Anda di halaman 1dari 7

Diskusi 5 kekuatan sospol

Mengapa istilah ‘buruh’ perlu diganti dengan istilah ‘pekerja’. Apa makna atau artinya?
Menjelang tahun elektoral, suara buruh/pekerja menjadi ajang perebutan para konstestan.
Diskusikan dan kaitkan dengan konstelasi politik di tahun elektoral pilkada serentak 2020? 

  Dalam perkembangan Hukum Perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan diganti


dengan istilah pekerja, sebagaimana yang diusulkan oleh pemerintah (Depnaker) pada waktu
Kongres FBSI II Tahun 1985. Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan
kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan
berada dibawah pihak lain yakni majikan. Berangkat dari sejarah penyebutan istilah buruh
seperti tersebut diatas, menurut penulis istilah buruh kurang sesuai dengan perkembangan
sekarang, buruh sekarang ini tidak lagi sama dengan buruh masa lalu yang hanya bekerja pada
sekitar nonformal seperti kuli, tukang dan sejenisnya, tetapi juga sektor formal seperti Bank,
Hotel dan lain-lain. Karena itu lebih menyebutkannya dengan istilah pekerja. Istilah pekerja juga
sesuai dengan penjelasan pasal 2 UUD 1945 yang menyebutkan golongan-golongan adalah
badan-badan seperti Koperasi, Serikat Pekerja dan lain-lain badan kolektif.

  Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhan/ ketenagakerjaan, selain istilah ini sudah
dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman Belanda juga karena Peraturan Perundang-
undangan yang lama (sebelum Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
menggunakan istilah buruh. Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan buruh adalah
pekerja kasar sepeti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini
disebutnya sebagai “Bule Callar”. Sedangkan yang melakukan pekerjaan dikantor pemerintah
maupun swasta disebut sebagai “Karyawan/pegawai” (White Collar). Perbedaan yang membawa
konsekuensi pada perbedaan perlakuan dan hak-hak tersebut oleh pemerintah Belanda tidak
terlepas dari upaya untuk memecah belah orang-orang pribumi. Menurut Djumadi yang
mengutip majalah Forum Keadilan, istilah buruh diganti dengan pekerja karena istilah buruh
dinilai memiliki citra menentang kekuasaan (Djumadi, 2005).

  Tahun 2020 adalah tahunnya penyelenggaraan Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah atau
selanjutnya disebut Pemilihan) secara langsung dan serentak. Banyaknya suara buruh dalam
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020, dianggap memiliki keistimewaan. Alasannya,
banyak tuntutan buruh yang selama ini belum terealisasi. Sejumlah kalangan menilai, hal
tersebut bisa dijadikan kontrak politik kepada kandidat. Melalui berbagai organisasi buruh,
sebenarnya saluran politik yang dimiliki bisa disampaikan. Kelompok buruh ini melakukan
demontrasi besar-besaran. Sehingga pemerintah mencoba menunda kluster ketenagakerjaan
dalam RUU Ciptaker. Momentum Pilkada ini harus menjadi refleksi kalangan buruh untuk
menggalang kekuatan politiknya. 

Suber referensi : Fathurrohman. 21/08/2020, Nilai Jual Buruh di Pilkada 2020. BMP IPEM4437
Kekuatan Sosial Politik Indonesia.

 
diskusi 4 kepemimpinan

1. Bagaimana cara seorang pemimpin merumuskan visinya?

  Visi merupakan suatu rangkaian kata yang di dalamnya terdapat impian, cita-cita atau nilai inti
dari suatu lembaga atau organisasi. Bisa dikatakan visi menjadi tujuan masa depan suatu
organisasi atau lembaga. Ia berisi pikiran-pikiran yang terdapat di dalam benak para pendiri. Visi
merupakan gambaran prospektif perkembangan masyarakat masa lalu, masa kini, dan masa yang
akan datang. Terdapat tiga unsur kunci sebuah visi yang kuat yaitu sebagai berikut: Tujuan yang
bermakna; Nilai-nilai yang jelas; Dan gambaran tentang masa depan.

  Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan sebuah visi menurut Bryson
(2001:213) antara lain: Visi harus dapat memberikan panduan/arahan dan motivasi; Visi harus
disebarkan di kalangan anggota organisasi (stakeholder); serta visi harus digunakan untuk
menyebarluaskan keputusan dan tindakan organisasi yang penting.

