Anda di halaman 1dari 11

STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

Konsep
Dari buku ini kita bisa mengetahui apakah hubungan internacional itu, konsep dan prinsip
dasar nya. Kompleksitas hubungan internacional barangkali yang telah memberikan akses
kuat terhadap alasan ,mengapa kita tertarik untuk mempelajari hubungan internacional
yang tercemin dalam hubungan-hubungan antara negara-negara sejak akhir Perang Dunia
Kedua samkin lama semakin kompleks. Ini disebabkan oleh tiga pokok. Pertama,
banyaknya pelaku-pelaku di bidang hubungan internacional yang dapat menyebabkan
persengketaan muncul. Kedua, multiplikasi jumlah masalah-masalah yang dapat menjadi
sebab dari persengketaan dan yang terakhir adalah cara dan peralatan yang dapat
digunakan untuk memecahkan persengkataan dimasa depan. (Daoed Joesoef, 1989,5)
Menurut pendapat David N. Farnworth, ia mengatakan bahwa ada dua alasan utama yang
paling umum digunakan untuk mengetahui orang tertarik untuk mempelajari hubungan
internasional yaitu: 1. Keinginan untuk mengetahui lebih banyak tentang dampak atau
implikasi yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di bidang internasional
bagi kehidupan kita atau serta kemungkinan pengaruhnya manakala negara-negara yang
mungkin lepas control atas alat-alat yang digunakan. 2. Di peruntukkan bagi kepentingan
penelitian hubungan internasional dapat mengajarkankita bahwa semua suasana
persengketaan atau konflik tidak selamanya bersifat langgeng yang terkadang bisa
mengancam kehidupan kita.
Perkembangan hubungan internasional adalah disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu :
1. adanya minat yang besar terhadap fenomena yang ada setelah perang Dunia I selesai.
Fenomena tersebut banyak menarik perhatian ilmuwan hubungan internasional.
2. Perang Dunia I telah banyak menelan banyak korban dan kerusakan- kerusakan materiil,
maka timbulah kesadaran akan pentingnya kebutuhan untuk mencegah timbulnya
peperangan dan terselenggaranya ketertiban dunia.
Perang Dunia I adalah salah satu akibat lahirnya studi hubungan internasional. Dunia saat
itu dilanda dan diliputi oleh suasana peperangan. Konflik melanda dunia pada saat itu
hanya dapat dipecahkan melalui studi hubungan internasional dan organisasi internasional.
Sehingga, pada akhirnya, studi hubungan internasional lebih mengonsentrasikan diri pada
pengkajian sejarah. Studi hubungan internasional yanng berorientasi pada sejarah, telah
berkembang menjadi satu teori yang kedudukannya dijadikan disiplin tersendiri.
Karakteristik dari studi ini dimasa Perang Dunia I umumnya dirumuskan ke dalam studi
diplomatik sejarah, Hukum Internasional dan Organisasi Internasional, sangat populer.
Selama masa tahun 1920-an sampai 1930-an. Studi hubungan internasional berjalan di
dalam tiga jalur utama seperti yang dikemukakan oleh Fred Sonderman (1968)
sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar Masoed (1990:16-17) adalah sebagai berikut,
pertama, hubungan internasional dipelajari dengan melalui penelaahan atas kejadian-
kejadian yang sedang terjadi dalam berita- berita utama dari bahan- bahan tersebut dicoba
dibuat semacam pola umum kejadian. Asumsinya, bahwa kesalahpahaman dan konflik
antar negara negara dapat dihindari jikalau peristiwa- peristiwa yang penting diikuti dan
ditelaah secara seksama. Kedua, hubungan internasioanl pada waktu itu dipelajari melalui
studi organisasi internasioanl. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa konflik dapat
dikelola, dan dapat diselesaikan. Ketiga, studi hubungan internasioanl yang menekankan
pada model analisisnya seperti dengan memperhatikan aspek atau maslah ekonomi
internasial.
Pada prinsipnya, tujuan studi hubungan internasional adalah untuk mempelajari perilaku
para aktor seperti misalnya negara, maupun yang bukan termasuk kategori sebuah negara
(organisasi internasional) di dalam arena transaksi internasional. Selain itu, tujuan studi
hubungan internasional dapat dijadikan sebagai pengembangan pendidikan bagi para
pemimpin. Permasalahan yang pertama-tama muncul dalam luas lingkup studi hubungan
internasional adalah bahwa terminologi tersebut sering digunakan dan disamakan dengan
politik internasional.
Teori dalam Studi Hubungan Internasional
Seorang penulis Yunani yang bernama Thucydides yang menerbitkan bukunya berjudul
The History of the Peloponesian War buku ini dianggap sebagai catatan klasik terhadap
studi hubungan internasional.
Teori adalah abstraksi berseni. Ini menarik perhatian kita menjauh dari hiruk-pikuk
'rincian membingungkan', mengarahkan ke arah apa yang 'paling penting' untuk kasus di
tangan. Teori adalah lensa atau filter yang mengarahkan kita apa, menurut teori, sangat
penting untuk memahami beberapa bagian dari dunia.
Teori hubungan internasional adalah studi hubungan internasional dari perspektif teoretis,
melainkan mencoba untuk menyediakan kerangka kerja konseptual di mana hubungan
internasional dapat dianalisis. Seorang penganut realisme benar-benar dapat mengabaikan
acara bahwa konstruktivis mungkin menerkam atas sebagai penting, dan sebaliknya.
Teori hubungan internasional dapat dibagi menjadi "positivis / rasionalis" teori yang
berfokus pada analisis terutama tingkat negara bagian, dan "post-positivist/reflectivist"
orang yang menggabungkan makna diperluas keamanan, mulai dari kelas, gender,
keamanan postkolonial. Banyak cara yang seringkali bertentangan berpikir ada dalam teori
IR, termasuk konstruktivisme, institusionalisme, Marxisme, neo-Gramscianism, dan lain-
lain. Namun, dua sekolah pemikiran positivis yang paling lazim: realisme dan liberalisme,
meskipun semakin, konstruktivisme menjadi mainstream.
Teori dalam Hubungan Internasional
Kata teori, berasal dari bahasa Yunani yakni theoro yang artinya, melihat kepada.
Pengertian istilah teori seperti ini bagi pandangan ilmu politik dan hubungan internasional
merujuk kepada rumusan bahwa teori itu adalah sistem generalisasi yang bredasarkan
kepada penemuan empiris atau yang dapat diuji secara empiris (Estephen L.Wasby 1970,
62). Dalam hal ini, teori memberikan gambaran dalam generalisasi untuk menjelaskan apa
yang terjadi. Namun secara etimologis, terminologi, teori berkonomotasi kepada dua hal
yakni : (a) suatu pandangan atau konsepsi yang saling berkaitan antara fakta- fakta ; (b)
suatu pandangan atau konsepsi dari sebuah sistem hukum-hukum atau konsepsi dari
sebuah sistem hukum atau prinsip- prinsip.
Teori Realisme: Ada tiga asumsi utama realisme yang sering dikelompokkan dalam 3S :
statism, survival, self helf (Dunne and Schmidt, 2001, 155-1556). State adalah aktor
Hubungan internasional yang anarkis. Asumsi ini berasal dari kenyataan bahwa untuk
survive dan mencapai level subsistem manusia perlu hidup bersatu berdasarkan sesuatu
solidaritas kelompok. State merupakan pengelompokkan manusia (groupism) yang paling
penting dewasa ini, dan sumber kohesi in group yang paling kuat nasionalisme
(Wohlforth,2008,32).
Realisme menekankan bahwa negara bangsa dijadikan unit analisisnya dan ini pula lah
yang paling pokok. Bahwa tidak ada keharmonisan yang esensial atas kepentingan-
kepentingan di antara negara- negara bangsa itu. Dengan penggunanaan konsep power,
dianggap sinonim dengan teori realis yakni dengan berdasarkan pada kekuatan militer.
Dalam kerangka analisisnya, realisme mencoba menimbang kekuatan- kekuatan nasional
terdiri dari (tidak hanya kekuatan militer dan teknologi), faktor penduduk, geografis,
sumber daya alam dan lainnya. Hal seperti diatas juga disepakati oleh Mearsheimer (2007)
yang mengatakan bahwa power didasarkan pada kemampuan militer yang dikuasai oleh
negara. Walaupun demikian, menurutnya, negara- negara memiliki apa yang disebut
kekuatan laten yang meliputi potensi sosial ekonomi yang dapat dikembangkan menjadi
kekuatan militer. Kekuatan laten itu disebut oleh Morgenthau adalah sumber kekuatan
nasional, yaitu penduduk, sumber daya alam, ekonomi, teknologi.
