Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STRUKTUR ORGANISASI

DAN BUDAYA ORGANISASI


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Bisnis
Dosen Pengampu Agustinus Doedyk Setiawan

Disusun oleh:

Nur Aisyatun Nisa (193101028)

Administrasi Bisnis 1D

Program Studi Administrasi Bisnis

Jurusan Administrasi Bisnis

Politeknik Negeri Madiun

Tahun Akademik 2019/2020


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian organisasi dalam arti statis merupakan suatu bagan atau rangka yang
berwujud yang bergerak demi tercapainya tujuan bersama, dalam istilah lain sering
disebut sebagai struktur atau bentuk organisasi. Jadi struktur organisasi itu sendiri
merupakan manifestasi (bentuk nyata) organisasi yang menunjukkan hubungan
antara fungsi-fungsi otoritas dan tanggung jawab yang saling berinteraksi dari
orang –orang yang yang diberi tugas dan tanggung jawab atas setiap aktivitas
tertentu. Jadi, organisasi dalam arti dinamis lebih cenderung disebut sebagai suatu
alat, sedangkan dalam arti statis lebih cenderung disebut organisasi sebagai suatu
wadah.

Struktur organisasi menggambarkan susunan dan hubungan antara tiap bagian


serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di inginkan.
Struktur organisasi begitu kompleks kerena perlu dibuat dan dirancang sedemikian
rupa agar orang lain khususnya karyawan dapat mudah mengerti melihat secera
lebih utuh.

Istilah budaya organisasi dengan mengacu pada budaya yang berlaku dalam
perusahaan, Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang
oleh sebuah organisasi. Budaya organisasi sangat penting karena mampu
mempengaruhi kinerja perusahaan. Budaya organisasi merupakan faktor penting
dalam menentukan sukses atau gagalnya organisasi.
BAB II

DASAR TEORI

2.1 STRUKTUR ORGANISASI

Desain dan struktur Organisasi merupakan faktor penting yang


mempengaruhi perilaku individu dan kelompok-kelompok yang ada di dalam
organisasi. Berbagai perusahaan yang terjadi dalam manajemen dalam lingkungan
bisnis global saat ini merupakan alasan utama desain dan struktur menjadi lebih
diperhatikan.

Dalam konteks desain organisasi, ivancevich (2008) mendefinisikannya


sebagai proses penetuan keputusan untuk memilih alternatif kerangka kerja jabatan,
proyek pekerjaan, dan departemen. Dengan demikian, keputusan atau tindakan-
tindakan yang dipilih ini akan menghasilkan sebuah struktur organisasi.

Struktur organisasi menurut Robbins dan Coulter (1999) adalah kerangka


kerja formal organisasi dengan mana tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi dan
dikoordinasikan. Pengertian tersebut dapat diilustrasikan sebagaimana halnya

manusia yang mempunyai kerangka yang menentukan bentuk mereka, organisasi


mempunyai struktur yang menentukan bentuknya. Dalam mendesain struktur
organisasi, manajer perlu memperhatikan unsur-unsur penting yang harus
ditunjukkan dalam struktur, yaitu; (1) spesialisasi kerja, (2) departementalisasi, (3)
rantai komando, (4) rantai kendali, (5) sentralisasi dan desentralisasi, dan
formalisasi.

Struktur organisasi menggambarkan susunan dan hubungan antara tiap


bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapkan dan di
inginkan. Struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan
pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan
fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan
siapa melapor kepada siapa,jadi ada satu penanggungjawab apa yang akan di
kerjakan.
Dengan demikian, struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu
sistem atau jaringan kerja terhadap tugas-tugas, sistem pelaporan, dan komunikasi
yang menghubungkan secara bersama pekerjaan individual dan kelompok. Oleh
karena itu, sebuah struktur organisasi hendaknya mengalokasikan pekerjaan
melalui sebuah divisi pekerjaaan dan menyediakan koordinasi dari hasil-hasil
kinerja sehingga sasaran organisasi terlaksana dengan baik. Bentuk dari
pengalokasian pekerjaan tersebut dapat digambarkan ke dalam suatu struktur
organisasi atau bagan organisasi.

Beberapa faktor yang menentukan perancangan suatu struktur organisasi


dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Besar kecilnya organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan


maupun satuan-satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur
organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, maka struktur organisasi akan
semakin kompleks, demikian juga sebaliknya.
2. Strategi organisasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandler pada
perusahaan-perusahaan industri di Amerika menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara strategi dan struktur. Ia menyimpulkan bahwa struktur
mengikuti strategi.
3. Teknologi. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
barang-barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi.
Perusahaan yang menggunakan teknologi modern akan memerlukan
struktur yang kompleks dibanding perusahaan dengan teknologi tradisional.
4. Karyawan. Tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
karyawan juga mempengaruhi bentuk struktur dari organisasi.

2.1.1 Proses Pengembangan Struktur Organisasi

Untuk memperjelas polah hubungan kerja, penentuan rentang kendali, dan


pengelompokan pekerjaan (departemen), perusahaan perlu menyusun struktur yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Bagaimana cara perusahaan membuat
struktur organisasi? Banyak perusahaan mengalami kesulitan ketika melakukan
proses penyusunan struktur organisasinya.

Permasalahan pertama adalah pertumbuhan organisasi yang tidak


direncanakan sebelumnya. Dimana organisasi memaksa karyawan untuk belajar
menjalankan banyak fungsi dan lintas batas. Akibatnya fungsi koordinasi dan
instruksi lebih banyak mengarah kepada pimpinan puncak dan menyebabkan
organisasi gagal untuk mengembangkan fungsi tanggung jawab yang profesional
pada diri karyawannya.

Permasalahan kedua adalah kelalaian dalam melakukan proses investasi


pengembangan sumber daya manusia. Dimana perusahaan memberikan toleransi
yang terlalu tinggi pada individu karyawan yang mengakibatkan fungsi-fungsi
manajemen menengah tidak dapat berkembang secara optimal dan akibatnya fungsi
serta alir struktur menjadi tidak beguna dan struktur hanyalah formalitas da atas
kertas saja.

Permasalahan ketiga adalah alpanya perusahaan untuk melakukan proses


perbaikan alir proses. Suatu konsep manajemen yang dibuat tanpa sistem yang kuat
dan konsisten sehingga mengakibatkan proses menjadi lebih banyak dijalankan
dalam mekanisme verbal dan subjektif.

Berikut adalah langkah-langkah atau tips dalam menyusun atau


mengembangkan struktur organisasi. Lalu langkah apa yang sangat diperlukan
organisasi atau perusahaan ketika akan melakukan proses perbaikan pengembangan
struktur.

Tips Pertama: Identifikasi Business Process. Pelajari bisnis operasional


perusahaan anda secara tepat dan efektif. Buatlah pemetaan proses secara tepat yang
kemudian berguna untuk memastikan bahwa penetapan proses operasional
perusahaan anda dikelompokkan ke dalam satuan fungsi yang menjelaskan alir
proses. Pengelompokkan ini kemudian dibagi menjadi beberapa levelling penetapan
dalam organisasi yang kemudian disebut sebagai struktur organisasi.

Tips Kedua: Lakukan Penetapan Struktur Organisasi sesuai dengan Strategi


Perusahaan. Tetapkan framework yang kuat terkait dengan proses pengembangan
dan operasional dari strategi tersebut. Misalnya, perusahaan dengan karakteristik
company of sales manufacturing. Jangan membuat konsep sebaliknya, dimana
struktur organisasi justru dibuat di awal baru kemudian dikembangkan strategi
perusahaan.

Tips Ketiga: jangan Mempertimbangkan Potret Perusahaan Saat Ini. Banyak


perusahaan takut untuk menyusun struktur organisasi yang ideal karena
pertimbangan kondisi kompetensi SDM perusahaan yang ada pada saat ini.
Misalnya, kompetensi SDM yang belum mumpuni untuk mengakomodasi jalur
koordinasi ataupun fungsi instruksi. Jangan takut, tetapkan ideal sesuai strategi dan
kemudian tetapkan konsep pengembangan SDM lanjutan agar dapat
mengakomodasi struktur, tetapkan pelatihan dan pengembangan yang tepat dalam
struktur perusahaan yang ada saat ini.

