Anda di halaman 1dari 27

Pendidikan Pancasila

dan Kewarganegaraan
Naufal Ahmad 19510334050
Ribkah Angelina Oktaviana 19510334066
Ridhan Renata Sudrajat 19510334075
Sistem Pemerintahan (Pengertian)
 Sistem => suatu keseluruhan yang terdiri atas beberapa
bagian yang mempunyai hubungan fungsional.
 Pemerintahan dalam arti luas = >pemerintah/lembaga-
lembaga negara yang menjalankan segala tugas pemerintah
baik sebagai lembaga eksekutif, legislatif amaupun yudikatif.
 Jadi,
Sistem pemerintahan adalah suatu sistem yang menyangkut
bagaimana bekerjanya komponen- komponen utama dalam
suatu negara, termasuk lembaga eksekutif dan lembaga
legislatif.Sistem pemerintahan sangat menentukan
bagaimana pemerintahan suatu negara dijalankan.
Macam-Macam sistem pemerintahan
A. Sistem Presidensil
 Merupakan sistem pemerintahan di mana kepala pemerintahan dipegang oleh Pre
siden dan pemerintah tidak bertanggung jawab kepada Parlemen (Legislatif).
 CIRI-CIRI:
1. Pemerintahan Presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan
kekuasaan.
2. Eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan
legislatif
3. Kabinet bertanggung jawab kepada Presiden.
4. Eksekutif dipilih melalui pemilu.
B. Sistem Parlementer
 Merupakan suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah (eksekutif) bertanggun
g jawab kepada Parlemen. Dalam sistem pemerintahan ini, parlemen mempunyai k
ekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan
terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab kepada parle
men.
 CIRI-CIRI:
1.Pemerintahan Parlemen didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan.
2. Adanya tanggung jawab yang saling menguntungkan antara legislatif dengan
eksekutif, dan atar presiden dan kabinet.
3. Eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan legislatif.
C.Perbedaan Presidensil dan Parlementer
Bentuk Pemerintahan
Monarki dan Republik
Dikepalai oleh raja, kekuasaan tak
Absolut
terbatas
Dikepalai oleh raja, kekuasaan
Monarki Konstitusional
dibatasi undang undang
(Kerajaan)
Kepala negara adalah raja, Kepala
Parlementer pemerintahan adalah Perdana
Menteri

Dikepalai oleh Presiden, kekuasaan


Absolut
tak terbatas
Dikepalai oleh Presiden, kekuasaan
Konstitusional
dibatasi undang undang
Republik
Kepala negara adalah Presiden,
Parlementer Kepala pemerintahan adalah
Perdana Menteri
Perbedaan Monarki dan Republik
Periode Sistem Pemerintahan di
Indonesia
Struktur Ketatanegaraan Indonesia
Karakteristik yang harus dikembangkan dalam praktik penyelenggaraan
pemerintahan menurut United Nations Development Program:

1. Partisipasi
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam proses pengambi
lan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga perwakilan
, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing
2. Penegakan Hukum
Hukum dan perundang-undangan harus berkeadilan, ditegakkan, dan dip
atuhi secara utuh, terutama aturan hukum tentang hak asasi manusia
3. Transparansi
Informasi harus bisa diakses secara bebas bagi yang membutuhkan. Infor
masi harus disediakan secara memadai dan mudah dimengerti, sehingga
dapat digunakan sebagai alat pengawasan
4. Bersikap Melayani
Setiap instansi harus berusaha sebagai pelayan publik yang baik
5. Konsensus
Pemerintah harus bertindak sebagai penengah bagi berbagai kep
entingan yang berbeda untuk mencapai kesepakatan yang terbaik
bagi kepentingan bersama
6. Berkeadilan
Memberi kesempatan yang sama bagi semua orang untuk menin
gkatkan dan memelihara kualitas hidupnya
7. Efektif dan Efisien
Pemerintah harus menghasilka sesuatu yang benar-benar sesuai d
engan kebutuhan dengan memanfaatkan yang sebaik-baiknya ber
bagai sumber yang tersedia
8. Akuntabel
Para pengambil kebijakan publik harus bertanggung jawab atas k
eputusannya kepada publik
9. Memiliki Visi Strategis
Pemimpin harus memiliki pandangan yang luas dan jangka panjan
g tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik
10. Bersifat Sistemik
Keseluruhan komponen atau unsur dalam pemerintahan harus sali
ng memperkuat dan saling terkait, tidak berjalan sendiri-sendiri
Sistem Pemerintahan Indonesia
1. Sistem Pemerintahan Indonesia Periode 18 Agustus 1945 s/d 27
Desember 1949
Dasar hukum pemerintahan pada saat itu adalah UUD 1945, nam
un UUD 1945 ini belum dapat dijalankan secara murni dan konse
kuen karena saat itu bangsa Indonesia baru saja memproklamasi
kan kemerdekaannya.
Pada tanggal5 Oktober Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin
oleh Supriyadi berdiri. Soedirman menjadi panglima besar meng
gantikan Supriyadi yang gugur dalam pertempuran melawan Jep
ang di Blitar. TKR resmi menjadi TNI pada tanggal 3 Juni 1947.
Tanggal 14 November 1945 dikeluarkan maklumat pemerintah ya
itu dilakasanakan Sistem Pemerintahan Parlemen. Sejak saat ini si
stem presidensial beralih menjadi sistem parlementer
2. Sistem Pemerintahan Indonesia pada saat Konstitusi RIS
Sejak 27 Desember 1949 sampai17 Agustus 1950 berlaku Konstitusi RIS d
an saat itu Indonesia menjadi negara serikat. Sistem pemerintahan yang
dianut oleh konstitusi RIS adalah sistem parlementer
3. Sistem Pemerintahan saat Demokrasi Parlementer (UUDS 1950)
Pada masa ini digunakan sistem demokrasi parlementer atau demokrasi li
beral secara penuh. Demokrasi yang berkembang ini ditandai dengan pe
merintahan oleh partai-partai politik. Meskipun pada sistem pemerintaha
n parlementer atau demokrasi parlementer dikenal gagal, demokrasi di In
donesia dinyatakan mengalami kejayaan dimasa ini. Hampir semua eleme
n atau unsur demokrasi dapat ditemukan perwujudannya dalam kehidup
an politik Indonesia.
Namun demokrasi ini tidak bertahan lama, yaitu antara tahun1950-1959,
ketika Presiden Soekarnomengeluarkan Dekrit Presiden pada 5Juli 1959 y
ang membubarkan Konstituante, dan menyatakan kembali ke UUD 1945.
4. Sistem Pemerintahan dalam Demokrasi Terpimpin
Bagi Soekarno, demokrasi parlementer tidak sesuai dengan keprib
adian bangsa Indonesia yang dijiwai oleh semangat gotong roton
g dan kekeluargaan. Soekarno juga mengemukakan demokrasi ter
pimpin sebagai demokrasi kekeluargaan yang tanpa anarki liberali
sme dan tanpa otokrasi diktator
Peristiwa G-30 S/PKI tahun 1965 mengubah perjalanan politik ban
gsa Indonesia dan menyingkirkan Soekarno dari puncak kekuasaa
n, kemudian menghantar Soeharto menjadi seorang yang sangat
berkuasa dengan memanfaatkan secara maksimal UUD 1945 untu
k kepentingan politiknya selama 32 tahun
5. Sistem Pemerintahan dalam Pemerintahan Orde Baru
Dalam hal APBN, peran presiden sangat menentukan karena dala
m hal ini DPR tidak mampu mengubah substantif apapun yang di
ajukan oleh Presiden. Anggaran tersebut selanjutnya didistribusika
n ke daerah-daerah dalam bentuk DIP (Daftar Isian Proyek), inpres
, dan banpres. Mekanisme ini merupakan proses pendistribusian k
ekayaan negara yang membawa implikasi mobilisasi politik bagi k
epentingan dukungan terhadap Presiden
Karakteristik birokrasi pemerintahan orde Baru secara umum:
 Ketatnya hierarkhi dan legalistik

Karakteristik birokrasi pemerintahan orde Baru menurut pendapat


William Liddle:
 Indonesia memiliki citra diri yang baik hati (benevolence)
Dalam Citra Benevolence ada beberapa
persepsi dari birokrasi di Indonesia
 Persepsi diri sebagai pelindung, pemurah, dan baik hati terhadap
rakyatnya
 rakyat itu tidak tahu apa apa alias bodoh dan oleh karena itu me
reka (rakyat) masih perlu dididik
 Seharusnya rakyat harus patuh, taat dan setia (obidience) kepada
pemerintahnya.
Pola hubungan benevolence-obidience inilah yang mewarnai secara
dominan interaksi antara pemerintah dan masyarakat di Indonesia
 Untuk memperkuat pola hubungan yang bersifat baik hati dan ke
patuhan dalam interaksi masyarakat dan pemerintah
diterapkanlah kebijakan depolitisasi
 Depolitisasi: rakyat dijauhkan dari pemahaman yang kritis dan dib
atasi partisipasi dalam bidang politik
 Kebijakan Depolitisasi dilakukan dengan cara menerapkan
konsep “masa mengambang”
 Konsep ini dianggap:
 Memudahkan kontrol pemerintah terhadap partai politik non pemerintah.
 Memudahkan pemerintah mewujudkan prinsip monoloyalitas bagi semua pe
gawai negeri
 Memudahkan upaya pengebirian (emaskulasi) bagi partai politik.
Konsep pengebirian ini dilakukan dengan 2 cara:
1. Melakukan penyederhanaan sistem kepartaian dari 10 parpol dik
elompokan menjadi 3 parpol (Golkar, PPP, dan PDI)
2. Melakukan kontrol terhadap rekruitmen pimpinan utama partai
politik, sehingga dihasilkan pimpinan parpol yang akomofatif ter
hadap pemerintah.

