JUDUL
“ANTISIPASI INTELIJEN KEAMANAN TERHADAP KONFLIK WARGA ANTAR KAMPUNG DI
KOTA MAGELANG”
II. ABSTRAK
Terjadinya aksi tawuran antar ratusan warga dua kampung, yakni Kampung Karanggading
dan Kampung Jurang di Kecamatan Magelang Tengah, Kota Magelang yang bermula ketika ratusan
masa dari Kampung Karanggading mendatangi Kampung Paten Jurang. Sembari membawa senjata
tajam, bambu, pedang, dan kayu. Perselisihan antar kampung ini menurut keterangan dari para
saksi-saksi, merupakan imbas dari aksi penyerangan lima buah mobil angkutan kota (angkot),
sepeda motor, dan warung internet (warnet) milik, Subadi, Ketua RW 15 Paten Jurang.
Pemicu perselisihan warga itu karena adanya cekcok antar 2 warga dari kedua kampung
tersebut di salah satu tempat karaoke di Kota Magelang. Usai karaoke, seorang pemuda asal
Kampung Paten Jurang ini tak mau membayar tagihan. Akhirnya pemuda tersebut ditegur oleh
petugas keamanan tempat karaoke itu, namun tetap saja ia tak membayarnya. Kemudian, petugas
kemanan yang diketahui adalah warga Karanggading ini, bersama dengan sejumlah pemuda
tetangganya memiliki niat untuk mencari keberadaan pemuda asal Kampung Paten Jurang. Mereka
diduga menyisir di Kampung Paten Jurang untuk mencarinya, namun tak pernah ditemukan. Hingga
terjadi pengrusakan kendaraan dan warung di sekitar Paten Jurang yang menyulut emosi warga.
Belakangan diketahui bahwa 2 warga yang terlibat masalah merupakan anggota dari ormas yang
memiliki peranan dominan di Kota Megelang, yaitu Kelompok Macan Tidar dan Kelompok Pemuda
Pancasila.
IV. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara yang kaya akan
suku, adat istiadat dan kebudayaan. Terdapat banyak macam suku di Indonesia yang
semuanya memiliki adat yang berbeda-beda pula. Keanekaragaman kebudayaan, kebiasaan
dan kepentingan di masing-masing kelompok masyarakat ini juga tidak dipungkiri sering
menjadi awal penyebab konflik yang terjadi di masyarakat, baik itu konflik antar suku, agama,
golongan atau bahkan konflik antar kampung yang notabenenya masih dalam satu suku pun
bisa terjadi akibat dari perbedaan ini. Konflik antar warga yang sering terjadi ini adalah
merupakan tanggung jawab dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan
lembaga yang bertanggungjawab untuk menjaga dan memelihara keamanan di Indonesia.
Polri memegang peranan penting dan harus turun langsung dalam upaya
penyelesaian konflik antar warga tersebut. Dalam upaya menjaga keamanan, Polri memiliki
fungsi intelijen yang merupakan salah satu fungsi yang mengemban tugas dalam rangka
penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan. Kegiatan operasional intelijen keamanan
(intelkam) dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi, mengamankan
obyek/aktivitas tertentu, serta menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan tugas Polri
lainnya. Kegiatan operasional intelkam dapat dilaksanakan secara terbuka maupun secara
tertutup melalui aspek geografi, demografi, sumber daya alam, politik, ekonomi, sosial budaya
dan keamanan. Kondisi keamanan pada dasarnya merupakan hasil dari berbagai aspek
kehidupan masyarakat baik dinamika lingkungan alam, yaitu: geografi, demografi, sumberdaya
alam maupun lingkungan sosial, antara lain: politik, ekonomi, sosial budaya dan perkembangan
teknologi. Perkembangan kondisi ini bila tidak diantisipasi atau dikelola dengan baik akan
bermuara kepada masalah keamanan dan ketertiban dalam negeri, seperti terjadinya kasus-
kasus konflik dan kerusuhan yang berlatarbelakang SARA.
Salah satu kasus yang telah terjadi adalah kasus konflik antar warga kampung di
Kota Magelang pada hari Rabu, tanggal 28 Oktober 2015 yang lalu. Berdasarkan latar
belakang ini, penulis mencoba mengimplementasikan aspek-aspek tugas intelijen dalam kasus
tersebut. Penulis mengambil judul makalah “ANTISIPASI INTELIJEN KEAMANAN TERHADAP
KONFLIK WARGA ANTAR KAMPUNG DI KOTA MAGELANG”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apasaja yang mempengaruhi (geografi, demografi, sumber daya alam, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan) serta kerawanan dan gangguan keamanan yang
mungkin timbul dari kasus konflik warga antar kampung tersebut?