Tips Keempat: Tetapkan Fungsi Perencana dan Fungsi Eksekutor. Struktur yang
tepat dapat memisahkan posisi dengan fungsi perencana dan fungsi eksekutor,
sehingga secara otomatis, fungsi ini dapat berperan secara maksimal dalam
mengoptimalkan output kinerja perusahaan yang ada. Bagaimana proses dan
konsep pengembangan fungsi operasional menjadi suatu bentuk pengembangan
kinerja perusahaan yang tepat. Fungsi perencana harus ditetapkan untuk
memastikan proses yang dijalankan oleh eksekutor masih berada pada batasan
operasional yang ditetapkan dalam Standard Operating Procedure.

Tips Kelima: Alir Instruksi dan Alir Proses. Hal yang sangat penting dalam
menetapkan struktur adalah melakukan proses perencanaan dan pengembangan
terkait dengan status alir instruksi dan alir proses yang tepat untuk dijalankan.
Bagaimana suatu konsep alir instruksi menjadi suatu pedoman yang kuat
terjelaskan dalam struktur, sehingga tidak menjadi suatu ketidakkonsistenan antara
alir instruksi yang ditetapkan dalam proses dan yang ditetapkan dalam struktur
organisasi.

Proses pengembangan dan penerapan terhadap status operasional


penyusunan struktur organisasi bukanlah sesederhana yang dibayangkan oleh
banyak perusahaan. Manajer perlu membuat pertimbangan yang matang sebelum
dilakukan penetapan struktur agar status pengembangan perusahaan tidak
mengalami permasalahan yang krusial. Ada baiknya untuk melakukan komunikasi
referensi eksternal ataupun konsultasi untuk melakukan proses komunikasi dan
konsultasi eksternal.

2.1.2 Unsur-Unsur Struktur Organisasi

Struktur organisasi menunjukkan kerangka/susunan pola hubungan diantara


fungsi-fungsi/bagian atau posisi orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Unsur-unsur
yang terkandung di dalam struktur organisasi itu adalah: spesialisasi kerja,
standardisasi, sentralisasi/desentralisasi pembuatan keputusan dan ukuran (besaran)
satuan kerja.

Unsur-unsur struktur organisasi yang dimaksud yaitu:

1. Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individu dan


kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-
tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi).
2. Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan
organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang
direncanakan.
3. Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan kerja dalam organisasi.
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang menunjukan
letak kekuasaan pembuatan keputusan apakah terpusat (sentralisasi) atau
tidak (desentralisasi).
5. Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok
kerja.

2.1.3 Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi

Hubungan fungsional dan non formal yang terdapat dalam suatu organisasi
dapat dilihat dari adanya hubungan kerja yang berbentuk dengan hubungan lalu
lintas wewenang, hak dan tanggung jawab. Dalam hal ini, hubungan kerja tersebut
bisa diamati dari struktur organisasi yang bentuknya sebagai berikut:

1. Struktur Organisasi Garis

Bentuk struktur organisasi semacam ini biasanya digunakan pada lembaga


atau perusahaan yang sederhana dan kecil. Hal ini dibutuhkan untuk
mengambil tindakan dan keputusan yang cepat. Garis dalam hal ini diartikan
sebagai garis atau jalur ke atas dan ke bawah, bukan ke samping. Ke atas
sebagai jalur pelaporan tanggung jawab, sedangkan ke bawah adalah
sebagai jalur pendelegasian tugas atau wewenang. Jadi, fungsi yang di
bawah adalah fungsi pertanggungjawaban langsung kepada atasan setingkat
lebih tinggi.

Ciri-ciri struktur organisasi garis:

(a) Digunakan bagi organisasi yang masih sederhana dan kecil.

(b) Jumlah antar tenaga kerja atau karyawan sudah dapat saling kenal.

(c) Spesialisasi kerja masih belum tinggi.

(d) Digunakan bagi lembaga yang masih membutuhkan keputusan yang cepat.