Teori realisme mengasumsikan bahwa lokasi/ wilayah geografis suatu bangsa, akan
memberikan pengaruh terhadap kemampuan nasionalnya serta orientasi kebijaksanaan
politik luar negerinya. oleh sebab itu bagi pandangan kelompok realisme, cukup dengan
hanya mengandalkan atau mensiasatinya melalui manajemen power. Untuk mencapai
tujuan tersebut, diperlukan perimbangan kekuatan (balance of power) sebagai alat
pengatur. Hans J Morgenthau, penganut aliran pemikiran realisme politik dan hubungan
internasional yang paling fanatik, dalam buku klasiknya Political Among Nations: The
Strunggle for Power and Peace, bahwa perjuangan untuk kekuasaan dijadikan sebagai
pemberian makna atas politik internasional seperti juga politik-politik lainnya. Sebagai
tujuan akhir politik adalah power. Morgenthau lebih lanjut mengatakan hubungan
internasional adalah politik internasional yang berusaha memperjuangkan power diantara
negara bangsa. Oleh sebab itulah semua pemerintahan nasional disibukkan dengan
kegiatan- kegiatan memperjuangkan power. Menurut Morgenthau, suatu negara hanya bisa
memilih tiga jenis kebijaksanaan, yaitu (a) status quo, (b) ekspansi atau imperialisme , (c)
prestige (gengsi).
Contoh power relationships dengan negara bertikai atau dengan egara- negara yang
mendukungnya. Dalam analisis power relationships dalam konteks Isrel-Arab akan lemah
(tidak kuat) dibandingkan dengan negara- negara arab, apabila Uni soviet memberikan
dukungannya kepada arab sementara itu, disisi lain, AS menarik dukungannya terhadap
negara Israel.Ataupun sebaliknya, Uni Soviet menarik dukungan terhadap Israel maka
posisi Israel akan menjadi kuat.

Teori Sistem Studi Hubungan Internasional
Wujud sistem dalam tingkat internasioanl di dalam studi hubungan internasional,
dikemukakan oleh Morton A. Kaplan (1962),4) mengatakan bahwa defenisi atau rumusan
tentang sistem dalam konteks hubungan internasioanl dianggap sebagai set of Variables
so related, in contardiction to its environment, that is describe behavioral regulaties
characterize the internal relationships of the set of individual variables to combinations to
external variables . Pendapat lainnya dikemukakan oleh Charles A. McClelland (1965,258),
sistem teori adalah suatu teknik untuk membangun/ membentuk/ mengembangkan suatu
pengertian dan pemahaman hubungan- hubungan antara bangsa- bangsa yakni bertujuan
untuk mengidentifikasikan, mengukur interaksi ke dalam suatu sistem dan subsistem,
serangkaian perilaku dalam sistem serta reaksinya kepada yang lain yang kesemuannya
dapat dipelajari dengan melalui teorisasi. Morton A. Kaplan, dalam hal ini mengkaji teori
sistem itu ke dalam beberapa pola atau karakteristik perilaku dalam sistem (politik)
internasional. Unsur-unsur yang terdapat di dalam pola itu konsisten dengan kebutuhan
baik itu internasional maupun di tingkat domestik. Pola- pola perilaku tingkat internasional
saling memiliki kaitan satu sama lain yang dapat dispesifikasikan termasuk di dalamnya
karakternya; partisipasinya serta fungsinya dalam sistem politik internasional. Ada enam
model sistem internasional sebagai berikut:

a) Balance of Power System
Sistem perimbangan kekuatan (balance of power) dalam konsistensi internasional,
mempunyai ciri tujuh dalil untuk memlihara keseimbangan sistem perimbangan
kekuatan dan ini yang menjadi cirinya terhadap perilaku itu sendiri. (1) bertindak,
tetapi lebih baik berunding daripada bertempur (2) lebih baik bertempur daripda
terhalang melakukan kapabilitas (3) menghentikan perang daripada salah satu
kekuatan besar lainnya musnah (4) menetang koalisi negara- negara bangsa atau
kekuatan besar lain yang menguasai internasional (5)halangi negara- negara bangsa
untuk menyetujui peralihan menuju sistem keamanan global kolektif atau menuju
pemerintahan dunia (6) sesudah perang diizinkannnya pihak yang kalah atau
kekuatan besar yang sudah dikendalikan untuk masuk ke dalam sistem tersebut
sebagai kekuatan besar.
b) Sistem Bipolar Longgar
sistem ini sering disebut sebagai perang dingin yang telah menjadi ciri khas sejarah
politik internasional 1945-1978. Sistem ini berbeda dengan sistem balance of power.
