Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN DISIPLIN DALAM MENINGKATKAN KINERJA TERHADAP

APARATUS SIPIL NEGARA (ASN)


PADA KANTOR SATKER PERENCANAAN DAN PENGAWASAN JALAN NASIONAL
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Shinta Wulandari Lay


Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Terbuka Kupang

ABSTRAK

Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dibutuhkan penerapan
disiplin yang tinggi. Oleh sebab itu organisasi harus menciptakan disiplin kerja yang tinggi
dalam rangka pencapaian tujuan. Karena disiplin dalam pekerjaan sangat penting bagi suatu
organisasi, sebab tanpa disiplin tidak akan ada usaha bersama yang konstruktif di dalam nencapai
tujuan bersama. Satker P2JN NTT sendiri adalah kantor pemerintahan dibawah naungan
Kementerian PUPR yang dimana tuntutan pekerjaan membuatuh kedisplinan dari pegawai yang
berkerja di termpat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan disiplin dalam rangka
meningkatkan kinerja pegawai dilingkungan Satker P2JN NTT demi mendapatkan kualitas
pekerjaan yang maksimal. Kedisiplinan terhadap ASN merupakan suatu kemutlakan. Terlebih
lagi ASN yang bertugas di Satker P2JN NTT adalah merupakan agen Kementerian PUPR yang
berfungsi sebagai unit pelayan langsung kepada masyarakat dalam bidang jalan dan jembatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang menggambarkan secara rinci
lewat wawancara dengan para informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan pegawai cukup baik, terlihat
dari indicator-indikator yang digunakan lewat wawancara mendalam kepada para informan dan
informan kunci, menunjukkan hasil positif meskipun tidak terlepas dari beberapa kekurangan.
Untuk kedepannya diharapkan kepada Kepala Satuan Kerja P2JN NTT dapat memberikan sanksi
yang tegas untuk memberikan efek jerah bagi pegawai yang tidak disiplin.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun
bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan
manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi.
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai unsur utama sumber daya aparatur negara
memiliki peranan yang menentukan keberhasilan dalam penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan. Pegawai negeri sipil yang mampu menjalankan peranan tersebut adalah
sosok PNS yang memiliki kompetensi yang diindikasikan dari sikap disiplin yang tinggi,
kinerja yang baik, sikap dan perilaku yang penuh kesetiaan dan ketaatan pada Negara,
bermoral dan bermental baik, sadar akan tanggung jawabnya sebagai pelayan public,
professional serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Kedisiplinan ASN merupakan suatu kemutlakan. Terlebih lagi Pegawai Negeri Sipil
yang bertugas di daerah kecamatan karena mereka merupakan agen pemerintah yang
berfungsi sebagai unit pelayan langsung kepada masyarakat. Kedisiplinan pegawai perlu
dilakukan penanganan secara jelas karena pada dasarnya mencerminkan prestasi kerja
seorang pegawai itu sendiri. Begitu penting kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil sehingga
Pemerintah melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara selalu berupaya agar pegawai
selalu meningkatkan tingkat kedisiplinannya yang juga merupakan upaya peningkatan
prestasi kerjanya
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang
berdasarkan pasal 86 yang mengatakan bahwa dalam menjamin terpeliharanya tata tertib
dalam kelancaran pelaksanaan tugas PNS wajib mematuhi aturan disiplin PNS, instansi
pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS serta melaksanakan
berbagai upaya peningkatan disiplin,PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin, serta ketentuan lebih lanjut mengenasi disiplin sebagaimana dimaksud
pada Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Pasal 1 yang berbunyi disiplin pegawai negeri sipil adalah kesanggupan pegawai negeri sipil
untuk menghindari larangan dan menaati kewajiban yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan atau peraturan kedinasan yang apabila dilanggar 2 Dijatuhi hukuman
disiplin. Peraturan disiplin pegawai negeri sipil yang dimaksud yaitu peraturan yang
mengatur saksi, larangan dan kewajiban. Apabila kewajiban – kewajiban tidak di taati atau
dilanggar oleh pegawai negeri sipil.
Pendapat-pendapat diatas mengisyaratkan bahwa baik disiplin kerja maupun kinerja
dalaminstansi pemerintah menunjukkan gejala menurun atau rendah. Kepemimpinan dalam
suatu organisasi mempunyai dampak cukup luas termasuk perilaku pegawai, kepemimpinan
yang mampu menggerakkan pegawai kemungkinan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Namun, sebaliknya kepemimpinan yang tidak mendapat dukungan dari pegawai
kemungkinan pegawai akan bekerja dengan malas karena rasa kurang simpati kepada
pemimpin. Pemimpin yang baik berupaya menerapkan kedisiplinan yang luwes, sehingga
para bawahannya dapat melaksanakan tugas dan bersikap disiplin berdasarkan kesadaran
pegawai tanpa adanya paksaan, namun pimpinan yang otoriter cendrung memaksakan
kehendak pada bawahannya, sehingga disiplin bawahan merupakan disiplin yang tidak
bersumber dari kesadarannya sendiri. 5 Pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap
pegawai memungkinkan pegawai dapat bekerja lebih baik, demikian halnya dengan
penerapan disiplin terhadap pegawai tentunya dapat membentuk pribadi pegawai yang
bertanggung jawab sehingga pekerjaan dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Hal ini
seperti dinyatakan oleh Handoko (2003: 361) pengawasan dirancang membutuhkan tata
tertib yang mempunyai tujuan untuk mengantisipasi masalahmasalah atau penyimpangan-
penyimpangan dari standar atau tujuan yang telah digariskan.
Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) sendiri
mempunyai 32 pegawai dengan rincian 11 orang merupakan PNS dan 21 orang merupakan
tenaga Non PNS. Yang dimana dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sehari
mengalami kendala karena ketidakdisplinan dari pegawai-tersebut dalam hal tidak mengikuti
apel pagi, masuk kerja tidak tepat waktu, pulang kerja tidak sesuai waktu dan lalai terhadapa
tugas dan tanggung jawab yang diberikan.
Dari permasalah-permasalahan ketidakdiplinan diatas membuat penulis tertarik untuk
membahas lebih detail tentang “PENERAPAN DISIPLIN TERHADAP APARATUS
SIPIL NEGARA PADA SATUAN KERJA PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
NASIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitia yang diambil
adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan kebijakan disiplin terhadap Aparatur Sipil Negara pada Satuan
Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur.
2. Apa yang menjadi penghambat dalam penerapan kebijakan disiplin terhadap Aparatur
Sipil Negara pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi
Nusa Tenggara Timur
3. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kedisplinanan Aparatur Sipil
Negara pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa
Tenggara Timur

