Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PERUMAHAN DINAS POLRI DI WILAYAH

HUKUM POLRES KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :

YULIAN PUTRA PRASVIAWAN


NO. MAHASISWA 197710025

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPOLISIAN - PTIK


JAKARTA
2019
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………….........………….

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………..…..........…..…….

I.I Latar Belakang …………………………………………………........…………

I.II Rumusan Masalah ……………………………………........………………

I.II.a. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres


malang

I.II.b mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di


wilkum polres malang

I.III Tujuan Pembahasan ………………………………......……………………

I.III.a. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres


malang

I.III.b mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di


wilkum polres malang

BAB II. Isi ……………………………………………………………………..........………

II.II .Data dan Analisis………….……………………………............……….………

II.II.a. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres


malang

II.II.b mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di


wilkum polres malang
BAB III. Kesimpulan ……………………………………………………...…….......…….…

III.I. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres


malang

III.II mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di


wilkum polres malang

Saran ……………………………………………………………………….........………

Penutup ………………………………………………………………........…………...

Daftar Pustaka ………………………………………………………........……………


Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai penerapan peraturan kapolri 13 tahun
2018 tentang perumahan dinas .
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian
BAB I
Pendahuluan

I.I Latar Belakang

Seluruh Warga negera indonesia berhak mendapatkan suatu kehidupan yang layak
Sebagaimana telah tercantum dalam Pasal 27 dalam UUD 45 Republik Indonesia bahwa Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi warna negarannya . Dalam
pasal tersebut telah tertulis bahwa setiap warga negara republik indonesia tanpa terkecuali aparat
kepolisian wajib mendapatkan penghidupan yang layak. Sehingga dalam menjalankan tugas pokok
sehari yang diharapkan dapat melaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan Organisasi
Kepolisian .Peranana kepolisian tertuang dalam Undang Undang No 2 Tahun 2002 yaitu salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu
pentingnya kita memahami arti kompensasi hal tersebut dijelaskan oleh Andrew (di kutip oleh A.
A. Anwar Prabu Mangkunegara 2009:83) pengertian kompensasi adalah segala sesuatu yang
dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau ekuivalen terhadap sesuatu yang telah
diberikan. Dalam beberapa terminologi kompensasi di jelaskan dalam sebuah organisasi atau
perusahaan yang mana terdapat beberapa fungsi diantaranya yaitu fasilitas yang diberikan seperti
mobil, tempat gym di kantor, tempat parkir khusus bagi karyawan tertentu dan lainnya dan tempat
tinggal . Madsud daripada suatu kompesasi tersebut adalah memberikan jaminan keadilan kepada
suatu karyawan atau anggota dalam lingkup suatu organisasi kepolisian . Kita mengenal suatu
Organisasi yang besar dapat berjalan dengan baik apabila memiliki suatu manajemen yang baik
dikelolanya sehingga penting bagi suatu perusahaan memahami suatu ilmu manajemen. Kita
ketahui manajemen adalah suatu seni, tiap tiap pekerjaan bisa diselesaikan dengan orang lain.".
Tujuan daripada suatu manajemen yaitu menentukan strategi yang efektif serta efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh suatu organisasi. Sehingga diharapkan tujuan
organisasi tersebut bisa terwujud melalui suatu perencanaan, pengorganisasian , pengawasan ,
dan pengendalian . Kita mengenal arti manajemen suatu organisasi secara luas kemudian kita
mengenal bahwa organisasi kepolisian dalam lingkup kecil memiliki suatu fungsi dibidang
logistik dalam memberikan suatu pelayanaan dan pengelolaan fasilitas fasilitas yang ada
sehingga dalam mengelola tersebut dibutuhkan suatu ilmu ilmu manajemen logistisk . definisi
manajemen logistik yang dianut oleh ahli dintarannya John J. Coyle et al. Beliau mengartikan
logistik sebagai cara bagaimana mendapatkan produk yang tepat, untuk pelanggan yang tepat,
dalam jumlah yang tepat, dengan kondisi yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang
tepat, dan pada biaya yang tepat.Dalam definisi tersebut kita mengetahui tujuan sebagian kecil
yang paing penting bagi suatu anggota kepolisian yaitu fasilitas rumah atau tempat tinggal
yang mana merupakan suatu bentuk kompensasi yang diberikan suatu organisasi kepolisan
sebagai bentuk keadilan yang dikelola oleh fungsi kepolisian dibidang logistik melalui ilmu
manajemen logistik .Fasilitas yang diberikan negara berupa tempat tinggal yaitu rumah dinas
sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 31 tahun 2005 tentang Rumah negara
adalah bangunan yang dimilki negara dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana saraa pembinaan kelauraga serta menujang pelaksanaan tugas pejabat dan pegawai
negeri dan rumah negara tersebut hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil dalam ini
anggota kepolisian negara republik indonesia adalah termasuk kedalam pegawai negeri yang
berdinas dikepolisian . Setiap hunian rumah memiliki aturan dalam menempati suatu tempat
tinggal khususnya rumah dinas negara yaitu harus memiliki Surat Izin Penghunian yang
diberikan oleh Pejabat yang berwenang pada instansi yang bersangkutan. Pemilik Surat Izin
Penghunian wajib menempati Rumah Negara selambat-lambatnya dalam jangka waktu 60
(enam puluh) hari sejak Surat Izin Penghunian diterima.serta suami dan istri yang masing
berstatus Pegawai Negeri, hanya dapat menghuni satu Rumah Negara, kecuali apabila suami
istri tersebut bertugas dan bertempat tinggal di daerah yang berlainan.Namun dalam
perkembangan yang ada banyak timbul permasalahan terkait dengan rumah dinas milik
negara . Oleh karena itu dalam Makalah saya ini akan membahas mengenai rumah dinas Polri
yang ada di kabupaten malang judul makalah saya ini adalah “ ANALISIS PENERAPAN
PERATURAN PERUMAHAN DINAS POLRI DI WILAYAH HUKUM POLRES KABUPATEN
MALANG.

