MASYARAKAT TOTALITER,
PRIMITIF & BERKEMBANG
HERLINA, S.Pd., M.Pd.
S O S I O L O G I D A N P O L I T I K - S T I E K R I D ATA M A B A N D U N G
PRODI MANAJEMEN
2.
SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT PRIMITIF
3.
SOSIALISASI POLITIK PADA
SOSIALISASI POLITIK MASYARAKAT BERKEMBANG
Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan suatu proses
pedagosis (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan-insan politik. Proses ini
melibatkan orang-orang baik dari generasi tua maupun dari generasi muda.
1. SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT TOTALITER
Istilah totaliter berasal dari bahasa Latin totus, yang berarti seluruh atau utuh. Totaliter
ini dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak negara
terhadap hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat. Kendali pemerintahan biasanya
diserahkan kepada satu partai politik dan umumnya dipimpin oleh seorang diktator.
Menurut Franz magnis-Suseno, totaliterisme merupakan istilah ilmu politik untuk menyebut
gejala: Negara Totaliter. Negara totaliter adalah negara yang berusaha untuk mengontrol
semua aspek kehidupan masyarakatnya. Dalam negara demikian ideologi negara menjadi
basis resmi bagi semua tindakan dan aktivitas.
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK TOTALITER ANTARA LAIN ADALAH :
Dalam masyarakat primitif peranan sosialisasi sangat jelas, yaitu untuk menegakkan
tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang menetapkan struktur dan peranan
masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan dalam sosialisasinya, masyarakat primitif
tidak mengenal diferensiasi seperti yang terdapat dalam masyarakat modern yang
kompleks. Sosialisasi politik merupakan satu bagian integral dari kegiatan
mempelajari peranan kemasyarakatan pada umumnya dari pada peranan politik
pada khususnya. Proses sosialisasi pada masyarakat primitif banyak sekali
perbedaannya, tetapi pada umumnya memiliki ciri-ciri umum tertentu yang sama.
Ciri-ciri tersebut ,antara lain menekankan masalah ritual, legitimasi peranan sosial
dan pencapaian status. (Rush dan Althoff, 2007)