di anggap oleh realisme yang menyatakan bahwa negara
itu punya given interface sejak dahulu. Dalam kontrutivisme itu negara hidup dalam kondisi yang normative
dimana ada identititas ada kepentingan ataupun ada ide ide yang dapat mempengaruhi suatu kepentingan
negara bahkan kepentinganya juga dapat berubah sewaktu – waktu
Asumsi konstruktivisme terhadap hubungan internasional melihat bahwa hubungan antara negara tidak
bersifat anarkis yang sering dikatakan perspektif realisme atau bahkan tidak bersifat idealisme yang seperti
dikatakan perspektif liberalism. Dimana untuk pandangan konstruktifisme bersifat premisif yang berarti
hubungan internasional itu bersifat proaktif yang dimana ada aksi dan ada reaksi bahkan sewaktu waktu
dapat berubah menjadi konflik bahkan berubah menjadi kooperatif
Konstruktivis mempertanyakan ontologi rasionalisme individualis dan menekankan ontologi sosial.
Sebagai makhluk sosial yang fundamental, individu atau negara tidak dapat dipisahkan dari konteks makna
normatif yang membentuk siapa mereka dan kemungkinan yang tersedia bagi mereka. Memang, konsep
kedaulatan pertama-tama dan terutama merupakan kategori sosial dan konstitutif sejauh kondisi awal untuk
mengakui kedaulatan