I.II. Rumusan Permasalahan


I.II.a. Bagaimana gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres malang

I.II.b Bagaimana peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di wilkum polres
malang

I.III Tujuan Pembahasan

I.III.a. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres gai malang

I.III.b mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di wilkuum polres
malang
BAB II
ISI

II.II Data dan Analisis

II.II.a. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres malang.

Sebagaimana Pasal 1 Peraturan Kepolisian Republik Indoenesai Nomor 13 tahun


2018 tentang perumahan dinas Kepolisan Negara Republik Indonesia berbunyi bahwa
perumahan dinas Polri adalah Rumah negara berupa bangunAn yang miliki dan atau dikuasai
polri dan berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga serta
menunjang pelaksanaan tugas pegawai negeri pada polri .

Sebagaimana Pasal 5 bab II peruntukan dan penggolongan berdasarkan Peraturan


Kepolisian Republik Indonesia yang berbunyi

a) Rumah dinas Polri Golonga II sebagaimana di peruntukan untuk pegawai negeri pada polri
yang tidak berhak menempati Rumah dinas Golongan I
b) Rumah dinas Golongan II sebagaimana dimadsud pada ayat (1) dibangun bertahap sesuai
dengan kemampuan polri.

Sebagaimana Pasal 7 bab III tentang perijinan berdasarkan Peraturan Kepolisian


Republik Indoneisa tentang perizinan adalah

a) Setiap pegawai negeri pada polri yang menempati Rumah dinas Polri wajib memeliki Surat
Ijin Penempatan (SIP))

b) Surat Ijin Menempati ( SIP) sebagaimana dimadsudkan pada ayat (1) diterbitkan oleh
apabila kepala sumber Daya ( Kabagsumda ) kepolisian Resor ( polres) , untuk Rumah
Dinas Polri Golongan II yang berada di lingkungan Kepolisian Resor ( polres) dan
kepolisian sektor polsek .

c) Penerbitan surat ijin menempati Rumah dinas Polri secra berjenjang dilaporkan kepada
kapolri
Sebagaimana pasal 12 tentang perizinan berdasarkan Peraturan Kepolisian Republik
Indoneisa uu 13 tahun 2018 tentang perizinan berbunyi

