Oleh:
Ni Luh Gede Sari Marta Kyana 2280611005
Dwita
Gekna
Rani
Tari
Gung Ayu
PENDAHULUAN
4. Ukuran organisasi
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu struktur dan desain organisasi.
2. Mengetahui apa itu departementalisasi.
3. Mengetahui bagaimana siklus kehidupan organisasi
4. Mengetahui desain pekerjaan.
5. Mengetahui karakteristik pekerjaan
6. Mengetahui bagaimana pengaplikasian struktur organisasi, desain organisasi,
desain pekerjaan dalam organisasi kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Departementalisasi
Departementalisasi adalah dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan
secara bersama-sama.
3. Rantai komando
Rantai komando adalah garis wewenang yang tanpa putus yang membentang dari
puncak organisasi ke unit terbawah dan menjelaskan siapa yang bertanggung jawab
kepada siapa. Wewenang sendiri merupakan hak yang melekat dalam sebuah posisi
manajerial untuk memberikan perintah dan untuk berharap bahwa perintahnya
tersebut dipatuhi
4. Rentang Kendali
Rentang kendali adalah jumlah bawahan yang dapat diarahkan oleh seorang
manajer secara efisien dan efektif.
5. Sentralisasi – Desentralisasi.
Sentralisasi adalah sejauh mana tingkat pengambilan keputusan terkonsentrasi pada
satu titik di dalam organisasi. Sedangkan desentralasi adalah
6. Formalisasi
Formalisasi adalah sejauh mana pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi
dilakukan.
2. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas birokrasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat formal,
tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional, wewenang
terpusat, rentang kendali sempit, dan pengambilan keputusan mengikuti
rantai komando.
Kekuatan utama birokrasi adalah terletak pada kemampuannya menjalankan
kegiatan-kegiatan yang terstandar secara efisien. Menyatukan beberapa kekhususan
dalam departemen-departemen fungsional menghasilkan skala ekonomi, duplikasi yang
minim pada personel dan perlatan, dan karyawan memiliki kesempatan untuk berbicara
“dengan bahasa yang sama” di antara rekan-rekan sejawat mereka. Sedangkan
kelemahan struktur birokrasi adalah berlebihan dalam mengikuti aturan, tidak ada ruang
untuk modifikasi, kurang inovatif dan birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan
menghadai masalah-masalah yang sebelumnya sudah diatur dengan jelas cara
penyelesaiannya. Artinya, ketika dihadapkan pada permasalahan baru, struktur birokrasi
menjadi tidak efisien lagi karena diperlukan aturan-aturan baru untuk menyelesaikan
permasalah tersebut.
3. Struktur Matrik
Struktur matrik adalah sebuah struktur uang menciptakan garis wewenang ganda
dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan produk. Struktur ini dapat
ditemukan pada agen-agen periklanan, perusahaan pesawat terbang, labolatorium
penelitian, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, dll. Kekuatan departementalisasi
fungsional terletak misalnya pada penyatuan para spesialis , yang meminimalkan jumlah
yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan dan pembagian sumber-sumber
daya khusus untuk seluruh produksi. Sedangkan kelemahannya adalah sulit
mengkoordinasi tugas para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka
selesai tepat waktu dan tepat anggaran.
Karakteristik struktur matrik ialah mematahkan konsep kesatuan komando. Karyawan
yang berada dalam struktur matrik memiliki dua atasan (misal manajer produksi dan
manajer fungsional). Kelemahan utama dari struktur matrik adalah sering menyebabkan
kebingungan yang dapat meningkatkan stres karena ada ambiguitas peran sekaligus
dapat menciptakan konflik.
2.2 Departementalisasi
Suatu organisasi usaha agar memiliki struktur yang cermat perlu dilakukan
departementalisasi, yaitu proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang digunakan
untuk mengelompokkan sejumlah pekerjaaan menjadi satu kelompok dalam suatu
organisasi. Terdapat beberapa macam departementalisasi, yaitu:
1. Departementalisasi fungsional
Departementalisasi fungsional, mengelompokkan sejumlah pekerjaan berdasarkan
fungsi yang dilaksanakan. Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang
paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. kebaikan utama pendekatan
fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-
fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian
organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap
fungsi-fungsi. pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur
fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-
kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan
menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
Kelebihan:
- Pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama. -
Menciptakan efisiensi melalui spesialisasi.
- Memusatkan keahlian organisasi.
- Memungkinkan pengawasan manajemen puncak terhadap fungsi-fungsi yang ada
dalam organisasi.
Kelemahan:
2. Departementalisasi geografis
Departementalisasi geografis, mengelompokkan pekerjaan atau kegiatan – kegiatan
berdasarkan kewilayaan atau geografis dimna operasi berlokasi diman satuan organisasi
menjalan kan usahanya. Kadang- kadang juga disebut departementalissi daerah,
regional, Maksudnya pembagian departemen berdasarkan lokasi untuk di peratnggung
jawabkan tugas masing-masing dalam sebuah orgnisasi.
3. Departementalisasi proses
Departemantalisasi proses, mengelompokkan pekerjaan berdasar arus-arus produk.
Masing-masing departemen proses mengerjakan bagiannya terpisah dari keseluruhan
proses produksi. Maksudnya pembagian departemen berdasarkan
proses pekerjaannya.
4. Departementasi produk
Dengan berkembangnya organisasi formal departemetasi fungsional menjadi semakin
sulit dan tidak praktis lagi. Dalam hal ini, manajemen dapat membentukdivisi-divisi
setengah otonom, yang masing-masing dirancang, memproduksi dan memasarkan
sendiri produk-produknya. Setiap produk atau lini produk dikelola oleh seorang manajer
yang bertanggung jawab kepada direktur organisasi.
5. Departementalisasi pelanggan
Departementalisasi pelanggan, mengelompokkan pekerjaan berdasarkan pelanggan.
Masing-masing dari departemen pelanggan memenuhi kebutuhan produk dan jasa
konsumen tertentu.
Siklus hidup organisasi adalah suatu tahapan perkembangan yang dialami oleh
setiap organisasi beserta kondisi, kesulitan dan masalah-masalah transisi serta implikasi
yang mengikuti dari setiap perkembangan tersebut. Seperti juga kehidupan
organisme, pertumbuhan dan kemunduran setiap organisasi terutama disebabkan oleh
dua faktor, yaitu fleksibilitas dalam merespon setiap perubahan lingkungan dan
kekakuan (controllability) dalam merespon setiap perubahan (Adizes, 1996).
Setiap tahapan-tahapan yang dilalui oleh organisasi akan selalu memunculkan
kesulitan atau masalah yang memerlukan penanganan baik secara internal maupun
intervensi dari pihak luar (eksternal). Tahapan perkembangan organisasi sendiri
sebenarnya dapat diprediksi dan bersifat repetitif (Adizes, 1999). Oleh karena itu,
pemahaman terhadap setiap perkembangan tahapan organisasi memberikan kemampuan
kepada pimpinan organisasi untuk secara proaktif dan preventif dan menyongsong
persoalan-persoalan organisasi di masa datang, atau jika tidak mampu, bagaimana
sebisa mungkin menghindari masalah-masalah tersebut.
Jones (1995) menyatakan bahwa suatu perusahaan akan mengalami suatu siklus
hidup. Ada empat tahapan siklus hidup organisasi yaitu; kelahiran, pertumbuhan,
penurunan, dan kematian.
1. Organizational birth (kelahiran organisasi), dengan memanfaatkan keahlian dan
kompetensi, beberapa orang kemudian dapat menciptakan nilai/ value sehingga
dapat disebut lahirlah sebuah organisasi. Menciptakan nilai, misalnya
menemukan cara baru untuk dapat meraih pasar. Contohnya, kita menjual
produk yang sama, tetapi harga lebih murah, kita membuat kue yang memiliki
cita-rasa lezat yang tidak sama dengan perusahaan sejenis. Contoh tersebut
menunjukkan strategi yang dipilih seperti penawaran harga yang lebih rendah
dari pesaing (low-cost business) dan penawaran produk yang berbeda dari
pesaing (differentiation).
2. Organizational growth (pertumbuhan organisasi), yaitu organisasi yang
mengembangkan keahlian dan kompetensinya. Banyak cara yang dilakukan agar
dapat tumbuh seperti meniru strategi, struktur, dan budaya organisasi yang
telah sukses sebelumnya.
3. Organizational decline (penurunan organisasi), yaitu suatu organisasi yang
gagal dalam mengantisipasi, mengenal, menghindari, menetralisir, atau
menyesuaikan diri dengan tekanan eksternal dan internal yang mengancamnya.
4. Organizational death (organisasi yang mati), yaitu organisasi yang tidak bisa
lagi beroperasi dan beraktifitas lagi. Hal seperti ini sebenarnya yang harus
dihindari dari suatu organisasi.
Desain pekerjaan lebih luas sifatnya dan mempunyai tujuan utama mencocokkan
kebutuhan produktivitas organisasi dengan kebutuhan individu yang mengerjakan
bermacam tugas. Kecenderungan saat ini, tujuan utama desain pekerjaan memberikan
individu pekerjaan berarti yang cocok dan efektif dalam gerak organisasi. Fokusnya
mengubah, menyederhanakan, memperluas, memperkaya, membuat pekerjaan
sedemikian rupa sehingga usaha setiap tenaga kerja lebih sejalan dengan pekerjaan
lainnya.
Ada tiga unsur yang memepunyai kaitan dengan desain pekerjaan, yaitu :
1. Unsur organisasi
Unsur organisasi mempunyai kaitan erat dengan desain pekerjaan yang efisien untuk
mencapai output maksimum dari pekerjaan‐pekerjaan karyawan. Dalam
mananjemen ilmiah yang dikemukakan oleh Fredric Winslow Taylor telah
menetapkan adanya studi yang menyoroti tentang perilaku karyawan di dalam
pelaksanaan kerja. Studinya dinamakan Studi gerak dan waktu (Time and motion
study). Dengan adanya efisinsi di dalam pelaksanaan kerja akan menentukan
spesialisasi yang merupakan kunci dalam desain pekerjaan. Karyawan melakukan
pekerjaan secara kontinyu menyebabkan dia menjadi terspesialisasi, yang
selanjutnya dapat memperoleh output lebih tinggi. Adapun tiga unsur organisasi
yang mempengaruhi desain pekerjaan organisasi, yaitu :
2. Unsur Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi desain pekerjaan adalah tersedianya
tenaga kerja potensial, yang mempunyai kemampuan dan kualifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan dan pengharapan‐pengharapan sosial, yaitu dengan
tersedianya lapangan kerja serta memperoleh kompensasi dan jaminan hidup yang
layak.
3. Unsur Perilaku
1. Otonomi, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, disini bawahan
diberi wewenang untuk mengambil keputusan atas pekerjaan yang dilakukan.
Struktur Organisasi Rumah Sakit (bisa pakai tempat kerjanya kak tari)
Keterangan:
1. Direktur
Direktur rumah sakit mempunyai tugas pokok yaitu membantu dalam penhgelolaan
rumah sakit dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyrakat. Dalam
menyelenggarakan tugasnya, Direktur Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan rumah sakit
2) Penyusunan Rencana Strategik Rumah Sakit
3) Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang kesehatan
3. Bidang Pelayanan
Kepala Bidang Pelayanan mempunyai tugas pokok yaitu merencanakan
operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk menyedia, mengatur, mengevaluasi
dan melaporkan penyelenmggaraan tugas bidang pelayanan.
Dalam menyelenggarakan tugas, Kepada Bidang Pelayanan mempunyai tugas:
1) Penyelenggaraan program dan kegiatan pelayanan medik
2) Penyelenggraan program dan kegiatan pelayanan keperawatan
3) Penyelenggaraan dan pengadaan perlengkapan medik dan non medik.
4. Bidang Penunjang
Kepala Bidang Penunjang mempunyai tugas pokok yaitu merencanakan
operasionalisasi, memberi tugas, memberi petunjuk menyedia, mengatur, mengevaluasi
dan melaporkan penyelenmggaraan tugas bidang penunjang.
Dalam menyelenggrakan tugas Kepala Bidang PEnujang memuliki tugas:
1) Penyelenggaran program dan kegiatan logistic dan diagnostic
2) Penyelenggaran program dan kegiatan pelayanan sarana dan prasarana
3) Penyelenggaran program dan kegiatan pengendalian instalasi
4) Penyusunan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnostik
5) Pelaksanaan program dan kegiatan seksi Logistik dan Diagnstik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Budi Santoso,Suryo. Siklus Hidup Organisasi. Ekuitas Vol.9 No.1 Maret 2005: 17 – 34.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta:
Erlangga.
Michael, Duane, Robert. 1995. Manajemen Strategis “Menyongsong Era Persaingan dan
Global”. Jakarta: Erlangga.
Sultan, Irawati, Sulfakar. 2010. Analisis dan perencanaan pekerjaan.
(http://www.slideshare.net/sultanmuhjay01/analisis-dan-perencanaan pekerjaan).
(Diakses pada 24-05-2015).
http://teorionline.wordpress.com/2015/03/10/karakteristik-pekerjaan-job characteristic/
(Diakses pada 24-05-2015).
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2007/12/model-karakteristik-pekerjaan-job.html?
m=1(Diakses pada 24-05-2015).
www.tarqumaziz.blogspot.com/2014/11/budaya-organisasi.html (Diakses pada tanggal 22
Mei 2015)