Anda di halaman 1dari 39

Modul 5

Lembaga Eksekutif, Lembaga Legislatif,


dan Lembaga Yudikatif
di Indonesia
Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia (IPEM 4213)

Evida Kartini, S.Sos., M.Si


Doktrin Pemisahan
Kekuasaan (1)
John Locke (1632-1704)
• Hak milik  kebutuhan akan adanya perlindungan hak 
kontrak sosial.
• Negara, sebagai hasil kontrak sosial, merupakan usaha
bersama individu untuk menjaga keberlangsungan hidup,
kebebasan, dan harta kekayaan. Yang memiliki kekuasaan
adalah rakyat, negara memerintah berdasarkan
persetujuan rakyat (government by the consent of the
people).
• Kekuasaan negara dibatasi konstitusi dan dicegah
tersentralisasi pada satu tangan  Pemisahan kekuasaan:
legislative power, executive power, dan federative
power.
Doktrin Pemisahan
Kekuasaan (2)
Montesquieu (1689-1755)
• Harus ada pemisahan kekuasaan untuk menjamin
political liberty rakyat.
• Konsep “Trias Politica”, yaitu pemisahan kekuasaan
antara legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
• Mandat negara untuk berkuasa dan mengatur adalah
dari rakyat.
• Klasifikasi bentuk negara: republik (bentuk paling
ideal), monarki, dan despotis.
Doktrin Pemisahan
Kekuasaan (3)
Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
• Teori kontrak sosial (du contract social)  Negara
merupakan produk perjanjian sosial. Negara berdaulat
atau absah (legitimate) selama mendapatkan mandat
atau dikehendaki oleh rakyat. Negara yang tidak lagi
sejalan lagi dengan volonte generale akan mengalami
krisis.

• Keabsahan negara ditentukan oleh adanya “kemauan”


(the will) dari badan legislatif dan “kekuatan” (the
strength) dari badan ekesekutif yang bekerja sama secara
harmonis.
Definisi Lembaga
Eksekutif
Austin Ranney
“The heads of non-legislative and non-judicial agencies who are
elected or appointed for limited terms to supervise the making and
execution of government policies.”
• Dalam pemahaman Ranney di atas lembaga eksekutif mengacu
kepada institusi atau aktivitas pemerintahan yang secara jelas
tidak dalam wilayah baik legislatif atau lembaga yudikatif.
Fungsi Dasar
Lembaga Eksekutif
• Kepala negara (chief of state)
 pejabat yang betindak sebagai pimpinan formal
atau juru bicara pemerintah.
• Kepala pemerintahan (head of government)
 pejabat yang memimpin dan mengawasi
pelaksanaan kebijakan pemerintah. Ini merupakan
fungsi yang paling berpengaruh dalam pembuatan
kebijakan umum dalam pemerintahan modern.
Wewenang Eksekutif
• Diplomatik
• Administratif
• Militer
• Yudikatif
• Legislatif
Eksekutif sebagai
Kepala Negara
• Tipe :
 Hereditary monarch
 Elected “monarch”
 Directly elected heads of government
 Swiss collegial executive
• Fungsi
 Simbolik dan seremonial
 Reigning
Eksekutif Sebagai
Kepala Pemerintahan
Sistem Presidensial
• Dipimpin oleh Presiden yang memiliki masa jabatan tertentu.
• Para menteri adalah pembantu presiden, yang dipimpin langsung olehnya.
Sistem Parlementer
• Para menteri dipimpin oleh PM sebagai “bagian badan eksekutif yang
bertanggung jawab”  prinsip ministerial responsibility. Sedangkan dalam
sistem monarki konstitusional, raja adalah “bagian badan eksekutif yang
tidak dapat diganggu gugat”.
• Kabinet parlementer mencerminkan kekuatan di parlemen. Besar dukungan
di parlemen menentukan bertahan atau jatuhnya kabinet.
• Selain itu terdapat kabinet ekstraparlementer, yang dibentuk oleh formateur
kabinet yang tidak terikat pada konstelasi politik di parlemen (zaken kabinet
dan nationaal kabinet).
Eksekutif Indonesia
Era Orde Lama
Masa Demokrasi Parlementer
• Pada masa-masa awal kekuasaannya, Sukarno tidak terlalu
dominan, karena:
o Indonesia sedang dalam masa perjuangan kemerdekaan;
o Para founding fathers memiliki pengaruh yang terdistribusi
secara relatif merata;
o State building dan nation building;
o Eksperimentasi demokrasi.
• Eksekutif era ini didominasi oleh Perdana Menteri yang mewakili
kepentingan partai politik
Eksekutif Indonesia
Era Orde Lama
Masa Demokrasi Terpimpin
• Setelah 12 tahun menjadi pemimpin simbolis, Sukarno mengambil
inisiatif perubahan:
o Dominasi presiden di dalam pemerintahan
o Pemerintahan otoriter
o Presiden didukung oleh PKI dan militer
o Sukarno mengaplikasikan “demokrasi terpimpin” cukup lama,
atau sekitar 9 tahun.
• Isu kepemimpinan Soidarity maker vs administrator, pembangunan
politik vs pembangunan ekonomi
• Kepemimpinan internasional
Eksekutif Indonesia
Era Orde Baru
• Negara Pembangunan
o Suharto memulai kepemimpinannya dalam keadaan krisis
ekonomi;
o Perbaikan ekonomi menjadi agenda utama kampanye
kepemimpinan Suharto;
o Trilogi pembangunan: pertumbuhan, stabilitas, pemerataan;
o Pembangunan Jangka Panjang dan Repelita.
• “Demokrasi Pancasila”
o Prioritas pada stabilitas politik dan ekonomi
o Institusionalisasi demokrasi
o Legitimasi politik
o Legitimasi ekonomi
• Kepemimpinan internasional
Eksekutif Indonesia
Era Orde Baru
• Semi-demokrasi?
o Kekerasan politik
o Pembatasan media massa
o Pembatasan partai politik
- Jumlah dibatasi melalui fusi parpol
- Asas tunggal
o Kontrol birokratis
- Monoloyalitas pegawai negeri sipil
- Depdagri bertanggung jawab atas pelaksanan pemilu dan
pembinaan parpol
o Tidak ada pembatasan masa berkuasa
• Executive Heavy
Eksekutif Indonesia
Era Reformasi
B.J. Habibie
• Latar belakang sipil, teknokrat dan muslim
• Transisi Demokrasi
Pakta reformasi
Perbaikan ekonomi
Institusionalisasi demokrasi
Citra pemerintahan kuat vs. demokrasi
• Perimbangan kekuasaan
Dukungan mesin politik Suharto
Eksekutif Indonesia
Era Reformasi
KH Abdurrahman Wahid
• Latar belakang reformis dan NU
• Kepemimpinan
- Reformis
- Pro-rakyat kecil dan kelompok minoritas
- Independen
- Konfliktual
• Perimbangan kekuasaan
- Dukungan Poros Tengah dan Golkar
• Kepemimpinan internasional
- Citra pemerintahan muslim demokratis
- Mengembalikan kepemimpinan internasional Indonesia
Eksekutif Indonesia
Era Reformasi
Megawati Sukarnoputri
• Latar belakang oposisi, nasionalisme, dan simbol
perlawanan rakyat kecil
• Kepemimpinan
o Simbol kemenangan demokrasi
- Perempuan
- Partai pemenang pemilu
o Fokus pada pembangunan ekonomi
• Perimbangan kekuasaan
o Dukungan Poros Tengah, Partai Golkar, dan PDIP.
Eksekutif Indonesia
Era Reformasi
Susilo Bambang Yudhoyono
• Latar belakang teknokrat dan militer muslim reformis
• Kepemimpinan
 Popularitas tinggi
 Teknokrasi
 Orientasi pada pemilu
• Perimbangan kekuasaan
 Dukungan koalisi PD, P. Golkar, PAN, PKB, PKS,
PPP
Eksekutif Indonesia
Era Reformasi
Joko Widodo
• Berasal dari sipil dan muslim reformis
• Sebelumnya pernah menjabat sebagai Walikota Solo sebanyak
2 periode, Gubernur DKI Jakarta
• Simbol rakyat kecil
• Fokus pada pembangunan infrastruktur
• Penghapusan Petral dan pengurangan subsidi BBM
• Perimbangan kekuasaan berasal dari dukungan PDIP, Nasdem
Hanura, dan PKB, namun dalam perjalanannya kemudian
dukungan bertambah dari P. Golkar, PPP, dan PAN
Lembaga Legislatif
• “Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas
anggota dewasa masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem
perwakilan yang menjamin bahwa pemerintah pada akhirnya
mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya kepada
masyarakat.” (C. F. Strong)
• Perwakilan  konsep bahwa seseorang atau suatu kelompok orang
mempunyai kemampuan/kewajiban untuk bebicara dan bertindak
atas nama suatu kelompok yang lebih besar.
• Ada dua macam perwakilan, yaitu political representation dan
functional/occupational representation.
• Political representation  perwakilan melalui partai politik dalam pemilu.
• Functional representation, contoh DPR Masa ORBA (UD dan UG), parlemen
Pakistan dan India (basis agama, perempuan)
Fungsi Lembaga
Legislatif
Menurut Prof. Miriam Budiardjo, ada dua fungsi
yang paling penting dari lembaga ini:

• Menentukan kebijakan dan membuat perundang-


undangan (legislasi). Untuk melaksanakan fungsi ini
lembaga legislatif diberi hak inisiatif, hak untuk
mengamandemen terhadap RUU, dan hak budget (dalam
pembuatan anggaran);

• Mengontrol eksekutif. Lembaga legislatif dilengkapi hak


bertanya, hak interpelasi (meminta keterangan), hak
angket (menyelidiki), dan hak mosi.
Struktur Lembaga
Legislatif
• Unicameral
• Kekuasaan terkonsentrasi pada satu unit pusat. Sistem ini dianggap
mencerminkan mayoritas “kehendak rakyat” karena biasanya dipilih
langsung oleh masyarakat.
• Biasanya (tidak selalu!) diterapkan di negara yang secara geografis kecil,
penduduknya homogen dan tidak besar (<10 juta jiwa).
• Bicameral
• Terdiri dari dua majelis, yang biasa digambarkan sebagai majelis rendah
(lower house) dan majelis tinggi (upper house). Sistem ini berdasarkan
keyakinan bahwa kekuasaan sistem satu majelis perlu dibatasi. Sistem ini juga
memberi kesempatan kepada provinsi/negara bagian untuk memajukan
kepentingan-kepentingannya.
• Biasanya dipraktikkan di negara dengan sistem federal atau serikat. Masa
jabatan anggota majelis tinggi biasanya lebih lama, tapi kekuasaannya lebih
kecil dibanding majelis rendah.
Lembaga Legislatif
di Indonesia Pra-
Amandemen UUD 1945
• MPR
• Kewenangan:
• Memilih dan memberhentikan presiden
• Menetapkan GBHN
• Mengamandemen konstitusi
• DPR
• Kewenangan:
• Menetapkan Undang-Undang bersama Presiden
• Mengawasi jalannya pemerintahan
• Menetapkan APBN bersama Presiden
• DPRD
Kritik terhadap
Sistem Lama
• Mekanisme checks and balances antar lembaga tidak berjalan
karena dominasi eksekutif.
• Terjadi disconnect electoral, dimana wakil tidak merasa
terikat dengan terwakil.
• Kedudukan DPRD di dalam pemerintahan daerah.
• Kehadiran Utusan Daerah dan Golongan sebagai bagian dari
akomodasi keanggotan legislatif non-partai hanya
menguatkan suara mayoritas partai pemerintah.
• Sentralisasi kekuasaan di tangan eksekutif melalui kontrol
birokratis
• Sistem fraksi menonjolkan peran partai politik daripada
individu wakil rakyat.
Lembaga Legislatif
Pasca Amandemen
• MPR bukan lagi sebagai lembaga pemegang kedaulatan rakyat.
• MPR tidak memilih presiden, akan tetapi sejak 2004 dilaksanakan
Pilpres langsung. MPR diberi wewenang memilih presiden apabila
Presiden dan Wakil Presiden mengundurkan diri bersamaan.
• MPR dapat memakzulkan presiden jika terdapat putusan MK atas
usul DPR
• Kontrol birokratis terhadap partai politik dan pemilu dikurangi,
sehingga kekuasaan lembaga legislatif menguat.
• Kehadiran DPD sebagai perwakilan non-partai tetap tanpa kekuasaan
yang efektif.
Beberapa Kritik Lembaga
Legislatif Era Reformasi