2. Apa yang harus dilakukan intelkam dalam mengantisipasi kasus konflik warga antar
kampung tersebut sebelum kejadian, pada saat kejadian dan setelah kejadian?
C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Manajemen Operasional Polri, BRIGJEND.
POL. (P) Drs. IGM. DIRGAYU A. WIBAWA, S.H., M.Si. kepada penulis sebagai Mahasiswa
STIK-PTIK Angkatan-72 / Widya Atmani Wedhana.
2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepada pembaca ataupun pimpinan
dikemudian hari guna mengambil keputusan dalam menghadapi kasus yang serupa di
tempat bertugas.
V. LANDASAN TEORI
A. TEORI KONFLIK
Teori konflik merupakan perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai
yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi
yang berbeda dengan kondisi semula. Teori ini berdasarkan pada pemilikan sarana produksi
sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
1. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configure, yang berarti saling memukul, yang
dimaksud dengan konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak
dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling
mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya
merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan
yang relative sama terhadap hal yang sifatnya terbatas.
Dengan demikian, terjadilah persaingan hingga menimbulkan suatu benturan-
benturan fisik baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Berikut ini beberapa
pendapat ahli tentang pengertian konflik:
a. Robbin mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict Paradoks,
yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja kelompok,
tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
b. Stoner dan Freeman membagi pandangan menjadi dua bagian, yaitu pandangan
tradisional (Old view) dan pandangan modern (Current View):
1) Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat
dihindari. Hal ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah
pencapaian tujuan yang optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang
optimal, konflik harus dihilangkan. Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan
manajer dalam merancang dan memimpin organisasi. Dikarenakan kesalahan ini,
manajer sebagai pihak manajemen bertugas meminimalisasikan konflik.
2) Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor,
antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan
sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan.
Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik
sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
c. Myers merpendapat bahwa konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
tradisional dan kontemporer.
1) Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang
harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai
sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan
seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik
secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti akan
menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu sehingga
akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut pandangan
tradisional, konflik haruslah dihindari.
2) Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi
manusia. Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam
konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak
hubungan antarpribadi bahkan merusak tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai
suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik bukan dijadikan suatu hal yang
destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk membangun
organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
d. Robert M. Z Lawang mengemukakan bahwa konflik adalah perjuangan untuk
memperoleh nilai, status, dan kekuasan dimana tujuan dari mereka yang berkonflik tidak
hany memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk menundukkan saingannya.
e. Soerjono Soekanto, konflik merupakan proses sosial dimana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.
2. Jenis Konflik
Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam
masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik
antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
a. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-
masalah pribadi atau perbedaan pandangan antar pribadi dalam menyikapi suatu hal.
Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
b. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang
berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antar partai
politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing.
Misalnya bentrokan antar partai politik pada saat kampanye.
c. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena
adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara
orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika
Serikat dan Afrika Selatan.
d. Konflik antar kelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-
perbedaan kepentingan di antara kelas-kelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik
antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan
upah.
e. Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok
negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara
negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.
3. Penyebab Timbulnya Konflik
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain
sebagai berikut.
a. Perbedaan Antar Perorangan
Perbedaan ini dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini
mengingat bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah
ada kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan-perbedaan
inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab dalam
menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan selalu sejalan
dengan individu yang lain.
b. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan
dalam kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran
individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu
dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan
kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya
tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan nilai dan
norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh satu kelompok
atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok atau masyarakat
lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut,
tidak menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial
c. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat
atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga
akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
d. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan
pendirian mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang
terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di
dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah
ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya
secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan
keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik
sosial.
4. Strategi dan Metode Penyelesaian Konflik
Penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak
kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada
5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah sebagai berikut :
a. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan
yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
b. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
c. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok
damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran
moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
d. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini
adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan
integrasi dari kedua pihak.
e. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan
penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.
B. TEORI INTELIJEN KEAMANAN (INTELKAM)
Intelijen keamanan adalah intelijen yang diimplementasikan dalam tugas pokok Polri sebagai
institusi yang bertanggung jawab terhadap keamanan dalam negeri dalam mendukung
pelaksanaan tugas Pemerintahan serta menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan
dalam masyarakat bagi pelakasanaan tugas Polri. Sedangkan fungsi yang diemban oleh
intelejen adalah penyelidikan, pengamanan dan penggalangan untuk keperluan pelaksanaan
tugas dan fungsi kepolisian, terutama penegakan hukum, pembinaan kamtibmas, serta
keperluan tugas bantuan pertahanan dan kekuatan sosial.