 Kesimpulan: interaksi pemerintah dengan rakyat yang bersifat ba


ik hati dan kepatuhan, mengharuskan DPR, Partai Politik, organis
asi massa, dan media pers harus menempatkan diri untuk meno
pang pemerintah.
 Dengan Peran sebagai stabilisator dan dinamisator, militer tampa
k sebagai pembentuk suasana agar semua kebijakan pemerintah
Orde Baru dapat diimplementasikan dengan baik
 Yang dirasakan dalam pemerintahan orde baru lebih mengedepa
nkan pendekatan keamanan daripada pendekatan kesejahteraan.
Sehingga pemerintah Orde baru dikenal mengembangkan sistem
politik otoriter. Meskipun pemerintahan Orde baru ketika itu men
yebut dirinya mengembangkan demokrasi Pancasila
Pelaksanaan Sistem Pemerintahan pada
Era Reformasi
 Samuel Huntington mengajukan empat model transisi atau peru
bahan politik, yaitu:
1. Model Transformasi yaitu demokratisasi datang dari pemerintah.
Transisi ini terjadi ketika negara kuat dan masyarakat sipil lem
ah
2. Model Penggantian yaitu pemerintah menyerahkan
kekuasaannya dan digantikan oleh kekuatan kekuatan oposisi. D
emokratisasi muncul dari bawah. Transisi ini terjadi ketika negar
a lemah dan masyarakat sipil kuat
3. Model Transplasi yaitu campuran antara transformasi dan pengg
antian. Transisi ini terjadi ketika pemerintah masih kuat dan ke
kuatan kekuatan oposisi tidak cukup kuat untuk mengguling
kan penguasa yang ada
4. Model Intervensi. Terjadi karena dipaksakan oleh kekuatan luar.
 Posisi DPR yang kuat dikarenakan kewenangan membuat undang
undangada pada DPR
 Pihak pemerintah (eksekutif) hanya memiliki hak untuk mengajuk
an Rancangan Undang Undang.
 Penguatan DPR oleh partai politik dibarengi dengan penguatan p
artai politik (diberlakukan kembali wewenang penarikan anggota
DPR partai politik)
 Anggota DPD proses pemilihannya lebih berat daripada anggota
DPR karna hanya sebagai pelengkap.
 Kewenangan DPD terbatas terhadap pengajuan RUU yang berkait
an dengan otonomi daerah.
Era yang memperlihatkan setiap terjadi pergantian kekuasaan (suksesi)
berjalan tidak normal

I. Peralihan dari sistem parlementer ke sistem presidensial era So


ekarno, melalui dekrit presiden 5 Juli 1959
II. Peralihan dari Presiden Soekarno ke Presiden Soeharto, lewat p
eristiwa tragedi nasional G-30 S/PKI tahun 1965.
III. Transisi demokrasi dari pemerintahan Soeharto (Orde Baru) ke
BJ. Habibie karena desakan massa yang kuat terpaksa Soeharto
menyatakan berhenti tanpa mempertanggungjawabkannya kepa
da MPR yang telah memilih dan sebagai konsekuensi Presiden s
ebagai Mandataris MPR
IV. Peralihan BJ.Habibie ke Abdurrahman Wahid, ternyata partai pol
itik yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilu tidak mem
peroleh dukungan mayoritas di MPR jadi partai pemenang pemi
lu harus rela peluangnya diisi oleh koalisi partai. Belum masa ja
batannya habis, Abdurrahman Wahid diberhentikan oleh MPR, k
arna dianggap melanggar ketika mengangkat Kepala Polri, juga
menolak menghadiri Sidang Tahunan MPR serta hendak membe
kukan parlemen yang nyata-nyata telah bergeser dari sistem pr
esidensial ke parlementer.
Sekian Presentasi dari kelompok kami, bila
mana ada kesalahan dalam tutur kata dan
cara penyampaian kami minta maaf yang
sebesar besarnya

Sekian dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai