Anda di halaman 1dari 3

Bentuk bentuk Desentralisasi

Berikut ini lima bentuk desentralisasi yang dijabarkan menurut Noor (2012), antara lain :
1. Dekonsentrasi (Deconcentration)
Dekonsentrasi menempatkan fungsi dan tugas khusus yang dilaksanakan oleh staf
pemerintah pusat kepada staf yang ditempatkan di daerah dalam kawasan negara tersebut. Staf,
peralatan, kendaraan, dan sumber dana ditransfer kepada unit-unit seperti pejabat provinsi dan
kabupaten. Pimpinan dari setiap unit tersebut diberikan wewenang untuk membuat keputusan
otonom berkaitan dengan pelaksanaan tersebut, yang sebelumnya telah dilakukan oleh
pemerintah pusat, atau membutuhkan kejelasan dari pemerintah pusat.
Dengan kata lain, yang masuk ke dalam dekonsentrasi adalah unit atau sub-unit
tingkatan terendah yang berada di bawahnya, seperti provinsi, kabupaten, atau pemerintah pusat
yang menempatkan stafnya di daerah atau dalam bentuk organisasi pemberian pelayanan. Unit-
unit ini biasanya melimpahkan otoritas dalam persoalan kebijakan, finansial, dan pemerintahan
tanpa masukan lokal dan independen yang signifikan. Penetapan dekonsentrasi seperti ini
melibatkan pelimpahan otoritas yang sangat terbatas. Ia melibatkan pelimpahan otoritas dalam
hal pembuatan keputusan, finansial, dan fungsi-fungsi manajemen dengan menggunakan cara-
cara administratif untuk tingkatan yang berbeda di bawah otoritas yurisdiksi yang sama dengan
pemerintah pusat. Ini adalah jenis desentralisasi pemerintahan yang ekstensif dan paling umum
ditemukan dalam negara-negara berkembang (Noor, 2012).
2. Delegasi
Delegasi merujuk pada pelimpahan pembuatan keputusan pemerintah dan otoritas
administratif dan/atau tanggung jawab bagi tugas-tugas yang diungkapkan secara saksama
kepada institusi-institusi dan organisasi-organisasi yang berada di bawah kontrol pemerintah
secara tidak langsung atau yang semi independen. Yang paling tipikal, delegasi dilakukan oleh
pemerintah pusat untuk organisasi semiotonom yang tidak seluruhnya dikontrol oleh
pemerintah, tapi secara legal bisa dipertanggungjawabkan terhadapnya, seperti negara yang
memiliki perusahaan BUMN dan korporasi pembangunan pedesaan atau regional.
Contoh delegasi adalah perusahaan penyediaan air atau PDAM yang dipercaya dan
diberi tanggung jawab untuk merencanakan, mengonstruksikan, dan menjalankan skema
penyediaan air bahkan dengan ukuran tertentu. Selain itu, juga diberikan otoritas membangun
kolam air, penelitian di bidang pengairan dan pertanian, melakukan proyek-proyek strategis di
bidang pengairan, dan juga membentuk unit manajemen proyek. Banyak agen yang diberi
limpahan wewenang seperti ini yang tidak terikat untuk mengikuti prosedur pemerintah dalam
persoalan personel dan pendapatan. Delegasi bisa digunakan oleh beberapa tingkatan
pemerintahan, dan tidak berlaku secara eksklusif untuk melakukan pemberian pelayanan secara
nasional.
3. Devolusi
Menurut Rondinelli dan Cheema (1983: 22), devolusi adalah bentuk desentralisasi yang paling
lazim terjadi di negara-negara berkembang dan telah menjadi pilihan dari pemerintah Indonesia.
Devolusi berusaha menciptakan atau memperkuat tingkat atau unit pemerintahan yang mandiri
melalui devolusi fungsi dan otoritasnya. Dalam prosesnya, pemerintah pusat melepaskan
kontrol terhadap fungsi tertentu, dan jika perlu menciptakan lapisan pemerintahan baru. Dalam
bentuknya yang paling ideal, devolusi mencakup pemerintahan daerah yang sifatnya otonom
yang menjadi institusi demokratis, yang ada dalam hubungan tidak hierarkis dengan bentuk-
bentuk pemerintahan yang lain. Namun, pada kenyataannya ini hanya akan terjadi pada
tingkatan tertentu. Singkatnya, pemerintahan daerah dan pusat berbagi wewenang atas fungsi-
fungsi tertentu yang tidak tumpang-tindih yang dalam kombinasinya merupakan pemerintahan
total. Dengan demikian, pemerintah daerah diberi tugas dan tanggung jawab untuk memutuskan
pelayanan mana yang harus diberikan pada basis prioritas dan kepada siapa pelayanan tersebut
diberikan.

4. Partnership (Persekutuan)
Organisasi masyarakat dalam desentralisasi memainkan peran yang patut
dipertimbangkan, bahkan perannya begitu signifikan dalam hal sumbangsihnya di bidang
ekonomi, sosial, dan pembangunan manusia. Peran ini tentu sangatlah penting di daerah
pedesaan.
Penetapan partnership bisa jadi melibatkan sebuah LSM terkemuka atau agen perantara
yang di dalamnya kepentingan bersama di daerah diperjuangkan bersama dengan berbagai
kelompok dan organisasi, sedangkan LSM bergerak di sana dan menjadi wakil dari pemerintah
daerah untuk bersamasama memperjuangkan apa yang perlu diperjuangkan sesuai dengan
tujuan didirikannya LSM tersebut.
Namun, kasus tersebut berbeda dari delegasi terhadap LSM yang bertanggung jawab
dalam memberikan pelayanan khusus yang telah direncanakan oleh pemerintah dengan
berdasarkan pada kontrak yang telah dibuat bersama. Organisasi masyarakat memformulasikan
strategi dan proyek mereka sendiri untuk mencapai tujuan dalam kerangka kerja
mengimplementasikan berbagai kebijakan pemerintah. Mereka memutuskan pelayanan atau
proyek seperti apa yang mereka harapkan bisa dijalankan untuk memenuhi tanggung jawab
yang telah dibebankan kepada mereka. Pemerintah pusat hanya melimpahkan pembagian dana
yang dibutuhkan, sedangkan perimbangan dananya diserahkan sepenuhnya kepada organisasi
masyarakat tersebut. Sedangkan aparatur pemerintah dan prosedur pendapatan yang diraup
tidak berlaku. Dalam kasus ini, yang mana yang relevan dengan pembangunan pedesaan,
devolusi mengambil bentuk pembangunan berdasarkan partnership.
Partnership memberikan mekanisme yang bermanfaat bagi pemerintah pusat untuk
menjangkau kelompok targe tertentu yang mungkin tidak bisa dijangkau oleh devolusi terhadap
pemerintah daerah

5. Privatisasi/Divestasi
Privatisasi mengimplikasikan bahwa pelayanan dialokasikan melalui sistem pasar
dengan konsumen membayar atas pelayanan yang diberikan tapi pemerintah masih memberikan
subsidi atau pajak atas pelayanan tertentu ntuk mencapai tujuantujuan bersama tersebut.
Divestasi terjadi ketika perencanaan dan tanggung jawab administrative atau fungsi-
fungsi publik lainnya dilimpahkan dari pemerintah kepada institusi sukarela, privat, atau LSM.
Dalam sebagian kasus, pemerintah bisa jadi melimpahkan pada “organisasi-organisasi paralel”
seperti industri dan asosiasi perdagangan nasional (BUMN), organisasi profesional, partai
politik, atau yang sifatnya kooperatif. Tapi mereka memiliki hak untuk mendapatkan lisensi,
mengatur atau mengawasi anggota-anggotanya dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yang
sebelumnya dikontrol oleh pemerintah. Pemerintah menggantikan tanggung jawab dalam
menghasilkan barang- barang atau menyediakan pelayanan bagi organisasiorganisasi privat,
sebuah proses yang sering disebut dengan privatisasi.

Anda mungkin juga menyukai