Disusun oleh :
Nama : Hery Nor Cahyo
NIM : 021635367
Email : Herynorcahyo@gmail.com
Program Studi : S1 Ilmu Pemerintahan
Kami yang bertanda tangan di bawah ini, Novita Setiyanti, S.Sos, MPA., selaku
pembimbing karya ilmiah dari mahasiswa :
Menyatakan bahwa karya ilmiah dari mahasiswa tersebut di atas dengan judul
"PERANAN PEMERINTAH DESA BAE DALAM MENINGKATKAN
PARTISIPASI GENERASI MILLENNIAL DI DESA BAE KECAMATAN BAE
KABUPATEN KUDUS " layak diunggah ke aplikasi Karya Ilmiah dan website
Universitas Terbuka dengan telah memperhatikan syarat penulisan karya ilmiah
sesuai panduan yang telah ditetapkan dalam syarat anti plagiasi.
Pembimbing
Oleh :
Hery Nor Cahyo
Herynorcahyo@gmail.com
Program Studi Ilmu Pemerintahan
ABSTRAK
Tujuan dibuatnya karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peran
aparat pemerintah Desa Bae dalam meningkatkan partisipasi generasi millennial,
selain itu juga hambatan apa saja yang bisa mempengaruhi generasi millennial
yang ada di desa tersebut. Manfaat yang didapat sebagai bahan masukan bagi
semua pihak yang terlibat dan pemerintah Desa Bae khususnya dalam
meningkatkan partisipasi generasi millenial sekarang maupun yang akan datang.
Penelitian menggunakan desain deskriptif dan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan induktif, dimana untuk mencapai pemahaman dan kebenaran
makna berdasarkan fakta empirik tentang kenyataan atau masalah-masalah
aktual yang sebenarnya berada di lokasi yaitu pada Desa Bae Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus. sebagai peranan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah
desa kepada masyarakat yaitu generasi millennial, dalam hal meningkatan
partisipasi merupakan perwujudan dan fungsinya sebagai pengayom masyarakat,
dimana generasi millennial sebagai aktor utama (pelaku) pembangunan,
sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing serta
menciptakan suasana yang menunjang kegiatan-kegiatan dari generasi millennial
tersebut.
I. PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana peran pemerintah Desa Bae dalam meningkatkan partisipasi
generasi millennial terutama yang berpotensi membangun dan
memberdayakan desanya ?
b. Bagaimana cara yang perlu dilakukan pemerintah Desa Bae dalam
pembangunan di Desanya ?
c. Bagaimana pemerintah Desa dalam pemberdayaaan masyarakat di Desa Bae ?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini dilakukan adalah :
a. Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah Desa Bae dalam meningkatkan
partisipasi generasi millennial yang berpotensi membangun dan
memberdayakan Desanya.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pembangunan
di Desa Bae.
c. Untuk mengetahui langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah desa
dalam pemberdayaaan masyarakat di Desa Bae.
3
4. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan dalam penulisan ini antara lain manfaat
teoritis dan manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
penulis terutama untuk mendapatkan perbandingan secara nyata
antara teori-teori yang diterima selama mengikuti pendidikan di
Universitas Terbuka dengan kenyataan di lapangan.
2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bagian pemikiran
dan informasi bagi penulis-penulis selanjutnya.
3. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di
Perguruan Tinggi.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Sebagai wahana berlatih bagi mahasiswa dalam memahami
keadaan lapangan, memahami permasalahan yang muncul
serta memperoleh keterampilan dan solusi dalam
memecahkan permasalahan tersebut.
2. Bagi Pemerintah Desa
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Desa Bae dalam
meningkatkan partisipasi generasi millennial yang sekarang
maupun yang akan datang.
5. Batasan Masalah
Untuk membatasi ruang lingkup masalah yang telah dibahas di atas maka
perlu adanya pembatasan masalah tentang Peranan Pemerintah Desa Dalam
Meningkatkan Partisipasi Generasi Millennial Di Desa Bae. Penulis mengambil
pembatasan masalah yakni partisipasi generasi millennial yang berupa pemikiran
dan tenaga untuk mewujudkan pembangunan yang dilakukan oleh aparat
Pemerintah Desa Bae.
4
a. Peranan Aparat Pemerintah Desa
Pemerintah memegang peranan sentral dalam pembangunan yaitu
menetapkan kebijakan umum dan melaksanakannya. Sesungguhnya peran aparat
pemerintah Desa dalam pembangunan Desa sangatlah luas, mulai dari hal yang
bersifat pelayanan operasional sampai pada hal yang bersifat kebudayaan dan
spiritual. Di negara berkembang seperti Indonesia peranan aparat pemerintah Desa
sangatlah penting karena aparat pemerintah Desalah yang berperan menggali,
menggerakkan dan mengombinasikan faktor sumber daya Desa yang tersedia
seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, peralatan, partisipasi dan
kewenangan yang sah.
Yang dimaksud dengan peranan (role) ialah aspek dinamis suatu lembaga,
peranan mewakili tata institusional suatu lembaga, yang dalam hal ini pemerintah.
Semua peranan mewakili suatu lembaga secara menyeluruh, tetapi ada beberapa
diantaranya yang secara simbolis dianggap mewakili lembaga yang bersangkutan
secara total. Kemudian Ndraha (1990:110) menyebutkan peranan administratif
adalah pola perilaku yang diharapkan dari atau ditetapkan pemerintah selaku
administrator, di setiap jenjang pemerintahan.
Dalam kamus Bahasa Indonesia (1996:53) aparat adalah pegawai. Kata
aparat merujuk pada orang-orang atau pegawai yang melaksanakan pekerjaan di
bidang kenegaraan, kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian yang
bertanggungjawab melaksanakan pemerintahan sendiri. Aparat pemerintah sering
disebut juga aparat birokrasi seperti diungkapkan oleh Palmer dalam Rasyid
(1997:4) adalah personifikasi pemerintah yang berperan sebagai pelaksanaan
keputusan yang dirumuskan oleh pemimpin politik.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa aparat adalah pegawai
yang telah diangkat sesuai dengan peraturan dan merupakan pelaksana kegiatan
dalam penyelenggaraan pemerintah negara. Dari aparat pemerintah ini masyarakat
mengharapkan kesiapan dan kemampuan baik berupa pengetahuan,
5
keterampilan dan sikap perilaku yang mencerminkan tokoh aparat sesungguhnya
sesuai dengan tuntutan pembangunan Desa saat ini.
b. Partisipasi
Korten (1986) mengemukakan bahwa “ partisipasi adalah keterlibatan
spontan dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan
kelompok untuk mencapai tujuan bersama ”. Sedangkan Bryant dan White (1989)
mendefinisikan “ partisipasi sebagai peran serta masyarakat yang merupakan
sikap keterbukaan terhadap persepsi dan perasaan pihak lain ”. Peran serta berarti
perhatian mendalam mengenai perbedaan atau perubahan yang akan dihasilkan
suatu proyek sehubungan dengan kehidupan masyarakat. Selanjutnya dikatakan
bahwa masyarakat berpartisipasi dengan berbagai ragam tergantung peluang untuk
melakukan partisipasi “ apakah ” bersifat formal atau informal.
Allport dalam Sastropoetra (1988) mengemukakan bahwa “ partisipasi
adalah keterlibatan ego atau diri sendiri/pribadi/personalitas (kejiwaan) lebih
daripada hanya jasmaniah/fisik saja ”. Sedangkan Nelson dalam Bryant and White
(1982:206) menyebutkan 2 macam partisipasi yaitu partisipasi antar sesama warga
atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakan partisipasi horisontal dan
partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antara klien dan patron,
atau antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang diberi
nama partisipasi vertikal.
1. Partisipasi dilakukan melewati organisasi yang sudah dikenal atau yang
sudah ada di dalam masyarakat yang bersangkutan;
2. Partisipasi dapat memberikan manfaat secara langsung kepada
masyarakat yang bersangkutan;
3. Manfaat yang didapatkan melalui partisipasi itu dapat mencukupi
kebutuhan masyarakat setempat;
6
Dalam proses partisipasi itu terjamin adanya kontrol yang dilakukan oleh
masyarakat, partisipasi masyarakat akan berkurang jika mereka tidak atau kurang
berperan dalam pengambilan keputusan.
c. Generasi Millennial
Generasi millennial dalam pengertian umum adalah golongan manusia yang
berusia muda yang diperkirakan lahir sekitar tahun 1990an. Pada umumnya
remaja diperkirakan berusia antara 12-15 tahun, sedangkan pemuda diperkirakan
berusia antara 15-30 tahun. Jika dilihat dari segi budaya atau fungsional maka
banyak pakar budaya menyatakan generasi millennial terbagi menjadi 3 (tiga)
bagian antara lain anak (berusia antara 0 sampai 12 tahun), remaja (berusia 13
sampai 18 tahun), dan dewasa (berusia antara 18 sampai 30 tahun). Jika dilihat
dari kepentingan perencanaan modern, generasi millenial dapat dikatakan sebagai
The Young Human Resources.
Generasi millennial merupakan generasi yang dibebani nilai-nilai, karena
istilah ini berada dalam terminologi sosial yang sekaligus merupakan pengertian
ideologi kultural modern. Aspek riil obyektif didasarkan pada kesamaan umur dan
aspek subyektif didasarkan pada makna yang diberi masyarakat perlu
diperhatikan. Ortega dalam simanjuntak dan pasaribu (1990) menitik beratkan
perhatian kepada perkembangan dan perubahan vital sensibility, yang berubah
dari waktu ke waktu. Perubahan itu tergantung pada ide, preverensi etik, estetik
yang dimiliki orang-orang sezaman. Ideologi, selera, moral adalah akibat dan
spesifikasi dari suatu sikap radikal terhadap hidup menurut cara setiap orang
mengalami hidup. Seluruh kompesitas pikiran itu disebut vital sensibility.
Perubahan ini dalam interaksi antar individu dan massa muncul dalam bentuk
generasi.
7
II. METODE PENELITIAN
2. Informan Penelitian
Secara umum informan dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang
memiliki sifat, ciri, dan bentuk yang menggambarkan populasi secara keseluruhan
sehingga dapat mewakili untuk dipelajari dan diteliti. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik purposive sampling, penulis hanya memilih orang-orang
yang dianggap berkompeten dengan masalah yang sedang diteliti, dalam hal ini
adalah pemerintah Desa Bae, generasi millennial (remaja masjid dan karang
taruna), tokoh agama dan tokoh masyarakat di Desa Bae.
3. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan oleh peneliti adalah definisi
operasional yang sederhana, peneliti memberi batasan supaya menjadi jelas dan
lebih terarah. Sebagai pedoman dalam penelitian partisipasi generasi millennial,
peneliti membatasi dengan menggunakan indikator dalam partisipasi yaitu peran
serta pikiran dan tenaga, kegiatan individu keagamaan dan kerja bakti.
8
a. Metode Observasi
Cara yang digunakan untuk mendapatkan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap objek di lokasi penelitian sehingga
memperoleh gambaran secara umum dengan melihat dan mendengarkan
untuk kemudian mengambil kesimpulan.
b. Metode Wawancara
Proses mendapatkan data dengan mengajukan kuesioner secara
langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan
jawaban responden dicatat sesuai dengan pedoman wawancara. Responden
dalam penelitian ini adalah Kepala Desa beserta perangkat Desa Bae,
Remaja Masjid, Karang Taruna dan Tokoh-tokoh dalam masyarakat di Desa
Bae.
c. Metode Dokumentasi
Mengumpulkan data dengan cara mencari dari sumber-sumber
tertulis baik berupa laporan, arsip maupun dari data monografi serta data
lain yang tersedia di lokasi penelitian yang berhubungan dengan materi atau
penelitian.
9
III. HASIL PEMBAHASAN
10
Pelayanan dalam pembinaan generasi millennial yang dilakukan oleh
pemerintah Desa Bae merupakan sesuatu hal yang tidak terpisahkan. Karena
tanpa adanya pelayanan yang diberikan oleh pihak pemerintah, pembinaan
generasi millennial tidak akan terlaksana dengan baik. Aparat pemerintah
Desa Bae telah menjalankan pelayanan dalam bentuk fisik, nonfisik maupun
administratif. Terlihat bahwa aparat pemerintah yang menjadi pelaku
sekaligus pengatur pembangunan menjadi pelayan yang baik yang biasa
disebut pelayanan prima sektor publik.
11
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa secara kualitatif tentang peranan pemerintah desa
meningkatkan partisipasi generasi millennial di Desa Bae Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Upaya aparat Pemerintah Desa Bae dalam meningkatkan partisipasi
generasi millennial saat ini sudah terlaksana dengan baik khususnya
pada aspek pendidikan dan pelatihan yaitu mengembangkan potensi
yang ada pada generasi millennial dengan mengandalkan organisasi
Karang Taruna dan kepemudaan di Desa Bae sebagai wadah pembinaan
generasi millennial.
b. Hambatan-hambatan yang dihadapi aparat pemerintah Desa Bae untuk
meningkatkan partisipasi generasi millennial adalah kurangnya
dana/biaya dalam kegiatan pembinaan generasi millennial, kurangnya
sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan generasi millennial saat
ini, karena Dana Desa yang di berikan masih difokuskan untuk
pembangunan insfrastruktur desa, seperti jalan desa dan saluran irigasi
desa.
c. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam
mengatasi berbagai hambatan yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan partisipasi generasi millennial yaitu aparat pemerintah
Desa Bae sedini mungkin merencanakan program pembinaan generasi
millennial, kerjasama dengan instansi terkait lebih diusahakan dan
sosialisasi dengan masyarakat sebagai bentuk pendekatan kepada
generasi millennnial.
2. Saran
Dari kesimpulan yang telah diambil, maka penulis memberikan saran
sehubungan dengan peranan aparatur pemerintah Desa dalam meningkatkan
12
partisipasi generasi millennial di Desa Bae Kecamatan Bae Kabupaten Kudus,
yaitu sebagai berikut :
a. Pemerintah harus meningkatkan partisipasi generasi millennial di
berbagai bidang akhlak. Hal ini disebabkan generasi millennial saat ini
dapat dikatakan sedang dalam krisis moral.
b. Aparat pemerintah yang terkait dapat membantu dalam pelayanan guna
memperlancar segala kegiatan remaja yang bersifat positif.
c. Adanya dukungan yang kuat dari seluruh pihak dalam proses
pembinaan generasi millennial, sehingga mereka tidak merasa
terabaikan dalam masyarakat yang berbudi pekerti.
d. Program pembinaan generasi millennial harus mengarah pada
pengembangan diri dengan potensi yang berlandaskan akhlak yang
baik, dengan demikian generasi millennial dapat berpartisipasi dalam
pembangunan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud RI, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Utomo, Budi. 2007. Membangun Generasi Muda yang Progresif, Agamis dan
Nasionalis