Anda di halaman 1dari 11

TUGAS 1

NAMA : ANDRI SAPUTRA

NIM : 041087715

MAKUL : ADMINISTRASI PERPAJAKAN

1. Sebutkan perbedaan dari pajak, retribusi dan sumbangan ?

- Pajak

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan tulang
punggung suatu negara. Membayar pajak merupakan suatu kewajiban Orang
Pribadi dan Badan yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

o Sifat Pajak
 Pajak langsung, merupakan pajak yang dikenakan secara
berkala. Jenis pajak ini, dalam pembayarannya tidak dapat
ditangguhkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Penghasilan
(PPh).
 Pajak tidak langsung, merupakan pajak yang dikenakan
saat waktu tertentu. Dalam pembebanan pajaknya, pajak
tidak langsung dapat dibebankan kepada orang lain. Pajak
tidak langsung juga tidak memperhatikan keadaan/
kemampuan Wajib Pajak dalam membayar pajak.
Contohnya yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dimana
kewajiban pajaknya dapat dilimpahkan kepada orang lain
baik berupa forward shifting atau backward shifting.
o Pihak yang mengelola
 Pajak pusat, dalam hal ini pajak dipungut oleh pemerintah
pusat, misalnya PPN.
 Pajak daerah, sesuai namanya pajak daerah merupakan
pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Contohnya
yaitu Pajak Kendaraan Bermotor.
o Fungsi Pajak
 Fungsi Budgetair, fungsi utama pajak yaitu mengisi kas
negara. Fungsi budgetair adalah suatu fungsi dimana pajak
dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan peraturan perpajakan
yang berlaku.
 Fungsi Regulerend, fungsi regulerend yaitu pajak digunakan
untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai
oleh pemerintah. Contohnya: Pajak Kendaraan Bermotor,
Pajak Minuman Keras, Cukai rokok, Pajak Penjualan Barang
Mewah dan Bea Masuk.
- Retribusi

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun


2009 tentang Ketentuan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD),
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Retribusi daerah merupakan kontribusi wajib yang
dapat dipaksakan bagi badan atau orang yang memanfaatkan saja.

o Sifat retribusi
 Adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat
dirasakan oleh pembayar retribusi.
 Retribusi hanya dikenakan pada setiap orang/ badan yang
menggunakan jasa-jasa yang disiapkan negara.
o Pihak yang mengelola: hanya pemerintah daerah saja.
o Fungsi retribusi
 Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas
daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya.
 Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran
masyarakat melalui jasa yang diberikan secara langsung
kepada masyarakat. Dengan kata lain, retribusi bertujuan
untuk kesejahteraan individu.
- Sumbangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sumbangan


merupakan bantuan, sokongan, manasuka sumbangan sukarela, wajib
sumbangan berupa uang dan sebagainya yang harus dibayar. Sumbangan
merupakan iuran yang dibayarkan oleh Orang Pribadi atau Badan yang
diberikan secara sukarela.

o Sifat sumbangan
 Sukarela atau tidak ada paksaan
 Tidak ada ketentuan atau batasan jumlah uang atau barang
yang harus di sumbangkan
o Pihak yang mengelola: sumbangan yang bersifat resmi dikelola
oleh lembaga khusus sumbangan. Misalnya Badan Amil Zakat
Nasional, Yayasan Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas, Yayasan
Dana Paramita Majelis Tridharma Indonesia.
o Fungsi sumbangan
 Membantu orang yang tidak mampu.
 Bentuk peduli secara kemanusiaan atau meningkatkan rasa
empati seseorang.

