Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

NAMA MAHASISWA : MANTO

NOMOR INDUK MAHASISWA/NIM : 041111634

TANGGAL LAHIR : 10 OKTOBER 1996

KODE/NAMA MATA KULIAH : IPEM4437/KEKUATAN SOSPOL INDONESIA

KODE/NAMA PROGRAM STUDI : 71/ILMU PEMERINTAHAN

KODE/NAMA UPBJJ : 17/JAMBI

HARI/TANGGAL UAS THE : MINGGU/04 JULI 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian


1. Sebagai negara merdeka, dan dengan berbagai kekayaan yang dimiliki baik secara teritorial
kenegaraan maupun pluralisme masyarakat Indonesia, sangat mempengaruhi lahirnya partai
politik yang banyak di dasari pada keyakinan dan kedaerahan serta organisasi yang sebelumnya
bukan wadah partai politik:
a. Uraikan konsep partai politik baik secara pembentukan dan tujuan partai politik yang
dikemukakan oleh para ahli?
Partai politik merupakan salah satu bentuk perwujudan kebebasan berserikat sebagai salah satu
prasyarat berjalannya demokrasi. Kebebasan berserikat lahir dari kecenderungan dasar manusia
untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi baik secara formal maupun informal.
Kecenderungan demikian itu merupakan suatu keniscayaan. Kecenderungan bermasyarakat yang
pada perinsipnya adalah kehidupan berorganisasi timbul untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan-kepentingan yang sama dari individu-individu serta untuk mencapai tujuan
bersama berdasarkan persamaan pikiran dan hati nurani. Partai politik adalah salah satu bentuk
pengelompokan warga negara berdasarkan kesamaan pikiran dan kepentingan politik. Partai
politik sebagai organisasi yang terstruktur baru muncul pada 1830an sebagai wujud
perkembangan demokrasi modern, yaitu demokrasi perwakilan. Perkembangan demokrasi telah
meningkatkan partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan bernegara. Sarana kelembagaan
terpenting yang dimiliki untuk mengorganisasi perluasan peran serta politik tersebut adalah partai
politik. Miriam Budiardjo mengatakan bahwa partai politik adalah salah satu kelompok yang
terorganisir yang anggotanya mempunyai orientasi dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dengan cara konstitusional
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Menurut R.H Soltau partai politik ialah
sekelompok warga yang sedikit banyak terorganisir yang bertindak sebagai satu kesatuan politik
dengan memanfaatkan kekuasaan untuk memilih yang bertujuan untuk menguasai pemerintah dan
melaksanakan kebijakan umum mereka. Partai poliik merupakan sarana bagi warga negara utnuk
berpartisipasi dalam peroses pengelolaan negara. Partai politik dalam perkembangannya telah
menjadi penyalur kepentingan kelompok yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah
serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan dengan satu gaolongan atau golongan lain yang
mempunyai pandangan berbeda. Edmund Burke mendefinisikan partai politik sebagai satu
kesatuan struktur organisasi yang bertujuan untuk mnyebarluaskan usaha-usaha yang telah
menjadi kesepakatan diantara mereka untuk kepentingan nasional. Dengan cara yang sama,
Ware (1996:5) mengambil kesimpulan bahwa partai politik merupakan sebuah lembaga
yang mempengaruhi negara dengan cara menguasai jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan.
Biasanya, partai politik mempunyai lebih dari sekedar satu kepentingan dan mencoba
memperjuangkan kepentingan tersebut. Bagi Budirdjo (2007: 160-161), partai politik adalah
sebuah kelompok yang terorganisir dimana anggota-anggotanya memiliki orientasi, nilai-nilai
serta cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah mendapatkan kekuasaan, politik dan
merebut kedudukan politik secara konstitusional demi melaksanakan kepentingan
(kebijaksanaan) mereka.
b. Kemukakan posisi partai politik berdasarkan kedudukannya sebagai salah satu kekuatan sosial
politik menurut para ahli?
Miriam Budiardjo (1988: 52) dikutip dari P. Anthonius Sitepu (2004) mengatakan yang di maksud
dengan kekuatan-kekuatan politik adalah masuk dalam pengertian individual maupun
kelembagaan, dalam pengertian yang bersifat individual adalah kekuatan-kekuatan politik yang
tidak lain adalah aktor-aktor politik atau orang-orang yang memainkan peranan dalam kehidupan
politik, orang-orang tersebut terdiri dari pribadi-pribadi yang hendak mempengaruhi proses
pengambilan keputusan politik. Dan secara kelembagaan di sini kekuatan-kekuatan politik bisa
berupa lembaga ataupun bentuk lain yang melembaga dan bertujuan untuk mempengaruhi proses
pengambilan keputusan politik dalam sistem politik.
Menurut Bachtiar Effendy (2000: 197) Dikutip dari P. Antonius Sitepu (2004) mengatakan
terdapat banyak aspek potensial yang dapat di trasnformasikan menjadi kekuatan politik,
diantaranya yaitu : “kekuatan tersebut bersifat formal atau nonformal. Kekuatan- kekuatan
ataupun kelompok-kelompok yang sejenis dengan itu, kekuatan-kekuatan politik yang formal
mengambil bentuk ke dalam partai-partai politik. Sementara yang di artikan dengan kekuatan-
kekuatan politik yang bersifat nonformal yaitu bagian dari bangunan civil society.”
2. Tulisan di atas menjadi acuan bagaimana seharusnya pemerintah menangani permasalahan
lingkungan di pulau Kalimantan yang belum menemukan titik terang. Civil society secara
definisi atau konsepsional yang menjadi diskursus di era 90 an sampai saat ini menjadi satu
kekuatan sosial politik yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintahan. ulisan
a. Dalam kasus di atas, bagaimana hubungan antara pemerintah dengan masyarakat sipil? Jelaskan
pengertian mendasar secara konsepsional maupun teori tentang civil society?
Semangat otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerintah dan
pemerintah daerah, termasuk di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kualitas
lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Hal inilah yang
mendasari lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam Pasal 2 huruf a UU No. 32 Tahun 2009 dinyatakan bahwa
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan asas tanggung jawab
Negara. Kemudian dalam Penjelasan pasal ini dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan "asas
tanggung jawab negara" adalah:
- negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi
masa depan
- negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
- negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.
Sebagaimana diketahui dari kesejarahan bangsa-bangsa yang telah maju dan demokratis,
keberadaan civil society yang kuat merupakan salah satu landasan pokok bagi ditegakkannya
sistem politik demokrasi. Civil society di sini didefinisikan sebagai wilayah kehidupan sosial yang
terorganisasi dengan ciri-ciri kesukarelaan, keswadayaan, keswasembadaan dan kemandirian
berhadapan dengan negara. Civil society menjadi penting ia dapat menjadi benteng yang menolak
intervensi negara yang berlebihan melalui berbagai asosiasi, organisasi dan pengelompokan
bebas di dalam rakyat serta keberadaan ruang-ruang publik yang bebas (the free public
sphare). Melalui kelompok-kelompok mandiri itulah rakyat dapat memperkuat posisinya vis-à- vis
negara dan melakukan transaksi-transaksi wacana sesamanya. Sedangkan melalui ruang publik
bebas, rakyat sebagai warga negara yang berdaulat baik individu maupun kelompok dapat
melakukan pengawasan dan kontrol terhadap negara.
Pers dan forum-forum diskusi bebas yang dilakukan para cendekiawan, mahasiswa, pemimpin
agama, dan sebagainya ikut berfungsi sebagai pengontrol kiprah negara.1 Civil society yang
didalamnya bermuatan nilai-nilai moral tertentu, akan dapat membentengi rakyat dari gempuran
sistem ekonomi pasar. Nilai-nilai itu adalah kebersamaan, kepercayaan, tanggung jawab,
toleransi, kesamarataan, kemandirian dan seterusnya. Dengan masih kuatnya nilai kepercayaan
dan tanggung jawab publik misalnya, maka akan dapat dikekang sikap keserakahan individual
yang dicoba untuk dikembangkan oleh sistem ekonomi pasar melalui konsumerisme. Dengan
diperkuatnya nilai toleransi dan kesamarataan, maka akan dapat dikontrol kehendak eksploitatif
yang menjadi motor kapitalisme.
Keberadaan civil society di dalam rakyat modern tentu tak lepas dari hadirnya komponen-
komponen struktural dan kultural inheren di dalamnya. Komponen pertama termasuk
terbentuknya negara yang yang berdaulat, berkembangnya ekonomi pasar, tersedianya ruang-
ruang publik bebas, tumbuh dan berkembangnya kelas menengah, dan keberadaan organisasi-
organisasi kepentingan dalam rakyat. Pada saat yang sama, civil society akan berkembang dan
menjadi kuat apabila komponen-komponen kultural yang menjadi landasannya juga kuat.
Komponen tersebut adalah pengakuan terhadap HAM dan perlindungan atasnya, khususnya hak
berbicara dan berorganisasi, sikap toleran antar individu dan kelompok dalam rakyat, adanya
tingkat kepercayaan publik (publik trust) yang tinggi terhadap pranata-pranata sosial dan politik,
serta kuatnya komitmen terhadap kemandirian pribadi dan kelompok.
Masyarakat madani merupakan konsep tentang masyarakat yang mampu memajukan dirinya
melalui aktifitas mandiri dalam suatu ruang gerak yang tidak mungkin Negara melakukan
intervensi terhadapnya. Hal ini terkait erat dengan konsep masyarakat madani dengan konsep
demokrasi dan demokratisasi, karena demokrasi hanya mungkin tubuh pada masyarakat
madani dan masyarakat madani hanya berkembang pada lingkungan yang demokratis.
b. Terkait kasus di atas, uraikan bentuk organisasi civil society dalam pengertian kebijakan atau
peraturan? Beri contoh!
Indonesia sebagai negara hukum yang demokratis, kedaulatan yang dianut dalam UUD 1945
adalah kedaulatan rakyat sekaligus kedaulatan hukum. Hal ini tercermin pada UUD 1945 Pasal 1
ayat (2) dan (3), yang berbunyi demikian ayat (2) “kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” dan ayat (3) “Negara Indonesia adalah Negara
hukum” (Kaloh, 2007: 52). Hal ini juga termaktub dalam alinea 4 UUD 1945, “…maka disusunlah
Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat..”. Sebagai negara hukum, dalam penyelenggaraan
pemerintahan negara tentunya tidak terlepas dari peraturan perundang-undangan sebagai hukum
yang positif yang berlaku di Indonesia. Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas,
civil society mempunyai legitimasi untuk berpartisipasi lebih lanjut dalam pembentukan
perundang-undangan. Argumen penulis didukung dengan pendapat ahli lainnya yang
menyatakan bahwa demokrasi mensyaratkan adanya pengakuan kedaulatan rakyat yang
diwujudkan dalam bentuk pengakuan civil society sebagai kekuatan penekan dan pengimbang vis
a vis negara. Rakyat sebagai elemen utama civil society secara mutlak mendapatkan
kedudukan strategis yang dijamin konstitusi untuk menjalankan peran-perannya sebagai
bentuk partisipasi aktif (Hamidi&Mutik, 2011:2). Berdasarkan contoh undang-undang yang telah
dipaparkan diatas, produk hukum tersebut dibuat atas dasar kepentingan dan kebutuhan. Baik
kepentingan tersebut berasal dai pembuat produk hukum(undang-undang) dalam hal ini
kepentingan individu pembuat undang-undang maupun dari kalang masyarakat sipil (civil society)
yang bersifat kolektif.
3. Birokrasi menjadi diskursus tersendiri dalam bentuk kekuatan sosial politik. Birokrasi bahkan
selalu hadir atau omni presence dari zaman ke zaman. Sejak sistem pemerintahan dengan model
kerajaan, penjajahan dan negara-negara merdeka. Dengan demikian birokrasi dalam konteks
sistem pemerintahan memiliki dua sisi berbeda yaitu administrasi pemerintahan dan kekuasaan
pemerintahan.
a. Uraikan birokrasi secara konsepsional dengan memperhatikan pandangan para ahli?
Birokrasi ada di dalam aparatur administratif pada semua pemerintahan modern. Birokrasi ada di
semua negara dan bangsa modern. Birokrasi mutlak diperlukan untuk memfasilitasi fungsi
pemerintah dan demokratisasi. Tidak ada negara, tidak ada pemerintahan dan tidak ada demokrasi
yang dapat berpunsi tanpa suatau birokarsi, kondisi-kondisi di dalam masyarakat modern yang
mendorong kebutuhan akan birokrasi adalah perekonomian uang, kapitalisme dan organisasi
berskala besar disana dibutuhkan birokrasi, konspetual abstrak untuk menentukan faktor-faktor
yang harus diperhitungkan dalam suatu penyelidikan dan menguraikannya secara jelas. Birokrasi
adalah organisasi skala luas dimana pejabat melaksanakan otoritas rasional-legal dengan
menggunakan staf administratif. Otoritas adalah kekuasaan yang diyakini legitimasinya. Basis
legitimasi atas otoritas di dalam birokrasi adalah legal-rasional.
b. Kemukakan perbedaan hubungan birokrasi sebagai administratur negara dan birokrasi sebagai alat
kekuasaan pemerintahan? Beri contoh!
Administratur negara sebagai organ birokrasi di Indonesia berada dibawah kekuasaan
pemerintah, dan karenanya disebut administrasi pemerintahan. Posisi ini membuat birokrasi
dalam bayang-bayang kuat pemerintahan, baik presiden dan wakil presiden. Merujuk pada
rancangan undang-undangan administrasi pemerintahan yang dikeluarkan oleh kantor mentri
pendayagunaan aparatur negara (menpan) Administrasi Pemerintahan adalah semua tindakan
hukum dan tindakan materiil pemerintahan yang dilakukan oleh instansi Permerintah dan
Pejabat Administrasi Pemerintahan serta badan hukum lain yang diberi wewenang untuk
melaksanakan semua fungsi atau tugas pemerintahan, termasuk memberikan pelayanan publik
terhadap masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan
instansi Pemerintah adalah semua lembaga pemerintah adalah semua lembaga pemerintah
yang melaksanakan fungsi administrasi pemerintahan di lingkungan ekskutif baik di pusat
maupun daerah termasuk komisi-komisi, dewan, badan yang mendapat dana dari
APBN/APBN. Rumusan di atas mempertegas posisi administrasi pemerintahan yang
berada dibawah kekuasaan eksekutif pemerintahan. Padangan itu dikukuhkan dengan
sistem presidensil yang dianut di Indonesia.
kekuasaan itu ada pada setiap hirarki jabatan pejabat. Semakin tinggi hirarki jabatan tersebut
semakin besar kekuasaannya, dan semakin rendah hirarkinya semakin tidak berdaya. Hirarki yang
paling bawah adalah masyarakat. Pada posisi ini mereka sama sekali tidak mempunyai kekuasaan.
Disiplin birokrasi model Weber ini menyatakan bahwa hirarki bawah tidak berani atau tidak boleh
melawan kekuasaan hirarki atas. Di Indonesia hirarki kekuasaan ini dibalut dengan sistem
bapakisme atau patrimonial sehingga menjadi lebih kental lagi praktika kekuasaan birokrasi ini.
Pejabat hirarki bawah tidak berani bertindak jika tidakmemperoleh restu dan petunjuk dari hirarki
atas.
pembatasan bagi produsen komoditi tertentu untuk mengurangi ekspornya keluar negeri apabila
komoditi tersebut mempunyai nilai strategis dan sangat diperlukan di dalam negeri sendiri.
Namun, berbagai kebijaksanaan yang bersifat membatasi itu perlu dirumuskan dan ditentukan
dengan sangat berhati-hati agar jangan sampai hanya menguntungkan pihakpihak tertentu dan
merugikan berbagai pihak lain dan agar tetap menjamin terlindunginya hak asasi para warga
negara. Pada dasarnya seringkali aparatur Pemerintah bekerja berdasarkan pendekatan legalistik.
Pendekatan legalistik di sini antara lain ialah bahwa dalam menghadapi permasalahan,pemecahan
yang dilakukan dengan mengeluarkan ketentuan normatif dan formal, misalnya peraturan dan
berbagai peraturan pelaksanaannya. Hal yang dapat timbul dengan pendekatan seperti ini, tentunya
tidak ada yang salah bila aparatur Pemerintah bekerja berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Akan tetapi pendekatan yang demikian menjadi tidak tepat apabila terdapat persepsi
bahwa peraturan perundang-undangan tersebut merupakan hal yang self implementing seolah-olah
dengan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tersebut permasalahan yang dihadapi
sudah terpecahkan dengan sendirinya, padahal tidak demikian seharusnya, sehingga timbul
kecenderungan untuk menerapkan peraturan perundangundangan tersebut secara kaku. Dalam
praktik, kekakuan demikian dapat terlihat pada interpretasi secara harfiah, padahal yang lebih
diperlukan adalah menegakkan hukum dan peraturan itu dilihat dari semangat dan jiwanya, artinya
bahwa pendekatan yang digunakan adalah pendekatan situasional (Siagian, 2000: 147).
4. Profesionalisme militer banyak menjadi perhatian dari berbagai kalangan ilmuan pemerintahan
maupun politik.
a. Uraikan perbedaan yang dimaksud dengan supremasi sipil dan supremasi militer secara
pendekatan ahli?
Pada prinsipnya pembahasan tentang pengendalian demokratis atas angkatan bersenjata berkaitan
erat dengan siapa yang menjaga penjaga (who guards the guardians). Ketentuan ini sesuai dengan
pemikiran klasik Romawi dari Juvelai dan Omnia Romae yang mengatakan bah- wa demokrasi
adalah supremasi sipil, termasuk terhadap komando angkatan bersenjatanya. Bagaimana
sebenarnya pengendalian demo- kratis dan bagaimana pula dapat dikonseptualisasikan? Kita harus
memahami bahwa pengendalian demokratis (democratic control ) me- rupakan produk yang
didasarkan pada sistem pemerintahan, politik, sejarah, dan kultur suatu bangsa. Pada relasi sipil–
militer yang otoritarian, yang terjadi adalah tidak adanya kontrol sipil atas militer sehingga
keberadaan pemerintahan sipil sering kali dilangkahi oleh militer. Kondisi ini sama seperti yang
terjadi di Indonesia pada awal masa kemerdekaan. Peran tentara saat itu sangatlah besar dan
terkadang tidak ada kontrol sipil atas ope- rasi-operasi yang dilakukan. Seperti yang terjadi pada
era 1950-an, Tentara Rakyat (sekarang TNI) sering kali melakukan perlawanan terhadap agresi
asing ataupun gerakan pemberontakan tanpa komando Presiden (Sutoro 2002). Hal ini kemudian
dilanjutkan pada era Orde Baru, namun dengan model supremasi yang berbeda. Berlakunya dok-
trin Dwifungsi ABRI telah menjadikan kekuatan militer benar-benar mendominasi aspek-aspek
kehidupan masyarakat Indonesia. Posisi militer sendiri secara ideal seharusnya berada di bawah
kontrol sipil. Secara teoretis, kontrol sipil atas militer sebenarnya sangat sederhana. Bahwa
seluruh keputusan pemerintah termasuk keputusan mengenai keamanan nasional, tidak bisa
ditentukan secara sepihak oleh militer, melainkan harus didasarkan pada keputusan pejabat sipil
b. Uraikan empat tipologi fungsi militer dalam melakukan intervensi politik pemerintahan? Beri
contoh!
- Ancaman militer-eksternal yang mencakup agresi, invasi dan infiltrasi kekuatan militer
bersenjata dari luar wilayah/teritorial suatu negara
- Militer-internal dalam bentuk pemberontakan separatis bersenjata atau gerakan disintegrasi
bangsa yang menggunakan kekuatan senjata secara terorganisir dan terlatih (well armed).
- Ancaman non-militer-eksternal berupa Transnational Organized Crime (TOC) yang
mencakup emigran gelap, drugs traficking, terorisme, aktivitas kriminal bajak laut, illegal
fishing, human traficking, dan perusakan lingkungan.
- Nonmiliter-internal seperti bencana alam, wabah penyakit, konflik sipil, pelanggaran HAM,
diskriminasi gender, kemiskinan, kelaparan, ketimpangan pendapatan, pengangguran,
kerusakan lingkungan, dan masalah lain yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan
militer tetapi mempunyai kandungan perlindungan terhadap rakyat sebagai individu atau
warga negara.
Tipologi di atas secara normatif menuntut dengan tegas perbedaan pertahanan dan keamanan, dan
sekaligus akan sangat mempengaruhi dimana peran militer.
Operasi Power Pack adalah intervensi militer Amerika Serikat di Republik Dominika pada
tahun 1965. Marinir Amerika Serikat mendarat pada tanggal 28 April dan nantinya didukung oleh
elemen 82nd Airborne Division. Intervensi ini berakhir pada September 1966.

Anda mungkin juga menyukai