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN


1. Mengetahui dan menganalisis pelaksanaan peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil dalam
mewujudkan kinerja Aparatur Sipil Negara pada Satuan Kerja Perencanaan dan
Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. Mengetahui dan menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan disiplin
Aparatur Sipil Negara pada Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Timur
3. Mengetahui dan menganalisis upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-
kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan disiplin Aparatur Sipil Negara pada Satuan
Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL

A. APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)


ASN adalah singkatan dari Aparatur Sipil Negara, yaitu pegawai yang bekerja pada
instansi pemerintah di tingkat pusat maupun daerah. Aparatur Negara adalah alat
kelengkapan negara terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan
kepegawaian, yang mempunyai tanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-
hari yang meliputi aparatur kenegaraan dan pemerintahan sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat, bertugas dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan negara dan
pembangunan serta senantiasa mengabdi dan setia kepada kepentingan, nilai- nilai dan cita-
cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 
Aparatur Negara sebagai penyelenggara pemerintahan diberikan tanggung jawab
untuk merumuskan langkah-langkah strategis dan upaya-upaya kreatif guna mewujudkan
kesejahteraan masyarakat secara adil, demokratis dan bermartabat.
Definisi tentang ASN dan PNS termasuk PPPK telah diatur dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Disebutkan bahwa, Aparatur Sipil Negara
atau ASN adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah.
Jadi, istilah ASN mencakup semua pegawai pemerintah baik yang berstatus PNS
ataupun PPPK. Sehingga bisa dikatakan bahwa seorang ASN belum tentu PNS, sebab bisa
saja dia adalah PPPK. Sedangkan Semua PNS sudah pasti ASN.

B. KONSEP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


Dalam Pamudji (1992 : 34), Implementasi menurut kamus berasal dari bahasa inggris
”implementation” yang artinya pelaksanaan. Implementation kemudian menjadi salah satu
kata serapan yang dijadikan bahasa indonesia menjadi implementasi. Selanjutnya dalam
Awang (2010 : 30), disebutkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis,
dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada
akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu
sendiri.
Kebijaksanaan merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman,
pegangan, atau petunjuk bagi setiap usaha dan aparatur pemerintah, sehingga tercapai
kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai tujuan tertentu. (Kansil, 2003 : 190).
Pembuatan kebijakan merupakan sebuah aktivitas yang diarahkan tujuan, sebagai yang
memiliki ciri tersendiri dari aktifitas fisik yang bertujuan untuk mempengaruhi prosfektif
(masa depan) alternatif (cadangan) dalam arah yang dikehendaki. (Tangkilisan, 2003 : 6).
Selanjutnya yang dimaksud dengan analisis kebijakan adalah aktivitas menciptakan
tentang dan dalam proses pembuatan kebijakan. Dalam menciptakan pengetahuan tentang
proses pembuatan kebijakan analisis kebijakan meneliti sebab, akibat, dan kinerja kebijakan
dan program publik. Analisis kebijakan dilakukan untuk menciptakan secara kritis, menilai
dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau lebih
tahap proses pembuatan kebijakan. (Dunn, 2000 : 23).
Dalam organisasi pemerintah, kebijakan yang dibuat Pemerintah dalam bentuk
peraturan perundang-undangan dilaksanakan oleh aparatur pemerintah yaitu Pegawai Negeri
Sipil yang mempunyai tugas dan kewajiban sebagai abdi negara dan masyarakat. Yang
dimaksud dengan implementasi kebijakan yakni merupakan proses lebih lanjut dari tahap
formulasi kebijaka. Pada tahap formulasi ditetapkan strategi dan tujuan kebijakan,
sedangkan tindakan (action) untuk mencapai tujuan diselenggarakannya pada tahap
implementasi kebijakan. (Awang, 2010 : 28). Implementasi kebijakan publik merupakan
upaya untuk merealisasikan suatu keputusan atau kesepakatan yang telah ditetapkan
sebelumnya. (Awang, 2010 : 31).

C. DISIPLIN PEGAWAI
Kedisiplinan adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu organisasi. Dikatakan
sebagai faktor yang penting karena disiplin akan mempengaruhi kinerja pegawai dalam
organisasi. Semakin tinggi disiplin pegawai, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
dicapai.
Disiplin adalah merupakan cerminan besarnya tanggungjawab seseorang dalam
melakukan tugas – tugas yang diberikan kepadanya yang mendorong gairah dan semangat
kerja seseorang. Pada umumnya disiplin yang baik apabila pegawai datang ke kantor
ataupun perusahaan dengan teratur dan tepat waktu. Mereka berpakaian serba baik pada
tempat bekerjanya. Mereka menggunakan bahan – bahan dan perlengkapan dengan hati –
hati. Mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti
cara kerja yang ditentukan oleh perusahaan dan menyelesaikan dengan sangat baik
( Hasibuan ,2000:190 ).
Dalam peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 pasal 1 tentang disiplin pegawai
negeri sipil, dijelaskan bahwa disiplin pegawai negeri sipil adalah kesanggupan pegawai
negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghidari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undang dan/atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau
dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Secara tegas disebutkan jenis hukuman disiplin yang
dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman
bagi pejabat yang berwenang menghukum serta memberikan sebagai kepastian dalam
menjatuhkan hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan kewenangan bagi pejabat
yang berwenang menghukum ditentukan dalam peraturan pemerintah ini.
Selanjutnya dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan bahwa Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan
bahwa tingkat hukuman disiplin berbunyi:
a) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
 Hukuman disiplin ringan
 Hukuman disiplin sedang
 Hukuman disiplin berat
b) Jenis hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
 Teguran lisan
 Teguran tertulis
 Pernyataan tidak puas secara tertulis.
c) Jenis hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari:
 Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1(satu) tahun
 Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun
 Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
d) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri dari:
 Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun
 Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah
 Pembebasan dari jabatan
 Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai PNS
 Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS.

D. KONSEP KINERJA
Pengertian kinerja atau prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam As’ad,
1991:47) sebagai kesuksesan seseorang didalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas
lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerj adalah “succesfull role achievment” yang
diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (As’ad, 1991:46-47). Dari batasan tersebut
As’ad menyimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran
yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan. Sedangkan Suprihatno (dalam srimulyo,
1999:33) mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kerja seseorang karyawan selama periode
tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target/sasaran atau kinerja
yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
Menurut J. Fred Weston (dalam stoner dan freemen, 1999:9) menyatakan kinerja
adalah rekayasa suatu organisasi yang diupayakan untuk menghasilkan output tertentu
dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya organisasi tertentu. Chung dan
Meggiston (dalamGomes 1995:42) menterjemahkan kinerja dengan istilah “performance”
yang diartikan tingkat prestasi kerja atau produktifitas, ataupun keberhasilan seseorang atau
kelompok selama periode tertentu. Pengertian tersebut dapat ditafsirkan sebagai tingkat
pencapaian suatu kegiatan atau program kebijaksanaan dalam mendapatkan sasaran, tujuan,
visi, misi di organisasi.
Menurut Dessler (1992 : 514), ada 5 (lima) faktor dalam penilaian kinerja, yaitu :
 Kualitas pekerjaan meliputi: akuisi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran;
 Kuantitas Pekerjaan meliputi: Volume keluaran dan kontribusi
 Supervisi yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran, arahan atau perbaikan
 Kehadiran meliputi: regularitas, dapat dipercaya/diandalkan dan ketepatan waktu
 Konservasi meliputi: pencegahan pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan.
E. KONSEP OPERASIONAL
Adapun yang menjadi konsep operasional dalam penelitian mengenai Implementasi
Kebijakan Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Pada Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Riau, adalah sebagai berikut :
1. Pegawai Negeri Sipil adalah setiap Warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas negara lainnya, dan gajinya berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku
2. Pegawai Negeri Sipil dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil pada Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Riau.
3. Implementasi merupakan suatu proses pelaksanaan dari suatu kegiatan yang telah dibuat
dan telah disusun sedemikian rupa.
4. Implementasi kebijakan merupakan upaya untuk merealisasikan suatu keputusan atau
kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya.
5. Disiplin ialah ketaatan, kepatuhan dalam menghormati dan melaksanakan suatu sistem
yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku.
6. Disiplin dalam penelitian ini adalah Disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil pada Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Riau.
7. Pelaksanaan Disiplin Kerja pada penelitian ini menggunakan dua tipe yaitu Disiplin
Preventif dan Disiplin Korektif.

Disiplin Preventif yaitu kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan
agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat
dicegah, sasaran pokoknya adalah untuk mendorong disiplin diri diantara para karyawan,
dengan cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka bukan semata-mata karena
dipaksa manajemen. Pada penelitian ini, langkah dalam disiplin preventif meliputi :
1. Pegawai mengikuti apel pagi dan mengisi daftar hadir pada waktu mulai jam kerja sampai
dengan saat mengakhiri jam kerja.
2. Pegawai melakukan pekerjaannya pada bagian atau seksinya masing-masing.
3. Pegawai memakai seragam kerja pada waktu bekerja.
Disiplin Korektif adalah kegiatan yang diambil untuk menangani pelanggaran
terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih
lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu bentuk hukuman disiplin yang dalam hal ini
mengacu pada pasal 7 PP. No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, yaitu :
1. Hukuman disiplin ringan
2. Hukuman disiplin sedang
3. Hukuman disiplin berat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Berangkat dari rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2007:17) penelitian deskriptif yaitu jenis penelitian
yang memberikan gambaran atau uraian suatu keadaan pada objek yang diteliti. Data yang
terkumpul akan dianalisa secara kualitatif. Dimana peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat,
didengar, dirasakan dan ditanyakan.

B. LOKASI PENELITIAN
Dalam Penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian pada Satuan Kerja
Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan alasan
bahwa pada Satker tersebut penulis menduga bahwa pelaksanaan disiplin oleh ASN tersebut
belum terlaksana dengan baik misalnya masih adanya ASN yang tidak apel pagi dan tidak
masuk kantor tanpa ada keterangan, kemudian masih banyak ASN yang keluar di saat jam
kerja tanpa ada alasan yang sah, serta masih ada ASN yang tidak tepat waktu dalam
menyelesaikan tugas/pekerjaannya yang diserahkan kepada ASN tersebut. Hal ini
menimbulkan dugaan penulis bahwa penyebab tidak disiplinnya ASN pada Badan tersebut
dikarenakan tidak adanya hukuman disiplin yang diberikan kepada ASN yang melakukan
pelangaran Disiplin.

C. FOKUS PENELITIAN
Fokus Penelitian Kinerja aparatur pemerintah adalah kemampuan kerja atau prestasi yang
ditampilkan/diperhatikan sesuai dengan kriteria atu prosedur yang telah ditentukan. Oleh
sebab itu fokus dalam penelitian ini adalah :
1. Jenis-jenis masalah pegawai
2. Faktor-faktor yang penting dalam menerapkan disiplin kerja
3. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja
D. INFROMAN
Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kasatker P2JN NTT, Asisten
Umum, Asisten Pengawasan, Asisten Perencanaan dan beberapa orang staf di Kantor Satker
yang dianggap dapat memberikan informasi tentang topik penelitian.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Observasi
Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan langsung terhadap penerapan disiplin di
kantor Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa
Tenggara Timur
2. Wawancara mendalam (in depth interview).
3. Studi Dokumen Untuk lebih mengakuratkan data-data penelitian, penulis juga
menggunakan Studi Dokumen. Data dan dokumentasi yang diperoleh di lapangan tentang
penerapan disiplin di kantor Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional
Provinsi Nusa Tenggara Timur

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menganalisa data yang ada adalah
sebagai berikut :
1. Kategorisasi, dalam hal ini data-data yang diperoleh dari lapangan dikategorisasikan
berdasarkan data prioritas yang dianalisa dan data yang tidak diprioritaskan untuk analisa.
2. Reduksi adalah sebuah langkah dengan menghilangkan atau menegaskan data tertentu
yang dinilai tidak perlu untuk dianalisa secara lebih lanjut untuk kepentingan penelitian.
3. Interpretasi adalah tahapan akhir dari proses analisa data, dimana memberikan tafsiran,
penjelasan-penjelasan yang berkaitan erat dengan data-data yang menjadi isu dalam
penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DISIPLIN TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL


PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI RIAU

Hasil penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN Pada Satuan
Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah
sebagai berikut
1. Adapun rekapitulasi jawaban keseluruhan responden mengenai Implementasi Kebijakan
Disiplin Terhadap Pegawai Negeri Sipil Pada Satker P2JN NTT, yaitu sebanyak 21,43 %
responden menjawab Terimplementasi, kemudian yang menjawab Kurang
Terimplementasi sebanyak 64,29 %. Selanjutnya yang menjawab Tidak Terimplementasi
sebanyak 14,29 %. Dengan demikian, jawaban keseluruhan responden mengenai
Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN Pada Satker P2JN NTT dikategorikan
Kurang Terimplementasi dengan porsentase 64,29 %.
2. Adapun analisa penulis mengenai Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN Pada
Satker P2JN NTT, penulis menyimpulkan masih Kurang Terimplementasi, yang mana
penulis menilai bahwa pelaksanaan disiplin baik itu Disiplin Preventif maupun Disiplin
Korektif masih belum dilaksanakan dengan baik oleh pegawai.

Hambatan-hambatan dalam Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN Pada Satker


P2JN NTT, yaitu sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kesadaran ASN Pada Satker P2JN NTT terhadap pentingnya sikap
disiplin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
2. Masih belum tegasnya pimpinan dalam menindak ASN Di Satker P2JN NTT tersebut yang
melakukan pelanggaran disiplin sehingga pelanggaran disiplin tersebut masih terus terjadi.
3. Masih kurangnya pengawasan dari pimpinan yakni Kepala Satuan Kerja dan Para Asisten
terhadap tugas atau pekerjaan yang dilaksanakan oleh bawahannya khususnya yang
berhubungan dengan pelayanan masyarakat, sehingga masih dijumpai pegawai yang lalai
terhadap tugas pelayanannya tersebut.

Adapun Variabel penelitian dari Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN pada
Satker P2JN NTT, mengacu pada pendapat Handoko (2008 : 208-209), yang mengatakan
bahwa disiplin sebagai suatu kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar
organisasional. Ada dua tipe pendisiplinan yaitu Preventif dan Korektif.
1. Kebijakan Disiplin Preventif dalam penelitian ini dengan indikator :
 Pegawai mengikuti apel pagi dan mengisi daftar hadir pada waktu mulai jam kerja
sampai dengan saat mengakhiri jam kerja.
 Pegawai melakukan pekerjaannya pada bagian atau seksinya masing-masing.
 Pegawai memakai seragam kerja pada waktu bekerja.
2. Kebijakan Displin Korektif dalam penelitian ini dilakukan melalui tindakan/hukuman
disiplin yang mengacu pada pasal 7 PP. No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil, yaitu :
 Hukuman disiplin ringan
 Hukuman disiplin sedang
 Hukuman disiplin berat