• Keterwakilan
• Legislative heavy
• Eksekutif yang lemah
Lembaga Yudikatif
Tinjauan Teoritis (1)
• Setiap manusia terlahir dengan hak-hak. Tujuan dari
dibentuknya pemerintahan (negara), melalui kesepakatan antar
individu adalah untuk melindungi berbagai hak ini. Pemerintah,
misalnya, bertanggung jawab untuk menjaga keselamatan fisik
dan keamanan warga negara dan harta mereka (lihat pemikiran
John Lock, Montesquieu dan J.J Rousseau). Inilah latar
belakang mengapa disusun hukum pidana dan ada pejabat
pemerintahan untuk menerapkannya.
• Akan tetapi, jika sebuah pemerintahan melindungi warga
negara dari warga negara yang lain, lalu siapa yang akan
melindungi warga negara dari pemerintah?
Jawaban: Pemisahan kekuasaan.
Lembaga Yudikatif
Tinjauan Teoritis (2)
- Dalam praktik trias politica (L-E-Y), bagaimana lembaga yudikatif
dapat menjalankan fungsi dan kewenangannya?
Jawaban: kemandirian dn kemerdekaan! Cabang kekuasaan kehakiman
harus bebas dari campur tangan cabang kekuasaan lain, sehingga dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya demi penegakan hukum dan
keadilan serta menjamin hak asasi manusia.
- Perlindungan yang utama bagi individu tergantung pada keberadaan
lembaga kehakiman yang tegas dan bebas serta dihormati. Pasal 10
Deklarasi Universal HAM menyebutkan, “everyone is entitled in full
equality to a fair and public hearing by an independent and impartial
tribunal in the determination of his rights and obligation of any
criminal charge against him.”
Fungsi Lembaga
Yudikatif
Sejak abad XVIII secara teori dan organisasi yudikatif terpisah
dari eksekutif dan mengambil alih fungsi dalam menerjemahkan
dan menerapkan hukum.
1. Penegakan hukum; menemukan fakta; menerjemahkan dan
menerapkan hukum; dan menghukum pelanggar.
2. Penyelesaian perselisihan antara tergugat dan penggugat.
3. Judicial Review. Doktrin ini populer pertama kali lahir di
AS pada tahun 1803 pada kasus Marbury versus Madison.
Judicial Review
Judicial review yaitu wewenang untuk menguji apakah suatu
peraturan perundangan sesuai atau tidak dengan peraturan yang
ada diatasnya (undang-undang dasar)
1. Hak Uji Formil (formiele toetsingsrecht) yaitu hak menguji untuk
menilai apakah suatu peraturan perundangan itu telah dibuat
sebagaimana seharusnya menurut peraturan yang lebih tinggi. Yang
ditekankan disini adalah pada mekanisme atau proses penyusunan
suatu peraturan.
2. Hak Uji Materil (materiele toetsingrecht) yaitu hak menguji untuk
menentukan apakah suatu peraturan perundangan yang dibuat oleh
suatu lembaga negara itu isinya tidak bertentangan dengan peraturan-
peraturan yang lebih tinggi, seperti Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar, serta apakah suatu kekuasaan tertentu
(verordende macht) berhak mengeluarkan suatu peraturan tertentu.
Sistem Bifurkasi
• Umumnya lembaga yudikatif menganut sistem bifurkasi
(2 cabang) yang ditandai dengan 2 puncak kekuasaan
kehakiman yaitu:

1. Ordinary Court yang berpuncak pada Mahkamah


Agung;

2. Constitutional Review yang berpuncak pada Mahkamah


Konstitusi.
Pola Umum Praktik
Checks and Balances
LembagaYudikatif
di Era Reformasi
• Penguatan Kekuasaan Yudikatif merupakan salah
satu hasil amandemen yang penting.
• Berdasarkan hasil amandemen khususnya
amandemen UUD 1945 ke-3 tahun 2003, terdapat
tiga lembaga yang sekarang berkait dengan fungsi
yudikatif di Indonesia:
1. Mahkamah Agung
2. Mahkamah Konstitusi
3. Komisi Yudisial
Mahkamah Agung
di Indonesia
• MA memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan kekuasaan
peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum, militer,
agama, dan tata usaha negara.
• MA berwenang mengadili pada tingkat kasasi.
• MA juga berwenang menguji peraturan perundangundangan di
bawah UU terhadap UU.
• MA dipimpin oleh Ketua dan Wakil Ketua MA dan
beranggotakan para Hakim Agung.
• Calon Hakim Agung diajukan oleh Komisi Yudisial kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan, dan ditetapkan sebagai
Hakim Agung oleh Presiden.
• Ketua dan Wakil Ketua MA dipilih dari dan oleh Hakim Agung.
Mahkamah Konstitusi
di Indonesia (1)
• Dasar Pembentukan: Pasal 24 ayat (2) dan Pasal
24C Undang-Undang Dasar 1945 hasil Perubahan
Ketiga yang disahkan pada 9 November 2001
• Indonesia adalah negara ke-78 yang membentuk
MK; sekaligus negara pertama di dunia pada abad
ke-21 yang membentuk MK
• MK dibentuk untuk memperkuat fungsi yudikatif
dalam konteks demokrasi. Dalam kerangka ini, MK
diberi wewenang yudikatif yang luas.
Mahkamah Konstitusi
di Indonesia (2)
WEWENANG
• Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang keputusannya bersifat
final untuk:
• Menguji UU terhadap UUD (judicial review)
• Memutus sengketa kewenangan lembaga negara
• Memutus pembubaran partai politik
• Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.
• Memberikan keputusan pemakzulan (impeachment) Presiden dan/atau
Wapres atas permintaan DPR karena melakukan pelanggaran berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat,
atau perbuatan tercela.
Mahkamah Konstitusi
di Indonesia (3)
Pimpinan dan Keanggotaan
• MK beranggotakan sembilan (9) orang Hakim Konstitusi.
• Keanggotaan MK ditetapkan oleh Presiden.
• Calon Hakim Konstitusi diajukan oleh MA, DPR, dan
Presiden, masing-masing sebanyak tiga (3) orang.
• Ketua dan Wakil Ketua MK dipilih dari dan oleh Hakim
Konstitusi.
• Hakim Konstitusi tidak boleh merangkap jabatan sebagai
pejabat negara.
Komisi Yudisial
di Indonesia (1)
• Lembaga yang bebas dan mandiri.
• Berwenang mengusulkan pengangkatan Hakim
Agung dan menegakkan kehormatan dan perilaku
Hakim.

• Anggota Komisi Yudisial diangkat dan


diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan
DPR.
Komisi Yudisial
di Indonesia (2)
Tugas Komisi Yudisial
1. Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung Komisi Yudisial mempunyai tugas:
• Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung;
• Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung;
• Menetapkan calon Hakim Agung; dan
• Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR.

2. Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat Serta Perilaku Hakim 


Komisi Yudisial mempunyai tugas:
• Menerima laporan pengaduan masyarakat tentang perilaku hakim,
• Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, dan
• Membuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan kepada
Mahkamah Agung dan tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.
Komisi Yudisial
di Indonesia (2)
Pertanggungjawaban dan Laporan
• Komisi Yudisial bertanggungjawab kepada publik melalui DPR,
dengan cara menerbitkan laporan tahunan dan membuka akses
informasi secara lengkap dan akurat

Keanggotaan
• Keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas mantan hakim, praktisi
hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat.
• Anggota Komisi Yudisial adalah pejabat Negara, terdiri dari 7 orang
(termasuk Ketua dan Wakil Ketua yang merangkap Anggota).
• Anggota Komisi Yudisial meemgang jabatan selama masa 5 (lima)
tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan

Anda mungkin juga menyukai