Anda di halaman 1dari 8

MODUL IV

PUSAT LABA DAN PUSAT INVESTASI

Bentuk-bentuk Pusat Laba


Pusat laba meliputi berbagai bentuk, yaitu:
1. Unit Bisnis (divisi) sebagai Pusat Laba.
Manajer Unit Bisnis bertanggung jawab, mempunyai kebijakan dan kendali terhadap
pengembangan produk, proses produksi, pemasaran serta perolehan produk, oleh karena
itu ia dapat mempengaruhi pendapatan dan biaya yang berakibat terhadap laba bersihnya.
Proses tersebut menciptakan suatu unit usaha yang bertanggung jawab terhadap
manufaktur dan pemasaran suatu produk, sehingga manajer unit dapat ditetapkan sebagai
manajer pusat laba. Walaupun demikian, terdapat masalah yang terjadi yaitu yang
menyangkut :
a. Hubungan dengan unit bisnis lainnya, sehingga perlu pengendalian terhadap :
1) Keputusan produk yaitu barang dan jasa yang harus dijual.
2) Keputusan pemasaran untuk menjawab bagaimana, di mana dan berapa jumlah
barang yang harus dijual.
3) Keputusan perolehan untuk menjawab bagaimana mendapatkan dan
memproduksi barang yang dijual.
b. Hubungan dengan manajemen korporat, yang meliputi :
1) Batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategis, misalnya
keputusan finansial masih di korporat sehingga timbul masalah pada saat ada
investasi baru.
2) Batasan yang timbul karena adanya keperluan keseragaman antar unit di
perusahaan. Hal ini mengharuskan setiap unit untuk menyesuaikan diri dengan
sistem pengendalian dan akuntansi korporat (perusahaan). Masalah akan timbul
kalau terdapat unit bisnis yang baru diakusisi. Hal ini menyebabkan diperlukan
biaya penyeragaman pada kebijakan personalia, etika, dan sebagainya.
3) Batasan yang timbul karena nilai ekonomis sentralisasi. Pada kasus tertentu,
unit bisnis harus membeli barang/jasa dari dalam perusahaan (melalui transfer
antar unit), padahal barang/jasa yang sama dapat lebih murah jika diperoleh
dari luar perusahaan.
2. Unit-unit Fungsional sebagai Pusat Laba

1
Pada perusahaan multi bisnis, setiap unit diperlakukan sebagai penghasil laba yang
independen. Namun demikian, perusahaan tersebut bisa saja diorganisasikan di dalam
bentuk organisasi fungsional, misalnya : pemasaran, manufaktur dan jasa.
a. Fungsional Pemasaran yang menjalankan aktivitas pemasaran dapat dijadikan
sebagai Pusat Laba dengan cara :
1) Membebankan biaya dari produk yang dijual melalui harga transfer dengan
cara membuat trade off pendapatan/biaya yang optimal.
2) Harga transfer dibebankan kepada pusat laba berdasarkan biaya standar. Cara
ini akan memisahkan kinerja biaya pemasaran terhadap biaya manufaktur
sehingga manajer pusat laba tidak terpengaruh oleh perubahan efisiensi di luar
kendali manajer pemasaran.
b. Fungsional Manufaktur sebagai Pusat Laba.
Biasanya aktivitas manufaktur merupakan pusat biaya yang diukur kinerjanya
berdasarkan perbandingan realisasi biaya dengan biaya standar dan anggaran
overhead. Masalah yang timbul adalah bahwa hal ini tidak mengindikasikan
kinerja manajemen dari seluruh aspek yang dikerjakannya. Oleh sebab itu perlu
evaluasi yang terpisah misalnya yang menyangkut pengendalian mutu,
penjadwalan produk dan keputusan membuat atau membeli mana yang lebih
menguntungkan. Oleh sebab itu fungsional manufaktur dijadikan pusat laba.
Caranya, terhadap unit ini diakui adanya pendapatan yang dihitung sebesar:
Harga jual produk +/- estimasi biaya pemasaran
c. Unit-unit Fungsional Pendukung dan Support sebagai Pusat Laba
Unit-unit fungsional pendukung dan support meliputi unit-unit seperti unit
pemeliharaan, tekhnologi informasi, transportasi, tekhnik, konsultan dan
layanan konsumen serta aktivitas pendukung lainnya yang dapat dijadikan
sebagai pusat laba. Caranya adalah dengan membebankan biaya dari layanan
yang diberikan dan menutupnya dari pendapatan atas layanan yang diberikan
baik kepada internal dan eksternal. Dengan demikian, manajer organisasi unit
ini termotivasi untuk mengendalikan biayanya agar pelanggannya tidak
meninggalkan, di samping itu konsumen termotivasi untuk membuat keputusan
apakah jasa yang diterima telah sesuai dengan harganya.
3. Organisasi lainnya sebagai Pusat Laba
Organisasi ini meliputi organisasi cabang pada area geografis tertentu yang
manajernya tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur atau pembelian. Pada

2
organisasi ini, profitabilitasnya merupakan satu-satunya ukuran kinerjanya.
Contohnya: toko-toko rantai ritel, restaurant-restaurant cepat saji (fast food chain)
dan hotel-hotel pada rantai hotel. Manfaat pengukuran laba adalah untuk memotivasi
manajernya.

Pengukuran Profitabilitas
Ada 2 (dua) jenis profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi suatu pusat laba, yaitu :
1. Pengukuran kinerja manajer, yaitu pengukuran kinerja yang berfokus pada
penilaian hasil kerja manajer yang diukur sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawabnya, hal ini digunakan untuk menyusun perencanaan dan koordinasi serta
pengendalian pusat laba sehari-hari untuk memberikan motivasi yang tepat bagi
manajer.
2. Pengukuran kinerja ekonomis, yaitu pengukuran kinerja yang berfokus pada
kinerja pusat laba sebagai entitas ekonomi yang dilakukan berdasarkan kemampuan
mencapai atau memenuhi anggarannya.
Kedua jenis pengukuran profitabilitas di atas memiliki perbedaan. Sebagai contoh :
1. Laporan kinerja manajemen suatu toko cabang à dapat menunjukkan bahwa
kinerjanya sangat baik, tetapi
2. Laporan kinerja ekonomis toko cabang tersebut menunjukkan bahwa kehilangan
posisinya di pasar dan harus ditutup karena adanya kondisi persaingan dan ekonomi
di lokasi tersebut.
Informasi untuk kedua laporan tidak dapat diperoleh dari satu kelompok data saja.
Laporan manajemen frekuensinya tinggi, sedangkan laporan ekonomis dibuat saat-saat
tertentu ketika keputusan ekonomis dibuat.
Seperti telah disinggung pada bagian terdahulu, pusat laba diukur prestasinya berdasarkan
laba yang diperoleh (menjadi tanggung-jawabnya). Tipe-tipe pengukuran profitabilitas untuk
mengukur kinerja manajer pusat laba yang biasa dipergunakan adalah:
1) marjin kontribusi (contribution margin)
2) laba langsung (direct profit)
3) laba yang dapat dikendalikan (controllable profit)
4) laba sebelum pajak (income before tax)
5) laba bersih (net income)

3
1. Margin kontribusi merupakan selisih (spread) antara pendapatan dan biaya variabel. Hal
ini disebabkan karena biaya variabel berada dalam kendali manajer tersebut, sedangkan
biaya tetap di luar kendalinya. Kelemahannya : biaya tetap yang merupakan kebijakan
kadangkala masih dapat diubah oleh manajer pusat laba, tetapi oleh manajer senior biaya
tetap ini agar dipertahankan sesuai formulasi anggaran.
2. Laba langsung adalah marjin kontribusi dikurangi biaya tetap pada pusat laba. Ini
merupakan gabungan seluruh pengeluaran pusat laba atau dapat ditelusuri langsung ke
pusat laba. Oleh sebab itu pengeluaran di kantor pusat tidak termasuk dalam perhitungan
ini. Kelemahan dasar ini adalah unsur manfaat motivasi dari biaya-biaya di kantor pusat
tidak dimasukkan.
3. Laba yang dapat dikendalikan adalah laba langsung dikurangi beban biaya korporat
yang dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba. Contoh biaya yang dapat dikendalikan
oleh manajer unit bisnis adalah biaya layanan tekhnologi informasi. Kelemahannya : tidak
memasukkan biaya yang tidak dapat dikendalikan di kantor pusat, sehingga laba ini tidak
bisa langsung diperbandingkan dengan laba dari perusahaan lain pada industri yang sama.
4. Laba sebelum pajak adalah laba yang dapat dikendalikan dikurangi beban-beban
korporat lainnya. Ada 2 (dua) pendapat yang menentang mengenai hal ini :
a. Biaya yang dikeluarkan di korporat tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba
sehingga mereka tidak perlu bertanggung jawab biaya tersebut.
b. Biaya yang dikeluarkan di korporat sulit dialokasikan dengan cara yang wajar yang
mencerminkan pengeluaran biaya pada setiap pusat laba.
Disamping itu ada 3 (tiga) pendapat yang mendukung mengenai hal ini, yaitu :
a. Biaya overhead korporat yang dikeluarkan di korporat cenderung
meningkatkan dasar kekuatan dan memperluas keunggulan tanpa melihat dampaknya
secara keseluruhan perusahaan.
b. Kinerja pusat laba setelah pembebanan biaya overhead korporat lebih
realistis, sehingga dapat diperbandingkan dengan para pesaing yang memberikan jasa
yang sama.
c. Para manajer pusat laba mengetahui bahwa laba yang diperoleh termasuk
menutupi beban overhead korporat, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan
perencanaan jangka panjang yang optimal, penetapan harga, bauran produk, dsb.
Pembebanan sebagaian biaya overhead korporat harus dihitung berdasarkan
anggarannya, dan bukan realisasinya, sehingga manajer pusat laba tidak akan

4
mengeluh terhadap kebijakan ini maupun kurangnya pengendalian mereka terhadap
biaya ini.
5. Laba bersih merupakan laba yang diperoleh setelah dikurangi oleh kewajiban-pajak.
Ada 2 (dua) pendapat yang menentang mengenai hal ini :
a. Laba setelah pajak merupakan suatu yang konstan terhadap laba sebelum pajak,
sehingga tidak bermanfaat jika harus memasukkan unsur pajak.
b. Manajer pusat laba tidak tepat jika harus menanggung konsekuensi keputusan yang
mempengaruhi pajak penghasilan di kantor pusat. Jika tarif pajak bervariasi antar
pusat laba, maka pusat laba dapat mempengaruhi besarnya pajak penghasilan melalui
kredit cicilan, dan keputusan membeli atau menjual peralatan serta penggunaan
standar akuntansi (SAK/GAAP) dapat membedakan laba kotor dan laba kena pajak.
Hal ini akan memotivasi para manajer pusat laba untuk meminimalkan beban pajak.
Dalam hal pendapatan, perlu dihitung berdasarkan pemilihan metode pengakuannya yang
tepat, apakah pada saat pesanan, pengiriman atau ketika uang diterima. Hal ini memerlukan
pertimbangan karena pusat laba dapat berpartisipasi mensukseskan penjualan, sehingga harus
diberi nilai tersendiri. Banyak perusahaan yang mengabaikan masalah ini karena
mengidentifikasi penciptaan pendapatan sulit dilaksanakan, dan tenaga penjual bukan hanya
bekerja untuk pusat laba, tetapi bagi kebaikan perusahaan secara keseluruhan.
Pertimbangan manajemen diperlukan karena kadangkala terdapat kebingungan dan kegagalan
dalam memisahkan kinerja manajer pada pengukuran kinerja manajer dengan pengukuran
ekonomis pusat laba. Solusinya, manajer harus diukur berdasarkan pada yang dapat mereka
kendalikan, termasuk pajak yang mereka tidak memiliki kendalinya.

5
Pusat Investasi
Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang bertugas untuk mengatur
investasi guna mencapai laba yang seoptimal mungkin. Kewenangan Pusat Investasi adalah
menyangkut pengelolaan laba (yang terdiri atas pendapatan dan biaya) serta mengelola aset
yang dipergunakan untuk memperoleh laba. Dengan demikian, Pusat Investasi diukur
prestasinya berdasarkan perbandingan antara laba yang diperoleh dengan aset (investasi) yang
dipergunakan.
Tujuan pengukuran prestasi suatu pusat investasi, adalah :
1. Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai
investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk
melakukan keputusan yang tepat.
2. Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri.
3. Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber
ekonomi.
Informasi dari Pusat Investasi dapat digunakan untuk memotivasi Manajer Divisi dalam :
1. Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang
sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan.
2. Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan
kembalian (return) yang memadai.
3. Mengambil keputusan untuk melepas/mengurangi investasi yang tidak memberikan
kembalian (return) yang memadai.

6
Bentuk Pusat Investasi
Bentuk Pusat Investasi adalah Kantor Pusat Perusahaan atau Unit Bisnis Strategis maupun
Divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menentukan keputusan,
operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat (besarnya) dan tipe (jenis)
investasi.
Masalah yang timbul pada Pusat Investasi adalah berkaitan dengan pengukuran dan tolok
ukur prestasi pusat investasi.
1. Pada umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan
dari investasi yang ditanamkan.
2. Laba yang diperoleh, berasal dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba
tersebut.
3. Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.
Terdapat dua metode dalam mengukur prestasi Pusat Investasi. Pertama, pusat
investasi diukur prestasinya dengan menghitung laba yang diperoleh dengan investasinya
(investment base). Perhitungan ini disebut dengan Return on Investmen atau ROI. Kedua,
pengukuran prestasi dilakukan dengan menghitung Economic Value Added (EVA) yang
sering disebut juga sebagai Residual Income. Berikut ini adalah contoh penghitungan kedua
metode tersebut
Business Unit Financial Statements
Balance Sheet ($000s

Current assets: Current liabilities:


Cash…………………………………..$ 50 Accounts payable……………….…… $ 90
Receivables ………………………….150 Other current ………….……………… 110
Inventory ……………………………200
Total current assets …………………..400 Total current liabilities …………… …. 200
Fixed assets :
Cost …………………… $ 600 Corporate equity ……………………….. 500
Depreciation ……… … - 300
Book value ……………………….. 300
Total assets …………………… $700 Total liabilities and equities …………$700

7
Income Statement

Revenue………………………………………………………………………………………………… $1,000
Expenses , except depreciation ………………………….. $850
Depreciation …………………………………………………….. 50 900
Income before taxes ………………………………………………………… … 100
Capital charge ($500*10%) ……………………………………..………………… 50
Economic Value Added (EVA) …………………………………………… ……… 50

Return on Investment (ROI)= $100 =20%


$500
-

Anda mungkin juga menyukai