Adapun fungsi intelijen adalah:
1. Penyelidikan
Penyelidikan merupakan upaya mencari dan mengumpulkan bahan informasi.
2. Pengamanan
Pengamanan merupakan upaya mengamankan organisasi agar tidak menjadi sasasaran
lawan.
3. Penggalangan
Penggalangan merupakan upaya untuk menciptakan kondisi dan situasi yang
menguntungkan organisasi.
Sedangkan tugas dan tanggungjawab intelkam adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Mata dan Telinga kesatuan Polri yang berkewajiban melaksanakn deteksi dini dan
memberikan peringatan masalah dan perkembangan masalah dan perubahan kehidupan
sosial dalam masyarakat. Mengidentifikasi ancaman, gangguan, atau hambatan terhadap
Kamtibmas.
2. Melaksanakan pengamatan terhadap sasaran-sasaran tertentu dalam masyarakat di bidang
IPOLEKSOSBUDHANKAM bagi kepentingan yang membahayakan masyarakat khususnya
dalam kegiatan kontra intelijen.
3. Menciptakan kondisi tertentu yang menguntungkan dalam masyarakat bagi pelaksanaan
tugas Polri.
Dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan pulbaket intelkam, ada 7 (tuhuh) bidang yang dipenuhi,
yaitu:
1. Geografi
Geografi suatu negara adalah segala sesuatu pada permukaan bumi yang dapat dibedakan
antara hasil proses alam dan hasil ulah manusia, dan memberikan gambaran tentang
karakteristik wilayah ke dalam maupun ke luar.
2. Demografi
Demografi adalah manusia atau penduduk yang mendiami suatu wilayah negara.
3. Sumber daya alam
Sumber daya alam adalah segala sumber dan potensi alam yang terdapat di bumi, dilaut,
dan di udara dalam wilayah suatu negara.
4. Politik
Politik diartikan sebagai asas, haluan dan kebijaksanaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan, dan oleh kekuasaan karena itu masalah politik selalu dihubungkan dengan masalah
kekuasaan dalam suatu negara yang berada di tangan pemerintah. Pemerintah akan
menentukan sistem politik yang tepat untuk dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
nasionalnya.
5. Ekonomi
Ekonomi yang dijalankan oleh suatu Negara merupakan kekuatan nasional Negara yang
bersangkutan terlebih di era global sekarang ini. Bidang ekonomi berperan langsung dalam
upaya pemberian dan distribusi kebutuhan seluruh warga negara.
6. Sosial Budaya
Unsur budaya di masyarakat menentukan kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal yang
dialami sebuah bangsa yang homogen tentu saja akan berbeda dengan yang dihadapi
bangsa yang heterogen (plural) dari segi sosial budaya masyarakatnya.
7. Keamanan
Pertahanan dan keamanan (hankam) adalah upaya rakyat semesta dengan TNI dan Polri
sebagai intinya. Mempertahankan dan mengamankan bangsa dan negara beserta hasil
perjuangannya.
b. Pengumpulan Keterangan
Selanjutnya intelijen melakukan penyelidikan (bisa melalui observasi atau penelitian)
dan tekhnik penyelidikan yang digunakan bisa berupa pengamatan dan penggambaran
(matbar), wawancara, interogasi, penjejakan, penyurupan, pengintaian, penyadapan
dan melakukan penggalangan terhadap para warga yang terlibat maupun lingkungan
sekitarnya.
c. Pengolahan dan Analisa
Bahan keterangan yang telah didapat kemudian diolah melalui proses pencatatan,
penilaian dan penafsiran, sehingga bahan keterangan yang awalnya masih merupakan
bahan mentah ditransformasikan menjadi produk intelijen dan dilaporkan segera
kepada pimpinan yang berguna sebagai bahan pertimbangan pimpinan untuk
mengambil keputusan dan atau kebijakan kedepannya yang terkait dengan peristiwa
yang telah terjadi.
