NIM : 041087715
System adalah sekelompok komponen yag terdiri dari manusia dan/atau bukan manusia
yang diorganisir dan diatur sedemikian rupa sehingga komponen-komponen yang
membentuk system tersebut dapat bertindak sebagai satu kesatuan dalam mencapai tujuan,
sasaran bersama atau hasil akhir. Pendekatan system merupakan cara yang komprehensif
untuk menanggulangi suatu masalah, dan suatu cara merumuskan masalah secara lebih luas
serta menyeluruh untuk dapat ditanggani secara professional. Pendekatan system
memungkinkan prinsip pengorganisasian yang bersifat interdisipliner dan terintegrasi serta
sinergis dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi system administrasi.
Jika dirangkum dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai ciri
pokok untuk dapat dikenali sebagai kegiatan administrasi dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Ruang lingkup peran hubungan yang melekat pada pemimpin meliputi peran
pemimpin dalam pembentukan dan pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata
kepegawaian yang berguna untuk pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan
dan pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi
organisasinya.
Kekuasaan merupakan sesuatu yang dinamis sesuai dengan kondisi yang berubah
dengan tindakan-tindakan para pengikut. Berkaitan dengan hal ini telah dikemukakan
social exchange theory, strategic contingency theory dan proses-proses politis sebagai
usaha untuk mempertahankan, melindungi dan meningkatkan kekuasaan.
Ada beberapa pandangan tentang konflik, yaitu pandangan tradisional, netral, dan
interaksionis. Pandangan tradisional mengatakan bahwa konflik itu negative, pandangan
netral menganggap bahwa konflik adalah ciri hakiki tingkah laku manusia yang dinamis,
sedangkan interaksionis mendorong terjadinya konflik. Untuk mengurangi, memecahkan,
dan menstimulasi konflik ada beberapa pendekatan atau strategi yang dapat ditempuh
sebagaimana disarankan oleh beberapa teoretikus.
Konsep dasar dalam desain organisasi tersebut pada dasarnya merupakan suatu
pilihan yang dapat dipasang-pasangkan oleh para manajer. Pilihan mana yang akan
ditentukan adalah tergantung dari desain organisasi seperti apa yang diinginkan oleh
manajer. Mencocokkan pilihan-pilihan tersebut denga kondisi lingkungan adalah
merupakan dasar desain organisasi berdasarkan pendekatan kontingensi. Dan persepsi
para manajer tentang lingkungan akan menentukan pilihan yang paling tepat menurut
manajer.
Jika dilihat dari segi perkembangan konfigurasi, umumnya organisasi berangkat
dari konfigurasi struktur sederhana, kemudian jika organisasi sudah mulai mapan
mulailah konfigurasi birokrasi mesin diterapkan dan ketika muncul kaum professional
dalam organisasi maka konfigurasi birokrasi professional mulai diterapkan. Penerapan
konfigurasi seharusnya dipandang sebagai pilihan tepat untuk kondisi tertentu begitu
komponen lingkungan berubah maka pilihan konfigurasi juga perlu berubah. Struktur
jaringan dan organisasi tanpa batas mengacu pada organisasi yang dihubungkan dengan
teknologi. Efektivitas organisasi dicapai melalui outsourcing dan kontrak. Bentuk
organisasi jaringan adalah tidak tetap, tergantung dari kontrak. Munculnya organisasi
tanpa batas yang jelas sebagai akibat berkembangnya organisasi jaringan. Titik-titik
anggota jaringan dihubungkan dengan teknologi dan umumnya jaringan ini hanya
berlakuselama proyek berjalan . setelah selesai maka jaringan tersebut dapat berubah
bentuk dan berganti partner (sumber-sumber outshourcing-nya).
- Teknologi (Modul 5)
Implikasi penggunaan politik dalam organisasi adalah adanya otonomi yang lebih
besar dari para pengambil keputusan dalam memilih domain organisasinya, desain
strukturnya, jenis produk, dan teknologi yang akan digunakannya. Pendekatan politik ini
sering juga diberi nama pendekatan pilihan strategis. Menurut daft, sumber kekuasaan
dapat berupa posisi-posisi dalam hierarki organisasi, akses terhadap jaringan komunikasi,
kekuasaan, keahlian karena posisinya dalam operating core dan tecnostructur.
Kekuasaan dapat diperoleh juga akibat adanya desain pekerjaan misalnya tingkat
formalisasi yang rendah dan tingkat desentralisasi yang tinggi.