Sumbangan termasuk ke dalam salah satu biaya yang dikeluarkan oleh


Wajib Pajak. Namun menurut pajak tidak semua jenis sumbangan dapat
dibebankan sebagai biaya, hanya 5 jenis sumbangan saja yang dapat
dibebankan sebagai biaya. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 93 Tahun 2010, jenis sumbangan yang dapat dibebankan sebagai biaya
yaitu:

o Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,


yang merupakan sumbangan untuk korban bencana nasional
yang disampaikan secara langsung melalui badan
penanggulangan bencana atau disampaikan secara tidak langsung
melalui lembaga atau pihak yang telah mendapat izin dari
instansi/lembaga yang berwenang untuk pengumpulan dana
penanggulangan bencana.
o Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan, yang
merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di wilayah Republik Indonesia yang disampaikan
melalui lembaga penelitian dan pengembangan.
o Sumbangan fasilitas pendidikan, yang merupakan sumbangan
berupa fasilitas pendidikan yang disampaikan melalui lembaga
pendidikan.
o Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga, yang merupakan
sumbangan untuk membina, mengembangkan dan
mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis
olahraga prestasi yang disampaikan melalui lembaga pembinaan
olah raga.
o Biaya pembangunan infrastruktur sosial merupakan biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan prasarana
untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.

Tidak hanya itu, selain memenuhi 5 jenis sumbangan tersebut, terdapat


beberapa ketentuan sebagai syarat biaya sumbangan atas 5 jenis tersebut
dapat dibebankan sebagai biaya. Di antaranya:

o Wajib Pajak mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan


Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
sebelumnya.
o Pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak menyebabkan rugi
pada Tahun Pajak sumbangan diberikan.
o Didukung oleh bukti yang sah.
o Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki
Nomor Pokok Wajib Pajak, kecuali badan yang dikecualikan
sebagai subjek pajak sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
tentang Pajak Penghasilan.
o Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya pembangunan khusus
infrastruktur sosial untuk 1 tahun dibatasi tidak melebihi 5% dari
penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya
o Sumbangan dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang.
Namun khusus sumbangan biaya pembangunan infrastruktur
sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana.

Adapun biaya sumbangan yang menurut pajak tidak dapat dibebankan


sebagai biaya contohnya yaitu biasa sumbangan lomba 17 agustus,
sumbangan yang diberikan secara langsung kepada tetangga yang tidak
mampu.

2. Sebutkan penggolongan tarif pajak yang anda ketahui serta jelaskan


secara singkat mengenai perbedaannya !
Hukum pajak adalah hukum yang bersifat public dalam mengatur
hubungan negara dan orang/badan hukum yang wajib untuk membayar
pajak. Selain itu, hukum pajak diartikan sebagai keseluruhan dari peraturan-
peraturan yang mencakup tentang kewenangan pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan menyerahkan kembali kepada masyarakat melalui
uang/kas negara.

Hukum pajak adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hak dan


kewajiban, serta hubungan antara wajib pajak dan pemerintah selaku
pemungut pajak. Pemerintah dalam hal ini diwakilkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak, yang berwenang mengambil kekayaan seseorang dalam bentuk
pembayaran pajak. Hukum pajak juga merupakan bagian dari hukum publik,
karena hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah dengan wajib
pajak.

- Fungsi Hukum Pajak

Hukum pajak berfungsi sebagai acuan dalam menciptakan sistem


pemungutan pajak yang berlandaskan keadilan, efisien, serta diatur sejelas-
jelasnya dalam Undang-Undang tentang hukum pajak tersebut. Berfungsi
sebagai sumber yang menjelaskan tentang siapa subjek dan objek yang perlu
atau tidaknya dijadikan sumber pemungutan pajak demi meningkatkan
potensi pajak secara keseluruhan.

- Macam-macam Hukum Pajak

1. Hukum Pajak Formal

Hukum pajak yang memuat adanya ketentuan-ketentuan dalam


mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan. Hukum pajak
formal memuat tata cara atau prosedur penetapan jumlah utang pajak,
hak-hak fiskus untuk mengadakan evaluasi. Hukum pajak formal juga
menentukan kewajiban wajib pajak untuk mengadakan pembukuan,
serta prosedur pengajuan surat keberatan maupun banding. Contoh
hukum pajak formal adalah Tata Cara Perpajakan.

2. Hukum Pajak Material

Hukum pajak yang memuat tentang ketentuan-ketentuan


terhadap keadaan yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang akan
dikenakan pajak (subjek pajak) dan siapa yang dikecualikan dengan
pajak serta berapa jumlah yang harus dibayar (tarif pajak). Contoh
hukum pajak material adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).

Tarif pajak saya ketahui dari membaca modul dan referensi


lainnya yaitu:

1. Tarif Pajak Proporsional

Tarif pajak proporsional merupakan jenis tarif pajak yang memiliki nilai
besaran persentase tetap dan tidak terpengaruh dengan perubahan nilai dasar
pengenaan pajak. Jadi dapat disimpulkan apabila semakin besar jumlah objek
pajak yang dibayarkan, maka persentase tarif pengenaan pajaknya akan tetap
sama.

Contoh jenis pajak yang termasuk ke dalam tarif pajak proporsional adalah
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang memiliki nilai persentase 10% dan juga
PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) yang memiliki besaran tarif pajak 0,5%.

2. Tarif Pajak Progresif

Apabila pada tarif pajak proporsional besaran tarif pajaknya tetap, maka
lain halnya dengan tarif pajak progresif yang besaran tarif pajaknya mengikuti
nilai objek pajak. Jadi, semakin besar nilai objek pajak yang perlu dibayarkan,
maka persentase tarif pajaknya juga akan semakin besar. Untuk memahami
pajak progresif seperti tarif pajak progresif memiliki 3 pengelompokkan tarif
pajak yaitu tarif progresif-progresif, tarif progresif tetap, dan terakhir tarif
progresif degresif.

3. Tarif Pajak Degresif

Memiliki perhitungan tarif pajak yang berbanding terbalik dengan tarif


pajak progresif, tarif pajak degresif merupakan jenis tarif pajak yang nilai
persentasenya semakin kecil apabila nilai objek pajaknya semakin besar. Akan
tetapi, tarif pajak degresif juga dikelompokkan menjadi 3 jenis tarif pajak
seperti tarif pajak progresif yaitu tarif degresif-degresif, tarif degresif-tetap, dan
terakhir adalah tarif degresif-progresif.

4. Tarif Pajak Regresif

Tarif pajak regresif atau yang biasa disebut sebagai tarif pajak tetap
merupakan jenis tarif pajak yang besarannya tetap meskipun nilai objek
pajaknya berubah-ubah. Contoh dari tarif pajak regresif ini adalah bea
meterai. Bea meterai memiliki tarif pajak 10.000 (berlaku sejak tahun 2021)
dan tidak akan berubah.

5. Tarif Pajak Spesifik

Tarif pajak spesifik berarti tarif pajak yang dikenakan pada suatu objek
pajak sudah spesifik berdasarkan objek pajak yang dikenakan tersebut.
Seperti contoh, jika Anda melakukan impor barang seperti smartphone, maka
tarif pajak yang dikenakan akan sesuai dengan jenis barang yang diimpor
tersebut dan bukan nilai barangnya.

6. Tarif Pajak Ad Valorem

Jenis tarif pajak yang terakhir adalah tarif pajak Ad Valorem. Jenis
pajak ini memiliki besaran persentase khusus pada suatu objek pajak. Sebagai
contoh kasus, perusahaan Anda ingin mengimpor mesin khusus seharga 5
juta per unit sebanyak 50 unit. Apabila Anda dikenakan tarif bea sebesar 20%,
maka total pajak yang harus anda bayarkan adalah sebesar: jumlah unit x
harga per unit x bea masuk. Total pajak Ad Valorem yang dibayarkan adalah
sebesar 20 juta rupiah.

3. Reformasi perpajakan saat ini sering dilakukan pemerintah


diantaranya membuat sistem administrasi perpajakan modern ?
apakah reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah efektif
dalam meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia ! jelaskan
secara ringkas beserta contohnya!

Reformasi perpajakan adalah sebuah proses mengubah cara


pengumpulan pajak dengan cara melakukan pembenahan asministrasi
perpajakan, perbaikan regulasi perpajakan dan peningkatan basis pajak.
Pihak yang terkena dampak dari reformasi perpajakan adalah Wajib Pajak,
Pegawai Pajak, Lembaga terkait dan masyarakat. Menurut Direktorat Jenderal
Pajak, terdapat 5 alasan mengapa Reformasi perpajakan perlu dilakukan.

- Tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah


- Target penerimaan pajak setiap tahun meningkat
- Jumlah SDM tidak sebanding dengan penambahan jumlah Wajib Pajak.
Kesulitan dalam pengawasan dan penegakan hukum
- Perkembangan ekonomi digital dan kemajuan teknologi sangat pesat
- Aturan yang mengantisipasi perkembangan transaksi perdaganga

Salah satu bentuk reformasi perpajakan yang digalakkan adalah


modernisasi administrasi pelayanan pajak melalui penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi. Tentunya administrasi perpajakan sudah tidak
relevan lagi menggunakan teknologi era pita kaset untuk dapat mendapatkan
hasil optimal di era digital ini. Hal tersebut penting dilakukan agar WP
merasakan kemudahan dalam mematuhi kewajiban perpajakannya. Salah
satu penyebab dari minimnya kepatuhan WP adalah proses administrasi yang
sulit, tidak efektif, dan tidak efisien sehingga menimbulkan biaya kepatuhan
yang tidak sedikit. Tulisan ini akan membahas beberapa reformasi
administrasi pajak yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
yaitu di antaranya e-registration, e-filing, e-billing.

- e-Registration

Berbagai langkah telah dibuat oleh DJP sebagai garda terdepan dalam
memberikan pelayanan pada wajib pajak. Pada tahun 2013 pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dimulai dengan diterapkannya e-
registration atau sistem pendaftaran WP secara online. Sistem ini
memungkinkan subjek pajak untuk mendaftarkan dirinya sebagai WP tanpa
perlu datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat ia berdomisili. Hal
tersebut dapat memudahkan WP yang tidak memiliki cukup waktu untuk
hadir ke KPP guna membuat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Dalam proses
e-registration, WP hanya perlu mengisi formulir sesuai dengan petunjuk yang
diberikan dan melakukan scan Kartu Tanpa Penduduk (KTP) asli secara
online. Setelah melakukan semua prosedur tersebut, WP cukup menunggu
kartu NPWP tersebut selesai dibuat dan dikirimkan ke alamat yang
didaftarkan oleh WP. Namun demikian, sistem ini masih memiliki beberapa
kelemahan, di antaranya yaitu ketidakpastian waktu pengiriman kartu NPWP.

- E-Filling Pajak

E-filling pajak merupakan bentuk modernisasi administrasi dari DJP


sebagai sarana penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara online melalui
melalui situs jejaring efiling pajak dari DJP atau penyedia jasa aplikasi yang
ditunjuk DJP. Hal ini bertujuan agar WP tidak perlu lagi melakukan pengisian
SPT secara manual dan datang ke KPP untuk menyampaikan SPT-nya dengan
antrean panjang yang memakan banyak waktu. Dengan demikian, compliance
cost WP dapat berkurang. Proses pelaporan SPT Online melalui sistem ini
dimulai dengan dengan mengajukan permohonan pembuatan Electronic Filing
Identification Number (EFIN) dengan mendatangi KPP terdekat. Setelah
mendapatkan EFIN, WP dapat mendaftarkan diri dan melakukan efiling di
sistem efiling pajak. Dengan terdaftarnya WP di sistem efiling pajak, WP dapat
mengisi SPT secara online maupun membuatnya secara offline terlebih dahulu
melalui aplikasi e-SPT lalu mengunggah file csv sebagai output-nya ke sistem
efiling pajak.

Anda mungkin juga menyukai