1132511161
1132511062
1132511xxx
1132511385
A. Konsep organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja bersamasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut A.A Etzioni definisi yang saat ini berlaku bahwa
organisasi adalah suatu badan yang hidup terus (going
concern) melaksanakan berbagai fungsi melalui kegiatan oleh
sekumpulan manusia secara terkoordinasi untuk mencapai
tujuan.
1. Teori Kognitif
Sebagian besar teori ini didasarkan pada pandangan kognitif,
yang mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan mental seperti
penalaran, keyakinan, dan harapanlah yang mengarahkan
perilaku organisasi dan pandangan pengukuhan, yang
berpendapat bahwa lingkungan dalam bentuk imbalan,
keuangan, social yang diberikan oleh faktor faktor yang
mempengaruhi perilaku organisasi.
2. Teori Jenjang Kebutuhan
Jenjang kebutuhan organisasi bergerak mulai dari kebutuhan
fisik sampai ke kebutuhan psikologis. Teori ini menyirat bahwa
sistem pengendalain manajemen harus didasarkan pada
keinginan organisasi untuk memuaskan kebutuhannya.
E.Struktur organisasi
Disamping kebutuhan untuk memastikan bahwa system pengendalian
manajemen sesuai untuk teori organisasi yang mengarahkan organisasi,
terdapat pula kebutuhan untuk mendesign sistem pengendalian manajemen
agar cocok dengan struktur organisasi yang dipakai. Struktur organisasi
terdapat 3 kategori umum :
1. Struktur Fungsional
Dimana setiap manajer bertanggung jawab atas fungsi tertentu,misalnya
produksi
2. Struktur Divisi
Dimana setiap manajer bertanggung jawab atas semua fungsi yang dilakukan
dalam membuat dan mendistribusikan kelompok atau lini produk masingmasing divisi
3. Struktur Matriks
Yang menggabungkan dua macam struktur organisasi , satu ditata
berdasarkan fungsi lainnya yang berdasarkan program
F. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional mempunyai potensi mencapai efisiensi tinggi karena
organisasi seperti ini memanfaatkan masukan-masukan manajerial khusus
dan pusat-pusat tanggung jawab fungsional dijenjang organisasi bawah.
Kelemahan struktur organisasi fungsional adalah efektifitas dari fungsi-fungsi
yang terpisah tidak dapat ditentukan secara pasti. Jika seorang manajer
fungsional bertanggung jawab atas pembuatan suatu produk manajer lain
bertanggung jawab untuk memasarkan produk tersebut, mungkin sangat
sukar untuk mengindentifikasi bagian dari keluaran yang menjadi karya dari
masing-masing manajer. Dari segi teori perilaku organisasi, organisasi
fungsional memberikan peluang bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan
akan penghargaan dan penghormatan yang disebabkan oleh pengetahuannya
yang khusus. Organisasi fungsional mempunyai kecenderungan untuk
membuat karyawan kehilangan wawasan mengenai tujuan bersama
organisasi, khususnya pada organisasi sistem tertutup.
G. Organisasi divisi
Dari segi teori perilaku organisasi ,organisasi divisi
memberikan peluang bagi system pengendalian ,manajemen
untuk menekankan pengendalian para manajer dengan
memisah-misahkan aspek-aspek yang terkendali dan aspekaspek diluar kendali para manajer.bentuk organisasi divisi
orientasinya lebih keluar dan menekankan bahwa manajer
divisi yang bertanggung jawab harus menyadari adanya
kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan
organisasi.
H. Organisasi matriks
Dalam organisasi matriks sisten pengendalian bertanggung
jawab menurut fungsi,dan menempatkan tanggung jawab
atas program pada suatu organisasi .dalam salah satu
bentuk organisasi matriks ,manajer-manajer produk
bertanggung jawab atas kemampu labaan total suatu lini
produk , tetapi organisasi fungsional lah yang sesungguhnya
membuat dan memasarkan lini produk tersebut.bagian dari
organisasi matriks ini dinamakan dimensi transaksi,Karena
unit-unit fungsional menyediakan sumber daya bagi
manajer produk ,yang dinamakan dimensi sumber daya
.masalah pengendalian manajemendalam organisasi
matriks lebih sulit dari pada masalah pengendalian
manajemen pada kedua tipe struktur yang lain.
J. Teori kontingensi
Ada tiga ancangan yang dapat digunakan manajemen
untuk mengendalikan organisasi : ancangan
tradisional; ancangan sistem; dan ancangan
keperilakuan. Teori kontingensi merupakan konsep
yang luas. Pada dasarnya teori ini mengatakan bahwa
struktur atau sistem pengendalian manajemen yang
paling baik bergantung pada banyak factor didalam dan
diluar organisasi. Dalam hal desain organisasi, teori ini
mengatakan bahwa jumlah dan sifat unit-unit
organisasi serta tingkat wewenang mereka untuk
bertindak bergantung (contingent) pada lingkungan
tempat organisasi berada.
K. Perilaku manajemen
Telah dikemukakan juga bahwa perilaku manusia tidak mudah dipahami.
Oleh karena itu, teknik pengendalian yang optimum pada suatu organisasi
juga rumit dan tidak mudah dipahami. Untuk melakukan ini, orang orang
dalam organisasi harus memahami apa yang diinginkan manajemen untuk
dicapai organisasi dan bagaimanan melakukannya. Memberitahukan
secara terus menerus kepada para anggota organisasi mengenai apa
yang harus dicapai membutuhkan kerja keras yang luar biasa dan mungkin
saja menimbulkan kericuhan bilamana anggota organisasi tidak mengerti
mengapa sesuatu itu harus dilakukan dan seringkali, dapat mengakibatkan
gangguan komunikasi. Tujuan- tujuan organisasi ditentukan oleh
manajemen senior, dan manajemen ingin agar semua manajer operasional
berusaha mencapai tujuan tujuan ini. Sistem pengendalian ini haruslah
menyadari adanya perbedaan perilaku manusia. Para manajer beda-beda
kemampuannya untuk menjalankan tanggung jawab. Para perancang
sistem pengendalian manajemen harus mengakui kenyataan bahwa
perbedaan ini memang ada, dan tidaklah mungkin meramalkan secara
tepat tanggapan setiap manajer terhadap stimulus (rangsangan) yang
diberikan melalui sistem pengendalian manajemen.
L. Persepsi Tujuan
Agar dapat bekerja ke arah tujuan organisasi, para manajer
operasional harus mengetahui apa yang menjadi tujuan. Mereka
menerima informasi melalui berbagai saluran: anggaran dan
dokumen dokumen formal lainnya, dan dari percakapan
percakapan serta cara informal lainnya. Organisasi adalah sesuatu
yang kompleks dan tindakan tindakan yang harus dilakukan oleh
salah satu bagaiannya untuk mencapai tujuan keseluruhan jarang
sekalai dapat ditentukan secara sangat jelas. Sebagai contoh,
mekanisme anggaran dapat membuat manajer mendapat kesan
bahwa mereka diharapkan menghasilkan laba jangaka pendek yang
tinggi, sedangkan sumber informasi lain mungkin mengisyaratkan
bahwa yang diharapkan adalah peningkatan laba masa depan.
Sistem pengendalian manajemen yang efektif dapat berbuat banyak
untuk mengurangi kerancuan dan kesimpang siuran informasi yang
diterima manajer.
M. Organisasi Informal
Salah satu penyebab penting dari adanya persepsi yang keliru
mengenai tindakan yang diinginkan adalah organisasi informal . Garisgaris pada bagan organisasi menggambarkan organisasi formal :
hubungan wewenang dan tanggung jawab formal dari beberapa
manajer. Sistem pengendalian manajemen formal harus menyesuaikan
diri dan memanfaatkan struktur informal sebagai pelengkap sistem
formal. Hubungan yang mencakup organisasi informal sangat penting
dalam memahami realitas proses pengendalian manajemen. Banyak
persepsi keliru juga disebabkan oleh fiksasi fungsional (functional
fixation) : kecenderungan orang untuk menafsirkan perintah dan istilah
menurut definisi yang sudah lazim, meskipun ternyata definisi yang
digunakan dalam sistem pengedalian yang dipakai berbeda. Laporan
pengendalian manajemen yang lebih menekankan pada terminologi
merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak dari fiksasi
fungsional.
N. Kekuatan Persepsi
Sistem pengendalian manajemen tidak akan efektif jika
manajemen senior tidak menciptakan suasana atau
lingkungan yang kondusif untuk pelaksanaannya. Sistem
pengendalian manajemen harus mempertimbangkan
kenyataan bahwa persepsi yang berkembang di kalangan
manajer operasional mencakup pemahaman bukan hanya
bagaimana mereka diharapkan membantu dalam mencapai
tujuan organisasi, melainkan juga berapa kuat manajemen
senior menghendaki rangkaian tindakan tertentu. Kekuatan
persepsi para manajer operasional terhadap pengarahan
manajemen senior yang disalurkan melalui system
pengendalian manajemen, sangat bergantung pada
informasi informasi sebelumnya mengenai imbalan,
tujuan, dukungan teknis, dan hal lain-lain yang menunjukan
pentingnya sistem pengendalian.
O. Motivasi
Tindakan bergantung pada bagaimana para manajer
bereaksi terhadap informasi tersebut , dan reaksi ini
bergantung pada motivasi mereka. Motivasi manajer dapat
berupa keinginan untuk tetap mempertahankan posisi,
mendapatkan promosi, naik gaji, mendapatkan status tertentu
atau menjadi orang yang berpengaruh, atau hanya ingin
menganggur. Dalam organisasi motivasi dan kecenderungan
untuk bertindak tercemin dalam reaksi seseorang terhadap
rangsangan pengendalian manajemen.
Peran manajer tidak hanya terbatas pada pengendalian
formal, melainkan juga pada pengendalian informal. Sebagai
contoh, karena karyawan bertanggung jawab kepada
manajernya, manajer harus siap memberikan pujian, bantuan,
kritik dan bentuk-bentuk insentif lainnya sesuai untuk
memotivasi setiap karyawan.
P. Keselarasan Tujuan
R. Budaya Organisasi
Persepsi tentang tujuan tujuan organisasi dan keputusan
keputusan yang harus diambil manajer untuk mencapainya tidak
hanya bersumber dari sistem pengendalian formal, melainkan juga
melalui organisasi informal. Struktur formal dan informal terpadu
membentuk budaya organisasi. Budaya organisasi mengacu pada
sekumpulan keyakinan bersama, sikap, tata hubungan, dan asumsi
asumsi yang secara eksplit atau implisit diterima dan digunakan di
keseluruhan organisasi untuk membantu menghadapi lingkungan
luar dan mencapai tujuan tujuan organisasi. Sifat dari budaya dan
proses pengendalian manajemen dalam suatu organisasi tertentu
juga dipengaruhi oleh gaya manajemn puncak. Ada CEO yang
sangant mengandalkan laporan dan dokumen dokumen formal
yang lain, ada pula yang lebih mengandalkan percakapan sehari
hari dan kontak kontak informal.
U. Fungsi Kontroler
Kontroler mungkin merupakan pejabat yang
bertanggung jawab untuk rancangan dan operasi suatu
system informasi formal organisasi, walaupun pada
beberapa organisasi pejabat seperti itu diberi sebutan
manajer system informasi dan kontroleh hanya
bertanggung jawab atas system akuntasi keuangan
saja. Meskipun terdapat perbedaan perbedaan dalam
prakteknya, sebaiknya memandang fungsi kontroler
sebagai bagian dari system informasi, termasuk sistme
pengendalian manajemen, dan kontroler adalah
pejabat yang bertanggung jawab atas fungsi tersebut.
X. Kontroler Divisi
Banyak perusahaan yang diorganisasikan dalam bentuk divisi. Divisidivisi ini masing-masing dikepalai oleh seorang manajer yang mempunyai
otonomi yang cukup luas, dan masing-masing memiliki kontroler.
Di pihak lain, mereka juga harus mematuhi manajer divisi tempat mereka
bekerja, karena kontroler bertanggung jawab untuk memberikan bantuan
staf bagi manajer divisi. Pada beberapa perusahaan, kontroler divisi
melapor kepada manajer umum (general manager) divisi, dan mempunyai
hubungan garis putus-putus dengan kontroler pusat; artinya, kontroler
pusat bertanggung jawab untuk menegaskan aturan-aturan dasar
mengenai batas-batas operasi sistem pengendalian dan dia harus
berperan serta dalam keputusan-keputusan yang menyangkut kompensasi
dan tindakan-tindakan kepegawaian lain yang berkaitan dengan kontroler
divisi tetapi atasan kontroler divisi adalah manajer divisi.