berasal dari rakyat, baik secara langsung ataupun melalui perwakilan. Jadi maksud dari
demokrasi itu adalah suatu proses pemungutan suara yang dimana semua warga negaranya
mempunyai hak dan nilai yang sama untuk memilih pemimpinnya agar negaranya dapat
dipimpin atau berjalan dengan baik. Indonesia memang sudah cukup lama menganut sistem
demokrasi, Namun apakah demokrasi di Indonesia sudah berjalan dengan baik saat ini? Dengan
keadaan Indonesia saat ini masih jauh dikatakan bahwa Indonesia sudah jauh lebih baik justru
sebaliknya, Indonesia terus mengalami kemunduran dan masih jauh dari sempurna dalam bidang
politik, ekonomi dan sebagainya. Indonesia memang masih mempunyai segudang masalah,
masalah yang di hadapi di Indonesia memang berat tapi jika ketidak ada ketegasan dari
pemerintah akan membuat masalah-masalah yang ada akan semakin sulit dan kepercayaan
masyarakat pada kinerja dan efektivitas pemerintahan akan semakin berkurang. Dengan begitu
pada akhirnya pemerintahan tidak akan memiliki legitimasi. Contohnya saja banyak pemimpin
dan politisi seringkali melupakan kewajibannya untuk memimpin negara dengan baik dan
memakmurkan rakyatnya, mereka lebih mementingkan dirinya sendiri akan kekuasaan dan
keserakahan yang akhirnya membuat mereka nekat untuk menjadi seorang koruptor akibatnya
banyak nasib rakyat yang harus di korbankan dari rakyat miskin menjadi semakin miskin dan
pejabat yang kaya semakin berlimpah ruah hartanya. Dengan ketidak adilan dan ketidak tegasan
seperti ini dari pemerintah membuat rakyat bertindak sendiri dengan berdemonstrasi menuntut
keadilan dan berbuat onar dengan bertindak kekerasan dan merusak fasilitas umum karena
kekecewaanya terhadap pemerintahan yang dijalankan di Indonesia saat ini. hal yang diperlukan
di Indonesia saat ini seharusnya ketegasan dari pemerintah untuk menentukan sikap yang
seharusnya dan menjalankan keadilan yang sewajarnya. Maksudnya adalah jika pemerintah mau
memperdulikan rakyat dan memiliki visi dan misi yang jelas mengenai arah negara ini dalam
menjalankan tugasnya dengan benar untuk mensejahterakan rakyat dan bersikap adil menindak
para pejabat yang koruptor di hukum sesuai dengan UUD yang berlaku tanpa ada sogokan lagi
dari seorang koruptor untuk hakim pengadilan agar hukumanya diringankan, mungkin
kepercayaan rakyat kepada pemerintahan akan kembali lagi. Namun, sayangnya hal itu belum di
tunjukan oleh pemerintahan Indonesia dan kemungkinan runtuhnya demokrasi di Indonesia akan
tetap ada. Inilah pendapat saya tentang demokrasi di Indonesia saat ini.
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut
UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan
semasa pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari sistem
pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan.
Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya
pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung
dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga
ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem
pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar
pejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di
Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan
negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau
pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa
konstitusi negara itu berisi :
1.
2.
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan perubahan atau
amandemen atas UUD 1945. dengan mengamandemen UUD 1945 menjadi konstitusi yang
bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem pemerintahan yang lebih baik dari
yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945 telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali,
yaitu pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen
itulah menjadi pedoman bagi sistem pemerintaha Indonesia sekarang ini.
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah Diamandemen
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen keempat
tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru.
Sistem pemerintahan baru diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu
2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensial.
Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR. DPR
memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan dibawahnya.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan parlementer dan
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem
presidensial. Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai
berikut;
1.
Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR
tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung.
2.
Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan dari
DPR.
3.
Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
4.
Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan
hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu
diperuntukan dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama.Perubahan baru tersebut, antara
lain adanya pemilihan secara langsung, sistem bikameral, mekanisme check and balance, dan
pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan
fungsi anggaran.
PELAKSANAAN DEMOKRASI
DI INDONESIA
Dalam era globalisasi, perlu kita ketahui apa yang harus dilakukan sebagai
warga negara agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia. Kemajemukan masyarakat merupakan sebuah anugerah dimana
bangsa Indonesia harus memiliki sikap toleransi tinggi untuk hidup
berdampingan dan dan tidak saling menghancurkan. Oleh karena itu,
demokrasi sebagai alat pemersatu bangsa harus diketahui dan dimengerti
oleh setiap warga negara guna terciptanya masyarakat yang kritis dan mampu
berperan aktif sesuai dengan tujuan serta fungsi masyarakat pada umunya.
Selalu terngiang dalam benak kita bahwa terjadi penyimpanganpenyimpangan jabatan oleh politisi negara yang digunakan untuk memperkuat
kepentingan mereka masing-masing. Hampir setiap hari kasus dn skandal
pejabat negara terungkap dan hanya berakhir mengambang dan tak
terselesaikan. Ironisnya, dalam berbagai media masih banyak ditemui
masyarakat yang merasa belum puas dengan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah dan mereka tak mengerti bagaimana cara menyampaikan
aspirasinya.
Kehidupan masyarakat tersebut menyiratkan bahwa pelaksanaan demorasi
yang ada di negara ini belum berjalan dengan optimal. Demokrasi yang
mencakup lima nilai dasar masyarakat Indonesia masih berjalan pincang
karena terlihat belum bisa terlaksana semuanya. Sebagai warga negara, tentu
kita yang merasakan dampak dan akibat kepincangan tersebut. Leh karena
itu, perlu kita untuk mengetahui apa yang harus kita lakukan untuk
menanggulangi keberadaan demokrasi Pancasila agar terus terlaksana
dengan baik sesuai dengan tujuan Pancasila itu sendiri.
Definisi Demokrasi
B.
Demokrasi merupakan terminologi yang sarat akan tafsir dan makna. Hal ini
dapat dilihat bahwa pengertiannya berkaitan erat dengan sistem social yang
mendukungnya. Oleh karena itu, disamping mengandung unsur-unsur
universal, demokrasi juga memuat unsur-unsur kontekstual. Sehingga, dalam
pelaksanannya, demokrasi memiliki berbagai istilah, seperti demokrasi liberal,
demokrasi konstitusional, demokrasi Pancasila, dan lain-lain.
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945, telah dijelaskan bahwa bentuk
pemerintahan Indonesia adalah demokrasi Pancasila dengan sistem
pemerintahan presidensiil. Namun, dalam pelaksanaannya pernah terjadi
penyelewengan demokrasi Pancasila dengan mempraktekan:
D.
Dll
E.
Simpulan
Demokrasi Pancasila adalah sistem pemerintahan yang telah
mengatur berbagai sisi kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki
komposisi majemuk. Pada perjalanannya, negara ini telah mencoba beberapa
sistem demokrasi untuk mengatur pemerintahan di Indonesia, seperti
demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin. Namun, sistem demokrasi
pancasila dinilai paling cocok dengan keadaan negara tersebut sehingga
tujuannya mampu untuk mengatasi permasalahan disintegrasi sosial yang
sangat rawan terjadi pada masyarakat Indonesia.
Saran
Sebagai masyarakat Indonesia, tentunya kita patut bangga memiliki
sistem demokrasi yang mampu mengayomi masyarakat majemuk Indonesia.
Namun, agar demokrasi berjalan dengan optimal, kita harus mampu mengerti
apa yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang baik dengan sadar
akan hak dan kewajiban terhadap negara.
Sosialisasi terhadap masyarakat akan pentingnya pendidikan
demokrasi harus dilakuakan terhadap berbagai lapisan masyarakat. Pemikiran
tua, dimana banyak rasa takut akan beraspirasi dan merasa lemah dihadapan
pemerintah perlu dihilangkan guna kemajuan bersama. Sehingga
keberhasilan akan tercipta saat melihat rakyat dan pemerintah dapat
berinteraksi secara langsung dengan hal-hal baru yang sesuai dengan norma
dan persatuan serta kesatuan.
Kesadaran dalam diri masyarakat Indonesia sendiripun seharusnya
menjadi faktor utama perubahan yang ada di negeri ini. Sistem dimana
masyarakat yang memiliki kekuasaan tertinggi seharusnya menjadikan
masyarakat lebih memiliki wibawa dan lebih terhormat dibandingkan mereka
yang menjabat. Apabila masyarakat mampu memiliki kesadaran tersebut,
maka masyarakat akan membawa perubahan positif dan kesadaran inilah
yang akan menciptakan demokrasi secara optimal.
Mahasiswa adalah pembawa perubahan yang paling potensial.
Sehingga sebagai seorang mahasiswa, kesadaran akan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat Indonesia seharusnya tidak dicoreng dengan aksi yang
penuh dengan kepentingan pribadi. Perubahan-perubahan dalam
menyampaikan aspirasi masyarakat secara tidak langsung menjadi tanggung
jawab kita karena secara langsung kita berhubungan sangat dekat dengan
masyarakat sebagai warga negara.
Bangsa Indonesia pada hari ini memperingati ulang tahun Proklamasi Keerdekaannya
ke 65. Pada hari bahagia ini penulis terlebih dahulu menyampaikan Selamat Ulang
Tahun kepada seluruh bangsa Indonesia dengan rasa keharuan mengingat perjuangan
kita untuk mencapai dan membela kemerdekaan bangsa yang tidak ringan dan banyak
pengorbanan.
Dalam perjuangan kita itu telah tercapai banyak keberhasilan, khususnya kemampuan
kita menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan Negara Republik Indonesia
terhadap segala usaha dari luar dan dalam negeri untuk meniadakan kemerdekaan kita.
Akan tetapi dengan rasa prihatin harus kita akui bahwa masih banyak yang belum
berhasil kita lakukan, khususnya belum terwujudnya Pancasila Dasar Negara RI
sebagai kenyataan dalam kehidupan bangsa. Demikian pula masih luasnya kemiskinan
meliputi kehidupan rakyat Indonesia. Juga belum terwujud kehidupan demokrasi yang
cocok sehingga turut menjadi sebab penting rendahnya kesejahteraan bagi rakyat
umumnya.
Tulisan ini bermaksud menguraikan tentang Demokrasi yang harus kita tegakkan,
Demokrasi yang cocok bagi bangsa Indonesia sehingga mendukung terwujudnya
Tujuan Nasional, yaitu tercapainya Masyarakat yang Adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sebetulnya kata Demokrasi tidak ada dalam Pancasila. Akan tetapi pengertian yang
terkandung dalam kata Demokrasi ada dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak
dahulu kala. Dalam Pancasila pengertian Demokrasi disebut Kerakyatan. Akan tetapi
sesuai dengan judul tulisan ini dan perkembangan yang telah dan sedang terjadi di
Indonesia maka selanjutnya digunakan kata Demokrasi yang sama dengan Kerakyatan
dalam Pancasila.
Karena pelaksanaan Demokrasi dalam kehidupan satu bangsa tidak dapat lepas dari
Jatidiri dan Budaya bangsa, maka Demorasi di Indonesia tidak dapat dilandasi
pandangan hidup yang bukan-Pancasila, seperti pandangan hidup dunia Barat yang
mengedepankan Individualisme dan Liberalisme. Sebab nilai-nilai yang dikandung
Pancasila sangat berbeda dengan pandangan hidup Barat itu. Maka kalau di Indonesia
sejak Reformasi 1998 berlaku Demokrasi Barat yang landasannya individualismeindividualisme, maka ini merupakan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi di Indonesia.
Sejak bangsa Indonesia menyiapkan kemerdekaannya pada tahun 1945 selalu menjadi
pertanyaan bagaimana sistem pemerintahan yang tepat dan paling bermanfaat untuk
bangsa itu. Dengan kemudian ditetapkannya Pancasila sebagai Filsafah dan
Pandangan Hidup Bangsa serta Dasar Negara Republik Indonesia, mulai jelas apa
yang menjadi Tujuan Bangsa. Hal ini makin tegas setelah dirumuskan dan disetujui
Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945.
Secara universal dan umum dapat dikatakan bahwa Demokrasi adalah sistem
kenegaraan yang mengakui bahwa dalam negara itu Kedaulatan ada di tangan
Rakyat. Hal ini menghasilkan sistem kenegaraan yang memungkinkan semua
warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan aspirasinya.
Dalam sejarah umat manusia tampak bahwa demokrasi berkembang sesuai dengan
kondisi bangsa yang bersangkutan, termasuk nilai budayanya, pandangan hidupnya
serta adat-istiadatnya. Dengan begitu tiap-tiap bangsa mempunyai caranya sendiri
mewujudkan demokrasi. Hal iu antara lain tampak di Eropa Barat ; sekalipun bangsabangsa Eropa Barat mempunyai banyak kesamaan budaya, pandangan hidup dan adatistiadat, namun demokrasi yang diwujudkan di masing-masing bangsa Eropa Barat
tidak sama. Hal itu dapat dilihat pada perwujudan demokrasi di Perancis dan Inggeris
yang tidak sepenuhnya sama. Bahkan antara bangsa Amerika Serikat dan Inggeris
yang sama-sama digolongkan bangsa Anglo Saxon terdapat perbedaan besar dalam
pelaksanaan demokrasi.
Padahal demokrasi bangsa Indonesia tidak sama dan tidak harus sama dengan yang
dilakukan bangsa lain, termasuk bangsa Barat yang pandangan hidupnya berbeda dari
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.
Ada perbedaan prinsipiil atau mendasar dalam pandangan hidup Barat dan Pancasila,
seperti tempat Individu dalam pergaulan hidup. Dalam pandangan Barat individu
adalah mahluk otonom yang bebas sepenuhnya untuk mengejar semua kehendaknya.
Dalam pandangan itu individu membentuk kehidupan bersama dengan individu lain
adalah karena dorongan rasionya untuk menjamin keamanan dan kesejahteraannya,
bukan karena secara alamiah individu ditakdirkan hidup bersama individu lain.
Sebaliknya dalam pandangan Pancasila individu secara alamiah merupakan bagian dari
kesatuan lebih besar, yaitu keluarga. Individu tidak bisa lepas dari Keluarga. Dalam
keluarga tidak ada anggotanya yang sama benar, selalu ada perbedaan antara mereka.
Akan tetapi sekalipun berbeda satu sama lain mereka merupakan anggota satu
keluarga. Maka terjadi Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam
Perbedaan. Oleh sebab itu pandangan Pancasila dan bangsa Indonesia adalah bahwa
hidup merupakanKebersamaan atau Kekeluargaan. Kehidupan dalam pandangan
Pancasila dilakukan dalam Harmoni antara individu sebagai anggota keluaarga
maupun sebagai anggota masyarakat. Individu diakui eksistensinya dan dibenarkan
untuk mengejar yang terbaik baginya, tetapi itu tidak pernah lepas dari kepentingan
Kebersamaan / Kekeluargaan. Ini berbeda mendasar dari individualisme dan liberalisme
Barat. Perbedaan mendasar itu berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan demokrasi.
Selain itu dalam pandangan Barat dalam negara harus berlaku sekularitas, yaitu
terpisahnya Negara dan Agama. Maka demokrasi Barat bersifat sekuler, dalam arti
bahwa tidak ada faktor Ketuhanan atau religie yang mempengaruhinya. Sebaliknya
demokrasi Indonesia tidak dapat lepas dari faktor Ketuhanan Yang Maha Esa yang
merupakan sila pertama Pancasila. Memang NKRI bukan negara berdasarkan agama
atau negara agama, namun ia bukan pula negara sekuler yang menolak faktor agama
dalam kehidupan bernegara. Ada yang mengritik sikap bukan ini bukan itu sebagai
sikap yang a-moral dan ambivalent, tetapi dalam perkembangan cara berpikir dalam
melihat Alam Semesta, khususnya yang dibuktikan oleh Quantum Physics, hal ini
fenomena normal dalam Alam ini. Maka karena sikap itu demokrasi Indonesia tidak
pernah boleh lepas dari faktor moralitas.
Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu ditegakkan, tetapi juga
faktor kesejahteraan bagi orang banyak sebagaimana dikehendaki sila kelima
Pancasila, yaitu Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Jadi demokrasi Indonesia
bukan hanyademokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi dan demokrasi
sosial. Bahkan sesuai dengan Tujuan Bangsa dapat dikatakan bahwa demokrasi
Indonesia adalah demokrasi kesejahteraan dan kebahagiaan dan bukan demokrasi
kekuasaan seperti di Barat. Hal itu kemudian berakibat bahwa pembentukan partaipartai politik yang juga dilakukan dalam demokrasi Indonesia, mengarah pada
Demikian pula Indonesia adalah satu negara yang luas wilayahnya dan terbagi dalam
banyak Daerah dan banyak Etnik yang semuanya termasuk dalam Keluarga Bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu di samping peran partai politik dan golkar, harus diperhatikan
faktor Keterwakilan setiap Daerah dan Etnik dalam mengatur dan mengurus bangsa
Indonesia sebagai satu Keluarga. Maka ada Utusan Daerah yang mewakili daerahnya
dan etniknya masing-masing dalam menentukan jalannya Bahtera Indonesia. Dengan
begitu jelas sekali bahwa Sistem Politik atau Demokrasi Pancasila mengutamakan
keterwakilan, sebagaimana tertera dalam Sila 4 Pancasila, yaitu Kerakyatan dalam
hikmah kebijaksanaan Permusyawaratan-Perwakilan. Sedangkan demokrasi Barat
hanya mementingkan keterpilihan warga negara untuk berpartisipasi dalam demokrasi.
Sebagaimana prinsip Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan
menjamin setiap bagian untuk mengejar yang terbaik, maka Daerah yang banyak
jumlahnya dan aneka ragam sifatnya perlu memperoleh kesempatan mengurus dirinya
sesuai pandangannya, tetapi tanpa mengabaikan kepentingan seluruh bangsa dan
NKRI.
Otonomi Daerah harus menjadi bagian penting dari demokrasi Indonesia dan
mempunyai peran luas bagi pencapaian Tujuan Bangsa. Akan tetapi di samping ada
perbedaan antara Demokrasi berdasarkan Pancasila dan Demokrasi Barat ada pula
persamaannya. Oleh karena Demokrasi di dunia adalah perkembangan politik modern
yang dimulai di dunia Barat, maka umumnya lembaga-lembaga demokrasi yang telah
dikembangkan Barat digunakan dan dikembangkan bagian dunia lainnya. Istilah-istilah
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif digunakan secara umum dengan diterjemahkan ke
bahasa bangsa yang menggunakannya.
Untuk mengembalikan UUD 1945 ke aslinya ada 2 alternatif jalan. Yang pertama
adalah mengembalikan UUD 1945 yang asli sebagai UUD yang sah. Ini dapat dilakukan
melalui berbagai kemungkinan, seperti didekritkan oleh Presiden RI, melalui keputusan
DPR minta MPR bersidang atau melalui Referendum. Yang kedua adalah melalui
proses pengkajian kembali UUD 1945 yang telah di-amandemen. Pengkajian ini
dilakukan tim yang diprakarsai dan dipimpin pimpinan MPR. Karena posisi dan fungsi
MPR telah sangat dirugikan oleh UUD 1945 yang di-amandemen maka ada
kemungkinan besar pimpinan MPR bersedia melakukannya. Pegkajian itu harus
menghasilkan UUD yang sesuai dengan UUD 1945 asli, meskipun tidak mustahil
dengan tambahan untuk penyempurnaannya.
Jalan pertama, terutama melalui satu dekrit Presiden RI, adalah cara paling cepat.
Akan tetapi secara politik dipertanyakan apakah Presiden RI bersedia melakukannya,
apalagi sekarang. Jalan DPR akan amat sukar berhasil karena akan ditentang banyak
anggota DPR yang diuntungkan oleh keadaan UUD 1945 setelah di-amandemen.
Sedangkan melalui referendum juga memerlukan persetujuan DPR yang amat besar
kemungkinan menolak.
Jadi harus ditempuh jalan kedua, yaitu melalui pengkajian yang dilakukan oleh satu tim
yang diprakarsai pimpinan MPR sekarang. Ini satu proses lama tapi dapat mencapai
tujuan yang diinginkan. Sebab melalui pengkajian kembali dapat dihilangkan semua
akibat buruk dari amandemen, yaitu yang membuat Batang Tubuh UUD bertentangan
dengan Pembukaannya sendiri. Selain itu dapat dilakukan penyempurnaan UUD 1945,
kalau dianggap perlu, dengan mengadakan penambahan. Akan tetapi tidak dalam
bentuk amandemen melainkan sebagai addendum UUD 1945. Juga Penjelasan UUD
harus dikembalikan, karena UUD tanpa Penjelasan kurang menjamin adanya
pemahaman yang benar dari isi UUD itu.