Dalam sistem bipolar longgar ini ikut serta sebagai aktor utama adalah negara
adidaya (bloc actors) seperti misalnya NATO ataupun komunis blok ataupun aktor
universal seperti PBB. Dan hampir semua aktor nasional menjadi aktor dalam hal ini.
c) Sistem Universal
sistem universal dapat dikembangkan sebgai suatu konsekuensi atas aktor dalam
sistem universal itu sendiri yang berada dalam sistem bipolar longgar. Meskipun
nampaknya sistem ini agak informal, namun konflik- konflik kepentingan
dikembalikan kepada aturan politik itu. Sistem ini dianggap sistem internasional
yang akan stabil karen bergantung pada kapabilitasnya dan kapabilitas aktor
nasional anggotanya.
d) Sistem Bipolar Ketat
Menurut Morton A. Kaplan, sistema bipolar ketat merupakan suatu modifikasi dari
sistema bipolar longar dalam mana aktor non-blok sebagai peserta dan aktor
universal.
e) Sistem Berjenjang
Tipologis Pembuatan Teori Kebijakasanaan Luar Negeri
Untuk merumuskan berbagai kebijaksanaan luar negeri, ada tiga jenis tipologis keputusan
atau kebijaksanaan luar negeri (William D. Coplin, 1992,32) yakni:
a. Kebijaksanaan luar negeri yang umum terdiri dari serangkai keputusan yang dinyatakan
dengan kebijakan dan tindakan yang tidak secara langsung. Misalnya Politik
Pembendungan (containment policy).
b. Keputusan luar negeri yang bersifat administrative yang dibuat oleh birokrasi
pemerintahan yang bertugas untuk melaksanakan hubungan luar negeri bagi negaranya.
c. Tipologis kebijaksanaan politik luar negeri berupa keputusan- keputusan yang bersifat
krisis dan merupakan kombinasi (penggabungan) dari dua tipologis kebijaksanaan poltik
luar negeri terdahulu.
Pembuatan Keputusan Politik Luar Negeri
Pendekatan terhadap pemecah masalah secara rasional dalam konteks pengambilan
keputusan luar negeri dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu (1) Merumuskan
situasi (define of the situasion). (2) Memilih tujuan (select goals). (3) Pencarian alternatif-
alternatif ( search for alternatives). (4) Memilih alternatif alternatif (choosing alternative).
Tipologis Pembuatan Teori Kebijakasanaan Luar Negeri
Untuk merumuskan berbagai kebijaksanaan luar negeri, ada tiga jenis tipologis keputusan
atau kebijaksanaan luar negeri (William D. Coplin, 1992,32) yakni:
a. Kebijaksanaan luar negeri yang umum terdiri dari serangkai keputusan yang dinyatakan
dengan kebijakan dan tindakan yang tidak secara langsung. Misalnya Politik
Pembendungan (containment policy).
b. Keputusan luar negeri yang bersifat administrative yang dibuat oleh birokrasi
pemerintahan yang bertugas untuk melaksanakan hubungan luar negeri bagi negaranya.
c. Tipologis kebijaksanaan politik luar negeri berupa keputusan- keputusan yang bersifat
krisis dan merupakan kombinasi (penggabungan) dari dua tipologis kebijaksanaan poltik
luar negeri terdahulu.
Pendekatan terhadap pemecah masalah secara rasional dalam konteks pengambilan
keputusan luar negeri dapat dilakukan dengan empat langkah, yaitu (1) Merumuskan
situasi (define of the situasion). (2) Memilih tujuan (select goals). (3) Pencarian alternatif-
alternatif ( search for alternatives). (4) Memilih alternatif alternatif (choosing alternative).
Masalah- masalah luar negeri negeri sebagian besar menyangkut sejumlah faktor yang
kompleks karena lingkungan internasional merupakan produk interaksi dari faktor- faktor
dari psikologis, sosial, ekonomi, politik, teknologi, dan geografis.
MODEL PEMBUATAN KEPUTUSAN POLITIK LUAR NEGERI UNIT DAN TINGKAT ANALISIS
Pembuatan keputusan itu sendiri pada dasarnya adalah merupakan suatu proses, yang
pada akhirnya akan berhadapan dengan tindakan pemilihan-pemilihan ke dalam beberapa
alternative untuk mencapai tujuan dari pembuat keputusan tersebut. Studi tentang
pembuatan keputusan berkaitan erat dengan diskripsi tentang .. how people behave as
well as how how people should behave to get the best decisions. (Bruce Russett &Haarvey
Starr, 1985, 271) . Keputusan tersebut merupakan keputusan yang dianggap sangat
rasional sifatnya (The most rational decisions).

Model 1 : Aktor Rasional
Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual.
Perilaku pemerintah dianalogikan dengan perilaku individu yang bernalar dan
terkoordinasi. Soerang analisis dianggap sudah bisa menjelaskan suatu politik luar negeri
jikalau ia bisa menunjukkan pilihan yang layak dengan mengingat tujuan strategis bangsa.
Model 2: Proses Organisasi
Pembuatan keputusan politik luar negeri bukanlah semata- mata sebagai suatu proses
rasional (intelektual) akan tetapi lebih menyerupai suatu proses mekanis. Proses mekanis
itu merujuk pada prosedur yang berlaku, atau peran yang telah ditetapkan bagi para
birokrasi. Inilah gambaran singkat pola perilaku yang disebut prosedur kerja baku
(standart operating procedure).
Model 3 : Politik Birokratis
Menurut perspektif Model 2 merupakan pembuatan keputusan politik luar negeri, menurut
perspektif model 3, proses pembuatan keputusan politik luar negeri merupakan suatu
proses politik. Politik luar negeri muncul dan tumbuh berkembang dari proses normal,
yakni dalam bentuk tawar- menawar, kompromi, penyesuaian diri, dan sebagainya.
Tingkat dan unit analisis studi hubungan internasional
Tingkat analisis sistem internasional yang dianggap sebagai tingkat yang paling tinggi dan
memiliki sifat komprehensif dibandingkan dengan tingkat analisis negara-negara yang
lebih memusatkan perhatian kepada studi decision making approach. Dalam
mengidentifikasikan tingkat-tingkat analisis, J. David Singer mengidentifikasi enam tingkat
analisis yang ada dalam hubungan internasional, yakni: a) individual desicion makers, b)
role of decision makers, c) structure of goverment, d) internasional relations, e)
internasional system (the world system).
NEGARA DAN SISTEM INTERNASIONAL
Negara (nation-state) telah menjadi aktor (pelaku) dalam sistem politik internasional dan
hubungan internasional. Sejak usai perang Dunia II, terlihat percepatan pertumbuhan
negara-negara baru (new emergimg forces) sebagai anggota dalam masyarakat
internasional. Negara merupakan suatu entitas legal (legal status) dan legal equality.
Negara adalah sebuah : legal abstraction. Negara telah diberikan statusnya yang bersifat
legal monopoly on the use of force in the global arena by internasional law. (Bruce
Russett &Harvey Starr, 1981,49).
Aktor- aktor Non-Negara (Non- Goverment Organization/ NGO): Aktor-aktor non negara di
dalam terminologi ilmu politik dan hubugan internasional dapat dibagi ke dalam dua
bagian : (1) Intergovermental organization (IGO) dan (2) Non-governmental organization
Non-governmental organization (NGOs) yang terdiri dari negara- negara (private citizens)
atau kelompok- kelompok swasta ataupun antara kedua-duanya yang bekerjasama pada
tingkat internasional. Dengan pembentukan NGOs tersebut adalah untuk mencapai tujuan
sosial, ekonomi, dan politik, dimana diantaranya membentuk struktur dan kelembagaan
formal besar dan sementara yang lainnya, hanya sekali- sekali mengadakan acara
pertemuan yang membahas kepentingan bersama dari para anggota.
Multi-National Corporation (MNCs): Organisasi ini didefenisikan sebagai sekumpulan
perusahaan yang berasal dari negara- negara yang berbeda dan bergabung ke dalam atau
melalui ikatan-ikatan strategis manajemen bersama.
Organisasi Antarpemerintah (IGOs): IGOs sering disebut sebagai suatu organisasi
Internasional (OI) yang mempunyai peranan sebagai aktor dalam sistem internasional dan
yang dalam hal ini hanya merupakan organisasi- organisasi seperti misalnya PBB yang
meliputi susunan-susunan, individu-individu, yang menempatkan wakil-wakilnya sebagai
organisasi tadi, untuk mewakili kepentingan dan kebijaksanaan politik luar negeri masing-
masing.
POLITIK LUAR NEGERI TERHADAP SISTEM INTERNASIONAL
Politik luar negeri adalah keseluruhan perjalanan keputusan pemerintah untuk mengatur
semua hubungan dengan negara lain. Politik luar negeri merupakan perilaku yang
diwujudkan oleh suatu negara sewaktu memperjuangkan kepentingan nasionalnya dalam
hubungannya dengan negara lain. Politik luar negeri juga dapat diartikan sebgai suat
bentuk kebijaksanaan atau tindakan yang diambil dalam hubungannya dengan
situasi/aktor yang ada diluar batas- batas wilayah negara.
Instrumen politik luar negeri adalah diplomasi. Dalam pandangan Joseph Frankel
(1988,135-136) diplomasi ditempatkan kedalam analisisnya dalam peranannya sebagai
instrumen dan teknik interaksi dalam hubungan antara negara-negara dimana diplomasi
dipergunakan dalam artian yang sangat luas yang mencakup : to making and the execution
of fereign policy. Karl W. Deutsch (1988,172-173) mengemukakan diplomasi senantiasa
berkenaan dengan peranannya sebagai instrumen untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan yang dilakukan oleh dua atau lebih negara- negara yakni dalam bentuk
perselisihan-perselisihan, konflik-konflik tanpa memperdulikan berbagai faktor yang
mendorong pertikaian, konflik yang dimaksud.
INSTITUSI UTAMA SISTEM INTERNASIONAL
Untuk menuju cita- cita kesejahteraan umum bangsa bangsa sebagai satu badan, dengan
melalui suatu badan- badan pemerintahan yang terpusat (central agency of goverment)
yang mengatur ke dalam suatu kelompok kolektivitas. Aturan- aturan yang mengarahkan
wacana hubungan antarnegara-negara ke dalam sebuah kolektivitas tersebut disebut
sebagai hukum internasional. Kemudian, hukum internasional ini menjadi prinsip-prinsip
kedaulatan nasional masing-masing negara , dan akan dijadikan karakteristik identitas
utama. Sumber hukum internasional adalah:
1. Hukum kebiasaan Internasional:
Hukum kebiasaan yang telah terkristralisasi dalam adat istiadat (dalam praktiknya) dilihat
dari lingkungan hubungan antarnegara (hubungan diplomatik antarnegara). Dalam
praktiknya, hukum internasional melalui suatu kebiasaan (customs) yang selanjutnya
diperkuat dengan perjanjian (treaties) tahun 1961 :The Vienna Convention on Diplomation
relation, yang dirancang untuk memeberikan perlindungan para diplomat pada umumnya.
2. Perjanjian Internasional
Traktat (perjanjian- perjanjian) diakui sebagai sumber hukum internasional yang sangat
penting (dominate importance). Namun demikian, yang perlu dicatat, bahwa perjanjian-
perjanjian (treaties) yang menjadi sumber hukum internasional dapat berfungsi jikalau
sudah mendapat pengakuan/dipakai oleh badan- badan atau bangsa-bangsa sebagai suatu
badan (lembaga).
3. Asas-asas Hukum Umum
Pasal 38 Piagam Makhamah Internasional menyebutkan bahwa asas-asas hukum umum
yang diakui oleh negara- negara atau bangsa- bangsa yang beradab sebagai sumber hukum
internasional. Brierly (1985,62) mengatakan bahwa asas-asas hukum umum, memiliki
spektrum yang sangat luas meliputi asas- asas hukum perdata yang diterapkan oleh
pengadilan nasional yang selanjutnya digunakan untuk kasus-kasus hubungan
internasional. Asas-asas hukum umum ini digunakan oleh mahkamah, apabila sumber-
sumber utama hukum internasional tidak mencukupi untuk dijadikan sebagai landasan
hukum bagi putusan Mahkamah Internasional.
4. Keputusan Pengadilan
Pasal 38 dari Piagam Mahkamah Internasional yang menyatakan bahwa keputusan-
keputusan pengadilan merupakan sumber hukum internasional. Tambahan untuk
menentukan aturan hukum.
5. Karya- Karya Hukum (Jurisdictive work)
Tulisan para ahli hukum sangat terkenal dari berbagai bangsa.negara, disebut dalam pasal
38 dari Piagam Mahkamah Internasional sebagai sumber Hukum Internasional. Karya-
karya tersebut mengarah pada pembentukan hubungan internasional.


MANAJEMEN KONFLIK DALAM SISTEM INTERNASIONAL
(1) Metode perimbangan kekuatan (balance of power)
Perimbangan kekuatan ( balance of power) pada dasarnya tidak didirikan untuk satu
negara saja, atau oleh sekelompok negara- negara dalam sistem internasional ,
melainkan dimulai dari alasan- alasan motivasi atas kompetisi anatarnegara-negara itu
sendiri.
(2) Metode Keamanan bersama (collective security)
Masalah keamanan bersama senantiasa berkaitan erat dengan the creation of a
coluntary of states. Hal ini didasarkan kepada pandangan bahwa di dalamnya
tercermin suatu komitmen diantara anggota. Komitmen tersebut mengatakan bahwa
jikalau salah satu anggota organisasi keamanan bersama ini atau mendapat serangan,
maka sistem organisasi tersebut dilaukan perlawanan agressor.
(3) Metode pemerintahan dunia (world government)
Metode ini dianggap sebagai sesuatu sikap yang radikal, terutama atas cara pengelolaan
power. Asumsinya, bahwa di dalam suatu tatanan (tertib) atau order yang diciptakan
atau dibangun, dan ditunjukkan kepada upaya perdamanaian dunia maka kekuatan-
kekuatan politik itu disentralisasikan.

Jadi dalam buku ini cukup menjelaskan mengenasi studi hubungan internasional yang
dimana Studi hubungan internasional adalah perkembangan atas kegelisahan yang dirasa
oleh para ilmuwan terhadap perang Dunia I. Kerugian dan korban- korban atas perang
Dunia I membuka alam kesadaran para ilmuwan untuk mengatasi berbagai hubungan
antarnegara di dunia. Hubungan tersebut baik dalam hal kerjasama ataupun dalam hal
penyelesaian konflik. Kemudian, para penteori hubungan internasional melandasi
pemikiran mereka dengan berbagai teori dalam analisis hubungan internasional. Teori
tersebut adalah teori realisme, teori sistem hubungan internasional, teori pembuatan
keputusan hubungan internasional dan beberapa konsep dalam penjelasan hubungan
internasional.
Teori realisme yang menekankan pada perimbangan kekuatan (balance of power) yang
digagaskan oleh Morgenthau mengatakan bahwa setiap negara-negara (states) yang
menjadi aktor hubungan internasional tentunya harus menyeimbangkan kekuatan di
dalam dunia internasional dengan harapan kedudukannya bisa menyamai dengan negara-
negara superpower. Teori sistem yang digagaskan oleh Morton A. Kaplan , bahwa setiap
sistem pstilah memiliki komponen, termasuk hubungan internasional yang memiliki
elemen berupa individu, kelompok-kelompok atau bangsa-bangsa yang berkaitan dengan
sistem itu. Teori pembuatan keputusan menurut Richard Snyder dan W.H. Bruck & Burton
Sapin mengatakan bahwa pembuat keputusan menekankan analisis pada bagaimana
keputusan diambil, siapakah yang mengambil kebijkasanaan itu.
Dalam hubungan internasional, konsep- konsep penting pun tidaklah diabadikan. Konsep
negara, hukum internasional, konsep politik luar negeri dan sampai ke manajemen konflik
menjadi suatu faktor pendukung dalam menjelaskan dan mempelajari studi hubungan
internasional. Negara adalah aktor hubungan internasional walapun memang individu,
kelompok-kelompok dan organisasi internasional adalah juga aktor dalam hubungan
internasional. Sementara hukum internasional berkaitan erat dengan hukum apa saja
dalam hubungan internasional. Hukum tersebut adalah hukum kebiasaan internasional,
perjanjian internasional (traktat), asas-asas hukum umum, keputusan pengadilan, dan
karya-karya hukum. Konsep politik luar negeri adalah bagimana aktor dalam pengambilan
kebijakan yang dibatasi dengan wilayah nasional negara tersebut. Dalam manajemen
konflik adalah dengan menggunakan metode perimbangan kekuatan (balance of power),
metode keamanan bersama (collective security), metode pemerintahan dunia (world
government).

Anda mungkin juga menyukai