Berikut jawaban responden dari penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Disiplin


Terhadap ASN Pada Satker P2JN NTT, yaitu : Adapun saran penulis dari penelitian mengenai
Implementasi Kebijakan Disiplin Terhadap ASN Pada Satker P2JN NTT, adalah sebagai
berikut :
1. Kepada Kepala Satuan Kerja P2JN NTT dan Para Asisten hendaknya menindak
pegawainya yang melakukan pelanggaran disiplin sesuai dengan tingkat pelanggarannya
dengan didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang baerlaku.
2. Kepada Kepala Satuan Kerja P2JN NTT dan Para Asisten hendaknya selalu memberikan
pemahaman kepada pegawainya tentang pentingnya Disiplin bagi ASN dan organisasi,
serta memberikan penjelasan tentang hukuman pelanggaran disiplin menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku yakni Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
3. Kepada Kepala Satuan Kerja P2JN NTT dan Para Asisten hendaknya selalu melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
khususnya yang menyangkut pelaksanaan fungsi pelayanan. Hal ini bertujuan agar
pegawainya melaksanakan tugas dengan baik dan benar serta mampu meningkatkan
kualitas atau mutu layanan menjadi lebih baik.
4. Kepada seluruh ASN pada Satker P2JN NTT hendaknya menyadari pentingnya disiplin
bagi dirinya dan organisasi dan menerapkan sikap disiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya, sehingga nantinya diharapkan akan memberikan pengaruh positif bagi
peningkatan kinerja pegawai tersebut maupun peningkatan kinerja organisasi.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Keberhasilan pembangunan adalah merupakan wujud nyata dari kemampuan aparat yang
bersih dan berwibawa dan mampu mengantisipasi dalam pembangunan. Dan oleh karena
itu segala potensi yang ada harus dioptimalisasikan pemanfaatannya termasuk didalamnya
adalah sumber daya manusia atau manusia pembangunan
2. Faktor manusia merupakan faktor terpenting serta sangat menentukan dalam rangka
peningkatan kinerja pegawai, terutama berkaitan dengan sikap mental produktif, yaitu
sikap mental yang mengutamakan kerja dan menghargai waktu sebagai bagian dari
kebiasaan hidup yang baik. Jadi pimpinan melalui pengawasan yang efektif merupakan
kunci peningkatan disiplin pegawai.
3. Terdapat beberapa faktor yang mendukung peningkatan kinerja pegawai yaitu motivasi
kerja/dorongan kehendak untuk berusaha, disiplin kerja yaitu sikap tingkah laku yang
berupa kepatuhan dan ketaatan secara sadar pada aturan-aturan yang berlaku dan etika
kerja yaitu seperangkat nilai-nilai atau norma-norma yang diterima dalam masyarakat
sebagai pedoman pola tingkah laku manusia.

B. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka disarankan agar :
1. Untuk meningkatkan kualitas kerja pegawai, maka diharapkan kepada setiap aparat
pemerintah (Aparatus Sipil Negara) khususnya di kantor Satker P2JN NTT untuk lebih
memperhatikan kedisiplinan dalam pelaksanaan tugas
2. Para pimpinan disarankan untuk dapat meningkatkan pembinaan dan pengawasan sehingga
dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahan, dengan
demikian akan meminimalisasikan terjadinya tindakan yang melanggara aturan
(indisipliner).
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Alfabeta, Bandung.


https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/678
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Arifin, Imro. Dkk. 2018. Strategi Preventif Menumbuhkan Kedisiplinan Pegawai Kantor
Perpustakaan dan Arsip Pemerintah. Vol 1 No 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article/view/20820
Wahyu Hartomo Jakarta : KPP dan PA,, 2016 Buku Pintar Disiplin Pegawai
Dr. Sahya Anggara, M.Si , 2016 Tentang Administrasi Kepegawaian Negara
https://jdih.maritim.go.id/cfind/source/files/peraturan-umum/peraturan-bkn-nomor-6-tahun-
2022.pdf

Anda mungkin juga menyukai