Dengan semangat yang kuat untuk mempunyai kembali UUD 1945 sesuai dengan
Pancasila kita harapkan pengkajian ini dapat dilakukan secepat dan setepat
mungkin. Dalam pengkajian itu penting sekali ditegakkan kembali fungsi dan peran
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pelaksana Kedaulatan Rakyat. Fungsi
dan peran MPR ini telah ditiadakan oleh amandemen 2002 dan MPR sekarang hanya
merupakan lembaga yang menghimpun keberadaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Yang akhir ini adalah satu lembaga yang tidak
terdapat dalam UUD 1945 yang asli. Mungkin badan itu dibentuk karena para
pemrakarsa amandemen diilhami badan perwakilan di AS yang namanya Senate yang
bersama-sama House of Representatives membentuk Congress. Akan tetapi MPR di
sistem politik Indonesia jauh berbeda fungsi dan perannya dari Congress di
AS. Sebagai Penjelmaan Rakyat, MPR memegang kekuasaan tertinggi di NKRI.
Anggota MPR terdiri atas warga negara yang dipilih dalam Pemilihan Umum, wakil
Golongan yang ditentukan oleh Organisasi Golongan Karya dan utusan Daerah yang
ditetapkan oleh Gubernur Provinsi bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat
I. MPR menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang harus menjadi
pedoman segala kegiatan Negara dan Bangsa untuk masa mendatang. Ia
mengangkat Presiden RI untuk memegang kekuasaan pemerintahan dan
melaksanakan GBHN. Serta menetapkan Wakil Presiden RI untuk membantu Presiden
RI.
Presiden RI juga didampingi Mahkamah Agung (MA) yang dibentuk menurut undangundang. MA memimpin seluruh badan kehakiman NKRI yang dibentuk menurut
undang-undang. Untuk menjalankan pemerintahan Presiden RI mengangkat MenteriMenteri yang memimpin departemen pemerintahan atau memimpin badan nondepartemen. Presiden RI, Wakil Presiden RI beserta semua Menteri merupakan
Pemerintah RI.Di dalam menjalankan fungsi pemerintahan Presiden bertanggungjawab
Atas dasar itu Kepala Daerah Tingkat Dua, yaitu Bupati dan Wali Kota, dipilih langsung
oleh Rakyat, kecuali pimpinan Kota yang berada di Daerah Tingkat Satu Jakarta Raya.
Setiap Daerah Tingkat Dua mempunyai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk Dua
yang anggotanya dipilih oleh Rakyat untuk mereka yang berasal dari partai politik;
selain itu ada anggota yang ditetapkan oleh Sekber Golkar. DPRD II membantu Bupati
/ Wali Kota dalam menjalankan pemerintahan di daerahnya. Dalam menjalankan
pekerjaannya Bupati / Wali Kota bertanggungjawab kepada Gubernur / Kepala Daerah
Tingkat Satu.
Kepala Daerah Tingkat Satu, yaitu Gubernur, ditetapkan oleh Presiden RI berdasarkan
usul yang diajukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat Satu . Gubernur
merupakan perpanjangan Pemerintah Pusat untuk mengatur jalannya pemerintahan di
Daerah Tk I sesuai dengan ketentuan otonomi daerah. Dalam pekerjaannya Gubernur
bertanggungjawab kepada Presiden RI. Gubernur dibantu Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Tingkat Satu yang anggotanya dipilih oleh Rakyat dan ditetapkan oleh Sekber
Golkar. Gubernur bersama DPRD I menetapkan Utusan Daerah untuk duduk dalam
MPR. Masyarakat membentuk Partai-partai politik (Parpol) untuk memperjuangkan
aspirasinya. Anggota Parpol dalam Pemilihan Umum dipilih oleh Rakyat untuk menjadi
wakil rakyat dalam MPR dan juga untuk menjadi wakil rakyat dalam DPRD Tingkat I dan
Tingkat II.
Selain itu dibentuk Organisasi Golongan Karya yang menghimpun para warga negara
yang memperjuangkan aspirasinya melalui pekerjaan fungsional dalam masyarakat.
Organisasi ini menetapkan wakil golongan untuk duduk dalam MPR, DPRD Tingkat I
dan Tingkat II.
UUD 1945 di samping mengatur Demokrasi Politik juga mengatur Demokrasi Ekonomi
dan Demokrasi Sosial. Dengan begitu terwujud kehidupan bangsa yang tenteramdamai-produktif dan tidak terganggu oleh konflik antara golongan kaya dan miskin,
antara Pusat dan Daerah, antara etnik yang berbeda, atau antara umat agama yang
beda. Demokrasi baru dapat dikatakan berjalan baik di Indonesia, kalau baik Demokrasi
Politik maupun Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Sosial menjadi kenyataan.
Memperhatikan hal-hal yang diuraikan di atas tentang Demokrasi berdasarkan
Pancasila atau Demokrasi Indonesia, maka demokrasi yang sekarang berlaku dan
berjalan di Indonesia amat besar kekurangannya, bahkan banyak aspeknya yang
secara mendasar bertentangan dengan Pancasila. Juga perilaku para pelaku dalam
bidang Eksekutif, Legislatif dan Yudakatif, serta warga masyarakat banyak sekali yang
tidak sesuai dengan Demokrasi berdasarkan Pancasila.
Demokrasi Indonesia tidak akan berfungsi dengan baik kalau hanya didasarkan pada
Sistemnya yang benar. Yang tidak kurang penting, bahkan lebih penting,
adalah Manusiayang menjalankan Sistem itu. Ada orang yang mengatakan bahwa
yang utama adalah terbentuknya Sistem yang baik dan tepat, Sebab Sistem yang baik
dalam prosesnya akan membentuk Manusia yang baik dan tepat.
Akan tetapi pendapat demikian tidak memperhatikan kenyataan bahwa Sistem yang
baik dan tepat adalah hasil Manusia, bukan turun begitu saja dari langit. Agama pun
diturunkan ke Bumi oleh Tuhan melalui peran Nabi dan Rasul. Kemudian sebelum
Sistem itu menghasilkan Manusia yang tepat harus ada proses dalam berfungsinya
Sistem tersebut. Proses ini pula harus dilakukan Manusia. Jadi jelas sekali bahwa
demokrasi Indonesia yang baik tidak cukup dibangun dengan Sistem yang baik dan
tepat, tetapi harus disertai keberadaan Manusia Indonesia yang baik dan tepat.
Di sinilah bangsa Indonesia menghadapi pekerjaan rumah yang berat dan luas. Sebab
dalam kenyataan faktor Manusia telah mengalami perkembangan yang demikian luas
sehingga kondisinya sekarang sangat kurang sesuai dengan keperluan untuk
menjalankan demokrasi Indonesia dengan baik. Pertama, adalah pengaruh dari
pandangan hidup dan cara berpikir yang berbeda, bertentangan dan berlainan dengan
Pancasila. Karena bangsa Indonesia dan pimpinannya sejak 1945 telah mengabaikan
pentingnya Pembangunan Bangsa (nation and character building) untuk dilakukan
secara nyata dan tidak hanya dibicarakan saja, maka Pancasila yang sejak semula
telah ditetapkan sebagai Dasar dan Filsafah Negara tidak pernah secara konsisten
dijadikan kenyataan di Bumi Indonesia.
Malahan sebaliknya aspek-aspek penting yang tadinya masih ada dalam masyarakat,
seperti sikap hidup Gotong Royong, makin hilang. Sebab telah berkembang dinamika
dunia Barat yang amat agressif untuk menguasai dunia. Kalau hal itu sebelumnya
dilakukan melalui kekuasaan imperialisme dan kolonialisme, sejak abad ke 20 juga dan
terutama dilakukan dengan meluaskan sikap hidup dan cara berpikir Barat ke seluruh
umat manusia.
Ketika pimpinan dan masyarakat di Indonesia melihat dampak usaha Barat itu maka
sikapnya terutama reaktif belaka tanpa ada usaha untuk menjalankan dan memperkuat
usaha menjadikan Pancasila kenyataan di Indonesia. Pancasila tinggal sebagai
semboyan belaka, bahkan banyak pemimpin Indonesia bersikap dan bertindak
bertentangan dengan Pancasila.
Akibatnya dapat dilihat dengan jelas ketika terjadi Reformasi pada tahun 1998. Memang
Indonesia memerlukan satu reformasi, mungkin lebih tepat istilah restorasi, yaitu usaha
Keberhasilan itu tentu akan diikuti langkah-langkah berikut agar akhirnya Pancasila
tidak ada lagi di Indonesia. Yang jelas nampak terjadi adalah perkembangan ekonomi
yang makin kuat mengikuti dasar individualisme-liberalisme. Proses ini dilakukan dan
dipimpin oleh manusia Indonesia sendiri, dengan bantuan pihak asing yang
berkepentingan. Itu berarti bahwa makin banyak manusia Indonesia yang setuju, atau
sekurangnya tidak keberatan, kehidupan di Indonesia dilandasi individualismeliberalisme.
Namun sebaliknya dan anehnya pula, mereka tidak berani atau sanggup menyatakan
pendapat mereka itu secara terbuka, apalagi terang-terangan memperjuangkan
pandangan mereka untuk mengganti Pancasila sebagai Dasar Negara RI. Hal ini lebih
banyak disebabkan oleh sikap munafik dari pada merupakan taktik perjuangan.
Keadaan yang sudah cukup mengacaukan demokrasi Indonesia itu ditambah oleh sikap
dan usaha agresif kalangan tertentu di Timur Tengah yang melawan dunia Barat yang
hendak mendominasi dunia. Usaha kalangan itu diberi landasan agama Islam dan
dilakukan secara fisik untuk melawan Amerika Serikat dan sekutunya di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia.
Memang Indonesia sebagai bangsa dengan umat Islam terbesar di dunia merupakan
sasaran masuk akal bagi usaha kalangan Timur Tengah itu. Karena lemahnya
Pancasila, maka usaha itu makin berhasil meluaskan dukungannya di Indonesia. Tujuan
kalangan itu untuk mendirikan Negara Islam Indonesia jelas mengancam Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Pancasila. Caranya mencapai tujuan, antara lain
dengan terorisme, menimbulkan masalah yang tidak sederhana bagi bangsa Indonesia
Kedua, kelemahan faktor Manusia ditimbulkan juga oleh sifat manja-mental. Manusia
Indonesia pada dasarnya mempunyai kecerdasan yang tinggi, hal mana dibuktikan oleh
banyak prestasi Manusia Indonesia kalau mengikuti pendidikan sekolah di dalam dan
luar negeri. Akan tetapi karena ada sifat manja-mental maka ada kecenderungan
kurangnya kemampuan atau kesediaan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki.
Hal itu tampak jelas sekali dalam masyarakat, baik di lingkungan Eksekutif termasuk
Birokrasi, Legislatif maupun Yudikatif. Bahkan juga di lingkungan Swasta dan bisnis
yang seharusnya mengembangkan daya saing tinggi. Ada sikap Buat apa Capek, hal
mana didukung kecakapan manusia itu mencari alasan pembenaran sikapnya. Itu
sebabnya kita sering mendengar pemimpin atau calon pemimpin pemerintahan
memberikan janji, tetapi jarang sekali janji itu menjadi kenyataan.
Kalau pun Presiden dan menteri mau menetapkan usaha yang meningkatkan
kesejahteraan rakyat, tidak jarang usaha itu berhasil nihil atau minimal karena manusia
dalam Birokrasi tidak menjalankan kerjanya dengan semestinya. Bukannya mereka itu
tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan ! Akan tetapi mereka berpikir, untuk apa
harus kerja keras.
Hal itu juga berpengaruh pada demokrasi politik, ketika para anggota DPR dan DPRD
tidak malu-malu absen tidak menghadiri sidang. Kalau menghadiri sidang pun belum
tentu mau bersikap giat mewujudkan apa yang mereka ketahui, bahkan apa yang
mereka yakini, yang harus mereka lakukan sebagai wakil kepentingan Rakyat.
Ketiga, kurang daya tahan masyarakat Indonesia menghadapi pengaruh Uang dan
Benda. Memang materialisme makin meluas dan menguat di dunia dan mau tidak mau
juga masuk Indonesia. Kalau masyarakat kurang mampu menghasilkan daya tahan
terhadap dampak negatif materialisme, maka terjadi perkembangan yang amat
merugikan. Sebab segala sesuatu hanya diukur dengan Uang dan Benda. Segala
aspek kehidupan masyarakat dikuasai Uang dan Benda serta mereka yang menguasai
Uang dan Benda.
Dan itulah yang terjadi di Indonesia dengan amat kuat. Dalam kehidupan politik setiap
pemilihan tidak pernah lepas dari jumlah uang yang dikumpulkan calon yang ingin
dipilih. Pemilihan Bupati dan bahkan anggota DPRD ditentukan oleh besarnya jumlah
uang yang dapat dikumpulkannya, lebih besar lagi jumlah itu untuk calon Gubernur dan
pasti makin besar untuk calon Presiden dan Wakil Presiden.
Hal inilah yang membuat Korupsi hal yang mudah terjadi di Indonesia. Etika dan
Moralitas makin sukar ditemukan dalam kehidupan, khususnya dalam dunia politik,
kecuali dalam bentuk wacana dan pidato.
Sebenarnya masyarakat dapat menimbulkan daya tahan untuk tidak dikuasai oleh Uang
dan Benda. Sebagai contoh di Jepang adalah faktor Budaya Malu dan kuatnya
Solidaritas Kelompok. Sehingga dengan begitu kuasa Uang dan Benda dapat
diminimalkan.
Indonesia yang selalu membanggakan perkembangan kuat dari Agama, baik Islam
maupun lainnya, sebenarnya juga dapat membangun Daya Tahan itu Sebab ajaran
Agama jelas sekali tidak membolehkan manusia dikuasai Uang dan Benda. Namun
Tiga hal itu, yaitu kekurangmampuan menghadapi perluasan pengaruh cara berpikir
asing, sikap manja-mental dan kurangkemampuan menghadapi materialisme ,
merupakan tantangan utama bagi terwujudnya demokrasi Indonesia yang kita
perlukan.
Usaha utama untuk mengatasi tantangan itu adalah Kepemimpinan dan Pendidikan.
Disamping itu sangat penting adanya manusia Indonesia yang tidak terlalu
terpengaruh tiga faktor penghambat tadi sehingga dapat dinilai sebagai orang yang
tidak lemah . Biasanya dalam segala hal, termasuk kecenderungan manusia yang
lemah di Indonesia, dapat terjadi Perkecualian. Pasti masih ada manusia Indonesia
yang cukup tegar menghadapi pengaruh usaha asing, tidak termasuk yang manjamental dan mampu menghadapi Uang dan Benda secara proporsional. Melalui Manusia
Indonesia yang merupakan Perkecualian itu kita harus menghasilkan Kepemimpinan
dan Pendidikan yang efektif bagi kepentingan Indonesia dan Pancasila.
Selain itu dapat diusahakan agar sifat manja-mental makin berkurang dan manusia
Indonesia tidak kalah giatnya dalam kerja dengan manusia Asia lainnya. Demikian pula
mampu melakukan usaha untuk makin mengurangi dampak negatif Benda dan Uang
serta makin habisnya Korupsi di Indonesia.
Usaha itu tidak lepas dari kemampuan Kepemimpinan Nasional untuk membangun
dukungan di semua Daerah di Indonesia dan di segala lapisan masyarakat. Usaha ini
sangat tergantung pada kemampuan untuk menemukan orang-orang yang termasuk
Perkecualian di Pusat dan Daerah dan berbagai lingkungan Kerja, khususnya untuk
menjadi critical mass dalam banyak perubahan yang harus dilakukan .
