DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
A. Pengertian
Perilaku organisasi adalah merupakan ilmu tentang perilaku tiap individu dan kelompok
serta pengaruh tiap individu dan kelompok terhadap organisasi, maupun perilaku interaksi
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok
dalam organisasi demi kemanfaatan suatu organisasi.Perilaku organisasi juga dikenal sebagai
Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang
mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu
politik, antropologi dan psikologi.
B. Tujuan
Prediksi
Kemampuan memprediksi perilaku orang lain dan memberikan kesempatan untuk
membangun komunikasi yang baik, efektif dan efisien sehingga mampu berfikir, bersikap
dan bertindak tepat dalam berkomunikasi.
Eksplansi
Menjelaskan berbagai peristiwa yang terjadi di dalam organisasi.
Pengendalian
Kemampuan prediksi dan eksplanasi akan membantu dalam menjalankan peran
mengendalikan individu, kelompok, bahkan organisasi dalam mencapai tujuan bersama.
C. Kaitan Manajemen dengan Perilaku Organisasi
Manajemen adalah suatu usaha mencapai tujuan organisasi dengan bantuan orang lain.
Manajemen merupakan pendaya gunaan sumber daya manusia(para karyawan) dengan cara
paling baik untuk mencapai tujuan organisasi.
1) Fungsi managemen
Ada 4 fungsi manajemen yaitu:
- Fungsi perencanaan
Sebuah proses yang mencakup mendefinisikan tujuan, strategi membangun, dan
mengembangkan rencana untuk mengkoordinasikan kegiatan.
- Fungsi pengorganisasian
Menentukan tugas-tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang melakukannya,
bagaimana tugas harus dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan dimana
keputusan harus dibuat
- Fungsi kepemimpinan
Sebuah fungsi yang mencakup memotivasi karyawan, mengarahkan orang lain,
menyeleksi saluran komunikasi yang paling efektif, dan menyelesaikan konflik
- Fungsi pengendalian
Pemantauan kegiatan untuk memastikan mereka melakukan seperti yang
direncanakan dan mengoreksi setiap penyimpangan yang signifikan.
Fungsi pengorganisasian ini pada hakekatnya mengatur para karyawan dan sumber-
sumber lain dengan cara yang konsiten untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan struktur
organisasi yang jelas, pelaksanaan fungsi pengorganisasian akan efektif dan akan
memudahkan anggota organisasi dlam melakukan tugas-tugas karena mereka dengan jelas
mengetahui tanggung jawab mereka dan kepada siapa mereka harus melaporkan hasil
kerjanya. Sikap pemimpin harus konsisten dan selaras dengan rencana organisasi.
2) Peran manajemen
Peran manajer dapat digolongkan menjadi 3 yaitu:
- Peran interpersonal(interpersonal rules)
Peran sebagai pemimpin bahwa seorang manajer hendaknya mampu melaksanakan
tugas yang berhubungan dengan peningkatan gairah kerja bawahan.
- Peran informasional
Peran ini harus dijalankan oleh manajer karena memang pada prakteknya manajer
akan menerima dan juga memberi informasi.
- Peran keputusan
Manajer harus mampu menentukan pilihan atas berbagai alternative keputusan.
Peran ini mempunyai 4 macam fungsi yang melekat yaitu wirausahawan
(entrerpreneur), penyelesai hambatan (disturbance handler), pengalokasi sumber
daya (resourve allocator) dan perunding (negotiator).
3) Keterampilan manajemen
Ada 3 keterampilan manajemen(managemen skills) yaitu:
- Keterampilan teknis(technical skills)
Berhubungan dengan kemampuan menerapkan pengetahuan dan keahlian
spesialisasi. Para manajer perlu memiliki keahlian teknis ini untuk memahami jenis-
jenis tugas yang dikelolanya.
- Keterampilan manusiawi(human skills)
Berhubungan dengan kemampuan bekerja sama, memahami dan memotivasi orang
lain baik individu maupun kelompok.
- Keterampilan konseptual(conceptual skills)
Kemampuan mental untuk menganalisis dan mendiaknosis situasi komplek
Seorang manajer yang memilki keahlian konsesial yang baik dapat dikatakan
cenderung lebih kreatif dan mampu mempertimbangkan berbagai metode untuk dapat
mencapai tujuan organisasi. Untuk mencapai efektivitas fungsi organisasi tersebut
dibutuhkan beberapa kompetensi , kompetensi manajemen tersebut merupakan persyaratan
yang secara umum harus dimiliki oleh para mnajer yang didalamnya srat atau penuh dengan
muatan yang sangat “behavioristic”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Perilaku organisasi merupakan studi tentang disiplin yang
mempelajari bagaimana memperbaiki sikap dan perilaku dari individu dan kelompok dalam
organisasi sehingga dapat mempengaruhi usaha dalam mencapai tujuan organisasi.
8. Mengatasi “Kesementaraan”
Manajer zaman sekarang harus belajar menghadapi kesementaraan dan belajar hidup
dengan fleksibilitas, spontanitas dan ketidakpastian. Studi PO bisa memberikan wawasan
yang penting untuk membantu anda memahami dunia kerja dengan perubahan terus
menerus, cara mengatasi perlawanan terhadap perubahan dan cara terbaik menciptakan
kultur organisasi yang tumbuh berdasarkan perubahan.
STUDY CASE
PROFIL SINGKAT :
Mixue Ice Cream & Tea (Hanzi: 蜜 雪 冰 城 ; Pinyin: Mìxuě Bīngchéng) adalah sebuah
perusahaan waralaba yang menjual es krim sajian lembut dan minuman teh asal Zhengzhou,
Henan, Tiongkok dan didirikan pada bulan Juni 1997. Hingga 2023, sedikitnya 21.581 gerai Mixue
telah beroperasi di Tiongkok dan sedikitnya 12 negara lainnya di Asia-Pasifik. Perusahaan ini
sepenuhnya dimiliki oleh Zhang Bersaudara.
Mixue telah hadir di Indonesia sejak tahun 2020 dengan gerai pertamanya di Cihampelas
Walk, Kota Bandung dan saat ini memiliki lebih dari seribuan gerai di seluruh Indonesia. Produk
ini telah mendapatkan sertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia sejak awal 2023.
Tak hanya di Bandung, tapi Mixue juga memperluas pasar Indonesia lainnya, seperti Bali.
Salah satu Mixue yang akan saya teliti adalah Mixue yang terletak di jalan raya dalung, Badung.
2. Fungsi manajemen : Mixue Raya Dalung ini memiliki manajemen dimana manajemen
tersebut difungsikan untuk hal-hal yang berkaitan dengan fungsi operasional internal ini sendiri
tujuannya tentunya untuk dapat menciptakan hasil penjualan yang maksimal.
Adapun fungsi manajemen yang di terapkan organisasi Mixue Raya Dalung ini adalah
Fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi kepemimpinan, dan fungsi pengendalian,
dimana setiap fungsi manajemen tersebut tentunya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
3. Peran suatu manajer dapat digolongkan menjadi 3 bagian dan ketiga peran tersebut ada di
dalam organisasi Mixue Raya Dalung ini diantaranya adalah :
i. Peran interpersonal
Petinggi / penganggung jawab dari Mixue Raya Dalung ini terus melakukan perannya
sebagai interpersonal dengan cara pemberian reword atau semacam penghargaan kepada
setiap karyawan disetiap akhir bulan , terutama bagi karyawan yang bekerja dengan cekatan
baik dan maksimal sehingga kedepan karyawan yang lainnya dapat bekerja dengan lebih
baik lagi.
ii. Peran informasional
Disini atasan dari Mixue Raya Dalung ini berperan dalam penyampaian informasi tentang
apa-apa saja yang harus dilakukan sebagai upaya memberikan pelayanan yang ramah dan
baik untuk pelanggan agar mampu bersaing dengan competitor.
iii. Peran keputusan
Para petinggi atau atasan dari Mixue Raya Dalung harus mampu untuk mengambil
keputusan yang terbaik terhadap masalah / kendala yang ada pada gerainya karena para
petinggilah yang memiliki keputusan pertama jika ada masalah dalam gerai dan tentunya
diharapkan apapun keputusan yang dilakukan oleh seorang petinggi di gerai ini dapat
mengatasi masalah tersebut dan kedepannya akan memberikan dampak yang baik bagi
kemajuan Mixue Raya Dalung ini.
4. Tantangan dan Peluang untuk Perilaku Keorganisasian, ada pun tantangan yang dihadapi
oleh Mixue Raya Dalung ini adalah :
a. Mengelola Keragaman Angkatan Kerja
Konsep bahwa organisasi menjadi semakin heterogen dalam hal gender, usia, ras, etnik,
orientasi seksual dan keterlibatan berbagai kelompok lain. Seperti yang dihadapi Mixue
Raya Dalung menghadapi perbedaan gender, usia, ras dan latar belakang Pendidikan
yang berbeda sehingga perlu strategi yang menyatukan agar hubungan tetap
professional.
DAFTAR PUSTAKA
Badeni. 2014. Kepemimpinan dan perilaku organisasi. Cetakan kedua ISBN: 978-602-7825-87-Alfabeta.
Bandung.
George Boyne M dan Gareth R. Jones.(2002), Organization behaviour. 3th edition. NJ: prentice Hall.
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Keragaman adalah ciri khas individu yang membuatnya berbeda dari individu yang lain
(Gómez-Mejia et al., 2012). Robbins & Judge (2015) menjelaskan keragaman adalah bentuk
perbedaan individu yang dipengaruhi oleh karakteristik biografis maupun karakteristik pribadi.
Karakteristik biografis adalah perbedaan yang mudah dinilai secara langsung seperti umur, jenis
kelamin, ras dan etnis, disabilitas, masa kerja, gender, agama, identitas budaya. Sedangkan
karakterisitik kepribadian adalah karakteristik perbedaan nilai-nilai kepribadian seseorang untuk
me- nentukan kesamaan jika seseorang semakin mengenal orang lain.
1. Umur
Hubungan antara umur dan kinerja mungkin menjadi suatu isu yang semakin penting
karena banyak alasan. Salah satunya, tingkat usia angkatan kerja diseluruh dunia
bertambah.
Pemberi kerja menunjukkan perasaan yang berbeda mengenai pekerja yang lebih tua.
Mereka melihat sejumlah kualitas positif yang dimiliki pekerja yang lebih tua terhadap
pekerjaannya, seperti pengalaman, penilaian, etika kerja yang baik, dan komitmen
terhadap kualitas. Tetapi pekerja yang lebih tua juga dinilai kurang flexibel dan sulit
menerima teknologi baru. Ketika organisasi secara aktif mencari individu yang adaptif
dan terbuka atas perubahan, hal-hal negatif yang diasosiasikan dengan umur secara jelas
menghalangi perekrutan awal pekerja yang lebih tua dan meningkatkan kemungkinan
memberhentikan mereka saat perusahaan membutuhkan penghematan.
Banyak yang percaya bahwa produktivitas menurun sejalan dengan umur. Sering
diasumsikan bahwa keahlian seperti kecepatan, ketangkasan, kekuatan, dan koordinasi
melemah sepanjang waktu dan kebosanan atas pekerjaan serta kurangnya stimulasi
intelektual berkontribusi terhadap penurunan produktivitas.
2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan yang mencolok antara pria dan wanita, kecuali jika dikaitkan
dengan budaya setempat berkaitan dengan keabsenan, bahwa wanita lebih memiliki
tingkat kebasenan yang tinggi dibandingkan dengan pria, hal ini berkaitan dengan
tanggungjawab dan fungsi dari seorang wanita dirumah tangga.Perbedaan penting antara
pria dan wanita yang memengaruhi kinerja. Sebuah studi menganalisis atas kinerja
menemukan bahwa wanita meraih skor yang sedikit tinggi dibandingkan pria dalam
ukuran-ukuran kinerja. Dalam dunia perekrutan riset modern mengindikasikan bahwa
manajer masih dipengaruhi oleh bias gender saat memilih kandidat posisi tertentu.
Sebuah studi terbaru melaporkan bahwa saat bekerja, pria dan wanita bias saja ditawari
sejumlah pengalaman pengembangan yang sama, tetapi wanita kurang ditugaskan dalam
posisi yang menantang oleh pria, penugasan yang mungkin membantu mereka mencapai
posisi organisasionall yang lebih tinggi. Wanita yang sukses dalam domain pria dinilai
kurang disukai, lebih kasar, dan kurang diinginkan sebagai atasan, tetapi wanita dalam
posisi puncak telah melaporkan bahwa persepsi ini semakin berubah dan dapat dilawan
dengan keahlian interpersonal dan efektif
3. Status Perkawinan
Ras merupakan sebuah isu kontrovesial bukti menyatakan bahwa beberapa orang
mendapati interaksi dengan kelompok ras lainnya tidak nyaman apabila tidak ada
scenario prilaku mereka.
Kita mendefinisikan ras sebagai warisan biologis yang digunakan orang untuk
mengidentifikasikan dirinya: etnis merupakan karakteristik budaya tambahan yang sering
beririsan dengan ras. Definisi ini memungkinkan setiap individu menentukan ras dan
etnisnya. Ras dan Etnis telah dipelajari karena terkait dengan hasil perekrutan seperti
keputusan perekrutan, evaluasi kinerja gaji, dan diskriminasi tempat kerja.
5. Disabilitas
Yaitu gangguan, keterbatasan aktivitas dan pembatasanpartisipasi.Contoh:
Kehilangan anggota tubuh, gangguan kejang, Ketulian,diabetes, sakit punggung kronis
dan lain-lain. Kelebihan Disabilitas: evaluasi kerja lebih tinggi. Kelemahan: cenderung
ekspektasi lebih rendah dipekerjakan. Efek diskriminasi : menjelekkan kinerja disabilitas
hingga menurunkan potensi.
Masa kerja dinyatakan sebagai pengalaman kerja, dilihat sebagai sebuah predictor
yang baik pada produktivitas pekerja. Masa kerja juga merupakan variable yang mampu
menjelaskan perputaran pekerja. Semakin lama seorang dalam suatu pekerjaan, semakin
kecil kemungkinannya untuk keluar. Lebih jauh lagi, konsisten dengan riset yang
menyatakan bahwa perilaku dimasa lalu adalah predictor terbaik atas perilaku masa
depan, bukti mengindikasikan masa kerja di riwayat pekerjaan pekerja adalah sebuah
predictor yang kuat atas perputaran pekerja tersebut di masa depan.
7. Agama
Tidak hanya orang-orang yang religious dan non religious yang mempertanyakan
system kepercayaan satu sama lain : sering kali orang-orang dengan kepercayaan yang
berbeda berkonflik. Hukum federal Amerika Serikat melarang pemberi kerja
mendiskriminasikan pekerja berdasarkan agamanya, dengan sangat sedikit pengecualian.
Meskipun demikian, itu tidak berarti bahwa agama bukanlah isu dalam perilaku
organisasi. Mungkin isu keragaman agama paling besar di Amerika Serikat adalah sekitar
Islam.
Ada hampir 2 juta Muslim di Amerika Serikat, dan di seluruh dunia, Islam adalah
salah satu agama paling populer. Ada beragam perspektif dalam Islam. Riset telah
menunjukkan bahwa pelamar kerja di Amerika Serikat mendapati wawancara yang lebih
singkat dan lebih negatif secara interpersonal dibandingkan pelamar yang tidak
mengenakan pakaian beridentitas Muslim.
Banyak umat Kristen yang tidak meyakini bahwa mereka harus bekerja hari
minggu dan banyak umat Yahudi konservatif percaya bahwa mereka seharusnya tidak
bekerja di hari sabtu. Individu yang religius juga bisa beranggapan bahwa mereka
memiliki kewajiban untuk menunjukkan kepercayaannya di tempat kerja.
9. Identitas Budaya
Banyak orang membawa sebuah identitas budaya yang kuat, sebuah hubungan
dengan budaya atau nenek moyang, keluarga atau masa muda yang bertahan sepanjang
waktu, tidak peduli dimana individu itu berada dalam dunia. Orang-orang memilih
identitas budayanya, dan mereka juga memilih seberapa dekat mereka mengobservasi
norma-norma budaya tersebut. Norma-norma budaya mempengaruhi tempat kerja,
kadang-kadang menimbulkan perpecahan.
i. KEMAMPUAN INTELEKTUAL
o Pembeda Keperibadian
Ada beberapa factor pembeda keperibadian seseorang yang dihasilkan oleh factor
keturunan dan lingkungan.
a. Faktor Keturunan :
Keturunan merujuk pada factor genetis seorang individu, seperti : tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot daan reflex, tingkat energi, dan irama
biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap dipengaruhi oleh siapa orang
tua anda, yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan mereka. Para
peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identic yang dipisahkan sejak
lahir dan dibesarkan secara terpisah. Jika factor keturunan hanya sedikit atau sama sekali
tidak memiliki peran dalam menentukan keperibadian, anda pasti akan menemukan sedikit
kesamaan diantara anak kembar identic tersebut.
b. Faktor Lingkungan :
dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan
konsistensi seiring dengan berjalannya waktu.
o Sifat-Sifat Kepribadian
secara umum karakteristik yang melekat pada individu adalah malu, agresif, malas,
ambisius, setia dan takut para peneliti meyakini bahwa sifat-sifat kepribadian dapat
membantu seleksi karyawan untuk bidang kerja yang sesuai.Myrers-brings indikator dan
medel lima besar yang merupakan dua pendekatan yang telah menjadi kerengka kerja yang
dominan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi sifat-sifat seseorang.
Sejumlah besar penelitian mendukung bahwa lima dimensi dasar saling mendasari
dan mencakup sebagian besar variasi yang signifikan dalam keperibadian manusia. Faktor-
faktor lima besar mencakup :
Pekerja dengan karakter kehati-hatian mengembangkan level kerja yang lebih tinggi
karena orang yang hati-hati belajar dari pengalaman yang sebelumnya yang pernah
dialaminya,stabilitas emosional paling kuat hubungannya dengan kepuasan hidup,kepuaan
kerja,dan tingkat stress yang rendah,ekstrover cendring lebih bahagia dalam pekerjaan dan
hidupnya dan kinerja yang baik,ekstraversi lebih mengarah kearah
kepemimpinan,kermahan lebih disukai,lebih patuh dan taat,kinerja lebih baik serta level
prilaku menyimapng yang lebih rendah,keterbukaan prilaku ditempat kerja lebih
kreatif,fleksibel,meningkatnya pembelajaran dan lebih adaptif terhadap perubahan.
1.4 PEMBELAJARAN
Pembelajaran adalah setiap perubahan prilaku yang relative permanen, terjadi sebagai
hasil dari pengalaman. Pertama, pembelajaran melibatkan perubahan. Dari sudut pandang
organisasi, perubahan dapat berarti baik atau buruk. Individu dapat mempelajari perilaku
yang tidak menguntungkan (berprasangka) atau melalaikan tanggung jawab. Kedua,
perubahan tersebut haruslah mandarah daging. Perubahan sementara mungkin hanya bersifat
refleksi atau hasil dari sendiri kepenatan. Ketiga, bebrapa bentuk pengalaman diperlukan
untuk pembelajaran.
STUDI KASUS
No Karakteristik Pengamatan
1 Umur Usia manajer 25 – 38 tahun
Usia karyawan mulai 18 – 27 tahun
2 Jenis Kelamin Manajer
Perempuan : 7 orang
Laki-laki : 6 orang
Karyawan
Perempuan : 5 orang
Laki-laki : 3 orang
3 Status Perkawinan Manajer
Sudah menikah : 2 orang
Belum menikah : 11 orang
Karyawan
Sudah menikah : 0 orang
Belum menikah : 8 orang
4 Ras dan Etnis Manajer
Bali : 10 orang
Bukan Bali : 3 orang
Karyawan
Bali : 6 orang
Jawa – Bali : 2 orang
5 Disabilitas Tidak ada
6 Masa Kerja Seluruh manajer dan karyawan
adalah pendiri awal Mixue Radal
7 Agama Manajer
Hindu : 10 orang
Budha : 3 orang
Karyawan
Muslim : 2 orang
Hindu : 6 orang
8 Orientasi seksual Normal
9 Identitas Budaya Terdiri dari berbagai budaya tiap
daerahnya, pengetahuan, perilaku
dan pola piker yang berbeda.
Pengamatan berdasarkan keberagaman biografis :
- Pengambil keputusan
- Bagian keuangan
- Bagian pemasaran
- Bagian operasional
- Controller
- Usia
Dari sisi usia tidak terlalu jauh antara satu dengan yang lainnya. Namun usia
karyawan yang lebih muda memiliki stamina lebih kuat dan gesit.
- Jenis Kelamin
Sementara dari sisi perbedaan jenis kelamin tentunya karyawan pria memiliki
stamina yang jauh lebih kuat untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan
fisik (mengangkat barang stok ke gudang). Untuk karyawan Wanita lebih teliti dalam
pengecekan, menghafal menu dan yang berhubungan dengan kasir.
- Agama
Karyawan didominasi oleh agama Hindu sebanyak 6 orang dan sisanya 2 orang
beragama islam. Dari perbedaan agama tentunya yang beragama hindu akan sering
izin masuk disebabkan jumlah hari raya yang lebih banyak daripada agama islam. Di
awal tentunya menjadi sedikit masalah karena produktivitas menurun. Namun untuk
menangani permasalahan itu, bagian manajemen sdm memberikan saran untuk
penegasan izin hanya boleh 2 x sebulan (diluar sakit) dan harus mencari karyawan
pengganti agar gerai tetap berjalan sesuai yang diharapkan.
Ras dan etnik, orientasu seksual dan status perkawinan tidak terlalu beragam
sehingga tidak menjadi penghambat bagi perusahaan. Justru menjadi keuntungan
karena tidak perlu adaptasi yang lebih lama. Dari segi pola pikir orang yang sudah
menikah biasanya memiliki focus yang berbeda dengan yang belum menikah. Jadi
para karyawan bisa bergaul dan menambah keakrababan satu sama lain. Strategi ini
signifikan mengurangi turn over di dalam perusahaan.