1). Pejabat Polri yang tidak lagi menduduki jabatan, wajib meninggalkan/mengosongkan
Rumah Dinas Polri Golongan I yang ditempati, paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah
diterbitkan surat telegram mutasi.
(2) Pegawai Negeri pada Polri, wajib meninggalkan Rumah Dinas Polri yang dihuninya paling
lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal masa berlaku Surat Izin Penempatan habis dan
tidak diperpanjang.
(3) Pegawai Negeri pada Polri yang diberhentikan tidak dengan hormat, wajib meninggalkan
Rumah Dinas Polri yang dihuninya paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal
diberhentikan.
(4) Pegawai Negeri pada Polri yang diberhentikan dengan hormat/pensiun, wajib
meninggalkan Rumah Dinas Polri yang dihuninya paling lambat 90 (sembilan puluh) hari
sejak tanggal diberhentikan/pensiun.
(5) Janda/duda dari Pegawai Negeri pada Polri yang meninggal dunia, wajib meninggalkan
Rumah Dinas Polri yang dihuninya paling lambat 1 (satu) tahun sejak yang bersangkutan
meninggal dunia.
(6) Pegawai Negeri pada Polri yang dimutasi ke wilayah Polda lain, hak menempati Rumah
Dinas Polri berakhir dan wajib meninggalkan Rumah Dinas Polri yang dihuninya paling
lambat 90 (sembilan puluh) hari.

Sebagaimana pasal 11 tentang kewajiban perumahan dinas berdasarkan Peraturan


Kepolisian Republik Indoneisa uu 13 tahun 2018 berbunyi

(1) Pemegang Surat Izin Penempatan (SIP) wajib:

a. membayar:
1. uang sewa kepada dinas sebesar 2% (dua persen) dari gaji pokok penghuni Rumah Dinas;
2. biaya penggunaan listrik, telepon, gas dan air untuk Rumah Dinas Polri Golongan II; dan
3. pajak bumi dan bangunan; dan

b. memelihara dan merawat Rumah Dinas Polri serta lingkungan sekitarnya.

(2) Uang sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 1 dibayarkan dengan cara
pemotongan gaji penghuni Rumah Dinas Polri oleh pejabat keuangan Satker yang
bersangkutan dan disetorkan ke kas negara, serta melaporkan secara berjenjang kepada
Kapuskeu Polri.

(3) Pembebanan biaya dan Surat Izin Penempatan kepada penghuni Rumah Dinas Polri bukan
merupakan bukti hak kepemilikan kepada yang bersangkutan.

Sebagaimana pasal 13 tentang perizinan berdasarkan Peraturan Kepolisian Republik


Indoneisa uu 13 tahun 2018 tentang perizinan berbunyi Pegawai Negeri pada Polri yang
meninggalkan Rumah DinasPolri, tidak berhak menuntut biaya ganti rugi atas Rumah
Dinas Polri yang ditempati.
Sebagaimana Pasal 14 bab bagaian larangan berdasarkan Peraturan Kepolisian
Republik Indonesia yang berbunyi Pegawai Negeri pada Polri yang menempati Rumah Dinas
Polri dilarang:

a. memiliki lebih dari satu Rumah Dinas Polri;


b. menempati Rumah Dinas yang tidak sesuai dengan surat izin penempatan atau tidak sesuai
dengan jabatan yang dipersyaratkan;
c. mengubah fungsi dan bentuk Rumah Dinas Polri baik sebagian maupun seluruhnya;
d. memanfaatkan Rumah Dinas Polri yang dihuninyakepada orang yang tidak berhak, antara
lain disewakan, dikontrakkan, dipinjampakaikan; dan
e. memindahtangankan Rumah Dinas Polri yang dihuninya kepada pihak lain tanpa izin dari
pejabat yang berwenang

Berdasarkan fakta fakta di lapangan khususnya di Polres kabupaten malang rumah


dinas yang dipergunakan sebagai rumah hunian oleh anggota polres kabupaten malang baik
yang polwan dan polki baru sebagai mess bujang dan sebagai rumah dinas jabatan juga telah
diisi dan berjalan dengan baik sbagaimana peruntukannya namun ada beberapara rumah
dinas yang masih ditinggalin oleh pensiunan polri yang mana berdinas terakhir dikaupaten
malang hamir kurang lebih 5 tahun sudah pensiun hal tersebut menunjukan pengelolaan
rumah dinas di polres kabupaten malang masih belum berjalan denagn baik sesuai denagn
peruntukannya.Kemudian diketahui dari peraturan tersebut masih banyak beberapa rumah
dinas dikabupaten malang yang tidak sesuai dalam penempatan sesuai dengan jenis
golongannya dan peruntukannya karena masih banyak rumah dinas yang menghuni bukan
sesuai golongannya hal tersebut terjadi karena jumlah rumah dinas yang tidak memadai dan
kondisi rumah dinas yang tidak layak huni .Kemudian Sebagaimana kita ketahui banyak dari
pada pertugas anggota kepolisian kabupaten malang yang masih belum memilki surat ijin
menempati rumah dinas( SIP ) padahal sudah bertahun-tahun berada dirumah dinas tersebut ,
dari bagian Sumber Daya manusian SUMDA pun teryata masih belum diterbitkan namun
sudah di perbolehkan untuk menempati rumah dinas tersebut hal tersebut memberikan
gambaran pengelolaan rumah dinas yang masih belum baik. Lalu Masih banyak fakta
dilapangan tidak sesuai dengan peraturan pasal 112 peraturan kapolri no 13 tahun 2018
tentang perumahan dinas yaitu banyak anggota yang sudah melalui masa pensiun dan lepas
jabatan dikarenakan belum adanya rumah dinas baru anggota yang bersangkutan belum
meninggalkan rumah dinas tersebut khsususnya golongan1hal tersebut masih diperbolehkan
oleh pihak sumda dikarenakan masih memberikan toleransi tidak sesuai dengan aturan yang
ada serta sudah lewat aturannya selama 30 hari karena sudah lewat tidak menduduki jabatan
selama 1 tahun dan ada juga yang sudah lewat masa pension hampir 5 tahun menempati
rumah dinas tersebut padahal yang bersangkutan sudah pensiun .Apabila dikaitakan dengan
peraturan pasal 11 perkap 13 tahun 2018 tentang perumahan dinas polri tersebut banyak
daripada anggota tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana menempati rumah dinas polri
tersebut yaitu membayar uang sewa dinas sebanyak 2 persen dari gaji pokok penghuni rumah
dinas daerah khususnya anggota yang sudah lewat masa pensiun dan anggota polres lain yang
berbeda angkum nya. Hal tersebut diketahui dari adminsitrasi pembayaran gaji tidak lagi di
polres kabupaten malang tersebut dan yang pension juga tidak lagi melalui polres lagi
demikian sehingga tidak mungkin dilakukan pemotongan sebanayk 2 persen terhada gaji
pokok. Kemudian Masih bnyak didapati system pembayaran ganti rugi di polres kabupaten
malang khususnya golongan II karena rumah jabatan tentunya diperbarui yang semula tidak
menjadi baik sehingga penghuni orang dinas yang seblumnya menuntut ganti rugi kepada
yang baru begitu seterusnya rumah dinas tersebut ditempati dan bahkan sampai menuntut 30
juta di polres kabupaten malang khusus tempat tinggal golongan rumah jabatan Kemudian
masih banyak didapati beberapa anggota kepolisian yang mana memiliki 2 tempat rumah
dinas di tempat dinas karena kedua suami istri sama sama bekerja sebagai PNS dan Anggota ,
kemudian masih banyak anggota yang menjabat tidak ditempatkan di rumah dinas
sebagaimana mestinya golongan II karena tempat yang tidak memadai serta kondisi rumah
jabatan yang kurang bagus ,kemudian banyak dari pada anggota menambah garasi mobil serta
banyak dari pada anggota merubah fungsi dari pada rumah sebagai tempat menjual makanan,
dan masih terdapat beberapa anggota memberikan rumah dinas nya kepada anggota
keluarganya untuk menempati rumah rumah dinas miliknya untuk ditinggalin.

II.II.b mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di wilkum
polres malang

Sebagaimana pasal 6 tentang pengelolaan rumah dinas polri alam hal penanggung
jawab berdasarkan peraturan kepolisian negsra republik Indonesia Nomor 13 tahun 2018
berbunyi Penanggung jawab Pengelolaan Rumah Dinas Polri, dilaksanakan oleh:

a. Kepala Pelayanan Markas (Kayanma) Polri, untuk Rumah Dinas Polri Golongan I dan
Golongan II di lingkungan Markas Besar (Mabes) Polri;

b. Kepala Biro Perencanaan dan Administrasi (Karorenmin)/Kepala Bagian Perencanaan


dan Administrasi (Kabagrenmin)/Kepala Detasemen Markas (Kadenma)/Kepala
Pelayanan Markas (Kayanma) pada satuan kerja yang memiliki kesatriandi lingkungan
Markas Besar (Mabes) Polri dan Kepolisian Daerah (Polda), untuk Rumah Dinas
Golongan I dan Golongan II; dan

c. Kepala Pelayanan Markas Kepolisian Daerah (Kayanma Polda), untuk Rumah Dinas Polri
Golongan I dan Golongan II di lingkungan Kepolisian Daerah (Polda), kecuali untuk
Rumah Dinas Golongan II yang berada di lingkungan Kepolisian Resor (Polres) dan
Kepolisian Sektor (Polsek) oleh Kepala Bagian Sumber Daya (Kabagsumda) Kepolisian
Resor (Polres).

Sebagaimana pasal 15 tentang kepala Rumah Dinas Polri , masa jabatan kepala dinas
polri , dan kewajiban kepala rumah dinas polri berdasarkan peraturan kepolisian negsra
republik Indonesia Nomor 13 tahun 2018 berbunyi

(1) Rumah Dinas Polri dikoordinir oleh seorang kepala Rumah Dinas Polri.
(2) Rumah Dinas Polri yang berada dalam kesatrian dikordinir oleh Kepala
Kesatrian.Kepala Rumah Dinas Polri/Kepala Kesatrian dijabat oleh Pegawai Negeri
pada Polri yang berdomisili pada Rumah Dinas Polri/Kesatrian, yang ditetapkan
dengan Keputusan

(1) Masa jabatan kepala Rumah Dinas Polri berlaku 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang
1 (satu) kali masa jabatan.

(2) Masa jabatan Kepala Rumah Dinas Polri berakhir apabila:

a. habis jangka waktunya dan tidak diperpanjang;

b. tidak lagi menempati Rumah Dinas Polri;

c. diberhentikan dari Dinas; dan

d. tidak mampu lagi menjalankan tugasnya dalam masa jabatan.Kewajiban Kepala


Rumah Dinas Polri:

a. mendata penghuni Rumah Dinas Polri setiap semester dan melaporkan kepada
penanggung jawab pengelolaan;

b. menjaga keamanan, ketertiban dan kebersihan Rumah Dinas Polri bersama


penghuni; dan

c. melaporkan situasi dan kondisi Rumah Dinas Polri kepada Pejabat yang berwenang

Sebagaimana pasal 19,20,21 tentang sangsi perumahan dinas berdasarkan


peraturan kepolisian negsra republik Indonesia Nomor 13 tahun 2018 berbunyi

Pasal 19

(1) Penghuni Rumah Dinas Polri yang tidak meninggalkan/mengosongkan Rumah


Dinas Polri alam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dilakukan
tindakan pengosongan secara paksa oleh tim terpadu penertiban Rumah Dinas Polri
setelah terlebih dahulu diberikan peringatan tertulis.
(2) Peringatan tertulis disampaikan penanggung jawab pengelolaan kepada penghuni
Rumah Dinas Polrisecara bertahap:

a. tahap I diberikan peringatan pertama berlaku selama 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal diterbitkan surat peringatan; dan

b. tahap II diberikan peringatan kedua berlaku selama 15 (lima belas) hari terhitung
sejak berakhirnya peringatan pertama.

(3) Apabila jangka waktu peringatan kedua telah habis penghuni tetap tidak
mengosongkan rumah dinas segera dilaksanakan pengosongan secara paksa oleh
tim terpadu penertiban Rumah Dinas Polri.

Pasal 20

(1) Pelanggaran larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dan huruf b,
dikenakan sanksi:

a. peringatan tertulis;

b. pencabutan Surat Izin Penempatan (SIP); dan

c. pengosongan paksa.

(2) Pelanggaran larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, dikenakan


sanksi:

a. peringatan tertulis;

b. pencabutan Surat Izin Penempatan;

c. penyegelan;

d. pengosongan paksa; dan

e. pembongkaran.

(3) Pelanggaran larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d dan e,


dikenakan sanksi:
a. pencabutan Surat Izin Penempatan; dan

b. pengosongan paksa.

Pasal 21

(1) Peringatan tertulis, pencabutan Surat Izin Penempatan, dan penyegelan dilakukan
oleh penanggung jawab pengelolaan Rumah Dinas Polri

(2) Pengosongan paksa dan pembongkaran dilakukan oleh tim terpadu penertiban
Rumah Dinas Polri terdiri atas:a. tingkat Markas Besar (Mabes) Polri:

1. Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum)Polri;

2. Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri;

3. Staf Logistik (Slog) Polri;

4. Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) Polri;

5. Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam)

Polri;

6. Divisi Hukum (Divkum) Polri; dan

7. Pelayanan Markas (Yanma) Polri;

b. tingkat Kepolisian Daerah (Polda):

1. Inspektorat Pengawasan Daerah (Itwasda);

2. Biro Logistik (Rolog);

3. Biro Sumber Daya Manusia (Ro SDM);

4. Direktorat Reserse Kriminal Umum

(Ditreskrimum);
5. Bidang Profesi dan Pengamanan

(Bidpropam);

6. Bidang Hukum (Bidkum); dan

7. Pelayanan Markas (Yanma);

c. tingkat Kepolisian Resor (Polres):

1. Wakil Kepala Kepolisian Resor (Wakapolres);

2. Bagian Sumber Daya (Bagsumda);

3. Seksi Pengawasan (Siwas); dan

4. Seksi Profesi dan Pengamanan (Sipropam).

(3) Pengosongan paksa dan pembongkaran dapat

melibatkan fungsi terkait berdasarkan penilaian tim terpadu penertiban Rumah Dinas
Polri.

Pasal 22

Tim terpadu penertiban Rumah Dinas Polri ditunjukdengan surat perintah:

a. Kapolri, untuk tingkat Markas Besar (Mabes) Polri;

b. Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda), untuk tingkat Kepolisian Daerah (Polda); atau

c. Kepala Kepolisian Resor (Kapolres), untuk tingkat Kepolisian Resor (Polres).

Berdasarkan fakta yang ada dilapangan masih banyak ditemukan kepala rumah dinas polri
dalam hal ini kabagsumda polres kabupaten malang yang mana memliki rumah pribadi
sehingga kabagsumda yang bersangkutan tinggal di tempat rumah pribadinya namun tetap
tinggal di rumah dinas nya beberapa waktu bukan akhir pekan menempati rumah dinas nya
kembali kemdian didalam setiap kesempatan apel pagi maupun dalam setiap kegiatan
sosialisasi rumah dinas kepala rumah dinas khususnya di kabupaten malang selalu
memberikan sosialisasi untuk selalu mengecek data personilnya yang menempati rumah dinas
, selalu membuat progam progam khusus untuk membuat kebersihan dlingkungan asrama
setiap hari sabtu ( kurvei ) , dan dan melaporkan hasil tersebut kepada pejabat yang
berwenang dalam hal ini adalah kapolres .Sering didapati Dalam hal penghuni rumah dinas
tidak berada ditempat meninggalkan/ Rumah Dinas Polri dikarenakan rumah pribadinya
berada didaerah tersebut kemudian oleh kabagsumda sudah pernah diberikan peringatan 1
kali teguran namun setelah itu tidak di berikan peringatan ke II dan dalam pelaksanaannya
tidak berjalan sebagaimana mestinya teguran tersebut .kemudian Masih banyak kepala rumah
dinas yang belum melaksanakan peraturan yang terdapat pada pasal 14 perkap 13 tahun 2018
tersebut sehingga masih banyak anggota kepolisian khususnya kabupaten malang yang belum
pernah mendapatkan peringatan tertulis , pencabutan surat ijin pennempatan , sampai
dengan pembongkaran rumah serta rendahnya tingkat kesadaran daripada anggota yang
menempati ruah dinas tersebut . lalu Kapolres juga sudah memberikan Peringatan tertulis,
pencabutan Surat Izin Penempatan, dan penyegelan dilakukan oleh penanggung jawab
pengelolaan Rumah Dinas Polri namun belum maksimal dalam hal instesitasnya sehinga tim
penertiban yang telah dibentuk oleh kapolres belum berjalan maksimal shinggal perlu
dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan .
BAB III.
Kesimpulan

III.I. Mengetahui gambaran permasalahan perumahan dinas polri di wilkum polres malang

1. Dalam pengelolaaan Rumah Dinas dikabupaten malang masih blum sesuai


peruntukannya dan tidak dilaksanakan control atau pengawasan sehingga banyak
ditemukan salah tempat / tidak sesuai golongan
2. Masih minimnya anggota yang memiliki SIP dalam memakai rumdin karena tidak
ada kesadaraan dan tidak ada sosialisasi terhadap anggota tersebut
3. Kurangnya ketegasan terhadap anggota yang masih aktif atau anggota yang sudah
tidak layak untuk tinggal di lingkungan asrama
4. Masih ditemukan beberapa anggota menggunakan system pembayaran kunci yang
tidak diatur didalam peraturan kapolri.
5. Masih ditemukannya anggota yang mana karena suamiatau istrinya sebagai pegawai
sehingga memiliki rumah dinas
6. Masih banyak anggota ditemukan masih mrubah bentuk daripada rumah dinas atau
merubah fungsi nya bukan pada peruntukannya .

III.I. Mengetahui peran polres dalam menangani permasalahan rumah dinas di wilkum
polres malang.
1. Masih banyak kabag sumda yang masih tinggal diluar asrama polres sehingga belum
bisamaksimal dalam memberikan pengawasan melekat sesuai dengan peraturan
kapolri
2. Belum ada ketegasan dari selaku kepala rumah dinas untuk memberikan sangsi
berupa teguran tertulis , pencabutan SIP , pembongkaran rumah .
3. Kurang secara konsisten dan efektif dilakukan pengawasan terhadap anggota yang
ditinggal di asrama sehingga data maupun informasi bisa cepat diketahui .

Saran

1. harusnya dibuatkan pengawasan yang ketat daripejabat berwenang di polres terhadap


anggota penghuni rumdin untuk tetap menjaga rumdin sehingga jika saat dipindah
tangankan masih layak dipakai.
2. Harus adanya pengawasan dan teguran terhadap penghuni yang merubah atau menambah
bentuk standar dari rumah rumdin polri
3. Dalam kondisi apapun sebisa mungkin tidak mengalihkan fungsi menjadi kantor menjadi
warung / kantin atau tempat usaha lainnnya karena akan merusak suatu estetika rumdin
tersebut dan bertentangan dengan perauturan terkait rumdin POLRI
4. Diharapkan dalammendapatkan rumah sesuai dengan prosedur mendapatkan rumah dinas
serta perijinannya
5. Diharapkan anggaran perawatan ditujukan untuk rumah dinas polri serta prosedurnya
dibuatkan SOP

Daftar Pustaka

AKPOL.2012.Hanjar Funsi Teknis Sabhara,Semarang:Akpol press


Earlyanti,Novi Indah &Amri Sandy.2012.Pengantar Metodologi Penelitian,Jakarta:Tera

Riset

Hasibuan ,H.Malayu S .P,2006.Manajemen Dasar,Pengertian ,Masalah,Jakarta

:Bumi aksara

J.Moleong,Lexy .2010.Metodologi Penelitian Kualitatif ,Jakarta:P.T Remaja Rosdakarya

Saile,Said dkk.2008.Himpunan Teori Pendapat Sarjana yang Berkaitan Dengan

Kepolisian,Jakarta:PTIK.

Sugandhi, R.1980.KUHP dan penjelasanya .surabaya : usaha nasional.

Sugiyono.2012.Metode Penelitian Kuantitatif & kualitatf dan R&D ,bandung:PT.Laksbang

Mediatama.

Terry, George R.2010.Prinsip-Prinsip Manjemen ,Cetakan xx,Jakarta:Bumi Aksara.

Website :

“Kumpulan Landasan Teori Manajemen SDM dan Manajemen Pemasaran”,


http://teori-mgt-ian.blogspot.com/2011/01/pengertian-kinerja_20.html . 28 oktober

2014

Perundang Undangan :

Peraturan Kapolri Nomor 23 tahun 2010 tanggal 30 September 2010 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisin Resort dan

Kepolisian Resort

Peraturan Kabarharkam Polri No 4 Tahun 2011 tentang Patroli


Sinar Grafika .2012.Undang Undang dan Peraturan Kepolisian Negara Republik

Indonesia.jakarta.

Skripsi :

Alireja,Irfan Mochammad Nur .2014. Optimalisasi Patroli Satuan Sabhara Dalam

Mencegah Tindak Pidana Curanmor Di Wilayah Hukum Polrestabes

Bandung.Skripsi PTIK.Jakarta ,PTIK

Kusuma,Agustana Eka.2013. Upaya Unit Patroli Satuan Sabhara Dalam Pencegahan

Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Di Wilayah Hukum Polresta Bekasi

Kota.Skripsi PTIK.Jakarta ,PTIK.

Anda mungkin juga menyukai