Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
DENPASAR
2020
BAB 1
PENDAHULUAN
organisasi secara efektif dan efisisen sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.
bagaimana kinerjanya selama proses hinggga tujuan itu dapat tercapai dan dapat
menilai apakah manajemen itu sudah bekerja dengan baik. Dalam hal ini tujuan
(2) Koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi, (3) Komunikasi informasi,
berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena adanya kelemahan
atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses pengendalian
manajemen.
Sistem pengendalian manajemen sektor publik berfokus pada bagaimana
didukung dengan perangkat yang lain berupa struktur organisasi yang sesuai
fleksibilitas?
public?
fleksibilitas
(PEM)
public
PEMBAHASAN
Istilah pengendalian intern atau yang sering disebut sebagai internal control
pada awalnya di kenal sebagai “pengecekan internal”. Menurut Montgomery, R H
(1956) pentingnya pengecekan internal bagi auditor di akui oleh L. R. Dicksee
pada awal tahun 1905. Ia mengatakan bahwa sebuah sistem pengecekan internal
yang memadai dapat menghilangkan kebutuhan akan audit yang terinci dan
pengecekan internal terdiri atas tiga elemen : pembagian kerja, penggunaan
catatan dan notasi pegawai (dikutip dalam Sawyer, LB, et al (2003) hal. 57).
Definisi pengecekan internal pada tahap awal ini masih terlihat sangat luas
dan belum fokus, kemudian Bennett, G. E (1930) mempersempit definisi
pengecekan internal tersebut. Ia mengatakan sistem pengecekan internal bisa
didefinisikan sebagai koordinasi dari sistem akun-akun dan prosedur perkantoran
yang berkaitan sehingga seorang karyawan selain mengerjakan tugasnya sendiri
juga secara berkelanjutan mengecek pekerjaan karyawan lain untuk hal-hal
tertentu yang rawan kecurangan (dikutip dalam Sawyer, L. B, et al (2003)
hal.157).
Perubahan istilah menjadi internal control baru dinyatakan secara
institutional oleh American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) pada
tahun 1949 melalui laporan khusus yang berjudul “Pengendalian Internal –
Elemen-elemen Sistem yang Terkoordinasi dan Pentingnya Pengendalian bagi
Manajemen dan Akuntan Independen”. Selanjutnya konsep tersebut berkembang
pesat dengan yang kita kenal 8 (delapan) unsur Pengendalian Internal.
Perkembangan berikutnya, pada awal tahun 80-an konsep tersebut dinilai
banyak pihak sudah tidak aplikatif lagi. Semakin kompleksnya dunia bisnis dan
teknologi membuat konsep pengendalian internal tersebut tidak efektif dalam
mendorong tercapainya tujuan perusahaan. Semakin banyak keluhan dari
perusahaan dan institusi yang telah menerapkan konsep internal control
sebagaimana dikembangkan oleh AICPA, namun masih mengalami kegagalan.
Suatu organisasi besar seperti pemerintah daerah dapat dianggap sebagai suatu
pusat pertanggungjawaban. Pusat pertanggungjawaban yang besar tersebut dapat
dipecah-pecah lagi menjadi pusat pertanggungjawaban yang lebih kecil hingga pada
level pelayanan atau program, misalnya dinas-dinas atau subdinas-subdinas. Pusat
pertanggungjawan tersebut selanjutnya menjadi dasar untuk perencanaan dan
pengendalain anggaran serta penilaian kinerja pada unit tersebut. Manajer pusat
pertanggungjawaban sebagai budget holder memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan anggaran. Pusat pertanggungjawaban memperoleh sumber daya input
berupa tenaga kerja, material dan sebagainya yang dengan input tersebut diharapkan
dapat menghasilkan output dalam bentuk barang atau pelayanan pada kualitas dan
kuantitas tertentu. Anggaran mencerminkan nilai rupiah dari input yang dialokasikan
ke pusat-pusat pertanggungjawaban dan output yang diharapkan atau level aktivitas
yang dihasilkan. Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan
belanja riil yang dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan antara
hasil yang dicapai dan jumlah anggaran kemudaian dianalisis untuk diketahui
penyebabnya dan dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya perbedaan
tersebut, sehingga dapat segera dilakukan tindakan korektif. Tindakan tersebut biasa
dilakukan pada perusahaan-perusahaan swasta. Pada organisasi publik, mekanisme
tersebut perlu dilakukan sebagai salah satu cara pengendalian anggaran.
Komite anggaran biasanya tediri dari para pimpinan puncak seperti kepala
departemen, kepala dinas, kepala biro dan lain-lain. Komite anggaran juga memiliki
peran yang vital. Komite anggaran bertugas menyusun anggaran untuk tiap-tiap unit
operasi. Departemen anggaran dan komite anggaran merupakan perangkat yanmg
berada pada pusat pertanggungjawaban. Oleh karena itu, pusat pertanggungjawaban
merupakan alat yang sangat vital untuk pelaksanaan dan pengendalian anggaran,
selain itu pusat pertanggungjawaban juga merupakan basis pengukuran kinerja yaitu
sebagai alat untuk membandingkan apa yang telah dicapai dengan anggaran yang
telah ditetapkan.
3. Penganggaran;
4. Operasional/pelaksanaan anggaran;
5. Evaluasi kinerja.
4. Penilaian Kinerja
Tahap akhir dari proses pengendalian manajemen adalah penilaian
kinerja. Penilaian kinerja merupakan bagian dari proses pengendalian
manajemen yang dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Pengendalian
manajemen melalui sistem penilaian kinerja dilakukan dengan cara
menciptakan mekanisme reward & punishment. Sistem pemberian
penghargaan (rewards) dan hukuman (punishment) digunakan sebagai
pendorong bagi pencapaian strategi. Pemberian imbalan (reward) dapat
berupa finansial dan nonfinansial seperti pshycologoical reward dan social
reward. Imbalan atau penghargaan yang sifatnya finansial misalnya berupa
kenaikan gaji, bonus, dan tunjangan. Imbalan yang bersifat psikologis dan
sosial misalnya berupa promosi jabatan, penambahan tanggung jawab dan
kepercayaan, otonomi yang lebih besar, penempatan kerja di lokasi yang lebih
baik, dan pengakuan. Mekanisme pemberian sanksi dan hukuman untuk
kondisi tertentu diperlukan. Namun, orientasi penilaian kinerja hendaknya
lebih diarahkan pada pemberian penghargaan (reward oriented).
5. Evaluasi Kerja
Pada tahap evaluasi kerja, di tahap ini seharusnya dari semua tahap
tahap yang sudah dilalui perlu di evalusi, karena untuk mencapai tujuan
tersebut ada kalanya ahrus bisa dievaluasi, baik itu mengenai proses
perencanaan di awal, pengorganisasian pada kelompok atau team, pengarahan
dan pengendalian, semua perlu proses dalam mencapai tujuan yang
diinginkan, saat sudah tujuan tersebut tercapai perlulah evaluasi di tahap akhir
untuk membenahi apa yang sudah bagus dipertahankan dan yang kurang
bagus dibenahi menjadi lebih baik lagi.
2.5 Kontroversi Perencanaan VS Pengendalian dan Birokrasi VS
Fleksibilitas
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Akuntansi sektor publik merupakan
mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-
departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM, dan
yayasan sosial maupun pada proyek-royek kerjasama sektor publik serta
swasta.
a. Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik. Akuntansi sektor publik
merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN,
BUMD, LSM, dan yayasan sosial maupun pada proyek-royek kerjasama
sektor publik serta swasta.
b. Akuntansi Pemerintahan
Didefinisikan lebih sebagai sistem pengukuran kinerja pemerintah,.
Dengan kata lain, akuntansi mendukung pemerintah dalam
mempertanggungjawabkan keputusan sumber daya apa yang harus
dipenuhi untuk mencukupi kebutuhan militer (dan kebutuhan ekspor) serta
kebutuhan kelompok sipil.
2.6 Fokus Pengendalian Pada Publik Expenditure Management (PEM)
Public Expenditure Management (PEM) adalah suatu pendekatan baru dalam
permasalahan pengalokasian uang negara melalui pilihan-pilihan kolektif. PEM
bekerja melalui mekanisme kebijakan anggaran yang berbeda dengan
penganggaran konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat dalam dua kategori:
1. PEM memberikan suplemen peraturan prosedural yang konvensional terhadap
norma kebijakan yang substantif. PEM tidak hanya cukup dengan pemerintah
menerapkan prosedur yang benar tetapi yang lebih esensial adalah bagaimana
pemerintah menciptakan kebijakan yang efisien untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Manajemen pengeluaran publik (PEM) pada saat ini lebih mengacu pada
proses budgeting karena aturan-aturan yang prosedural sangat mempengaruhi
outcomes (hasil) dari pengeluaran. Akuntansi Sektor Publikek kunci dari
budgeting yang mempengaruhi hasil pengeluaran adalah pengaturan
institusional, jenis informasi yang tersedia untuk membuat dan
menjalankan kebijakan pengeluaran, insentif yang menyediakan cara untuk
mempromosikan keinginan akan outcomes, serta jaminan dan implementasi
substanstif.
PEM terbagi dalam tiga basis objektif dari Manajemen Pengeluaran Publik
yang Modern, yaitu:
b. Allocative Efficiency
c. Operational Efficiency
5. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas.
Akuntansi akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih
dapat dipercaya, akurat, komprehensif, & relevan untuk pengambilan
keputusan ekonomi, sosial, & politik.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik adalah
untuk menentukan cost of services & charging for services, yaitu untuk
mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan
publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Aplikasi accrual basis sektor swasta digunakan untuk proper matching cost
againts revenue. Perbedaan ini disebabkan karena pada sektor swasta lebih
profit oriented, sedangkan sektor publik cenderung pada public service
oriented.
Teknik akuntansi tersebut tak bersifat mutually, artinya penggunaan
satu teknik tak berarti menolak penggunaan teknik lain. Disebut sebagai
modified accrual karena biaya diukur dalam Proprietary fund, sedangkan
expenditure difokuskan pada general fund. Expense adalah sumber daya yang
dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang
dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena
Governmental fund tidak memiliki catatan modal dan utang
(dicatat/dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang jangka panjang),
expenditure yang diukur bukan expense.
Pada Governmental fund, hendaknya digunakan modified accrual
basis. Expenditure diakrualkan, tetapi revenue dicatat berdasarkan kas basis,
yaitu pada saat diterima bukan saat diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh
dan fee (retribusi) dihitung pada saat diterima kasnya. Salah satu pengecualian
adalah property tax (PBB) yang diakrualkan karena jumlahnya dapat
diestimasi secara lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada
dasarnya adalah untuk menentukan cost of services dan charging for services,
yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan
pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada
publik. Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam
sektor swasta yang digunakan untuk mengetahui dan membandingkan
besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching cost against revenue).
Perbedaan ini disebabkan karena pada sektor swasta orientasi lebih
difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented),
sedangkan dalam sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi
pelayanan publik (public service oriented).
2.8 Tipe Pengendalian Program Pengendalian Sektor Publik
Tipe pengendalian manajemen dapat dikategorikan dalam 3 kelompok:
a. Pengendalian preventif (preventive control). Dalam tahap ini pengendalian
manajemen terkait dengan perumusan strategi dan perencanaan stretegik yang
dijabarkan dalam bentuk program-program.
b. Pengendalian operasional (operational control). Dalam tahap ini pengendalian
manajemen terkait dengan pelaksanaan pengawasan program yang telah
ditetapkan melalui alat berupa anggaran. Anggaran ini menghubungkan
perencanaan dan pengendalian
c. Pengendalian kinerja. Pada tahap ini pengendalian manajemen berupa analisis
evaluasi kinerja berasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.
2.9 Penerapan Sistem Pengendalian Sektor Publik di Indonesia
Penyelenggaraan kegiatan pada suatu Instansi Pemerintah, mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, sampai dengan pertanggungjawaban,
harus dilaksanakan secara tertib, terkendali, serta efektif dan efisien. Untuk
mewujudkannya dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberi keyakinan memadai
bahwa penyelenggaraan kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
dapat mencapai tujuan. Sistem inilah yang dikenal sebagai Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP) atau sistem pengendalian sektor publik yang berlaku di
Indonesia.
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada tindakan
dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sistem Pengendalian Intern melekat sepanjang kegiatan, dipengaruhi oleh sumber
daya manusia, serta hanya memberikan keyakinan yang memadai, bukan
keyakinan mutlak, sehingga dalam pengembangan dan penerapannya perlu
dilakukan secara komprehensif dan harus memperhatikan aspek biaya manfaat
(cost and benefit), rasa keadilan dan kepatutan, perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi serta mempertimbangkan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Berkaitan dengan hal ini, Presiden selaku
Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern
di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Sedangkan Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
bidang perbendaharaan, Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
bidang pemerintahan masing-masing, dan Gubernur/Bupati/Walikota selaku
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mengatur lebih lanjut dan
meyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintah daerah
yang dipimpinnya.
Unsur SPIP di Indonesia mengacu pada unsur Sistem Pengendalian Intern yang
telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai negara, yaitu meliputi:
a. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kondisi dalam Instansi Pemerintah yang
memengaruhi efektivitas pengendalian intern. Unsur ini menekankan bahwa
Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan
memelihara keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan
perilaku positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang
sehat. Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
1. Penegakan integritas dan nilai etika;
2. Komitmen terhadap kompetensi;
3. Kepemimpinan yang kondusif;
4. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
5. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
6. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia;
7. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
8. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
b. Penilaian risiko
Penilaian risiko adalah kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini
memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan
penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun dari
dalam.
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis resiko. Identifikasi risiko sekurang-
kurangnya dilaksanakan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk
tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan secara
komprehensif, menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko
dari faktor eksternal dan faktor internal serta menilai faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko. Sedangkan analisis resiko dilaksanakan untuk
menentukan dampak dari risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian
tujuan Instansi Pemerintah dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian.
Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah perlu
menetapkan tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada tingkatan kegiatan
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Tujuan Instansi
Pemerintah memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat
dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan Instansi Pemerintah tersebut wajib
dikomunikasikan kepada seluruh pegawai, sehingga untuk mencapainya
pimpinan Instansi Pemerintah perlu menetapkan strategi operasional yang
konsisten dan strategi manajemen yang terintegrasi dengan rencana penilaian
risiko.
Begitupula dengan tujuan pada tingkatan kegiatan, sekurang-kurangnya
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1. Berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis Instansi Pemerintah;
2. Saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan
lainnya;
3. Relevan dengan seluruh kegiatan utama Instansi Pemerintah;
4. Mengandung unsur kriteria pengukuran;
5. Didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup; dan
6. Melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
c. Kegiatan pengendalian
Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.
Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas,
dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
http://muslimahbiru.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-dan-perkembangan-
pengendalian.html
http://pengendalianmanajemensektorpublik.blogspot.co.id/
https://www.slideshare.net/radel_dyla/sistem-pengendalian-sektor-m-sektor-
publik
http://sharingilmupajak.blogspot.co.id/2013/11/sistem-pengendalian-
manajemen-sektor.html
http://fekool.blogspot.co.id/2016/09/sistem-pengendalian-manajemen-
sektor.html
http://adi-yatra55.blogspot.co.id/2011/11/manajemen-pengeluaran-
publik.html
http://feuh-kel4.blogspot.co.id/2013/10/teknik-akuntansi-keuangan-sektor-
publik.html
https://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/sistem-pengendalian-
intern-pemerintah-spip/
http://rismandepkeu.blogspot.co.id/2015/01/sistem-pengendalian-intern-
pemerintah.html