Konflik dapat terjadi pada level struktur dan level personal. Cara mengatasi
konflik structural adalah dengan melakukan perubahan structural, meningkatkan peranan
integrase, dan menyesuaikan hierarki kewenangan dengan kebutuhan organisasi.
Sedangkan penyelesaian konflik pada level individu dapat dilakukan dengan enam cara,
yaitu membangun dialog dalam unit-unit kerja atau tim kerja, membentuk attitudinal
structuring, penunjukan atau pembentukan pihak ketiga, rotasi dan mutase, penggantian
personal, dan memilih pimpinan yang kuat.
Keempat karakteristik tersebut tidak terpisah satu sama lain, tetapi saling terkait. Oleh
karena itu, perumus kebijakan perlu menyadari akan hal ini agar ia dapat mendefinisikan
masalahnya dengan baik dan benar. Perumus kebijakan public agar mampu
melaksanakan proses perumusan masalah kebijakan public dengan baik maka selain
harus memahami dengan baik karakteristik masing-masing masalahnya juga perlu
memahami jenis pendekatan yang tepat yang akan dipakai sebagaimana misalnya yang
dianjurkan oleh hogwood dan gunn.
Wilayah dan ruang lingkup masalah kebijakan public itu sangat luas dan beragam.
Masing-masing negara memiliki dan mengembangkan wilayah da ruang lingkup masalah
kebijakan yang berbeda-beda sesuai dengan kepentingan nasionalnya masing-masing. Di
negara kita wilayah dan ruang lingkup masalah kebijakan yang sering kali muncul
misalnya dibidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pemilukada, mafia peradilan,
batas negara, kerja sama ekonomi, dan sebagainya.
Cobb & elder menjelaskan adanya 4 tingkat agenda, ulai dari yang terbesar adalah
universe, kemudia agenda sistemik, agenda institusional dan agenda kebijakan yang
sudah siap pakai untuk mengatasi masalah. Sedangkan lester dan stewart menjelaskan
adanya beberapa jenis isu yang berada pada agenda sistemikmaupun agenda intitusional,
yaitu isu subyek, isu kebijakan, iu su proyek, isu baru, isu siklikal, dan isu yang muncul
kembali.
Proses formulasi kebijakan public mempunyai korelasi dan kaitan yang kuat
dengan proses-proses kebijakan yang lainya seperti yang telah diuraikan pada bagian-
bagian sebelumnya. Inti kegiatan memformulasi kebijakan public adalah proses memilah
dan memilih alternative solusi masalah dari sekian banyak alternatife yang saling
bersaing. Perumusan kebijakan public banyak melibatkan peran actor kebijakan baik
yang resmi ataupun tidak resmi. Banyak pakar yang percaya bahwa actor kebijakan yang
resmi (pemerintah) masih memainkan peran yang dominan dalam proses perumusan
kebijakan public. Setiap kebijakan yang telah mendapatkan adopsi maka ini berarti pula
kebijakan itu sah (legitimate). Secara formal, legitimasi kebijakan adalah pemberian
kekuatan hokum pada keputusan kebijakan dan implementasinya, hal ini sangat penting
bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan kebijakan tersebut karena pelaksanaan
kebijakan yang sah akan membawa sanksi, baik berupa hukuman ataupun hadiah bagi
warga atau kelompok yang menjadi sasaran dari kebijakan tersebut.
Tiga pendekatan dalam proses intervensi tersebut adalah pendekatan yang bersifat
structural, teknikal, dan pendekatan yang bersifat perilaku atau yang terfokus pada aspek
manusia. Perubahan dengan bentuk intervensi structural tersebut mencakup:
1. Restrukturisasi organisasi atau reorganosasi
2. Penerapan system imbalan yang baru
3. Perubahan yang menyangkut kultur organisasi
- Teknologi dan Struktur kerja (Modul 7)
Korelasi langsung antara teknologi dengan struktur. Cirinya adalah panjangnya garis
komando, rentang control eksekutif kepala, persentase dari total penjualan yang
dijatahkan untuk pembayaran upah dan gaji, dan rasio jumlah manajer dengan total
pegawai, rasio staf tata usaha dengan buruh tak langsung, dan pengawas sarjana dan yang
bukan sarjana dalam bagian produksi. Dalam hubungannya degan koordinasi organisasi
sebagai suatu system keseluruhan dikenal beberapa subsistem , yaitu subsistem sasaran
dan nilai, subsistem teknis, subsistem psikososial, subsistem struktur, dan subsistem
manajerial.
1. Koordinasi vertical
2. Koordinasi horizontal
3. Koordinasi diagonal
- Konsep Ternonstruktur Organisasi (Modul 8)