2. PADA SAAT KEJADIAN
Upaya yang dilakukan pada saat kejadian terjadi adalah lebih diprioritaskan kepada upaya
represif intelijen yang lebih proaktif dengan fokus kegiatan untuk penanggulangan kejadian
agar permasalahan tidak semakin menyebar dan dapat cepat diselesaikan sehingga situasi
dapat kembali menjadi kondusif. Kegiatan rutin kepolisian dilaksanakan dengan intensitas
yang lebih ditinggikan serta ditekankan kepada pelaksanaan operasi intelijen sebagai
kegiatan utamanya.
3) Penggalangan :
a. Penggalangan tokoh masyarakat di masing-masing kampung yang bertikai
untuk membantu meredam gejolak.
b. Penggalangan tokoh agama agar membantu memberikan arahan/himbauan
dan meredam gejolak yang terjadi.
c. Penggalangan pimpinan atau yang di ormas yang bertikai agar dapat meredam
emosi anggotanya.
d. Penggalangan ormas lain, Karang Taruna, organisasi kepemudaan, dll. agar
tidak ikut dalam pertikaian tersebut.
e. Penggalangan intansi samping seperti TNI, Sat Pol PP dll untuk turut
membantu pengamanan dan meredam gejolak yang terjadi.
f. Penggalangan keluarga-keluarga korban agar tidak melakukan penyerangan
balasan sehingga memicu kejadian susulan.
g. Penggalangan warga agar dapat dijadikan sebagai sumber informasi/saksi
untuk mengetahui situasi dan kondisi di lapangan dan memprediksi apa respon
dari masing-masing kampung dan ormas.
h. Melihat situasi dan kondisi dilapangan apakah memungkinkan dilakukan
alternatif solusi damai, negoisasi dan mediasi.
c. Pengolahan dan Analisa
Bahan keterangan yang telah didapat lalu diolah melalui proses pencatatan, penilaian
dan penafsiran sehingga bahan keterangan yang awalnya masih merupakan bahan
mentah dibuat menjadi produk/laporan intelijen.
B. SARAN
1. Fungsi intelkam harus lebih meningkatkan deteksi dini dan ketajaman informasi guna
mendeteksi ancaman yang berpotensi menimbulkan konflik.
2. Memantau setiap perkembangan yang terjadi daiantara warga yang berkonflik dan
memberikan informasi serta peringatan dini kepada pimpinan apabila ada gejolak yang
yang mengarah kepada berulangnya kerusuhan.
3. Melakukan penyelidikan terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan adanya konflik
tersebut.
4. Membuat produk intelijen yang nantinya akan segera dilaporkan kepada pimpinan sebagai
deteksi dan peringatan dini dalam rangka mengambil keputusan/kebijakan.
5. Menentukan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (SWOT) yang dimiliki oleh
Polres dalam menghadapi ancaman yang ada.
6. Mengamankan keputusan/kebijakan pimpinan syang telah diambil secara eksternal dengan
menangkal apabila lawan mencoba melakukan upaya untuk menggagalkan
keputusan/kebijakan tersebut.
7. Melakukan pengamanan secara internal meliputi pengamanan personil, sarana prasarana,
dan logistik dari ancaman luar.
8. Penggalangan kepada perwakilan ormas, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga korban
dan perwakilan warga agar tidak terpancing emosinya dan kembali melakukan
penggembosan apabila terdeteksi akan ada pergerakan massa kembali.
9. Tetap melakukan pengawasan/monitoring situasi kondisi dan secara intensif dan selalu
melaporkan setiap perkembangan situasi yang terjadi kepada pimpinan sesegera mungkin
pada kesempatan pertama sampai keadaan menjadi kondusif dan benar-benar terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
http://www.ssbelajar.net/2012/03/bentuk-bentuk-konflik.html
https://www.siswapedia.com/faktor-faktor-penyebab-konflik-sosial/
https://ipanwicaksono.wordpress.com/tag/strategi-penyelesaian-konflik/
https://csuryana.wordpress.com/2013/05/14/tugas-pokok-dan-fungsi-intelijen-keamanan-intelkam-
literature-review/
http://jogja.tribunnews.com/2015/10/29/begini-kronologi-tawuran-antar-warga-yang-nyaris-terjadi-di-
kota-magelang?page=2
http://www.tribratanewsmagelangkota.com/detailpost/kapolres-magelang-kota-pimpin-mediasi-
pertikaian-macan-tidar-dan-pemuda-pancasila
Saronto, Y. Wahyu. dkk. 2001. Intelijen Teori, Aplikasi dan Moderenisasi. Jakarta: Ekalaya Saputra.
Skep/37/I/2005, Tanggal 31 Januari 2005, Pedoman Intelijen Keamanan di Lingkungan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Jakarta: Mabes Polri