Cara Perumusan Visi yakni sebagai berikut:

a.  Mengkaji makna visi yang lebih tinggi untuk digunakan sebagai acuan.

 b. Menginventarisasi rumusan tugas yang tercantum dalam struktur dan tata kerja organisasi.

c. Rumusan tugas teersebut dirangkum dan dirumuskan kembali.

d. Konsep rumusan visi di diskusikan kembali dengan seluruh anggota organisasi untuk
memperoleh masukan, klarifikasi, dan saran-saran.

e. Perumusan visi dikomunikasikan dengan seluruh stakeholders guna memperoleh


penyempurnaan.

 f. Rumusan visi yang telah disepakati ditetapkan dengan keputusan pimpina, sehingga visi
tersebut menjadi milik bersama dan mendapat dukungan serta komitmen dari seluruh anggota
organisasi/ institusi.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendelegasian?

  Pendelegasian adalah pelimpahan kewenangan, tugas , dan posisi kepada orang-orang tertentu
yang telah ditentukan dan dipilih oleh pimpinan. Pada umumnya, yang didelegasikan merupakan
tugas atau kewenangan baru. Salah satu bentuk pengaturan dan pengendalian delegasi adalah
dengan memberi kewenangan terbatas bagi anggota/pegawai yang dipercaya untuk memangku
jabatan atau melaksanakan tugas tersebut. Dalam hal ini, pemimpin juga perlu menjelaskan atau
menetapkan batas/tenggang waktu penyelesaian tugas,keuntungan rata-rata dan berbagai
kemungkinan yang akan ditemui.
  Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) arti delegasi adalah individu yang ditunjuk atau
diutus oleh suatu negara dalam suatu musyawarah, penyerahan atau pelimpahan wewenang,
perutusan, atau pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan dalam suatu lingkungan tugas dan
harus mampu mempertanggung jawabkannya kepada atasan.

  Terdapat beberapa manfaat dan tujuan dalam melakukan kegiatan pendelegasian. Berdasarkan
arti delegasi yang sudah kita bahas bersama di atas, maka setidaknya ada enam tujuan dan
manfaat delegasi, yaitu:

 Agar organisasi yang terbentuk di dalam perusahaan bisa dilakukan dengan efisien,
efektif dan baik.
 Agar manajer perusahaan atau atasan bisa lebih fokus pada hal lain yang lebih penting
sehingga organisasi perusahaan bisa dilakukan dengan maksimal.
 Membantu pihak atasan dalam menilai dan membuat kebijakan yang tepat.
 Agar setiap individu yang berada di dalam perusahaan memiliki peran yang penting
sesuai dengan kemampuannya.
 Memotivasi setiap individu didalam organisasi untuk lebih fokus pada target dan kualitas
yang ingin diraih.
  Membantu bawahan untuk bisa lebih berkembang dan bertumbuh dalam karirnya, dan
juga sebagai media belajar dari sebuah keberhasilan atau kegagalan.

Sumber : BMP ADPU4334 Kepemimpinan.Prof. Dr. Umi Narimawati. 9 Agustus 2015,


Merumuskan Visi, Misi, dan Tujuan. Ibnuismail. November 26th, 2020. Arti Delegasi:
Pengertian Menurut Ahli, Tujuan, dan Manfaat Delegasi. 

Sekian dan terimakasih..

diskusi 5 kepemimpinan

Berdasarkan wacana diatas, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pak Johan dalam
melakukan pembangunan wilayahnya adalah gaya kepemimpinan otoriter. Dimana tipe
kepemimpinan ini memperlihatkan perilaku atau gaya kepemimpinan yang bersifat terpusat pada
pemimpin (sentralistik) sebagai satu-satunya penentu, penguasa, dan pengendali anggota
organisasi dan kegiatannya dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Gaya kepemimpinan ini
menempatkan kekuasaan ditangan satu orang atau sekelompok kecil orang yang diantara mereka
tetap ada seorang yang paling berkuasa. Pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya
dilakukan dengan cara “working on his group”, dengan menempatkan diri diluar dan diatas
anggota organisasi karena berpendapat bahwa dirinya memiliki hak-hak istimewa yangn tidak
dimiliki oleh anggota organisasi. Anggota organisasi/bawahan tidak diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat, saran, kritikan, inisiatif, kreativitas dan lain sebagainya.

  Bahkan bawahan diperlakukan secara tidak manusiawi dimana pembayaran upah yang sangat
rendah sehingga tidak mencukupi kebutuhan hidup  atau melakukan pemotongan upah hanya
karena kesalahan kecil, jamkerja yang melampauhi batas ketentuan yang berlaku, hukuman
badan, seperti penyekapan atau denda di luar kemampuan bawahan, dan lain sebagainya.
Dampaak dari kepemimpinan otoriter ini ini yaitu sebagai berikut:

 Anggota organisasi cenderung pasif, bekerja menunggu perintah, tidak berani mengambil
keputusan dalam memecahkan masalah meskipun menyangnkut masalah yang
kecil/sepele kerena ketergantungan yang sangat tinggi pada pemimpinatau takut
dinyatakan berbuat salah melakukan sesuatu yang bukan wewenang atau tanggung
jawabnya.
 Anggota organisasi tidak ikut berpatisipasi aktif bukan karena tidak memiliki
kemampuan, tetapi enggan dalam meyampaikan inisiatif, gagasan, ide, kreativitas, saran,
pendapat, dan kritikan.
 Kepemimpinan otoriter yang mematikan inisiatif, kreativitas, gagasan, ide, kritik saran
ataupun pendapat membuat organisasi tidak berjalan secara dinamis.
 Pemimpin otoriter tidak membina dan tidak mengembangkan potensi kepemimpinan
anggota organisasinya.
 Disiplin, rajin dalam bekerja dan bersedia bekerja keras serta kepatuhan dilakukan secara
terpaksa karena takut pada sanksi/ hukuman dari pemimpin.
 Secara diam-diam muncul kelompok penentang yang menunggu kesempatan untuk
melawan, menghambat, menyabot, atau melakukan tindakan-tindakan yang dapat
merugikan organisasi terutama pemimpin.
 Tidak ada rapat, diskkusi atau musyawarah dalam beekrja karena diannggap membuang-
buang waktu.
 Disiplin diterapkan secara ketat dan kaku sehingga iklim kerja menjadi tegang dan saling
mencurigai antara anggota-anggota organisasi.
 Pemimpi tidak menyukai perubahan, perbaikan dan perkembangan organisasi, serta
selalu curiga pada orang luar yang terlihat akrab dengan anggota organisasi dengan
berprasangka menantangn kepemimpinan.
 Pemimpin cenderung tidak menyukai dan berusaha menghalangi terbentuknya organisasi
(serikat) pekerja yang dibentuk anggota organisasi.

2. Nilai-nilai terminal yang membuat kepemimpinannya berhasil antara lain keras kepala,
mengenal medan, strategi kebijakan, integritas, mengutamakan kepentingan umum, nilai-nilai
kemanusiaan, kemauan untuk belajar, bertanggung jawab dunia  dan akhirat, disiplin, kerja
keras, menerima kritik, berani menanggung risiko, kreatif, dan inovatif dalam membangun.
Disarikan dari Wirawan, Teori Kepemimpinan: Pengantar untuk Praktek dan Penelitian.

  Ali Sadikin merupakan Gubernur DKI Jakarta yang dilantik oleh Presiden Soekarno. Sebagai
Gubernur, Ali Sadikin menerapkan kreativitas, inovasi dan entrepreneurship yang tinggi untuk
mengidentifikasi masalah utama yang perlu di prioritaskan penyelesaiannya dengan mencari
sumber untuk membiayai penyelesaiannya. Visinya adalah bertanggung jawab terhadap warga
kota dari ketika masih berada di dalam kandungan sampai keliang kubur.

  Menurut pendapat saya dari uraian di atas, sifat dari gaya kepemimpinan Ali Sadikin
menggunakan atau perilaku kepemimpinan Kharismatik yang diartikan sebagai kemampuan
menggerakan orang lain dengan mendayagunakan keistimewaan atau kelebihan dalam
sifat/aspek kepribadian yang dimiliki pemimpin sehingga menimbulkan rasa hormat rasa segan,
dan kepatuhan yang tinggi pada para pengikutnya, dan dapat juga diartikan sebagai kepemimpin
yang memiliki kekuasaan yang kuat dan tetap serta dipercaya oleh pengikut-pengikutnya
berdasarkan kekuasaan khusus yang luar biasa.

  Sebagai seorang pemimpin yang berkharismatik memiliki akhlak yang mulia sebagai orang
yang tidak ambisisus, sombong, angkuh, culas, serta selalu mampu menghindari pengkultusan
dengan dirinya, juga percaya diri dan memiliki keteguhan dalam keyakinan yanng luar biasa
tinggi (Robbins 1996, hal 352). Dengan demikian, kepemimpinan kharismatik memiliki
kebutuhan kuat akan kekuasaan, percaya diri yang tinggi, dan pendirian (prinsip) yanng kuat
pula dalam mewujudkan kepercayaan dan idealitasnya. Serta melibatkan organisasi keagamaan,
sosial dan politik.

Conger dan Kanungo dalam Yukl (1989 hal 208-209) mengatakan bahwa pemimpin kharismatik:

 Memiliki tujuan ideal yanng ingin dicapai


 Mmemiliki komitmen pribadi yanng kuat pada tujuan
 Tidak konvensional
 Tegas dan percaya diri
 Mmerupakan agen perubahan yang radikal
 Bukan manajer dari status quo

Secara rinci, karakteristik kepemimpinan kharismatik  sebagai berikut:

- Percaya diri, pimpinan sungguh-sungguh percaya akan penilaian dirinya dan kemampuan
kepemimpinannya.

- Memiliki visi dan tujuan ideal yang memformulasikan suatu masa depan yang lebih baik dari
keadaan sekarangn.

- Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan visi secara gamblang.

- Keyakinan yang kuat terhadap visi, komitmen yang kuat, bersedia menerima resiko,
menngeluarkan biaya yang tinggi dan melibatkan diri dalam pengorbanan.

- Perilaku yang keluar aturan memunculkan perilakku baru, tidak konvensional, sering melawan
norma-norma/aturan , dikagumi dan sering membuat kejutan keadaan.

- Dipahami sebagai agen perubahan, bukan pengikut status quo.

- Memiliki kepekaan terhadap lingkungan, mampu menilai lingkungan secara realistis,


melaksanakan menajemen sumber daya untuk perubahan.

Sumber : BMP ADPU4334/Modul 5 Kepemimpinan


diskusi 4 metode penelitian sosial

1. Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan ragam penelitian korelasional adalah
“Hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan tingkat antisipasi terhadap
informasi/berita palsu (hoax) yang tersebar pada media sosial di kelurahan mayang sari kota
jambi ”Dalam mengklasifikasikan variabel pada penelitian ini, saya menggunakan klasifikasi
variabel berdasarkan fungsinya dalam penelitian. Dimana Terdapat dua variabel dalam
penelitian ini,yaitu variabel bebas dan variabel terkait/tergantung. Variabel terkait/tergantung
dipikirkan sebagai akibat, yang keadaannya tergantung pada variabel bebas. Variabel bebas
dipikirkan sebagai sebab.
A.variabel bebas atau independent variabel berupa tingkatpendidikan (X).

B. variabel terkait atau dependent variabel yaitu tingkat antisipasi terhadap informasi/berita
palsu (hoax) yang tersebar pada media sosial (Y)

2. Desain penelitian adalah sebuah rencana, sebuah garis besar tentang “bagaimana
peneliti akan memahami” bentuk hubungan antara variabel yang ditelitinya. Desain
penelitian dirancang untuk menjawab pertanyaan dan atau menguji hipoteis
penelitian, sehingga jika suatu desain penelitian tidak dapat menjawab pertanyaan
atau mengetes hipotesismaka tentu saja tidak dapat disebut sebagai desain
penelitian. Kualitas penelitian dan ketepatan penelitian antara lain ditentukan oleh
desian penelitian yang dipakai. Oleh karena itu desain yang dipergunakan dalam
penelitian harus desain yang tepat. Suatu desain penelitian dapat dikatakan
berkualitas atau memiliki ketepatan jika memenuhi dua syarat yaitu : dapat dipakai untuk
menguji hipotesis (khusus untuk penelitian
kuantitatif analitik) dan dapat mengendalikan atau mengontrol varians.

Ada bermacam-macam desain penelitian. Dalam memilih desain mana yang paling
tepat, ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dan jawaban-jawaban tersebut
merupakan acuan dalam menentukan desain penelitian.
1. Apakah tujuan utama penelitian untuk menjelaskan variable dan kelompok
berdasarkan situasi penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji sebab
akibat pada situasi tertentu?
2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan digunakan?
3. Jika ya, apakah treatment akan dikontrol oleh peneliti?
4. Apakah sampel akan dikenai pretest sebelum treatment?
5. Apakah sampel akan diseleksi secara random?
6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau dibagi menjadi
beberapa kelompok?
7. Berapa besarnya kelompok yang akan diteliti?
8. Berapa jumlah masing-masing kelompok?
9. Apakah setiap kelompok akan diberikan tanda secara random?
10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?
11. Apakah menggunakan pengumpulan data corss-sectional atau cross time?
12. Apakah variable sudah diidentifikasi?
13. Apakah data yang sedang dikumpulkan memiliki banyak variable?
14. Strategi apa yang dipakai untuk mengontrol variable yang bervariasi?
15. Strategi apa yang digunakan untuk membandingkan suatu variable atau
kelompok?
16. Apakah suatu variabel akan dikumpulkan secara singkat atau multipel?
 
SUMBER ILMU : http://mathc-edu.blogspot.com/2012/12/identifikasi-klasifikasi-dan-
pemberian.html

Anda mungkin juga menyukai