Namun usaha fundamental yang harus kita lakukan adalah Pendidikan. Sebab hanya
melalui pendidikan yang tepat dapat kita bangun landasan untuk perkembangan
manusia Indonesia di masa depan. Kita harus membangun manusia yang lebih cerdas
dan pandai menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin maju. Akan tetapi
tidak kalah pentingnya, bahkan lebih penting, adalah pembentukan karakter yang kuat
pada manusia Indonesia. Dengan begitu pengetahuan dan kecakapan akan diterapkan
dan diaplikasikan untuk kemajuan bangsa. Juga karakter yang kuat itu penting untuk
membangun keyakinan pada Pancasila sebagai Dasar Negara. Akan dapat dibangun
pula pemahaman bahwa moralitas sangat penting dan perlu dipunyai untuk
menghadapi Materialisme yang makin agressif di mana-mana.
Nasionalisme yang tumbuh kuat memungkinkan terwujudnya sikap yang melihat faktor
luar negeri secara proporsional dan bermanfaat bagi perkembangan bangsa. Tidak
menolak faktor asing dan mengambil yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia, tetapi
mampu menolak pengaruh dan kecenderungan luar negeri yang tidak sesuai dengan
keperluan bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter yang baik membangun manusia Indonesia sejak remaja untuk
pandai hidup bersama secara harmonis, hidup berdisiplin, toleran terhadap orang lain
disertai sopan santun sesuai adat istiadat bangsa. Akan tetapi juga membangun
manusia Indonesia untuk selalu mengejar yang terbaik, berorientasi pada pencapaian
prestasi (achievement oriented) , yang membuat dirinya dan bangsanya mandiri serta
menjadikan segala keunggulan sumberdaya alam Indonesia memberikan manfaat bagi
bangsanya.
Pendidikan Sekolah yang bermutu dilakukan di Pusat maupun Daerah dan harus
mencapai seluruh rakyat secara adil dan merata. Terbentang dari Taman Kanak-Kanak
hingga Pendidikan Tinggi serta berbagai kegiatan pendidikan yang memperkuat
pendidikan sekolah formal. Kepemimpinan nasional harus merangsang terwujudnya
pendidikan dalam masyarakat yang besar manfaatnya bagi masyarakat dan bangsa.
Melalui pendidikan ini akan berkembang Bangsa dan Manusia Indonesia yang dapat
menjadikan Pancasila kenyataan dan kekuatan yang berguna tidak saja bagi Indonesia,
tetapi juga bagi Dunia dan Umat manusia. Termasuk di dalamnya adalah terwujudnya
Demokrasi Indonesia yang kita perlukan. Pendidikan harus menjadi Strategi Utama
bangsa Indonesia dalam mewujudkan Tujuan Nasional. Memang pelaksanaannya
sukar mencapai hasil dalam waktu singkat dan memerlukan satu proses yang mungkin
bertahun-tahun. Sebab itu diperlukan sikap bangsa yang konsisten dan ulet mengejar
tujuan, terutama para pemimpinnya di semua lapisan dan aspek kehidupan, baik di
Pusat maupun Daerah.
Dengan faktor Manusia yang makin kondusif maka akan terwujud kesesuaian antara
Sistem dan Manusia sehingga Demokrasi Indonesia atau Demokrasi berlandaskan
Pancasila akan berkembang dan makin kuat.
Penutup
Demikianlah Demokrasi yang cocok bagi Bangsa Kita sebagai bagian tak terpisahkan
dari perkembangan bangsa Indonesia seluruhnya. Mungkin sementara orang akan
menilai pandangan ini utopis dan menganggap pandangan saya tidak mungkin
terwujud, khususnya dengan melihat keadaan di Indonesia sekarang.
Akan tetapi kita harus sadar bahwa di dunia dan alam ini acap kali terjadi hal
yangunpredictable. Siapa di tahun-tahun 1960-an ketika China sedang dilanda Revolusi
Kebudayaan, berani mengatakan bahwa China akan menjadi kekuatan ekonomi besar
di dunia, bahkan akan melampaui AS ? Ketika itu masyarakat China kacau bukan main.
Anak sampai hati membunuh ayahnya sendiri dan bahkan membunuh secara keji para
pemimpinnya kalau dianggap pikirannya kurang sesuai dengan Mao Zedong. Antara
lain marskal Peng Teh-huai pahlawan China melawan AS di Perang Korea, dibunuh
secara kejam di penjara. Waktu itu mungkin di seluruh dunia tidak ada yang berani
mempredik bahwa Deng Xiaoping yang telah tiga kali dibuang Mao Zedong, masih
sanggup bangkit kembali setelah wafatnya Mao pada tahun 1976 dan
menyingkirkan Gang of Four yang memegang peran utama dalam Revolusi
Kebudayaan. Serta kemudian mulai tahun 1979 secara gemilang sanggup memimpin
bangkitnya China sebagai kekuatan utama dunia. Inilah bukti bahwa kalau Tuhan
menghendaki sesuatu tak ada yang dapat merintangi.
Memang dalam Alam ini tidak ada yang mustahil. Kalau ada orang-orang dengan
kemauan dan keyakinan yang kuat berusaha mencapai sesuatu dan usaha itu diridhoi
Tuhan Yang Maha Esa, maka hal yang dianggap mustahil bisa menjadi kenyataan .
Sebab itu kita pun yakin bahwa di Indonesia dapat terjadi perubahan yang mungkin
nampaknya sekarang mustahil, sehingga Pancasila menjadi Kenyataan dan kita
mempunyai Demokrasi yang sesuai dengan keperluan bangsa Indonesia.