Anda di halaman 1dari 10

SOSIALISASI POLITIK

MASYARAKAT TOTALITER,
PRIMITIF & BERKEMBANG
HERLINA, S.Pd., M.Pd.
S O S I O L O G I D A N P O L I T I K - S T I E K R I D ATA M A B A N D U N G
PRODI MANAJEMEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

PRAMAESELLA ANNISA PUTRI (102018016)


E PUSPIANTI (102018030)
B AY U A N G G A R A ( 1 0 2 0 1 8 0 0 6 )
1.
SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT TOTALITER

2.
SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT PRIMITIF

3.
SOSIALISASI POLITIK PADA
SOSIALISASI POLITIK MASYARAKAT BERKEMBANG

PADA BERBAGAI TIPE


MASYARAKAT
SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021
PENTINGNYA SOSIALISASI
POLITIK
“ Sistem politik di Indonesia saat ini sangat lemah karena menyandarkan
diri pada pencitraan, bukan penguatan struktur partai dan kerja riil di
masyarakat “

SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021


Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada
seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya
terhadap gejala-gejala politik. Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan
mampu berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini
sosialisasi merupakan suatu proses pedagosis (proses pendidikan), atau suatu proses
pembudayaan insan-insan politik. Proses ini melibatkan orang-orang baik dari generasi tua
maupun dari generasi muda. Proses ini dimulai sejak dini, ketika seorang anak masih kecil,
dimana keluarga berperan sebagai pelaku utama dalam sosialisasi. Selain keluarga, sekolah
(pendidikan), kelompok kerja, kelompok sebaya, kelompok agama, dan media massa
berperan sebagai agen atau perilaku sosialisasi politik.

Melalui sosialisasi politik, individu-individu diharapkan mau dan mampu berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam kehidupan politik. Dalam hal ini sosialisasi merupakan suatu proses
pedagosis (proses pendidikan), atau suatu proses pembudayaan insan-insan politik. Proses ini
melibatkan orang-orang baik dari generasi tua maupun dari generasi muda.
1. SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT TOTALITER
Istilah totaliter berasal dari bahasa Latin totus, yang berarti seluruh atau utuh. Totaliter
ini dapat diartikan sebagai bentuk pemerintahan dengan kekuasaan mutlak negara
terhadap hampir seluruh bidang kehidupan masyarakat. Kendali pemerintahan biasanya
diserahkan kepada satu partai politik dan umumnya dipimpin oleh seorang diktator.

Menurut Franz magnis-Suseno, totaliterisme merupakan istilah ilmu politik untuk menyebut
gejala: Negara Totaliter. Negara totaliter adalah negara yang berusaha untuk mengontrol
semua aspek kehidupan masyarakatnya. Dalam negara demikian ideologi negara menjadi
basis resmi bagi semua tindakan dan aktivitas.
CIRI-CIRI SISTEM POLITIK TOTALITER ANTARA LAIN ADALAH :

1. Infrastruktur dan fasilitas pemerintahan dikendalikan secara terpusat. Kekuatan politik


diperoleh dan dipertahankan melalui suatu sistem represiv yang menentang segala
bentuk tentangan atau yang berpotensi yang menentang.
2. Mengikuti prinsip-prinsip berikut : (A) Aturan datang dari seseorang bukan dari hukum.
(B) Pemilihan Umum bersifat kaku (sering kali orang bisa mengetahui siapa
pemenangnya, bahkan sebelum pemilu itu berlangsung). (C) Semua keputusan politis
ditentukan oleh satu pihak dan berlangsung tertutup (D) Penggunaan kekuatan politik
yang seolah-olah tidak terbatas.
3. Pemimpin dipilih sendiri atau menyatakan diri. Jika ada pemilihan, hak kebebasan
masyarakat untuk memilih cenderung tidak diacuhkan.
4. Tidak ada jaminan kebebasan sipil, apalagi toleransi yang ingin menjadi oposisi.
5. Tidak ada kebebasan untuk membentuk suatu kelompok, organisasi, atau partai politik
untuk bersaing dengan kekuatan politik yang incumbent.
2. SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT PRIMITIF

Dalam masyarakat primitif peranan sosialisasi sangat jelas, yaitu untuk menegakkan
tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang menetapkan struktur dan peranan
masyarakat. Walaupun terdapat perbedaan dalam sosialisasinya, masyarakat primitif
tidak mengenal diferensiasi seperti yang terdapat dalam masyarakat modern yang
kompleks. Sosialisasi politik merupakan satu bagian integral dari kegiatan
mempelajari peranan kemasyarakatan pada umumnya dari pada peranan politik
pada khususnya. Proses sosialisasi pada masyarakat primitif banyak sekali
perbedaannya, tetapi pada umumnya memiliki ciri-ciri umum tertentu yang sama.
Ciri-ciri tersebut ,antara lain menekankan masalah ritual, legitimasi peranan sosial
dan pencapaian status. (Rush dan Althoff, 2007)

SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021


3. SOSIALISASI POLITIK PADA
MASYARAKAT BERKEMBANG

Negara-negara berkembang pada umumnya adalah negara-negara bekas koloni atau


jajahan negara-negara barat. Pada saat penjajahan berlangsung, negara-negara
kolonial tersebut memperkenalkan lembaga-lembaga politik barat, birokrasi,
kubudayaan, dan pendidikan. Persamaan dalam sosialisasi politik antara negara-negara
berkembang dan negara-negara demokrasi modern adalah dalam hal identifikasi
partai, penelitian terhadap sosialisasi politik di Jamaika menemukan identitas partai
yang kuat dikalangan anak-anak sekolah, dimana anak-anak dari kalangan tertentu
berkecenderungan pada partai-partai tertentu dan anak-anak lain berkecenderungan
pada partai lainnya. Sedangkan pada sosialisasi orang dewasa didapatkan melalui
Rumah-rumah Rakyat yang menekankan masalah modernisasi, sekularisme dan
nasionalisme.

SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021


Le vine selanjutnya mengemukakan bahwa ada 3 faktor penting dalam sosialisasi politik
ditengah masyarakat, yaitu (Rush dan Althoff, 2007):

1. Pertumbuhan penduduk di negara-negara berkembang dapat melampaui kapasitas


mereka yang memodernisir keluarga tradisonal lewat industrialisasi Pendidikan
2. Sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional
antara jenis-jenis kelamin sehingga kaum wanita lebih erat terikat pada nilai
tradisional.
3. Pengaruh urbanisasi, yang selalu dianggap sebagai satu kekuatan perkasa untuk
menumbangkan nilai-nilai tradisional, paling sedikitnya secara parsial juga
terimbangi oleh peralihan dari nilai-nilai kedalam perkotaan, khususnya dengan
pembentukan komunitas-komunitas kesukuan dan etnis di daerah ini.

Le vine akhirnya menyimpulkan bahwa adalah menyesatkan untuk menganggap nilai-


nilai tradisional sebagai sesuatu yang harus dimusnahkan atau diganti. Seharusnya hal
ini bisa dikombinasikan dengan lembaga-lembaga baru dan pola tingkah laku yang
baru.

SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021


SEKIAN, DAN TERIMAKASIH..

SOSIOLOGI & POLITIK | 22 FEBRUARI 2021

Anda mungkin juga menyukai