Anda di halaman 1dari 10

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : ABDUL HAMID


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 020540994
Kode/Nama Mata Kuliah : PENGANTAR ILMU
ADMINISTRASI NEGARA
Kode/Nama UPBJJ : 15/PANGKALPINANG
Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perusahaan tidak hanya mengharapkan sumber daya manusia yang cakap
dan terampil, tetapi lebih penting lagi, perusahaan mengharapkan karyawannya mau bekerja
dengan giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kinerja yang optimal. Hal ini disebabkan
karena keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan akan ditentukan oleh faktor manusia dan
karyawan dalam mencapai tujuannya. Diantara sumber daya tersebut, sumber daya yang
terpenting ialah sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan aset organisasi yang
paling penting, dan membuat sumber daya organisasi lainnya menjadi bekerja (Simamora, 2006).
Menurut Munawaroh (2011), mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi
karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi
dari apa yang mereka pikirkan sebelumnya.

Kepemimpinan menyangkut proses pengaruh sosial yang disengaja dijalankan oleh


seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktivitas dan pengaruh didalam kelompok atau
organisasi (Robbins, 2006). Rivai, (2004:64), berpendapat bahwa gaya kepemimpinan adalah
pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak
oleh bawahannya. Pemimpin yang transformasional harus mampu mengajak bawahannya untuk
melakukan perubahan dimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan
itu sendiri. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola
bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya. Gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para
anggota organisasi bawahannya (Nawawi, 2003:115). Sebagai seorang atasan harus mampu
mengambil sikap tegas terhadap karyawannya. Tegas disini tidak lantas semena-mena akan tetapi
harus mampu memberikan solusi atau teguran yang membangun terhadap karyawan yang
melakukan kesalahan agar bisa memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya, pimpinan patut
memberikan pujian atau reward terhadap karyawannya yang memiliki kinerja baik terhadap
organisasi. Kepemimpinan seseorang dalam suatu perusahaan merupakan salah satu faktor yang
menentukan langkah suatu perusahaan. Faktor yang dapat mempengaruhi baik buruknya kinerja
seorang karyawan salah satunya adalah cara pemimpin dalam memimpin karyawannya.
Keberhasilan dan kegagalan suatu perusahaan ditentukan oleh kepemimpinan, bentuk
kepemimpinan yang efektif akan berdampak pada kemajuan perusahaan.

Selain gaya kepemimpinan yang dapat menentukan tujuan organisasi hal lain yang sangat
penting yang patut diperhatikan dalam perusahaanyaitu kinerja karyawan. Pengertian kinerja
yaitu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan diartikan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan perusahaan. Kinerja merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai perannya dalam perusahaan (Veizal
Rivai 2004). Kinerja menjadi tolak ukur yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur sejauh
mana karyawan dapat melakasanakan dengan baik tugas yang mereka emban dan bagaimana ada
suatu kemajuan yangdialami oleh perusahaan kedepannya. Di dalam perusahaan kinerja dapat
dipengaruhi olehbeberapa faktor, seperti budaya organisasi, motivasi, dan kepemimpinan
seorang manajer. Kinerja pegawai adalah salah satu aspek penting yang wajib diperhatikan oleh
organisasi, karena kinerja pegawai menuntun organisasi dalam mencapai tujuannya. Kinerja
yang baik adalah kinerja yang optimal, yaitu kinerja yang sesuai standar organisasi dan
mendukung tercapainya tujuan organisasi, dan dikatakan buruk jika sebaliknya (Masrukhin dan
Waridin, 2006).

Kinerja pegawai erat kaitannya dengan penilaian kinerja, untuk itu penilaian kinerja
pegawai perlu dilakukan oleh suatu organisasi. Penilaian kinerja (performance evaluation) yaitu
proses untuk mengukur atau mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang dalam organisasi (Rivai, 2003). Dengan kata lain penilaian kinerja ditentukan
oleh hasil kegiatan sumber daya manusia (SDM) dengan standar kinerja yang telah ditetapkan
organisasi sebelumnya. Standar kinerja tersebut harus mampu diaplikasikan oleh setiap
karyawan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Mereka harus mampu bertanggung jawab penuh
dengan apa yang sudah menjadi kewajiban mereka terhadap perusahaan. Maulizar (2012)
menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya
mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
sesuai dengan moral maupun etika. Dampak positif akan dirasakan dengan meningkatnya kinerja
karyawan, oleh sebab itu manajemen harus mampu mempelajari bagaimana sikap serta prilaku
karyawan dalam perusahaan untuk dapat mencapai tujuan dengan maksimal.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahnya adalah: Bagaimana pengaruh


gaya kepemimpinan transpormasional pegawai terhadap kinerja pegawai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Hakikat Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan


mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai perilaku seorang
individu sementara ia terlibat dalam pengarahan kegiatan-kegiatan kelompok. Sedangkan
menurut Rauch & Behling (1984) dalam Gorda (2006), kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian
tujuan. Suatu organisasi akan berhasil atau gagal sebagian besar ditentukan oleh pemimpin dan
kepemimpinannya. Pemimpinlah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan suatu pekerjaan. Day dan Lord (1998) dalam Siagian (2004) menyatakan bahwa,
keberhasilan atau kegagalan yang dialami sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas
kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diserahi tugas memimpin organisasi.

Kepemimpinan diperlukan oleh perusahaan dalam upaya pencapaian tujuan suatu


organisasi. Karyawan dituntut untuk dapat mengikuti arahan dari pimpinannya karena merekalah
yang dianggap mampu menjadi influence bagi karyawan untuk dapat memiliki tujuan yang sama
dengan perusahaan. Jika tujuan yang dituju tidaklah sama maka akan sulit bagi suatu organisasi
menjalankan proses pencapaiannya. Dalam buku The Art of Leadership, Ordway Tead
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang agar mereka mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Kartono, 2011:57). Sedangkan menurut
Thoha (2012:59), menyampaikan kepemimpinan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi orang-
orang agar diarahkan mencapai tujuan organisasi.
2. Teori Kepemimpinan Transformasional & Transaksional

Teori Kepemimpinan Transformasional & Transaksional Salah satu teori yang


menekankan suatu perubahan dan yang paling komprehensip berkaitan dengan kepemimpinan
adalah teori kepemimpinan transpormasional dan transaksional (Bass, 1998). Teori ini pertama
kali dikemukakan oleh Burn yang mengidentifikasikan dua tipe kepemimpinan politik, yaitu
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional. Juga dikemukakan bahwa
gaya kepemimpinan transformasional dan transaksional dapat dipilih secara tegas dan keduanya
merupakan gaya kepemimpinan yang saling bertentangan. Kepemimpinan transformasional dan
transaksional sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi (Bass, 1998). Selanjutnya Burns
(1978), mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional dan transaksional dengan
berlandaskan pada pendapat Maslow mengenai hirarki kebutuhan manusia. Menurut Burn
keterkaitan tersebut dapat dipahami dengan gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih
rendah, seperti kebutuhan fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya
kepemimpinan transaksional sebaliknya kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan
aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktek gaya kepemimpinan transformasional.

3. Gaya Kepemimpinan Transformasional


Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang sedemikian rupa untuk
mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja yang dimiliki bawahannya
sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat dimaksimalkan. Seorang pemimpin harus
menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola bawahannya, karena seorang pemimpin akan
sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Guritno,
2005:49). Menurut Tjiptono (2006:61) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya.
Gaya pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan
pengembangan masing-masing pengikut. Pemimpin transformasional mengubah kesadaran para
pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan
cara-cara baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para
pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi mencapai sasaran kelompok. Salah satu gaya
kepemimpinan yang dianggap mampu meningkatkan kinerja karyawan adalah gaya
kepemimpinan transformasional.
Menurut Munawaroh (2011) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi
karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi
dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Pengikut seorang pemimpin transformasional
merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan
mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.
Pemimpin yang transformasional harus mampu mengajak bawahannya untuk melakukan
perubahan dimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan itu sendiri.
Komunikasi harus selalu dilakukan oleh pimpinan kepada bawahannya dalam pencapaian visi
yang dikemukakan. Wijaya (2005) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan transformasional
adalah pemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di dalam diri setiap individu yang
terlibat dan/atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai kinerja yang semakin tinggi. Menurut
Mamik (2010) menyatakan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur gaya
kepemimpinan transformasional antara lain: orientasi tugas, orientasi hubungan, dan kekuasaan
jabatan.

4. Teori Kinerja Karyawan

Kinerja dalam bahasa Inggris disebut dengan performance, yang juga memiliki arti
prestasi. Maka jika dilihat secara harfiah arti dari kinerja adalah hasil/prestasi kerja/usaha
seseorang. Dalam organisasi, kinerja dapat diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan dalam organisasi. Mangkunegara (2006) menyatakan, kinerja karyawan (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya,
sedangkan Hariandja (2002) menyatakan, kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan
karyawam/pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya untuk
mencapai tujuan organisasi.