2. Kemampuan
- Kemampuan intelektual
- Kemampuan fisik
Untuk pekerjaan berat yang memerlukan kemampuan fisik biasanya didominasi oleh
karyawan jenis kelamin pria. Sementara pekerjaan menengah cenderung ringan tidak
dipengaruhi oleh jenis kelamin melainkan inisiatif setiap karyawan.
3. Kepribadian
4. Pembelajaran
Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge. (2017). Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta.
Jakarta: Salemba empat
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
a. Pengertian Persepsi
Teori Atribusi (Atribution Theory) adalah sebuah percobaan untuk menentukan apakah
prilaku seorang individu disebabkan dari internal atau eksternal. Teori atribusi mencoba
menjelaskan cara cara kita menilai orang dengan berbeda, bergantung kepada pengertian yang
kita atribusi pada sebuah prilaku. Itu menyatakan bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang
individu, kita mencoba menentukan apakah itu disebabkan oleh internal atau eksternal.
Penentuan itu terutama tergantung pada tiga factor yaitu :
1. Keunikan
2. Konsensus
3. Konsistensi
Salah satu temuan dari riset teori atribusi adalah bahwa kesalahan atau bias mengganggu atribusi
Kesalahan Atribusi Fundamental (fundamental attribution error) adalah kecenderungan untuk
meremehkan pengaruh factor factor eksternal dan melebihkan pengaruh factor factor internal
atau pribadi ketika membuat penilaian mengenai prilaku orang lain.
Bias Pelayanan Diri (self serving bias) adalah kecenderungan individu untuk mengatribusikan
kesuksesan mereka pada factor factor internal seperti kemampuan atau usaha, tetapi
menyalahkan kegagalan pada factor factor eksternal.
Sebagai hasilnya informasi yang diperoleh dari awal wawancar membawa bobot
yang yang lebih besar dibandingkan informai yang diperoleh sesudahnya, dan pelamar yang
baik mungkin dikarakterisasi lebih berdasarkan tidak adanya karakteristik yang tidak
menyenangkan dibandingkan berdasarkan kehadiran karakteristik yang menyenangkan.
o Ekspetasi Kinerja
Orang orang mencoba untuk menvalidasi persepsi mereka mengenai realita bahwa ketika
hal hal ini salah. Istilah prediksi pemenuhan diri menjelaskan bagaimana prilaku seorang
individu ditentukan oleh ekspetasi orang lain. Prediksi Pemenuhan Diri adalah sebuah situasi
dimana seorang secara tidak akurat menilai orang kedua dan ekspetasi yang dihasilkan
menyebabkan orang kedua itu berprilaku dengan cara yang konsisten dengan persepsi hasil.
o Evaluasi Kinerja
Masa depan seorang pekerja sangat terikat dengan penilaian, kenaikan gaji dan
kelanjutan pekerjaan adalah beberapa hasilnya. Meskipun penilaian bias jadi objektif
(misalkan, seorang agen penjualan dinali berdasarkan berapa banyak dolar yang dihasilkan
dari penjualan di wilayahnya) dan banyak pekerjaan dinilai secara subjektif, meskipun
kadang kala perlu, adalah problematic karena kesalahan yang diskusikan dalam persepsi
selektif, efek halo, dan seterusnya.
Kita telah membahas kepuasan kerja secara singkat. Sekarang, mari membedah konsep
itu Mendefniskan kepuasan kerja dan menunjukkan dengan lebih saksama. Bagaimana kita
mengukur kepuasan kerja? Apa yang menyebabkan bagaimana kita dapat seorang pekerja
memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi? Bagaimana pekerja yang mengukurnya. tidak puas
dan puas memengaruhi organisasi?.
- Mengukur Kepuasan Kerja
Definisi kita tentang kepuasan kerja merupakan sebuah perasaan positif terhadap
pekerjaan yang dihasilkan dari evaluasi atas karakteristik-karakteristiknya cukup luas.
Dalam mengkur kepuasan kerja ada Dua pendekatan populer. Peringkat global tunggal
adalah sebuah respons atas satu pertanyaan, seperti "Semua hal dipertimbangkan, seberapa
puas Anda dengan pekerjaan Anda?" Responden melingkari satu nomor antara I dan 5
pada suatu form skala dari "sangat puas" sampai "sangat tidak puas"? Metode kedua,
penjumlahan dari aspek-aspek pekerjaan, ebih canggih, mengidentifilkasi elemen-elemen
kunci dalam sebuah pekerjan sepert sifat pekerjan, pengawasan, gaji sekarang, peluang
promosi, dan hubungan dengan rekan kerja."' Responden memperingkat ini berdasarkan
sebuah skala terstandarisasi, dan peneliti menambahkan peringkat itu untuk menciptakan
suatu skor kepuasan kerja keseluruhan.
Tidak benar-benar jelas mengapa orang-orang tidak menyukai gaji dan peluang
promosi lebih dari aspek lainnya dalam pekerjaannya." Meskipun kepuasan kerja tampak
relevan di berbagai budaya, bukan lah berarti tidak ada perbedaan budaya dalam kepuasan
kerja. Bukti ilmiah menyatakan bahwa pekerja di budaya Barat memiliki kepuasan kerja
yang lebih tinggi dibandingkan di budaya Timur."
Pikirkan mengenai pekerjaan terbaik yang pernah Anda miliki. Apa yang
menyebabkannya demikian? Andaikan Anda Anda menyukai pekerjaan dan rekan-rrekan
kerja Anda. Pekerjaan menarik yang memberikan pelatihan, keragaman, kemandirian, dan
kendali telah memuaskan kebanyakan pekerja.Sebuah studi Eropa terbaru
mengindikasikan kepuasan kerja berkorelasi positif dengan kepuasan hidup, sikap dan
pengalaman dalam hidup akan tertumpah dalam pendekatan dan pengalaman kerja Anda.
Interdependensi, umpan balik, dukungan sosial, dan interaksi dengan rekan kerja di
luar tempat kerja terkait erat dengan kepuasan kerja, bahkan setelah memperhitungkan
karakteristik pekerjaan itu sendiri. Kepuasan kerja tidak hanya mengenai kondisi
pekerjaan. Kepribadian juga memainkan peranan. Riset telah menunjukkan bahwa orang
yang memiliki evaluasi inti diri (CSE) positif-yang percaya pada nilai dan kompetensi
dasar mereka-lebih puas dengan pekerjaannya dibandingkan mereka dengan evaluasi inti
diri negatif.
- Dampak Pekerja yang Puas dan Tidak Puas terhadap Tempat Kerja
Apa yang terjadi saat para pekerja menyukai pekerjaannya, dan ketika mereka tidak
menyukai pekerjaannya? Satu model teoretis-kerangka kerja: keluar-suara-loyalitas-
pengabaian- berguna dalam memahami konsekuensi ketidakpuasan. Tampilan 3-3
mengilustrasikan empat respons kerangka kerja, yang membedakan dua dimensi:
konstruktif/destruktif dan aktif/pasif. Responsnya adalah sebagai berikut:
Para pekerja dalam pekerjaan jasa sering berinteraksi dengan pelanggan. Oleh karena
manajer organisasi jasa harus lebih peduli untuk menyenangkan para pelanggan tersebut,
wajar untuk bertanya apakah kepuasan pekerja berhubungan dengan hasil pelanggan yang
positif? Bagi para pekerja di lini depan yang memiliki kontak teratur dengan pelanggan,
jawabannya adalah “ya". Pekerja yang puas meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
- Kepuasan Kerja dan Absen
Kami menemukan sebuah hubungan negatif yang konsisten antara kepuasan dan absen,
tetapi bersifat sedang hingga lemah.2 Tentu saja masuk akal bahwa pekerja yang tidak puas
lebih cenderung meninggalkan pekerjaannya, tetapi faktor- faktor lainnya memengaruhi
hubungan itu. Organisasi yang memberikan cuti sakit bebas mendorong semua pekerjanya-
termasuk mereka yang sangat puas-untuk mengambil cuti.
Kita bisa mendapati pekerjaan memuaskan tetapi masih ingin menikmati akhir pekan tiga
hari jika hari-hari tersebut gratis tanpa penalti. Saat sejumlah pekerjaan tersedia, para
pekerja yang tidak puas memiliki tingkat absen yang tinggi, tetapi ketika ada sedikit mereka
memiliki tingkat absen yang sama (rendah) seperti pekerja yang puas.
Dalam stress kerja terdapat tantangan sumber stress atau sumber stress yang terkait
dengan beban kerja, tekanan untuk menyelesaikan tugas dan urgensi waktu dan hambatan
sumber stress atau sumber stress yang menghalangi anda dari mencapai tujuan anda
(sebagai contoh, birokrasi, politik kantor, kebingungan atas tanggung jawab pekerjaan).
Secara lebih umum stress dihubungkan dengan tuntutan dan sumber daya.
Tuntutan merupakan tanggung jawab, tekanan, kewajiban dan ketidakpastian yang
dihadapi oleh para individu di tempat kerja sedangkan Sumber Daya adalah hal hal
didalam kendali individu yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan tuntutan.
2. Faktor Organisasional
Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam waktu yang
terbatas, beban kerja yang berlebihan serta rekan kerja yang tidak menyenangkan
merupakan beberapa contoh faktor di dalam organisasi yang menyebabkan stress
kerja. Kategori faktor faktor tersebut adalah tuntutan tugas (terkait dengan
pekerjaan), tuntutan peranan (tekanan dari peranan tertentu yang di pegang dalam
organisasi) dan tuntutan interpersonal (tekanan dari karyawan lain)
3. Faktor Pribadi
Kehidupan pribadi dari karyawan juga menjadi faktor yang menyebabkan stress kerja.
Faktor pribadi ini dapat dikatagorikan : permasalahan keluarga, permasalahan
ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian yang inheren.
c. Perbedaan Individu
Hubungan yang moderat dari variable individu di antara stress potensial dengan
stress yang dialami terdiri dari empat faktor yaitu persepsi, pengalaman kerja, dukungan
social dan kepribadian
Persepsi, contonya yaitu pemecatan akan menyebabkan salah seorang karyawan
takut kehilangan pekerjaannyan sedangkan orang lainnya memandang sebagai peluang
untuk memperoleh manfaat pesangon yang besar dan memulai bisnisnya sendiri.
Pengalaman Kerja, cenderung menjadi negative terkait dengan stress kerja karena
adanaya penarikan yang selektif (orang orang yang bertahan dalam suatu oranisasi lebih
lama) dan adanaya orang orang yang membutuhkan waktu dalam berurusan dengan
stress. Dukungan Sosial, hubungan individu dengan rekan kerja yang dapat menyangga
dampak dari stress (meringankan, mengurangi efek dari tekanan pekerjaan yang
cenderung tinggi).
Kepribadian, karakteristik dan kemampuan dari masing masing individu
1) Perbedaan Budaya
Kondisi kerja yang menyebabkan stress dapat dilihat dari beberapa perbedaan di
antara budaya. Contohnya budaya kolektivistik, dimana bekerja dengan ekstra jam kerja
terlihat sebagai pengorbanan untuk membantu keluarga sedangkan dalam budaya
individualistic, bekerja terlihat sebagai suatu sarana untuk pencapaian pribadi yang diambil
dari keluarga.
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Fahmi, Irham. 2014. Perilaku Organisasi Teori, Aplikasi dan Kasus. Bandung:
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Kelompok atau Group dapat didefinisikan sebagai dua individu atau lebih yang saling
berinteraksi dan saling tergantung antara satu sama lainnya dan saling bergabung untuk mencapai
Tujuan tertentu. Ciri-ciri Kelompok diantaranya adalah saling berinteraksinya anggota kelompok
sehingga tindakan seseorang akan mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain dan menyakini
adanya kemungkinan untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kelompok Formal atau Formal Group adalah Kelompok yang sengaja dibentuk atau
ditunjuk oleh Organisasi untuk melakukan tugas tertentu.Perilaku kelompok tersebut adalah
diarahkan untuk mencapai Tujuan yang telah ditentukan oleh Organisasi.Kelompok Formal ini
umumnya memiliki aturan dan pembagian tugas yang jelas.Atau bisa dikatakan kelompok formal
adalah kelompok kerja bentukan yang didefinisikan oleh struktur oraganisasi dengan penugasan
kerja yang sudah ditentukan.Perilaku-perilaku yang harus ditunjukan di dalam kelompok ini
ditentukan dan diarahkan ke sasaran organisasi.
Kelompok Formal ini dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Kelompok Komando atau Command Group, yaitu kelompok formal yang terdiri dari
individu-individu dalam organisasi dengan garis komando jelas seperti bawahan yang
harus melapor ke atasannya. Kelompok Komando ini biasanya ditentukan dalam Bagan
Organisasi.
2. Kelompok Tugas atau Task Group, yaitu kelompok formal yang dibentuk untuk
menyelesaikan tugas tertentu. Individu-individu yang bergabung ke dalam Kelompok
Tugas adalah mereka yang dapat bekerjasama dalam menyelesaikan Tugas diarahkan
oleh Organisasi. Contoh Kelompok Tugas dalam perusahaan Manufakturing adalah
membentuk Kelompok Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle) yang tertugas untuk
menangani masala-masalah kualitas.
Kelompok Informal (Informal Group)
Kelompok Informal atau Informal Group adalah Kelompok yang dibentuk oleh anggota
organisasi yang mempunyai kepentingan yang sama. Kelompok Informal ini umumnya tidak
terstruktur secara formal dan tidak ditetapkan secara resmi oleh organisasi. Timbulnya
Kelompok Informal karena adanya tanggapan terhadap kebutuhan akan hubungan sosial.
Kelompok Informal ini dapat dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu :
1. Kelompok Kepentingan atau Interest Group, yaitu kelompok yang dibentuk oleh
individu-individu tertentu dalam organisasi yang memiliki kepentingan sama.
Tahap kedua timbulnya konflik (storming stage)adalah satu dari konflik intra
kelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan
terhadap batasan-batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh
lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini
selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.
Tahap ketiga menyusun norma (norming stage) adalah tahap di mana hubungan yang
dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat
sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming
stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah
mengasimilasi serangkaian ekspektasi umum dan definisi yang benar atas perilaku anggota.
Tahap keempat adalah berkinerja (performing). Pada titik ini struktur telah
sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan
memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada. Untuk kelompok-kelompok kerja yang
permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka.
Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok-kelompok serupa yang
mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap yang terakhir yaitu Tahap yang
kelima pembubaran (adjourning stage). Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri
untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok.
Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas-aktivitas.
Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira,
bersenang-senang dalam pencapaian kelompok tersebut. Lainnya mungkin merasa tertekan atas
kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja
tersebut
Kebanyakan orang yang menginterpretasikan model lima tahap tersebut berasumsi bahwa
sebuah kelompok menjadi semakin efektif seiring kelompok tersebut bergerak melalui empat
tahap pertama. Meskipun asumsi ini mungkin secara umum benar, apa yang membuat sebuah
kelompok efektif adalah lebih kompleks dari yang dikenali oleh model ini. Di bawah kondisi
tertentu, konfliktingkat tinggi mungkin baik untuk kinerja kelompok yang tinggi. Jadi kita dapat
berharap untuk menemukan situasi di mana kelompok-kelompok dalam Tahap 2 berpenampilan
lebih baik dibandingkan mereka yang berada pada Tahap 3 atau 4.
Dengan cara serupa, kelompok-kelompok tidak selalu berproses dengan jelas dari satu
tahap ke tahap selanjutnya. Kadang-kadang, pada kenyataannya, beberapa tahapan berjalan pada
waktu yang bersamaan, seperti ketika kelompok mengalami konflik dan tampil pada waktu yang
sama. Bahkan suatu kelompok terkadang mundur ke tahap sebelumnya. Jadi, pendukung yang
paling kuat dari model ini sekalipun tidak mengasumsikan bahwa semua kelompok mengikuti
proses lima tahap secara tepat atau bahwa Tahap 4 selalu yang paling diinginkan.
Adapun masalah lainnya dari model lima tahap, terkait pemahaman perilaku yang
berhubungan dengan pekerjaan, adalah bahwa model tersebut mengabaikan konteks
organisasional. Misalnya, sebuah penelitian atas awak kokpit dalam sebuah pesawat terbang
menemukan bahwa, dalam 10 menit, tiga orang yang tidak saling mengenal yang ditugaskan
untuk terbang bersama untuk pertama kali menjadi sebuah kelompok yang berkinerja tinggi.
memungkinkan perkembangan kelompok yang sangat cepat ini adalah konteks organisasional
yang kuat yang melingkupi tugas dari awak kokpit. Konteks ini memberikan aturan, definisi
tugas, informasi, dan sumber-sumber daya yang diperlukan bagi kelompok tersebut untuk tampil.
Mereka tidak butuh untuk mengembangkan rencana, menentukan peran-peran, menentukan dan
mengalokasi sumber- sumber daya, memecahkan konflik, dan menentukan norma-norma seperti
yang diramalkan model lima tahap.
Menuju Penjelasan Perilaku Kelompok Kerja Mengapa beberapa upaya kelompok lebih
sukses daripada kelompok lain, namun mencakup variabel-variabel seperti kemampuan anggota
kelompok, ukuran kelompok, tingkat konflik, dan tekanan internal pada anggota untuk
menyesuaikan diri pada norma kelompok. Peraga 7-5 menyajikan komponen- komponen utama
dalam menetapkan kinerja dan kepuasan kelompok. Peraga ini dapat membantu kita dalam
memilah variabel utama dan hubungan antara variabel itu. Kelompok kerja tidak eksis secara
terpencil.
Mereka merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar. Suatu tim riset di divisi
produk plastik Dow, misalnya, harus hidup dalam aturan-aturan dan kebijakan yang
diberlakukan dari kantor pusat divisi itu dan kantor-kantor korporasi Dow. Jadi semua kelompok
kerja dipengaruhi oleh kondisi eksternal dikenakan dari luarnya. Kelompok kerja itu sendiri
mempunyai seperangkat perbedaan dari sumber daya yang ditentukan oleh keanggotaannya. Ini
mencakup hal-hal seperti kecerdasan dan motivasi anggota. Kelompok juga mempunyai struktur
internal yang menentukan peran anggota dan norma-norma. Faktor-faktor ini merupakan sumber
daya anggota kelompok dan struktur menentukan pola interaksi dan proses-proses lain di dalam
kelompok. Akhirnya, hubungan proses kinerja/kepuasan kelompok diperlunak oleh tipe tugas
yang sedang dikerjakan kelompok. Pada halaman berikut, kami memperinci tiap kotak dasar
yang dikemukakan dalam Peraga 7-5.
5.4 Kohesifitas Dalam Kelompok
Robbins (2001) menjelaskan bahwa kelompok atau karyawan yang kohesif ditunjukkan
dari adanya kebersamaan dan interaksi yang intensif antar karyawan. Kohesifitas kelompok
(kekompakkan) erat hubungannya dengan kepuasan anggota kelompok atau karyawan, makin
kohesif karyawan makin besar tingkat kepuasan karyawan. Dalam kelompok atau karyawan yang
kohesif, karyawan merasa aman dan terlindungi, sehingga komunikasi menjadi bebas, dan lebih
terbuka.
4). Meningkatkan status kelompok dan secara anggapan sulitnya menjadi anggota dari
kelompok tersebut.
Penjelasan efek kohesifitas kelompok pada tiga faktor penentu produktivitas pada
lingkungan kelompok:
Para peneliti telah menghasilkan ratusan makalah tentang pengaruh kohesi kelompok
terhadap pada kualitas output kelompok / pengambilan keputusan meskipun "kohesi sebagai
berdampak positif antara anggota kelompok saat ini yang paling umum" (Losh, 2003).
Beberapa peneliti memiliki asumsi bahwa efek kekompakan pada kualitas output untuk
aspek lain dari kelompok seperti norma kelompok dan keanekaragaman. Pengaruh kohesif
tergantung pada norma kelompok (Williams, 1992). Selain itu, penelitian di bidang perilaku
organisasi dan dinamika kelompok secara umum menunjukkan bahwa heterogenitas anggota
biasanya menghasilkan keputusan yang lebih baik dari homogenitas anggota.
Temuan ini didasarkan pada gagasan bahwa meskipun homogenitas kelompok meningkatkan
solidaritas anggota dan keutuhan, ironisnya itu adalah efek positif yang sama yang mengarah
kelompok yang homogen akan akhirnya kurang produktif (Antonio dan Hakuta, 2003).
Salah satu kelebihan kelompok adalah semangat kompetisi dan adanya sistem pemantauan
fisiologis yang memperkenalkan dirinya dalam pengaturan kelompok, memotivasi anggota kelompok
untuk meningkatkan output mereka. Robert Vecchio bersaksi kepada fakta bahwa "memiliki orang
lain di dekatnya cenderung untuk mempermudah kinerja" (Vecchio, 2005).
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
4. Komunikasi Organisasi
1. Jaringan Kelompok Kecil yang
Formal Tiga kelompok kecil umum
:
a. Rantai
Rantai dengan ketat mengikut rantai perintah yang formal atau resmi, jaringan ini
mendekati saluran komunikasi yang akan ditemukan dalam ketiga level
organisasi yang ketat.
b. Roda
Roda bergantung pada sebuah sosok sentral untuk bertindak sebagai saluran
bagi seluruh komunikasi kelompok ini.
c. Seluruh saluran
Seluruh saluran memperbolehkan para anggota kelompok untuk
berkomunikasi satu sama lain secara aktif
2. Kabar selentingan (Gosip)
Jaringan komunikasi informal dalam sebuah kelompok atau organisasi disebut kabar
selentingan. Kabar selentingan atau gossip ini informasi melalui perkataan mulut
dari para rekan mengenai sebuah perusahaan memiliki pengaruh yang penting pada
apakah para pelamar pekerjaan akan bergabung dengan organisasi atau tidak. Kabar
selentingan juga memenuhi kebutuhan dari para pekerja pembicaraan kecil
menciptakan rasa kedekatan dan persahabatan diantara mereka yang berbagi
informasi, meskipun riset menyarankan bahwa hal ini sering kali terjadi dengan
mengorbankan orang – orang yang berada diluar kelompok
3. Mode Komunikasi
a. Komunikasi Lisan
Saran utama dalam menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan. Keuntungan
dari komunikasi lisan adlaah kecepatan dan umpan balik. Kita dapat
menyampaikan sebuah pesan verbal dan menerima tanggapan dalam waktu yang
sedikit. Salah satu kelemahan utama pada komunikasi lisan muncul saat sebuah
pesan harus melewati sejmlah orang, semakin banyak orang semakin besar
resiko terjadi penyimpangan. Contoh komunikasi lisan:
Rapat
Videoconferencing : memungkinkan para pekerja dan klien untuk
melaksanakan pertemuan secara real time dengan orang – orang di lokasi
berbeda. Live audio atau videoimage memungkinkan kita untuk melihat,
mendengar, dan berbicara dengan orang lain tanpa hadir secara fisik
pada lokasi yang sama
Telepon
b. Komunikasi Melalui Tulisan
Komunikasi secara tulisan meliputi surat, e-mail, pesan singkat, organisasional
secara berkala, dan banyak metode lain yang menyampaikan tulisan dengan kata –
kata atau symbol.
Surat : di dalam surat kita dapat menyampaikan
informasi kepada seseorang
Powerpoint : powerpoint sering digunakan bersamaan dengan
presentasi lisan, tetapi daya tariknya sangat intuitif yang dapat berfungsi
sebgai mode komunikasi utama
Email ; pesan email dapat ditulis, di edit, dan disimpan dengan
cepat. Email dapat didistribusikan kepada salah satu atau ribuan
orang
Media social : dalam media social seseorang juga dapat
berkomunikasi seperti contohnya melalui facebook, whatsapp,
Instagram dan social media lainnya
c. Komunikasi Nonverbal
komunikasi non verbal ini meliputi gerakan tubuh, intonasi atau penekanan yang
kita berikan atas kata – kata, ekspresi wajah, serta jarak fisik antara pengirim dan
penerima. Kita mungkin berpendapat bahwa setiap pergerkan tubuh memiliki
arti, dan tidak ada pergerakan secara kebetulan. Kita bertindak di luar keadaan
kita dengan bahasa tubuh nonverbal. Bahasa tubuh dapat menyampaikan status,
tinhkat keterlibatan, dan keadaan emosional. Banyak studi mengindikasikan
bahwa orang akan lebih banyak membaca tingkah laku dan emosi orang lain
melalui isyarat nonverbal mereka dibandingkan melalui kata – kata. Ekspresi
wajah juga menyampaikan makna. Ekspresi wajah seiring dengan intonasi dapat
memperlihatkan kesombongan, keagresifan, ketakutan, perasaan malu, dll
5. Hambatan – Hambatan pada Komunikasi
1. Penyaringan
2. Pemilihan Persepsi
Pemilihan persepsi merupakan hal penting sebab para penerima dalam proses komunikasi
melihat dan mendengar secara selektif berdasarkan pada kebutuhan mereka, motivasi,
pengalaman, latar belakang, dan karakteristik personal lainnya. Para penerima juga
memproyeksikan ketertarikan dan ekspresi mereka ke dalam komunikasi seperti mereka
akan menguraikan isi pesan mereka.
Suatu kondisi di mana informasi yang mengalir masuk melebihi kapasitas pemrosesan
dari seorang individu. Para individu memiliki kapasitas yang terbatas untuk memproses
data. Ketika informasi yang kita miliki harus bekerja melebihi kapasitas pemrosesan kita,
maka hasilnya adalah informasi yang berlebihan
4. Emosi
Para individu yang berada dalam suasana hati positif lebih percaya diri mengenai
opini mereka setelah membaca pesan yang persuasif. Sedangkan suasana hati negatif
lebih cendrung mengkritisi pesan dan lebih terperinci
5. Bahasa
Penggunaan Bahasa diantara masing – masing orang sangat tidak beragam. Jika
kita mengetahui bagaimana masing – masing dai kita memodifikasi Bahasa,
kita dapat meminimalkan kesulitan dalam komunikasi.
6. Keheningan
Keheningan ini terjadi karena ketiadaan informasi. Keheningan para pekerja berarti para
manajer kurang informasi mengenai permasalahan operasional yang sedang berlangsung.
Keheningan mengacu pada diskriminasi, gangguan korupsi, dan kelakuan buruk lainya
7. Kekhawatiran komunikasi
Ketegangan dan kecemasan yang tidak semestinya dalam komunikasi secara
lisan, tertulis, atau kedua – duanya
8. Kebohongan
Hambatan terakhir terhadap komunikasi yang efektif adalah kesalahan penyajian
atas informasi secara sekaligus, atau berbohong.
1. Penyaringan
Untuk mengatasi hambatan penyaringan ini disarankan untuk lebih detail dalam
menerima informasi.
2. Pemilihan Persepsi
Untuk mengatasi hambatan ini dengan meningkatkan kemampuan untuk berempati dan
mengembangkan sikap toleran.
Untuk mengatasi hambatan ini dengan lebih menyaring informasi – informasi yang ada dan
yang relevan agar tidak menjadi informasi yang berlebihan
4. Emosi
Untuk mengatasi ini sebaiknya kita harus rasional dan berpikir objektif agar
menghindara hambatan ini
5. Bahasa
Untuk mengatasi hambatan ini gunakanlah Bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti
6. Keheningan
Untuk mengatasi hambatan ini perbanyak interaksi dan partisipasi kepada orang dan
hidupkan suasana dalam lingkungan tersebut
7. Kekhawatiran Komunikasi
Untuk mengatasi ini perbanyaklah mengetahui informasi dan komunikasi agar tidak
khawatir terhadap komunikasi tersebut
8. Berbohong
Untuk mengatasi ini diharuskan untuk menanamkan sikap kejujuran dan berkomunikasi
secara fakta atau hal yang benar terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins SP, dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat.
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Merupakan kemampuan dalam mengolah informasi yang ada untuk di pilih dan
menentukan mana informasi yang paling optimal,namun kebanyakan orang terlebh
dahulu menguranginya sampai level dimana iya dapat mengerti,dan yang dapat
memberikan solusi cukup atau memuaskan.bisa juga dengan terlebihdahulu
mengidentifikasikan alternatif-alternatif yang mungkin mewakili kriteria yang ditentukan
dan memenuhi level kinerja yang dapat diterima.
Masalah yang di hadapi dalam keputusan rasional terbatas adalah banyak nya masalah
yang tidak memiliki solusi yang optimal,karena tidak cocok dengan model pengambilan
keputusan rasional,dan sulitnya untuk memahami informasi dengan cepat dan optimal.
3. Keputusan Intuisi
Intuisi adalah sebuah pengetahuan atau memahami sesuatu tanpa di pikirkan atau
dipelajari terlebih dahulu(dugaan-dugaan),dalam pengambilan keputusan intuisi hanya
mengaitkan potongan-potongan informasi yang tidak sama,jadi keputusan intuisi tidak
selalu salah atau pun benar.
Masalah yang di hadapi di pengambilan keputusan intuisi adalah tidak dapat diukurnya
dan dianalisis mengenai keputusan tersebut apakan sudah efektif atau optimal.
7.5 Tipologi Dalam Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan kita bisa menggunakan 3 tipologi anatara lain :
1. Pertama ada Gaya otoriter dalam pengambilan keputusan yaitu pengambilan keputusan
yang harus sesuai dengan keinginan pengambil keputusan atau memaksakan kehendak
nya sendiri,walupun dengan cara kekerasan dan selalu beranggapan bahwa keputusan
tersebut sudah paling benar.
Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan mental lebih
cepat mengelola informasi dan memiliki tingkat percaya diri dalam menentukan
keputusan mana yang paling baikt/akura untuk di abil,dan lebih cepat untuk memperbaiki
jika sebelumnya salah dalam mengambil keputusan.
4. Perbedaan budaya
Jadi disetiap organisasi memiliki batasan sampai mana keputusan tersebut dapat di ambil
sehingga ,dalam peng keputusan harus berpatokan pada batasan batasan tersebut dalam
menentukan keputusan yang akan di ambil
6. Evaluasi kinerja
Disini sistem imbalan memiliki pengaruh yang besar dalam organisasi mengambil
keputusana,dimana keptusan yang memberikan keuntungan bagi pribadi itu merupakan
keptusan yang akan di ambil.
8. Peraturan baku
Merupakan sebuah aturan yang di buat oleh organisasi untuk membatasi individu dalam
mengambil keputusan,baik itu berdampak positif atau tidak,sehingga individu hanya
bisa mengambil keputusan sejauh mana tidak terdapat di peraturan.
9. Batasan waktu akibat sistem
Keputusan yang di ambil bisanya memiliki batasan waktu atau tanggal yang sudah di
tentukan oleh sistem,sehingga sebelum menentukan keputusan harus memikirkan
batas waktu yang di tentukan.Sehingga keputusan yang di buat dapat tercapai dalam
waktu yang sudah di tentukan.
7.7 Pengambilan Keputusan Kelompok
A. Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok
Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan
menggabungkan sumber daya dari beberapa individu, maka kelompok akan membawa lebih
banyak input serta heterogenitas ke dalam proses keputusan. Dengan menawarkan keragaman
pandangan yang lebih luas. Hal ini akan membuka peluang untuk mempertimbangkan lebih
banyak pendekatan dan alternatif. Terakhir, kelompok mengarah pada meningkatnya penerimaan
suatu solusi.
B. Kelemahan Pengambilan Keputusan Kelompok
Keputusan kelompok umumnya lebih akurat daripada keputusan rata-rata individu dalam
suatu kelompok.Dalam hal kecepatan, para individu lebih unggul. Jika kreativitas penting,
kelompok cenderung menjadi lebih efektif. Jika efektivitas berarti derajat penerimaan
pencapaian atas solusi final, maka kelompok lebih unggul.
Tetapi kita tidak dapat mempertimbangkan efektivitas tanpa menilai pula efisiensi.
Dengan beberapa pengecualian, pengambilan keputusan kelompok memerlukan lebih banyak
jam kerja daripada individu yang menyelesaikan permasalahan yang sama sendirian.
D. Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok
Terjadi pelanggaran norma untuk kata mufakat atau kesepakatan sehingga untuk mencapai kata
mufakat/kesepakatan akan sulit di dalam kelompok,karna banyak nya pengaruh atau tekanan dari
anggota kelompok. dan pertimbangan moral akan menurun sebagai hasil dari tekanan kelompok.
Kita akan melihat semua gejala pemikiran kelompok:
Para anggota berpegangan teguh terhadap asumsi yang telah mereka buat. Tidak peduli
seberapa kuatnya bukti akan bertentangan dengan asumsi dasar mereka, mereka akan
berperilaku sehingga dapat memperkuat mereka.
Para anggota memeberikan tekanan terhadap para anggota yang masih ragu terhadap
pandangan yang ada di dalam kelompok (menghasut)
Para anggota yang masih memiliki keraguan terhadap suatau pandangan hanya berdiam
diri untuk menghindari penyimpangan sudut pandang di dalam kelompok. Dan bersaha
untuk menghilangkan keraguan yang mereka rasakan.
Terdapat suatu ilusi kebulatan suara. Jika seseorang tidak berbicara, diasumsikan
bahwa dia telah patuh sepenuhnya. Tidak memberikan hak suara berarti dinilai ya
F. Pergeseran Kelompok atau Polarisasi Kelompok
Terdapat perbedaan keputusan kelompok dengan keputusan individu dari para anggota
kelompok. Sehingga menimbulkan Perbedaan kata mufakat/kesepakatan,yang menyebabkan pola
pola di dalam kelompok mengalami perubahan sehingga menghasilkan pergeseran kelompok
kearah yang lebih beresiko atau pun menigkatkan kewaspadaan kelompok.
Kita dapat memandang polarisasi kelompok sebagai suatu kasus khusus dari pemikiran
kelompok. Keputusan kelompok mencerminkkan norma pengambilan keputusan dominan yang
berkembang selama pembahasan. Apakah pergeseran dalam keputusan kelompok mengarah pada
kewaspadaan yang lebih tinggi atau lebih beresiko bergantung pada norma sebelum pembahasan
dominan.
Teknik-teknik dalam Pengambilan Keputusan Kelompok
Bentuk yang paling umum dari pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam kelompok
yang berinteraksi (interacting groups) Kelompok yang para anggotanya saling berinteraksi dan saling
bertatap muka satu sama lain. Kelompok yang saling berinteraksi sering menekan para anggota atau
individu untuk memiliki opini/pendapat yang sama di dalam kelompok.
Keterkaitan Khasus :
contoh nya seperti : jika ada seorang coustemer yang ingin memesan bakso dengan varian
rasa super urat namun persedian bakso tersebut sudah habis maka karyawan disana terlebih
dahulu mucapkan mohon maaf jika persedanya sudah habis ,dan memberikan rekomendasi bakso
varian lain yang menurut nya enak yang tidak kalah enak nya dengan bakso yang diminta oleh
coustemer tersebut atau permasalahan yang juga sering terjadi seperti ,ada seorang coustemer
yang tidak mau antri untuk memesan padahal udh jelas peraturan yang ada di bakso boedjangan
harus antre terlebih dahulu sebelum memesan.Sehingga keputusan yang di ambil karyawan
terlebih dahulu di yang di ambil karyawan tersebut berani iya memprtanggung jawabkan. Jadi di
bakso boedjangan hanya menggunakan 2 faktor yang terdapat di dalam faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu faktor peraturan baku dan kepribadian
Implikasi dalam manajer mengambil keputusan di lihat dari setiap bulanya manajer di bakso
boedjangan memberikan reward kepada para karyawan yang bekerja dengan baik dan memberikan
dampak positif terhadap perusahaan. Yang di lakukan oleh seorang manajer tersebut merupakan
keputusan rasional yang emang pantas di dapatkan/diberkan oleh seorang karyawan tersebut
mengingat manajer memiliki hak sepenuhnya untuk mengawasi atau mengevaluasi kinerja setiap
karyawan, Di bakso boedjangan manajer nya juga tidak membedakan atau memberikan tingkatan
setiap karyawanya baik agama ataupun jabatan,contoh nya itu seperti karyawan di bakso
boedjangan yang berada di bali ada beberapa karyawan yang tidak beragama muslim walupun
pemilik bakso boedjngan beragama muslim keputusan tersebut di ambil oleh manajer mengingat
tidak adanya Perbedaan skill atau dampak negative dari penerimaan karyawan yang bukan
beragama muslim
DAFTAR PUSTAKA
Buku//Perilaku Keorganisasian/Stephen P.Robbins,Timothy A.Judge/Edisi 16
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
1. Teori Keturunan
Bahwa pemimpin yang muncul karena sifat yang dibawanya sejak lahir. Ini
berarti sesorang akan jadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan
bakat kepemimpinan.
2. Teori Pengaruh Lingkungan
Pemimpin dibentuk karena lingkungan hidupnya, bukan karena keturunan. Hal
ini berarti setiap orang mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan
3. Teori Kelompok Campuran
Pempimpin memiliki bakat yang dibawa sejak lahir kemudian berkembang
melalui pendidikan dan pengalaman, terutama dalam berinteraksi dengan
orang lain
3. Teori-teori Kepemimpinan
1) Teori sifat (Traith Teory)
Bahwa pemimpin (yang berhasil) memiliki sifat- sifat tertentu. Ralph Stogdill (dalam
Nimran, 1999) mengidentifikasi. 6 klasifikasi sifat kepemimpinan, yaitu :
a. Karakter fisik
b. Latar belakang sosial
c. Inteligensia
d. Kepribadian
e. Karakteristik hubungan tugas
f. Karakteristik sosial
2) Teori Perilaku
Dari aspek ini ada dua dimensi yang menonjol pada persepsi seorang pemimpin
yaitu, pertama inisiatifnya dalam menentukan dan mengorganisasikan struktur
tugas yang harus dilaksanakan oleh anak buah.
Menurut teori atau model dibawah ini bahwa kinerja kelompok yang efektif
tergantung pada perpaduan yang memadai antara gaya interaksi pemimpin dengan
anak buah dan derajat sejauh mana situasi memberikan kendali dan pengaruh
pada pemimpin itu (Robbins and Coulter, 2004).
Menurut model ini ada tiga onsen dalam situasi kerja yang akan
membantu menentukan gaya kepemimpinan yang paling efektif :
a. Hubungan pemimpin dengan anak buah. Bila pemimpin punya hubungan baik
dengan anak buah atau sebaliknya maka pemimpin tak perlu memakai
wewenang formal.
b. Struktur tugas. Bila suatu tugas terstruktur para karyawan dapat mengerjakan
tugas itu dengan baik
c. Kewibawaan posisi pimpinan. Dalam struktur organisasi, makin tinggi
posisi, maka makin besar wewenang dan kekuasaan, bila makin
kebawah terjadi sebaliknya
5) Teori Alur – Tujuan
Menurut Robbins dan Coulter (2004) teori ini dikembangkan oleh Robert House yang
merupakan sebuah model kepemimpinan situasional yang menyaring unsur – unsur kunci dari
teorip pengharapan tentang motivasi. Artinya perilaku seorang pemimpin itu memotivasi
sejauh bahwa kelakuan itu :
a. Membuat pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif
b. Memberi pelatihan, bimbingan, dukungan dan imbalan – imbalan yang perlu bag
kinerja efektif
5. Peran Pemimpin
Menurut Burt Nanus yang dikutip Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen
Jakarta (1998), seorang pemimpin diharapkan dapat berperan sebagai berikut
perilaku mereka sesuai visi yang telah dirumuskan. Dengan kata lain ia berperan sebagai
mentor, yang menjadikan v sebagai realitas. Menurut Djanalis Djanaid (1996)
peran/fungsi pemimpi adalah sebagai berikut.
1) Sebagai pengambil keputusan.
2) Memotivasi anak buah.
3) Sebagai sumber informasi.
4) Menciptakan inspirasi.
5) Menciptakan keadilan.
6) Sebagai katalisator.
7) Sebagai wakil organisasi.
8) Menyelesaikan konflik.
9) Memberi sugesti pada anak buah.
Menjadi manajer sekaligus pemimpin seperti yang dipaparkan di atas bukanlah hal yang
mustahil. Untuk itu, para manajer perlu mengembangkan diri agar memiliki ciri pribadi
pemimpin yang efektif dalam menjawab tantangan dan lingkungan yang berubah. Ada
juga yang berpendapat bahwa efektivitas atau keberhasilan seorang pemimpin sangat
tergantung pada:
1) keputusan yang diambil apakah sering, tepat dan berdimensi besar bagi organisasi.
2) kemampuannya menjual ide-ide dalam bentuk komunikasi yang persuasif.
3) gaya atau stil kepemimpinannya terutama dalam mempengaruhi orang lain. Gaya
yang ideal adalah demokratif, delegatif dan menyesuaikan dengan situasi anak
buah.
4) sifat-sifat positif yang dimiliki dan mampu dikembangkan dengan mahir.
5) 5) kemampuan menghimpun kekuatan dalam bens wibawa (power), baik yang
bersumber pada position po atau personal power.
6) teknik memotivasi anak buah. Di sini ia harus mampu tampil sebagi motivator yang
tangguh.
7) teknik dalam memecahkan masalah atau konflik/memanajemeni konflik.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi Kepemimpinan
1. Karakteristik Pribadi Pemimpin
Umumnya pemimpin akan mempunyai taraf intelegensi yang lebih tinggi daripada
yang dipemimpinnya. Ia membutuhkan kesanggupan analitis untk dapat melihat
problema yang luas dan hubungan-hubungan yang rumit yang menghadangnya.
Pemimpin juga harus mempunyai keterampilan Bahasa yang baik untuk dapat
memotivasi bawahannya dan untuk dapat berkomunikasi baik dengan orang lain.
Karakteristik lainnya adalah kedewasaan sosial dan skup yang luas. Pemimpin yang
sukses umumnya mempunyai interes dan aktivitas yang luas. Emosional stabil dan
tidak bnyak punya sikap-sikap yang negative. Serta mempunyai rasa percaya diri
yang cukup.
Hal lain yang menyakut karakteristik pribadi adalah pengertian dan sikap positif
tentang orang lain dan menghargai hubungan antar insani, karena melalui orang-
orang lainlah pemimpin dapat menggapai hasil
2. Kelompok yang Dipimpin
Kumpulan daripada karakterisktik pribadi seorang pemimpin seperti yang diuraikan
diatas itu belum apa-apa, sebelum ia menggunakannya sebagai alat untuk
menginterpretasi tujuan yang harus dicapai olehnya.
3. Situasi
Setiap pemimpi akan berfungsi pada situasi manusia, fisik dan waktu. Tiap-tiap
perubahan situasi membutuhkan perubahan dalam macam kemampuan memimpin.
Dengan pengertian bahwa tiap situasi dalah unik, maka untuk tiap situasi dibutuhkan
pemimpin yang spesifik. Jadi seorang pemimpin harus fleksibel serta punya
kemampuan yang dahsyat untuk mengadaptasi diri.
Beranjak dari sini, maka sangatlah besar implikasinya bagi suatu organisasi bila tanpa
didukung oleh manajer-manajer yang memiliki jiwa kepemimpinan yang memadai. Tanadi
Santoso dalam tulisannya dimajalah SWA edisi 12/XVII 13-26 Juni 2002 memberi tip berupa
lima langkah agar seseorang dapat maju menjadi pemimpin Yang lebih baik. Pertama,
mempelajari impian ideal tentang diri sendiri. Ini dapat dilakukan dengan misalnya, mencoba
secara serius berfikir apa yang ingin dicapai 15 tahun mendatang. Memikirkan segala aspek
secara detail, terutama tentang kualitas kepemimpinannya. Kedua, melihat diri sendiri saat ini
secara jujur dan terbuka. Bercermin dan menganalisis secara kritis diri sendiri. Lalu,
menuliskan kualitas apa saja yang belum dimiliki dengan membandingkan keadaan impian
dan kenyataan sekarang. Ketiga, membuat agenda kerja tentang apa yang harus dipelajari dan
dilatih untuk mencapai ideal. Keempat, melangkah melalui pe;atihan, pemikiran, penajaman
perasaan, dan penyempurnaan diri. Kelima, mencari dan mengawasi perubaha dirinya
menuju perbaikan.
Daftar Pustaka
Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi.2009. Perilaku
Keorganisasian. Edisi 2. Graha Ilmu : Yogyakarta
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Konflik merupakan sebuah proses yang dimulai ketika salah satu pihak
memandang pihak lainnya telah memengaruhi secara negative atau akan berpengaruh
secara negative terhadap segala sesuatu hal yang dipedulikan oleh pihak pertama. Konflik
adalah suatu gejala yang sudah merupakan suratan tangan dalam garis kehidupan
organisasi. la merupakan kekuatan besar yang dapat membawa organisasi ke arah positif,
tetapi terkadang dapat memecah belah dan bahkan mampu menghancurkan. Seperti
sumber kekuatan yang lainnya yang dimiliki organisasi, dalam konflik tersimpan suatu
aset besar yang dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk menumbuhkembangkan
organisasi. Sebagai suatu realitas, kehadiran konflik tidak perlu dipandang sebagai suatu
persoalan. Akan lebih berguna apabila dipandang sebagai suatu tantangan yang harus
dijawab secara tepat. Artinya konflik adalah suatu keniscayaan yang adak mungkin
dihindari. Yang dibutuhkan adalah bagaimana mengelolanya secara baik dan benar.
Faktor yang mempengaruhi kinerja antar kelompok adalah adanya koordinasi yang
baik. Factor yang mempengaruhi upaya koordinasi adalah sebagai berikut:
Ardana, Komang, Ni Wayan Mujiati, dan Anak Agung Ayu Sriathi.2009. Perilaku
Keorganisasian. Edisi 2. Graha Ilmu : Yogyakarta
Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge. (2017). Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta.
Jakarta: Salemba empat
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Pengelompokan Dasar Kekuasaan :
1. Kekuasaan Formal. Didasarkan pada posisi seorang individu didalam
organisasi. Ini dapat berasal dari kemampuan untuk memaksa atau memberikan
imbalan atau dari wewenang formal.
Jenis-Jenis Kekuasaan Formal :
a. Kekuasaan Paksaan (Coercive power). Dasar kekuasaan yang bergantung
pada ketakutan atau hasil yang negatif akibat kegagalan untuk
memenuhi.
b. Kekuasaan Imbalan (Reward power). Pencapaian kepatuhan yang
didasarkan pada kemampuan untuk mendistribusikan imbalan yang mana
orang lain memandangnya berharga.
c. Kekuasaan Legitimasi (Legitimate power). Kekuasaan yang diterima oleh
seseorang sebagai hasil dari posisinya didalam hierarki formal suatu organisasi
Kekuasaan Taktik
Cara-cara dimana agar individu akan menerjemahkan kekuasaan yang
mendasari kedalam tindakan-tindakan spesifik
Identifikasi sembilan pengaruh taktik yang berbeda :
1. Legitimasi
2. Bujukan yang rasional
3. Daya tarik yang menjadi sumber inspirasi
4. Konsultasi
5. Pertukaran
6. Daya tarik pribadi
7. Menjilat
8. Tekanan
9. Koalisi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Politik :
Faktor Organisasi :
Faktor Individu :
1. Realokasi sumber
daya
1. Pengawasan diri
2. Kepercayaan yang
sendiri yang tinggi
rendah
2. Tempat kendali
3. Peranan tidak jelas
secara internal
4. Sistem evaluasi
3. Investasi
kinerja yang tidak
organisasional
jelas
4. Alternatif pekerjaan
5. Tekanan kinerja
yang dipandang
yang tinggi
5. Ekspetasi atas
6. diri
Parasendiri
manajer senior
keberhasilan yang mementingkan
Tanggapan orang-orang terhadap politik organisasi :
1. Ketika politik dan pemahaman terhadap politik tinggi, maka kinerja cenderung
akan meningkat karena individu akan melihat tindakan berpolitik sebagai
sebuah peluang. Tetapi, jika pemahaman rendah, maka individu cenderung
untuk memandang politik sebagai sebuah ancaman sehingga memberi dampat
negatif terhadap kinerja.
2. Perilaku politik di tempat kerja memiliki efek yang moderat
terhadap kepemimpinan yang beretika.
3. Para pekerja memandang politik sebagai sebuah ancaman, maka
mereka sering kali memberikan tanggapan dengan perilaku defensif.
Etika dalam Perilaku Berpolitik
Orang-orang yang berkuasa menjadi sangat baik dalam menjelaskan perilaku yang
mementingkan diri senditi dalam hal kepentingan terbaik bagi organisasi. Orang
yang tidak bermoral dapat membernarkan hampir segala perilaku. Ketika berhadapan
dengan dilema etika mengenai politik organisasi, berusahalah untuk
mempertimbangkan apakah bermain politik berharga daripada resikonya dan apakah
yang lainnya akan dirugikan dalam proses tersebut.
- Imbalan Ekstrisik
Adalah jenis imbalan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan tetapi berasal dari
pekerjaan, meliputi :
1) Imbalan finansial. Yang dapat berbentuk gaji, upah, atau bonus.
2) Jaminan Sosial (Fringe Benefit) Jaminan sosial antara lain meliputi :
jaminan hari tua, asuransi tenaga kerja, biaya opname di rumah sakit, biaya
perumahan dan lain sebagainya.
3) Profit- sharing. Profit sharing pada dasarnya mendorong partisipasi dan
prestasi dari para pekerja dengan memberikan bagian tertentu dari laba
perusahaan yang bentuknya bisa berupa kas maupun saham.
4) Penghargaan atau pengakuan. Prestasi yang baik perlu mendapatkan
pengakuan dan penghargaan atas jerih payah karyawan yang telah mereka
sumbangkan pada organisasi.
5) Promosi. Promosi merupakan pemindahan secara vertikal ke jenjang yang
lebih tinggi yang disertai dengan adanya kenaikan tanggung jawab dan
imbalan.
6) Keanggotaan dalam kelompok informal memberikan sejumlah imbalan seperti
kesempatan untuk bergaul, kesempatan untuk memimpin secara informal,
kesempat- an memberikan informasi tentang pekerjaan dengan orang lain dan
mendapatkan perlindungan dari kelompok terhadap manajemen dan orang
lain di luar kelompok.
Imbalan dapat dipakai sebagai dorongan atau motivasi pada suatu tingkat perilaku
dan prestasi, dan dorongan pemilihan organisasi sebagai tempat bekerja. Selain itu,
imbalan juga dapat memenuhi kebutuhan hubungan kerja. Imbalan dapat sebagai penguat
berbagai macam perilaku seseorang. Imbalan memuaskan kebutuhan, mengarahkan pada
proses pembelajaran perilaku baru, dan mengarahkan seseorang pada pemilihan perilaku
alternatif. Peran imbalan terhadap prestasi:
1) Bahwa uang harus dipertimbangkan sebagai tujuan orang bekerja yang mampu
memenuhi kekurangan kebutuhannya.
2) Uang dapat menjadi sumber ketidakpuasan yang potensial jika jumlahnya jauh dari
yang diharapkan, tetapi tidak dapat berfungsi sebagai faktor pemuas.
3) Uang dapat di pandang sebagai alat untuk mencapai hasil yang diinginkan.
4) Uang dapat berfungsi sebagai penguat, jika diberikan kepada seseorang berkaitan
dengan prestasi tertentu.
3. Pendekatan Sistem Imbalan Non Tradisional
Ada empat pendekatan imbalan yang berbeda yang yang belum secara luas teruji
yang dikemukakan oleh Gibson dan kawan-kawan(1996), yaitu sebagai berikut.
1) Tunjungan Model Kafetaria
Melalui model ini karyawan dimungkinkan mengem- bangkan dan mengalokasikan
paket tunjangan yang secara pribadi dianggap menarik oleh mereka. Model ini
menjadi aktual karena pada dasarnya karyawan memiliki variasi keinginan dan
organisasi berkesempatan untuk menawarkan program yang cocok dengan keinginan
karyawan secara individual.
2) Banking Time Off (Menabung Cuti Kerja)
Suatu praktik imbalan yang memungkinkan karyawan memperoleh cuti kerja di
samping cuti lain, yang disebabkan karena yang bersangkutan menorehkan suatu
prestasi. Program ini menjadi menarik bagi pegawai karena cuti adalah sesuatu yang
menyenangkan. Syaratnya organisasi harus memiliki sistem penilaian prestasi
yang saih.
3) Pembayaran berdasarkan Keterampilan
Dalam sistem kompensasi yang tradisional, karateristik pekerjaan (tingkat kesulitan
dan kompleksitas pekerjaan), kondisi pasar tenaga kerja menjadi penentu tingkat
pembayaran karyawan dan rentangnya. Tetapi dalam program pembayaran
berdasarkan keterampilan, pembayaran kepada karyawan tergantung tidak hanya
pada faktor pekerjaan, namunjuga juga terkait dengan tingkat dan ragam
keterampilan yang dimiliki.
4) Gain Sharing (Pembagian Tugas)
Bentuk formula pembayaran imbalan yang didasarkan pada insentif kelompok, di
mana pegawai turut serta berkontribusi dalam perolehan pendapatan organisasi
melalui prestasi aktualnya yang meningkat.
Maka oleh karena itu, menurut pendapat Baron, Gray, dan Denis yang dikutif Gibson
(1985) dalam Indriyo Gitosudarmo. dan I Nyoman Sudita (1997), bahwa pada saat
memaksakan memberikan tindakan hukuman perlu memperhatikan hal - hal seperti :
1) Waktu pemberian hukuman.
Hukuman diberikan segera setelah perilaku yang tidak diinginkan dilakukan.
2) Intensitas hukuman
Hukuman akan mencapai tingkat efektifitas yang lebih besar, jika intensitas hukuman
tersebut cukup kuat.
3) Konsistensi hukuman
Hukuman harus dilakukan secara konsisten terhadap setiap setiap perilaku yang tidak
diinginkan terjadi
4) Kejelasan alasan/klarifikasi
Orang yang dihukum harus mengetahui dengan jelas mengapa mereka dihukum.
Daftar Pustaka
Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge. (2017). Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta.
Jakarta: Salemba empat
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
2. Departementalisasi (Departementalization)
Basis yang mana pekerjaan dalam organisasi dikelompokkan bersama-
sama. Ketika para pekerja telah dibagi kedalam spesialisasi kerja, mereka
harus dikelompokkan sehingga tugas-tugas umum dapat dikoordinasikan.
6. Formalisasi (Formalization)
Hal ini mengacu pada keadaan yang mana pekerjaan didalam organisasi telah
terstandarisasi. Jika suatu pekerjaan sangat terformalisasi, maka yang
berkuasa memiliki sejumlah keleluasaan yang minimal atas apa yang akan
dilakukan dan bagaimana melakukannya. Para pekerja selalu dapat
mengharapkan untuk menangani input yang sama dengan cara persis yang sa
menghasilkan output yang konsisten dan sama.
b. Birokrasi (Bureaucracy)
Suatu struktur organisasi dengan tugas operasional yang sangat rutin yang
dicapai melalui spesialisasi, aturan dan regulasi yang sangat
diformalisasikan, tugas yang dikelompokkan ke dalam departemen
fungsional, otoritas yang tersentralisasi, rentang kendali yang sempit, dan
pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando. Kelebihan dari
struktur ini adalah kemampuannya untuk melakukan aktivitas yang
terstandarisasi dengan cara sangat efisien. Kelemahan dari birokrasi
adalah kepedulian obsesif dalam mengikuti aturan.
c. Struktur Matriks
Suatu struktur organisasi yang menciptakan otoritas ganda dan
menggabungkan antara departementalisasi fungsional dengan
departementalisasi produk. Struktur matriks dapat kita jumpai pada agen
periklanan, laboratorium riset dan pengembangan, perusahaan konstruksi,
rumah sakit, universitas, dan perusahaan konsultasi manajemen. Perusahaan
yang menggunakan struktur menyerupai matriks meliputi ABB, Boeing,
BMW, IBM, dan P&G. Kelebihan dari matriks adalah kemampuannya
untuk memfasilitasi koordinasi ketika organisasi memiliki sejumlah
aktivitas yang rumit dan saling bergantung. Kelemahan utama dari matriks
terletak pada kebingungan dalam menciptakannya, karena
kecenderungannya untuk mendorong perebutan kekuasaan dan tekanan yang
diberikan kepada individu.
Opsi Desain Baru
1. Organisasi Virtual (Virtual Organization)
Organisasi inti kecil yang merupakan sumber luar terbesar fungsi bisnis.
Organisasi virtual sangat tersentralisasi, dengan sedikit atau tidak ada
departementalisasi. Prototipe dari struktur virtual adala perusahaan
pembuatan film saat ini.
Perbedaan Struktur Organisasi
Dua model struktur organisasi ekstrem terdiri dari model mekanistik dan
model organik. Penyebab utama atau penentu dari suatu organisasi :
1. Strategi Organisasi
2. Ukuran Organisasi
3. Teknologi
4. Lingkungan
3. Konsep Mengenai Desain Pekerjaan
Tidak setiap orang lebig memilih struktur organisasi yang bebas dan fleksibel. Dalam
formalisasi yang sangat tinggi, level kemerataan dalam kebijakan dan prosedur formal
formal merupakan predictor kepuasan yang sangat penting. Beberapa orang sangat
produktif dan terpuaskan ketika tugas kerja terstandarisasi dan meminimalkan ketidak
jelasan. Spesialisasi kerja memberikan kontribusi pada produktivitas pekerja yang lebih
tinggi. Untuk memaksimalkan kinerja pekerja dan kepuasan, maka manajer harus
membuat pertimbangan atas perbedaan-perbedaan individu. Efek dari struktur terhadap
perilaku pekerja akan berkurang ketika proses pemilihan memfasilitasi penyesuaian yang
tepat dari karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Lebih lanjut lagi
perusahaan akan berupaya untuk menciptakan, mempromosikan, dan mempertahankan
identitas yang unik dari struktur mereka meskipun para pekerja yang terampil mungkin
akan mengundurkan diri karena perubahan yang dramatis.
Daftar Pustaka
Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge. (2017). Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta.
Jakarta: Salemba empat
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
2. Fungsi budaya
1. Budaya memiliki peran untuk mendefinisikan batasan. Hal ini
menciptakan perbedaan antara salah satu organisasi dengan yang
lainnya.
2. Menyampaikan suatu perasaan akan identitas bagi anggota organisasi
3. Budaya akan memfasilitasi komitmen pada segala sesuatu yang lebih besar
daripada kepentingan diri sendiri/perorangan
4. Mendorong stabilitas dari sistem sosial
5. Merupakan pengambilan perasaan dan mekanisme pengendalian
yang membimbing dan membentuk tingkah laku dan perilaku pekerja
b. Menciptakan Budaya
Sumber utama dari budaya organisasi mengarah pada kebiasaan, tradisi, dan cara
umum organisasi saat ini dalam melakukan sesuatu hal sebagian besar sehubungan
dengan apakah hal ini telah dilakukan sebelumnya dan seberapa berhasilkah
dahulu dalam melakukannya. Penciptaan budaya terdiri dari 3 cara yakni :
1. Para pendiri merekrut dan mempertahankan hanya para pekerja yang
berpendapat dan merasakan hal yang sama dengan yang mereka
lakukan.
2. Mereka menanamkan dan menyosialisasikan cara mereka dalam berfikir
dan merasakan terhadap pekerja.
3. Perilaku dari para pendiri sendiri mendorong para pekerja untuk
mengidentifikasi dengan mereka dan menginternalisasikan keyakinan,
nilai, dan asumsi mereka. Ketika organisasi telah berhasil , maka
kepribadian dari para pendiri menjadi tertanam dalam budaya.
Gaya yang sengit, kompetitif, disiplin serta iklim otoritarian dari
Perusahaan Hyundai menunjukkan karakteristik yang sama dan seringkali
digunakan untuk menggambarkan pendiri Hyundai yakni Chung Ju-
Yung.
c. Mempertahankan Budaya
Ketika suatu budaya telah berada pada posisinya, maka praktik didalam organisasi
mempertahankannya dengan memberikan kepada para pekerja suatu rangkaian
pengalaman yang sama. Proses pemilihan, kriteria evaluasi kinerja, aktivitas
pelatihan dan pengembangan, serta prosedur promosi memastikan bahwa mereka
yang telah direkrut akan sesuai dengan budaya, memberikan imbalan kepada mereka
yang mendukungnya, dan memberikan hukuman bagi mereka yang menantangnya.
Tiga paksaan ini berperan dalam bagian yang sangat penting dalam mempertahankan
suatu budaya :
1. Pemilihan. Tujuan secara eksplisit dari proses pemilihan adalah untuk
mengidentifikasi dan merekrut para individu dengan pengetahuan,
keahlian dan kemampuan untuk bekerja dengan berhasil
2. Manajemen Puncak. Tindakan dari manajemen puncak juga memiliki dampak
utama terhadap budaya organisasi. Melalui kata-kata dan perilaku, para senior
eksekutif menetapkan norma-norma yang menyaring melalui organisasi mengenai
apakah pengambilan resiko yang lebih diinginkan, seberapa banyak
kebebasan yang diberikan para manajer bagi para pekerja, dan lain-lain
3. Sosialisasi. Tidak peduli seberapa baiknya suatu pekerjaan yang dilakukan oleh
organisasi dalam merekrut dan menyeleksi, para pekerja baru memerlukan
bantuan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang berlaku. Kita dapat
berpendapat mengenai sosialisasi sebagai suatu proses dengan tiga tahap yakni,
sebelum kedatangan, pertemuan, dan metamorfosis. Hal ini memiliki dampak
terhadap produktivitas kerja dari pekerja baru, komitmen pada tujuan
organisasi, dan pada akhirnya keputusan untuk tetap bertahan dengan
organisasi
a. Cerita
Sejumlah senior eksekutif Nike menghabiskan sebagian besar waktu mereka
berperan sebagai para pencerita korporat. Mereka berbicara mengenai semangat
inovasi dari Nike. Hal ini membuat para pekerja dapat mempelajari komitemen Nike
untuk membantu para atlet.
b. Ritual
Urutan secara repetitif dari aktivitas-aktivitas yang mengekspresikan dan
menegaskan nilai luhur dari organisasi, yang mana tujuannya sangat penting, yang
mana orang yang penting dan mana yang dapat dihabiskan. Salah satu ritual terbaik
adalah nyanyian dari perusahaan walmart yang dimulai oleh pendiri perusahaan
sebagai cara untuk memotivasi tenaga kerjanya. Nyanyian itu menjadi sebuah ritual
untuk mengikat para pekerja bersama-sama dan menegakkan keyakinan walton
bahwa para pekerja lah yang membuat perusahaan menjadi berhasil.
c. Simbol Material
Tata ruang dari kantor korporat, tipe automobil dari para eksekutif puncak yang
disediakan, dan kehadiran atau ketidakhadiran dari pesawat terbang bagi
korporat merupakan beberapa contoh dari simbol-simbol material.
d. Bahasa
Banyal organisasi dan subunit didalamnya yang menggunakan bahasa untuk
membantu para anggota dalam mengidentifikasikan dengan budaya, membuktikan
penerimaan mereka akan hal tersebut dan membantu melestarikannya,
Daftar Pustaka
Robbins, Stephen P., dan Timothy A. Judge. (2017). Perilaku Organisasi. Edisi 16. Jakarta.
Jakarta: Salemba empat
Ardana, Komang., Mujiati., Sriathi. 2009. Perilaku Keorganisasi. Edisi 2. Graha Ilmu :
Yogyakarta
RMK MANAJEMEN PERILAKU KEORGANISASIAN
DAN KEPEMIMPINAN
Dosen Pengempu : Dr. Made Surya Putra, S.E., M.Si
Disusun oleh :
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana
(2280611005)
Perubahan bersifat universal ( dimana saja, kapan saja, serta dihadapi oleh siapa
saja). Kekuatan-kekuatan yang memicu perubahan dapat bersifat eksternal seperti system
politik,ekonomi,teknologi, pasar dan yang lainnya, ataupun internal seperti
visi,misi,tujuan, kebijakan-kebijakan manajemen dan teknologi baru, serta sikap dan
perilaku para pegawai. Kekuatan baik eksternal dan internal saling berhubungan.
Menurut Indriyo Gito Sudarmo dan Nyoman Sudita ( 1997 ) ada dua yaitu:
1. Dari Dalam:
a. Perubahan nilai kerja
b. Produk using
c. Masalah proses organisasi
2. Dari Luar:
a. Persaingan
b. Perubahan permintaan konsumen
c. Ketersediaan sumber-sumber
d. Teknologi
e. Sosial politik
Menurut Wilson ( 1994 ), Heifetz ( 1995 ) yang dikutip oleh Wustari Mangunjaya
dalam tulisannya “Memanajemeni Perubahan di Organisasi” dalam buku
Pengembangan Kualitas SDM dari Persfektif PIO tahun 2001 juga ada dua yakni:
1. Dari Dalam:
a. Visi, misi, dan filosofi baru
b. Strategi baru
c. Redifinisi core business
d. Restrukturisasi dan reengineering organisasi
e. Kondisi SDM
f. Perubahan budaya organisasi
2. Dari Luar:
a. Kondisi ekonomi
b. Nilai-nilai politik
c. Perubahan kondisi pasar
d. Teknologi baru
e. Peraturan baru
f. Standar dan kualitas baru
Reaksi dan perilaku penolakan menurut Maurer (1996) yang dikutip oleh Wustari
Mangunjaya (2001) dapat dibagi menjadi beberapa katagori sebagai berikut :
5. Agen Perubahan
Robbin, Stephen P., Judge, Timoty A. 2015. Perilaku Keorganisasi. Edisi 16. Penerbit Salemba
Empat
Ardana, Komang., Mujiati., Sriathi. 2009. Perilaku Keorganisasi. Edisi 2. Graha Ilmu :
Yogyakarta