Kelebihan struktur organisasi garis:

(a) Kesatuan komando dapat dengan mudah dilakukan karena di bawah satu
komando.

(b) Pengambilan keputusan bisa lebih cepat.


(c) Rasa solidaritas antar karyawan tinggi.

Kelemahan struktur organisasi garis:

(a) Seluruh tenaga kerja biasanya selalu tergantung pada seorang pemimpin,
sehingga jika pemimpin berhalangan maka organisasi dapat mengalami kemacetan.

(b) Dapat menimbulkan sifat otokrasi pada pemimpin.

(c) Dilihat dari mekanisme kepemimpinan, bagi karyawan terciptanya kesempatan


untuk berkembang.

2. Struktur Organisasi Fungsional


Struktur organisasi fungsional adalah suatu bentuk susunan organisasi yang
memberikan gambaran bahwa pembagian tugas dan kewenangan disusun
menurut fungsi-fungsi pekerjaan tertentu yang dibutuhkan. Pembagian
fungsi-fungsi pekerjaan tersebut dijabarkan dan dialokasikan menurut
kebutuhan dan ruang lingkup pekerjaan yang ada pada suatu organisasi.

Kelebihan struktur organisasi fungsional:

(a) Pengelompokan tugas-tugas menjadi lebih jelas.

(b) Spesialisasi karyawan dapat lebih dikembangkan.

(c) Pembagian bidang-bidang tugas memungkinkan dijabat oleh orang-orang yang


ahli dalam bidangnya.

Kelemahan struktur organisasi fungsional:

(a) Tour of duty sulit dilakukan karena spesialisasi pekerjaan.

(b) Koordinasi menjadi lebih sulit dilaksanakan karena karyawan mementingkan


spesialisasi masing-masing.
3. Struktur Organisasi Garis dan Staff
Struktur organisasi ini hampir sama dengan struktur organisasi garis. Hanya
di dalamnya terdapat staf ahli, yang berfungsi sebagai penasehat yang
memberikan konsultasi mengenai kebijaksanaan dan langkah tertentu atau
staf ahli yang berfungsi sebagai pembantu pimpinan perusahaan dalam
manajemen.

Kelebihan struktur organisasi garis dan staff:

(a) Dengan staf ahli, keputusan yang diambil akan lebih baik.

(b) Penempatan karyawan dapat dilakukan lebih cepat.

(c) Bentuk struktur ini dapat dilakukan oleh organisasi yang lebih besar.

Kelemahan struktur organisasi garis dan staff:

(a) Solidaritas antar karyawan relatif sangat sulit direalisasikan.


(b) Koordinasi pekerjaan agak sulit diadakan karena susunan organisasi ini lebih
kompleks.

4. Struktur Organisasi Fungsional dan Staff


Yaitu struktur organisasi fungsional sebagaimana disebutkan dimuka,
ditambah adanya staf ahli yang membantu pimpinan dalam usaha
mengambil kebijaksanaan manajemen perusahaan.

5. Struktur Organisasi Proyek


Struktur organisasi proyek disusun atas dasar pembentukkan tim-tim khusus
biasanya masing-masing adalah para spesialis yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan mencapai tujuan-tujuan khusus pula. Pucuk pimpinan
dalam operasional memiliki wewenang lini dalam usaha menjelaskan
kepemimpinannya untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu. Jika proyek
telah selesai, maka tim-tim tadi dibubarkan.
6. Struktur Organisasi Matriks
Organisasi matriks adalah organisasi yang susunannya ditandai denan
adanya dua klasifikasi. Pertama, berlaku pada lini pertama dan kedua, yang
pelimpahan wewenang bersifat fungsional dan divisional. Alur wewenang
dan pertanggungjawaban bersifat vertikal. Klasifikasi kedua, berlaku pada
lini staf yang berada di bawah. Sifat dan alur wewenang wewenang serta
tanggung jawab adalah vertikal dan horisontal. Artinya para staf memiliki
dua atasan, sehingga mereka berada di bawah dua wewenang.
2.2 BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang oleh


sebuah organisasi dari sejak organisasi tersebut terbentuk, tumbuh dan berkembang.
Apa yang dirasakan, dialami oleh setiap perusahaan dari mulai mereka membangun
bisnisnya hingga kesuksesannya bahkan juga tidak terkecuali kegagalan yang
pernah dialaminya dalam membangun sebuah budaya dalam organisasi. Sebuah
perusahaan akan menemukan bahwa dari sekian tahun perjalanan bisnisnya, banyak
hal yang kemudian dapat dijadikan nilai-nilai dan norma yang dapat dipegang teguh
oleh organisasi/perusahaan untuk meraih sukses dalam jangka panjang.

Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang


dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan dimana
organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Budaya organisasi penting untuk
dipahami karena banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa budaya organisasi
ini tidak saja berbicara mengenai bagaimana sebuah organisasi bisnis menjalankan
kegiatannya sehari-hari, tetapi juga sangat memengaruhi bagaimana kinerja yang
dicapai oleh sebuah organisasi bisnis.
Menurut Schein E.H. (1992) dalam bukunya Organizational Culture and
Leadership terdapat 3 (tiga) elemen dasar dari budaya, yaitu:

1. Artefak (artifact) adalah sesuatu yang terlihat, terdengar dan dapat


dirasakan ketika orang luar datang ke komunitas baru. Misalnya Seragam
(uniform), para pegawai di perusahaan harus memakai pakaian yang sangat
formal seperti kemeja, dasi, dan jas, atau bentuk arsitektur bangunan, dari
kejauhan kita sudah dapat menebak bahwa bangunan tersebut adalah milih
Hotel Harris, atau Bank Negara Indonesia 46, misalnya karena dominan
warna orange, atau desain ruangan, dan sebagainya.
2. Nilai pendukung (espoused value) adalah alasan yang disampaikan oleh
organisasi ketika melakukan sesuatu. Dapat dilihat dari strategi/tujuan,
filosofi organisasi.
3. Asumsi dasar (basic underlying assumptions) yaitu kepercayaan yang
sifatnya sudah tidak bisa ditawar-tawarkan lagi dan sering kali tidak secara
eksplisit terucapkan.

Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan


perusahaan lain yang pada intinya apa yang dianut oleh sebuah perusahaan akan
menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Perbedaan budaya
organisasi tidak saja terjadi antar perusahaan, akan tetapi dapat juga anatr
departemen/bagian disebuah perusahaan. Bagian pemasaran dan SDM barangkali
memiliki budaya organisasi yang lebih fleksibel dibandingkan dengan bagian
keuangan dan produksi. Oleh karena kecenderungan ini ada disetiap organisasi,
maka budaya organisasi merupakan factor yang akan menentukan bagaiman tujuan
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Namun tidak setiap budaya organisasi harus
dipertahankan, adakalanya budaya organisasi itu justru harus dirubah dengan
seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu berat, misalnya
mendorong setiap orang/ perusahaan untuk melakukan perubahan. Dalam hal ini
perusahaan perlu melakukan penyesuaian dan perubahan yang terkait dengan
budaya organisasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam sebuah organisasi atau perusahaan terdapat strategi-strategi yang


digunakan untuk memperkuat setiap aspek di dalamnya. Jika semua aspek didalam
organisasi di bentuk dan di jalankan dengan baik, maka organisasi tersebut akan
menjadi kuat. Dalam setiap organisasi pasti memiliki struktur yang dibentuk dengan
tujuan untuk mempermudah pekerjaan dan dengan adanya struktur tersebut maka
kinerja karyawan akan lebih efektif dan efisien.

Kemudian, budaya organisasi merupakan kerangka kerja yang


mengarahkan tindakan organisasi untuk mencapai tujuan. Setiap organisasi pasti
memiliki budaya yang berbeda-beda untuk diterapkan. Budaya organisasi harus
sejalan dengan tindakan organisasi, jika budaya tidak sejalan maka akan
menghadapi masa-masa sulit.
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah. 2015. Pengantar Manajemen. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Suhardi. 2018. Pengantar manajemen dan aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Gava


Media.

Anda mungkin juga menyukai