Menurut Gorda (2006), kinerja adalah hasil kerja yang disumbangkan Seseorang
karyawan yang berkaitan dengan tugas dan tanggungjawabnya kepada Organisasi (perusahaan)
yang didasari atas kecerdasan spiritual, intelegensia, emosional dan kecerdasan mengubah
kendala menjadi peluang serta ketrampilan fisik yang diarahkan kepada pemanfaatan sumber
daya yang disediakan oleh organisasi (perusahaan). Kinerja karyawan atau job performance tidak
bisa dilepaskan dengan motivasi kerja. Sebab motivasi kerja pada prakteknya memperlihatkan
perilaku kerja dari seorang karyawan. Kinerja karyawan atau job performance menurut Moh.
As’ad (1995) didefinisikan sebagai “kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan, atau
successfull role achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatanperbuatannya.” Pendapat
ini dikutip dari pendapat dua orang ahli yaitu pertama dari Maier (1965), yang memberi batasan
kinerja karyawan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan.

B. Analisis permasalahan
1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Karyawan
Mamik (2010), menyatakan bahwa pemimpin perusahaan perlu memperhatikan gaya
kepemimpinan yang digunakannya dalam mendorong dan mengarahkan bawahannya agar
mereka dapat meningkatkan kinerja mereka lebih baik lagi, sehingga mutu produk yang
dihasilkan karyawan juga lebih berkualitas. Setiap perusahaan selalu mengharapkan tercapainya
tujuan organisasi, dimana untuk mencapainya dibutuhkan peranan penting bagi pegawai.
Pegawai yang mampu dan cakap menjalankan pekerjaannya dengan hasil yang sesuai dengan
harapan perusahaan sangat menguntungkan. Agar pegawai lebih bersemangat dalam
menjalankan pekerjaannya, maka sudah selayaknya apabila perusahaan memperhatikan sikap
pimpinannya. Seorang pemimpin harus menerapkan gaya kepemimpinan untuk mengelola
bawahannya, karena seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya (Waridin dan Guritno, 2005:49).
Menurut Tjiptono (2006:61) gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan
pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya. Salah satu gaya kepemimpinan yang
dianggap mampu meningkatkan kinerja karyawan adalah gaya kepemimpinan transformasional.
Menurut Munawaroh (2011) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional
digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi
karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi
dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Wijaya (2005) berpendapat bahwa gaya
kepemimpinan transformasional adalah pemimpinan yang mampu mendatangkan perubahan di
dalam diri setiap individu yang terlibat dan/atau bagi seluruh organisasi untuk mencapai kinerja
yang semakin tinggi.
BAB III

KESIMPULAN

Pemimpin yang berfokus pada pencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap,


perilaku, dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan akan mampu
mengarahkan karyawan untuk berkinerja lebih baik. Sikap pimpinan yang mampu
menumbuhkan kesadaran dan komitmen yang tinggi dari kelompok karyawan terhadap tujuan
dan misi organisasi terbukti mampu meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja. Karyawan
yang memiliki kemauan dan motivasi kuat di dalam melaksanakan pekerjaannya akan mampu
berkinerja melebihi batas yang telah ditetapkan oleh organisasi. kepemimpinan transformasional
digambarkan sebagai gaya kepemimpinan yang dapat membangkitkan atau memotivasi
karyawan, sehingga dapat berkembang dan mencapai kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi
dari apa yang mereka perkirakan sebelumnya. Pengikut seorang pemimpin transformasional
merasa adanya kepercayaan, kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap pemimpin tersebut, dan
mereka termotivasi untuk melakukan lebih dari pada yang awalnya diharapkan terhadap mereka.
Pemimpin yang transformasional harus mampu mengajak bawahannya untuk melakukan
perubahan dimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap kinerja dari karyawan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Munawaroh. 2011. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional


Terhadap Kinerja Guru. Jurnal Ekonomi bisnis. Vol. 16 (2).

Rivai, V. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.Edisi Kedua. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.

Robbins, S. P. 2006. Perilaku organisasi. Edisi Bahasa Indonesia. PT. Indeks. Jakarta.

Maulizar, M. Y. 2012. Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional


Terhadap Kinerja Karyawan.

Kartono. K. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Rajawaligrafindo Persada. Jakarta.

Mangkunegara, A. P. 2010. Evaluasi Kerja SDM. PT. Refika Aditama. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai