Pengorganisasian
Dan Struktur Organisasi
Bab ini secara menyeluruh, diharapkan mahasiswa/mahasiswi mampu memahami hal-hal
sebagai berikut:
Pengambilan keputusan terkait desain organisasi
Pembagian kerja, departementalisasi, hirarki dan kordinasi.
Faktor utama dalam desain organisasi
Konsep dasar struktur organisasi.
PENGERTIAN PENGORGANISASIAN
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah tersebut
dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini :
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling
efektif sumber daya-sumber daya keuangan, fisik, bahan baku dan tenaga kerja
organisasi.
34
2. Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap
pengelompokan diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang
untuk mengawasi anggota-anggota kelompok.
3. Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan jabatan, tugas-tugas dan para
karyawan.
4. Cara dalam mana para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus
dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang
diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi (disain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-
mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan
kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi,
bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan,
tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan
kerja.
35
Adapun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah
sebagai berikut
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. (Chandler2) telah menjelaskan
hubungan strategi dan struktur organisasi dalam studinya pada perusahaan-
perusahaan industri di Amerika.
2. Dia pada dasarnya menyimpulkan bahwa "struktur mengikuti strategi".
Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran
komunikasi dapat disusun di antara para manajer dan bawahan. Aliran kerja
sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila strategi berubah maka struktur
organisasi juga berubah.
3. Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk
memproduksi barang barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur
organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil yang mempergunakan teknologi
industri masal akan memerlukan tingkat standardisasi dan spesialisasi yang lebih
tinggi dibanding perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan per-
ubahan mode.
4. Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka untuk
bekerja sama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi.
Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga akan mempengaruhi
saluran komunikasi, wewenang dan hubungan di antara satuan-satuan kerja
pada rancangan struktur organisasi. Di samping itu, orang-orang di luar
organisasi, seperti pelanggan, supplier, dan sebagainya perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan struktur.
5. Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan-
satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi. Semakin besar
ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus dipilih
bentuk struktur yang tepat.
PEMBAGIAN KERJA
Tujuan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan di mana individu-individu tidak
dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang bekerja bersama secara
kooperatif dan dikoordinasikan dapat mencapai basil lebih daripada dilakukan
perseorangan. Konsep ini disebut synergy. Tiang dasar pengorganisasian adalah prinsip
pembagian kerja (division of labor) yang memurigkinkan sinergi terjadi. Sebagai
contoh, pembagian kerja dalam team sepak bola, di mana ada manajer tim, kepala
36
pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang dan pemain lainnya. Pembagian
kerja ini efektif karena bila hanya komponen kecil dari pekerjaan yang
dilaksanakan, kualifikasi personalia yang rendah digunakan, dan latihan jabatan lebih
mudah. Gerakan-gerakan dan perpindahan yang percuma dari komponen pekerjaan
yang besar diminimumkan. Lebih dari itu, pembagian kerja mengarahkan penanaman
pada peralatan dan mesin-mesin yang efisien untuk meningkatkan produktivitas. Namun
demikian, beberapa penulis telah menunjukkan adanya konsekuensi-konsekuensi pada
perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu dilaksanakan
secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, monoton dan kehilangan
motivasi yang dapat menghasilkan ketidakefisienan dan bukan efisiensi.
Bagan organisasi menggambarkan limaaspek utama suatu sturktur organisasi yang secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja. Setiap kotak menunjukkan individu atau satuan organisasi
mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu dan tingkat
spesialisasi yang digunakan.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah. Rantai perintah menunjukkan
hubungan wewenang – tanggung jawab yang menghubungkan atasan dan
bawahan dalam keseluruhan organisasi. Aliran ini dimulai dari jenjang
organisasi yang tertinggi sampai karyawan terendah dalam organisasi, seperti
terlihat pada Gambar 5.1. dan Gambar 5.2. Oleh karena itu, setiap anggota
organisasi mempunyai suatu kaitan dengan manajer - puncak organisasi. Dalam
hal ini prinsip kesatuan perintah harus jelas, di mana setiap karyawan
menerima tugas dan pelimpahan wewenang hanya dari seorang manajer dan
melaporkan pertanggung jawaban juga hanya kepada seorang manajer.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan. Label dan deskripsi pada tiap kotak
menunjukkan pekerjaan organisasional atau tanggung jawab yang berbeda.
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan bagan menunjukkan
atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagidasar fungsional atau
divisional atau lainnya (departementalisasi).
5. Tingkatan manajemen. Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan
bawahan tetapi juga keseluruhan hirarki manajemen.
Seberapa luas tingkat spesialisasi kerja dalam organisasi dapat diperkirakan dengan
membaca label-label yang menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang berbeda
danbagaimana tugas-tugas dikelompokkan. Garis menunjukkan rantai perintah yang
merupakan aspek kunci koordinasi dalam setiap organisasi. Bagan juga dapat
menunjukkan besarnya (size) dari organisasi, tetapi tanpa informasi tambahan akan
menimbulkan gambaran yang tidak jelas.
37
Keuntungan dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi subyek perdebatan cukup
lama di antara para penulis manajemen. Salah satu keuntungannya adalah bahwa
karyawan dan lain-lain diberi gambaran bagaimana organisasi disusun. Manajer,
bawahan dan tanggung jawab digambarkan dengan jelas. Bila seseorang dibutuhkan
untuk menangani suatu masalah khusus, bagan menunjukkan tempat di mana orang itu
dapat ditemukan. Proses pembuatan bagan juga memungkinkan manajer mengetahui
dengan tepat kelemahan-kelemahan organisasi, seperti sumber-sumber potensial
terjadinya konflik atau bidang-bidang di mana duplikasi yang tidak diperlukan terjadi.
Kelemahan atau kekurangan utama bagan adalah masih banyak hal-hal yang tidak jelas
atau tidak ditunjukkan. Bagan, sebagai contoh, tidak menunjukkan seberapa besar
tingkat wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajerial. Bagan juga tidak
menunjukkan hubungan-hubungan informal dansaluran komunikasi, di mana organisasi
tidak dapat berfungsi secara efisien tanpa hal-hal itu.
38
Gambar 5.2. Hierarki Horizontal
DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi sebagaimana telah diterangkan di muka, merupakan proses
penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melaku-
kan bermacam jenis pekerjaan yang telah dikategorikan berdasarkan faktor-faktor
tertentu. Dalam mendesain organisasi, khususnya dalam proses departementalisasi
sebagaimana diuraikan di muka, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh
organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkan
pelanggan, berdasarkan geografis dan berdasarkan matriks.
Pendekatan Fungsional
Penentuan sub-sub bagian dari organisasi atau proses departementalisasi yang
pertama adalah berdasarkan fungsi (functional departmentalization). Berdasarkan
pendekatan ini, proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi
tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi bisnis
misalnya, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi produksi, ada peketjaan-
pekerjaan yang terkait dengan pelanggan atau pasar, sehingga dinamakan dengan fungsi
pemasaran, dan lain sebagainya. Pada Gambar 5.3. ditunjukkan contoh sebuah desain
organisasi melalui departementalisasi yang dibentuk berdasarkan pendekatan
fungsional.
39
Gambar 5.3.
Contoh Departementalisasi Berdasarkan Fungsi
Seperti yang ditunjukkan oleh garis terputus-putus dalam gambar di atas, setiap bagian
dalam struktur organisasi dibentuk untuk menjalankan berbagai fungsi yang terkait
dengan kegiatan bisnis perusahaan PT ABC. Bagian Keuangan, Produksi, Pemasaran
dan SDM memiliki fungsi yang khas dalam setiap pekerjaan bisnisnya. Dan, setiap
bagian tersebut secara lebih rinci diturunkan menjadi subbagian promosi dan penjualan
(bagian Pemasaran), produksi dan pergudangan (bagian Produksi) serta rekrutmen dan
seleksi dan pelatihan dan pengembangan (bagian SDM).
Pendekatan Produk
Pendekatan kedua dalam departementalisasi adalah berdasarkan produk atau
product departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-
bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh
organisasi. Sebagai contoh, PT ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk
susu, sabun mandi, pasta gigi, hingga mi instan, maka di bawah bagian produksi dapat
juga dibuat subbagian.
40
Gambar 5.4.
Contoh Departementalisasi Berdasarkan Produk
Bagian-bagian produk susu, sabun mandi, pasta gigi, dan mi instan, seperti ditunjukkan
dalam gambar melalui garis putus-putus, merupakan contoh departementalisasi
berdasarkan produk. Pada pelaksanaannya, departementalisasi berdasarkan produk ini
tidak selalu harus berada di bawah bagian tertentu dalam struktur organisasi tertentu,
akan tetapi juga dapat dibuat tersendiri dalam suatu organisasi. Seperti misalnya
ditunjukkan dalam gambar dibawah.
Gambar 5.5
Departementalisasi Berdasarkan Produk
41
`
Pada gambar diatas tersebut jelas bahwa bagian-bagian fungsional seperti Pemasaran,
Produksi, Keuangan dan SDM tidak selalu harus berada di atas subbagian berdasarkan
produk, akan tetapi juga dapat menjadi subbagian dari departemen berdasarkan produk.
Pendekatan Pelanggan
Pendekatan ketiga dalam departementalisasi adalah berdasarkan pelanggan atau
customer departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian
dalam organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran
pelanggan dari organisasi. Sebagai contoh, jika produk sabun mandi dari PT ABC di atas
ternyata tidak hanya satu, tetapi ada saburi mandi untuk bayi, anak, remaja, dan
dewasa, maka bentuk desain organisasi dapat dibuat sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar berikut ini.
Gambar 5.6.
Departementalisasi Berdasarkan Pelanggan
Pendekatan Geografis
Pendekatan keempat dalam departementalisasi adalah berdasarkan faktor geografis.
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan
berdasarkan wilayah geografis di mana organisasi beroperasi. Jika PT ABC memiliki
daerah penjualan di empat daerah, misalnya Jakarta, Bandung, Makassar dan Medan,
maka desain organisasi yang dapat dibentuk adalah sebagaimana ditunjukkan oleh
Gambar berikut:
42
Gambar 5.7.
Departementalisasi Berdasarkan Geografis
Berdasarkan gambar di atas, tampak bahwa wilayah penjualan dari PT ABC mencakup
empat daerah sebagaimana disebutkan di atas. Agar penjualan lebih dapat
terkonsentrasi dan disebabkan karakteristik pelanggan dan lingkungan di wilayah
geografis berbeda-beda, maka departementalisasi berdasarkan geografis bisa dilakukan.
Pendekatan ini tidak saja dilakukan untuk menentukan bagian atau departemen di
bawah bagian penjualan, tetapi juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis organisasi
lainnya. Organisasi yang memiliki berbagai cabang di berbagai daerah biasanya
melakukan desain organisasi berdasarkan pendekatan ini. Perusahaan perbankan juga
termasuk ke dalam organisasi yang melakukan departementalisasi berdasarkan geografis
dikarenakan perusahaan perbankan mengandalkan kantor-kantor cabangnya dalam
meraih pangsa pasarnya.
Pendekatan Matriks
Pendekatan departementalisasi terakhir yang diperkenalkan dalam buku ini adalah
pendekatan matriks. Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses departementalisasi
yang menggabungkan antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, misalnya
berdasarkan proyek tertentu, produk tertentu ataupun berdasarkan pendekatan lainnya.
Setiap pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam kenyataannya juga
merupakan bagian dari sebuah proyek tertentu atau bagian pekerjaan yang lain dari
perusahaan. Jika kita kembali menggunakan contoh PT ABC tersebut di atas, dan
melakukan penyesuaian desain organisasinya menjadi bentuk matriks, maka desain
organisasi yang dapat dibuat adalah seperti ditunjukkan dalam gambar dibawah berikut
ini.
Irisan kedua bagian ini digambarkan melalui lingkaran atau bentuk lonjong sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 8.11. Berdasarkan pendekatan ini tenaga kerja tidak saja
bertanggung jawab dan berkoordinasi kepada atasan fungsionalnya saja, tetapi juga
kepada pimpinan proyek di mana tenaga tersebut terlibat.
Gambar 5.8.
Departementalisasi Berdasarkan Matriks
44
dimiliki dan dihadapi oleh organisasi.
45